Maloklusi

28
Maloklusi 1. DEFINISI MALOKLUSI Maloklusi adalah suatu keadaan yang menyimpang dari oklusi normal (Strang dan Thompson, 1958, Anderson,1954). Adanya beberapa pengertian dan pendapat dari ahli mengenai pengertian maloklusi ini. Moyers (1988) menyatakan bahwa maloklusi adalah keadaan gigi yang menyimpang dari hubungan gigi yang normal terhadap gigi lainnya dala lengkung yang sama dan terhadap gigi dari lengkung yang berlawanan dengan disertai fungsi yang abnormal. Dawey (1921) menyatakan bahwa maloklusi adalah penyimpangan dari oklusi normal yang mengganggu fungsi yang sempurna dari gigi-gigi sementara Salzman (1966) menyatakan bahwa maloklusi adalah penyimpangan morfologis yang bersifat biofisika dari suatu norma yang telah disetujui bersama. Pendapat dari Proffit (1988) mengatakan bahwa maloklusi bukan merupakan suatu penyakit atau proses patologis tetapi merupakan kelainan atau penyimpangan dari proses pertumbuhan dan perkembangan yang normal, sehingga mengakibatkan kombinasi kurang harmonis antar gigi, rahang serta wajah secara keseluruhan. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian etiologi maloklusi. Maloklusi umumnya bukan proses patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan normal (Proffit, 2000).

description

maloklusi

Transcript of Maloklusi

Page 1: Maloklusi

Maloklusi

1. DEFINISI MALOKLUSI

Maloklusi adalah suatu keadaan yang menyimpang dari oklusi normal

(Strang dan Thompson, 1958, Anderson,1954).

Adanya beberapa pengertian dan pendapat dari ahli mengenai pengertian maloklusi

ini. Moyers (1988) menyatakan bahwa maloklusi adalah keadaan gigi yang menyimpang

dari hubungan gigi yang normal terhadap gigi lainnya dala lengkung yang sama dan

terhadap gigi dari lengkung yang berlawanan dengan disertai fungsi yang abnormal.

Dawey (1921) menyatakan bahwa maloklusi adalah penyimpangan dari oklusi

normal yang mengganggu fungsi yang sempurna dari gigi-gigi sementara Salzman (1966)

menyatakan bahwa maloklusi adalah penyimpangan morfologis yang bersifat biofisika

dari suatu norma yang telah disetujui bersama.

Pendapat dari Proffit (1988) mengatakan bahwa maloklusi bukan merupakan

suatu penyakit atau proses patologis tetapi merupakan kelainan atau penyimpangan dari

proses pertumbuhan dan perkembangan yang normal, sehingga mengakibatkan

kombinasi kurang harmonis antar gigi, rahang serta wajah secara keseluruhan. Hal ini

akan dibahas lebih lanjut pada bagian etiologi maloklusi.

Maloklusi umumnya bukan proses patologis tetapi proses penyimpangan dari

perkembangan normal (Proffit, 2000).

Menurut Mc.Coy yang termasuk keadaan maloklusi adalah (1) Gigi-gigi berada

pada keadaan malposisi, (2) Perkembangan bentuk lengkung gigi yang abnormal, (3)

Relasi lengkung gigi yang tidak harmonis, (4) Perkembangan rahang atas dan rahang

bawah yang abnormal dan (5) Kombinasi kelainan diaras, termasuk kelainan yang

disebabkan karena faktor kongenital seperti celah bibir dan celah langit-langit.

Menurut Tan See Sion (1969) maloklusi dapat menyebabkan hal-hal sebagai

berikut :

1) Kesehatan gigi dan mulut terganggu

2) Menimbulkan cacat muka dan menyebabkan timbulnya rasa rendah diri

3) Terganggunya fungsi pengunyahan, bicara, dan pernafasan

4) Gangguan pada sendi rahang

Page 2: Maloklusi

Menurut Salzman (1966), istilah maloklusi diartikan sebagai berikut: Maloklusi

adalah penyimpangan morfologis yang bersifat biofisika dari suatu norma yang telah

disetujui bersama. Dalam kehidupan sehari-hari sangat jarang kita temukan individu yang

mempunyai oklusi yang ideal. Konsep mengenai oklusi ideal lebih bersifat teoritis.

(Lunstrom. A, 1958)

Maloklusi ini dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu maloklusi dental, maloklusi

skeletal, dan maloklusi dentoskeletal.

1) Maloklusi Dental

a. Terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang

kepala normal, tapi gigi-giginya mengalami penyimpangan

b. Pada gigi terjadi : rotasi, labioversi, linguoversi, impaksi,gigi-gigi yang

berjejal, dan lain sebagainya. Kategori ini melingkupi :

i. Malposisi gigi

ii. Keabnormalan jumlah gigi

iii. Keabnormalan ukuran gigi

iv. Keabnormalan tekstur gigi

2) Maloklusi Skeletal

a. Terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang

kepala tidak harmonis, karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan

rahang Kategori ini meliputi masalah pada ketidaknormalan pertumbuhan,

ukuran, bentuk atau proporsi dari beberapa tulang craniofacial complex.

b. Cephalometric merupakan metode analisa dalam mempelajari skeleton

craniofacial.

c. Sebab utama malposisi skletal biasanya adalah karena pertumbuhan abnormal

tulang.

d. Displasia osseus atau disharmoni skeletal sering disebut-sebut sebagai

komponen utama yang menyababkan maloklusi.

3) Maloklusi Dentoskeletal

a. Terjadi karena adanya kelainan otot-otot, sehingga timbul gangguan saat

dipakai untuk mengunyah .

Page 3: Maloklusi

b. Dalam hal ini tidak hanya gigi-giginya yang maloklusal tapi juga meliputi

tulang rahang, dimana hubungan antara tulang maksila dan mandibula tidak

normal.

c. Merupakan maloklusi yang kompleks.

2. JENIS MALOKLUSI

1) Protrusi

Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat

disebabkan oleh faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari dan

menghisap bibir bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang

salah serta bernafas melalui mulut.

2) Intrusi dan Ekstrusi

Intrusi adalah pergerakan gigi menjauhi bidang oklusal. Pergerakan intrusi

membutuhkan kontrol kekuatan yang baik. Ekstrusi adalah pergerakan gigi

mendekati bidang oklusal.

3) Crossbite

Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik

terdapat kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila

terhadap gigi geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah

rahang, sekelompok gigi, atau satu gigi saja. Berdasarkan lokasinya crossbite

dibagi dua yaitu:

a. Crossbite anterior

Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau

beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual

dari gigi anterior mandibula.

b. Crossbite posterior

Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi

posterior mandibula.

4) Deep bite

Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal

insisif maksila terhadap insisal insisifus mandibula dalam arah vertikal

Page 4: Maloklusi

melebihi 2-3 mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau

miring ke mesial dan insisifus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra

oklusi.

5) Open bite

Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat

rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam

open bite menurut lokasinya adalah :

a. Anterior Open Bite. Klas I Angle anterior open bite terjadi karena rahang

atas yang sempit, gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra

oklusi, sedangkan klas II Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk

atau keturunan.

b. Posterior Open Bite pada regio premolar dan molar.

c. Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik di anterior,

posterior, dapat unilateral atau bilateral

6) Crowded

Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal.

Penyebab crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung

koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat

dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling

lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota

gigi geligi. Derajat keparahan gigi crowded:

a. Crowded ringan

Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan

mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan dianggap tidak

memerlukan perawatan.

b. Crowded berat

Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan

hygiene oral yang jelek.

7) Diastema

Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang

seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu :

Page 5: Maloklusi

a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens

supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada,

kebiasaan jelek, dan persistensi.

b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh

faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang trauma.

3. ETIOLOGI MALOKLUSI

Mayoritas maloklusi yang memerlukan perawatan komprehensif merupakan

hasil dari salah satu dari dua kondisi: 1. Perbedaan relatif antara ukuran gigi dan

ukuran rahang yang tersedia untuk mengakomodasi gigi-gigi. 2. Ketidakharmonisan

pola kerangka wajah. Kedua kondisi umum yang terjadi pada pasien adalah kondisi

genetik.

Etiologi maloklusi adalah mengklasifikasikan semua "penyebab" dari maloklusi

sebagai faktor-faktor lokal atau faktor sistemik; mungkin disebut intrinsik dan

ekstrinsik.

Sedikit yang diketahui tentang semua penyebab awal deformitas dentofacial.

Pendekatan ini sulit karena banyak maloklusi yang muncul mirip dan

diklasifikasikan seperti yang telah ada, tetapi tidak memiliki pola etiologi yang sama.

Idealnya, studi tentang etiologi harus dimulai dengan penyebab awal.

1) Primary Etiologic Sites

a. Sistem Neuromuskular

Kelompok otot yang berfungsi sebagai etiologi primer, yaitu:

1. Otot mastikasi (saraf kranial V),

2. Otot ekspresi wajah (saraf kranial VII),

3. Lidah

Tetapi ada banyak koneksi syaraf yang rumit yang terlibat juga. Ini

mencakup berbagai ganglia di dalam dan sekitar daerah wajah, pusat

koordinasi, integrasi, dan penghambatan di otak tengah dan korteks eksternal;

dan serat sensorik yang banyak memasok gigi, mulut dan mukosa faring, otot,

tendon, dan kulit.

Page 6: Maloklusi

Sistem neuromuskular memainkan peran utama dalam etiologi deformitas

dentofacial oleh efek kontraksi refleks pada kerangka tulang dan gigi tersebut.

Kedua tulang dan gigi dipengaruhi oleh kegiatan fungsional banyak wilayah

orofacial.

Wilayah tersebut adalah sumber input sensorik yang sangat besar dan

bervariasi yang memungkinkan beragam aktivitas refleks yang tak terbatas.

Semua yang membantu menentukan bentuk rangka dan stabilitas oklusal.

b. Tulang

Karena tulang wajah (terutama maksila dan mandibula) berfungsi sebagai

basis untuk lengkungan gigi, penyimpangan dalam pertumbuhan mereka dapat

mengubah hubungan dan fungsi oklusal. Masalah yang paling sering ditemui

dalam ortodontik adalah ketidakcocokan bagian tulang. Displasia osseus sering

terjadi karena ukuran tulang terlalu abnormal. Maloklusi serius yang paling

umum adalah pada kerangka. Prosedur cephalometric membantu dalam

identifikasi dan lokalisasi daerah ketidakharmonisan osseus. Pengobatan

displasia osseus harus baik, yaitu :

1. Mengubah kerangka kraniofasial tumbuh, atau

2. Kamuflase ketidakharmonisan dengan memindahkan gigi untuk menutupi

pola kerangka yang tak baik. Banyak studi terbaru menunjukkan bahwa

terapi ortodontik memiliki dampak yang jauh lebih baik pada kerangka

kraniofasial dari sebelumnya yang diperkirakan.

c. Gigi

Gigi dapat menjadi tempat utama dalam etiologi deformitas dentofacial

dengan cara yang bervariasi. Penurunan atau peningkatan jumlah gigi dapat

meningkatkan maloklusi. Sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa

malposisi gigi dapat mencakup kerusakan yang dapat mengganggu

pertumbuhan tulang. Salah satu penyebab paling sering adalah masalah

ortodontik adalah gigi besar untuk lengkungan yang terlalu kecil ataupun

sebaliknya. Treatment maloklusi yang berasal dari pertumbuhan gigi abnormal

ini dilakukan dengan memindahkan gigi atau mengarahkan pertumbuhan

tulang.

Page 7: Maloklusi

Beberapa contoh kelainan gigi yang menyebabkan terjadinya maloklusi

adalah hipodontia, supernumerary gigi, bentuk gigi konus, bentuk gigi

tuberkel, mikrodontia,makrodontia, dan terjadinya tanggalnya gigi yang terlalu

cepat yang tidak sesuai dengan waktu normalnya.

1. Hipodontia

Tidak adanya salah satu atau beberapa benih gigi ( hipodontia )

dapat menyebabkan maloklusi. Keparahan maloklusi efek dari hipodontia

ini tergantung pada jumlah gigi yang tidak terbentuk. Misalnya tidak

terbentuknya gigi caninus, maka rahang atas dan rahang bawah tidak

mendapatkan kunci oklusi yang tepat. Hal inilah yang dapat menyebabkan

maloklusi.

2. Supernumerary Gigi

Tumbuhnya gigi yang berlebihan atau sering disebut

supernumerary gigi juga mempengaruhi perkembangan oklusi. Jika pada

seseorang memiliki rahang yang tidak terlalu besar dan seseorang tersebut

memiliki kelainan supernumerary gigi maka akan terjadi berjejalnya gigi

geligi yang dapat menyebabkan maloklusi.

1) Gigi Konus

Gigi berbentuk konus biasanya berukuran kecil dan

tidak dapat berkontak dengan gigi antagonisnya, sehingga dapat

menyebabkan maloklusi. Selain itu gigi berbentuk konus juga

sering tumbuh sebagai supernumerary teeth yang tumbuh pada

labial antara insisivus sentral RA. Hal ini akan mempengaruhi

pertumbuhan gigi insisivus sentral yang bisa berakibat retrusi pada

gigi insisivus sentral RA sehingga mengakibatkan maloklusi.

2) Gigi Tuberkel

Kelainan bentuk gigi tuberkel juga memiliki efek yang

hampir sama dengan kelainan bentuk gigi konus, hanya saja

Page 8: Maloklusi

berbeda tempat. Gigi tuberkel biasa tumbuh pada bagian palatal

antara gigi insisivussentral RA. Efek dari kelainan ini

mempengaruhi pertumbuhan gigi insisivus sentral RA yang dapat

mengakibatkan protrusinya gigi-gigi tersebut dan pada akhirnya

menyebabkan maloklusi.

3. Mikrodontia dan Makrodontia

Mikrodontia dapat menyebabkan diastema pada lengkung gigi sehingga

menyebabkan terjadinya maloklusi.Sedangkan makrodontia dapat menyebabkan

berjejalnya gigi geligi pada lengkung gigi,sehingga mengakibatkan kelainan

kontak gigi geligi atau maloklusi.

4. Premature Loss

Tanggalnya gigi susu yang terlalu cepat akan mempengaruhi erupsi gigi

permanen nantinya. Gigi permanen dapat tumbuh dengan tidak sempurna atau

bertumbuh dengan posisi yang tidak sesuai dengan posisi yang tapat. Hal inilah

yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi.

d. Soft Part (Termasuk Otot)

Peran jaringan lunak, selain neuromuskuler, dalam penyebab maloklusi tidak begitu

terlihat jelas. Faktor-faktor yang dapat mengubah status fisiologis merupakan bagian dari

sistem pengunyahan yang mungkin akan diindikasikan sebagai masalah etiologi penting.

2) Time

Faktor waktu dalam maloklusi memiliki dua komponen; periode dimana penyebab

dan usia diperhatikan. Perlu dicatat bahwa waktu merupakan penyebab tertentu yang

terjadi terus-menerus, bahkan mungkin berhenti dan kambuh dalam fase intermittent.

Dari sudut pandang etiologi adalah ketika aktif sebelum lahir dan efek dicatat yang hanya

setelah lahir.

3) Causes and Clinical Entities

Page 9: Maloklusi

a. Keturunan

Kemiripan familial pada susunan gigi dan kontur wajah sangat dikenal

masyarakat, karena faktor keturunan telah lama diindikasikan sebagai penyebab

utama maloklusi. Kelainan genetik dapat terlihat pada saat mereka sebelum lahir

(prenatal) atau mungkin tidak terlihat sampai bertahun-tahun setelah kelahiran

(postnatal). Misalnya pola erupsi gigi.

Peran hereditas dalam pertumbuhan kraniofasial dan etiologi dari kelainan

dentofacial telah menjadi subyek dari banyak penelitian dan studi klinis, namun

sangat sedikit yang benar-benar dikenal dalam penelitiannya.

. Sebagai contoh orangtua laki-laki memiliki rahang yang besar dan gigi

yang besar pula,namun memiliki lengkung gigi yang normal dan rapi menikah

dengan orangtua perempuan yang memiliki rahang yang kecil dan gigi-geligi yang

kecil-kecil pula,memiliki lengkung rahang yang normal dan kedudukan gigi-geligi

yang rapi. Maka perkiraan keturunan bisa terjadi keadaan anak dimana memiliki

rahang yang kecil namun gigi geligi yang besar-besar sehingga terjadinya

berjejalnya gigi geligi yang akhirnya menyebabkan maloklusi.

b. Trauma

Baik trauma prenatal untuk janin dan injuri setelah melahirkan dapat

menyebabkan deformitas dentofacial.

Trauma Prenatal dan Cedera Lahir

1. Hipoplasia mandibula. Ini dapat disebabkan oleh tekanan intrauterin atau

trauma selama kelahiran.

2. Vogelgesicht. Ini adalah penghambatan dari pertumbuhan mandibula akibat

ankilosis pada sendi temporomandibular. Ankilosis dapat terjadi sebagai

cacat perkembangan dalam rahim atau mungkin karena trauma saat lahir.

3. Posisi Janin. Lutut atau kaki dapat menekan wajah sedemikian rupa yang

pada akhirnya dapat menyebabkan pertumbuhan asimetri wajah atau

menyebabkan keterbelakangan perkembangan mandibula.

Trauma Postnatal

1. Fraktur rahang dan gigi.

Page 10: Maloklusi

2. Kebiasaan. Ini dapat menghasilkan trauma kelas rendah yang melalui

periode panjang (berkelanjutan).

c. Agen Fisik

1. Ekstraksi Dini Gigi Primer

Prematur loss gigi sulung adalah gigi sulung yang tanggal sebelum

waktunya sehingga dapat menyebabkan gigi sebelahnya bergeser mengisi

ruangan tempat bekas gigi sulung tersebut.

Besarnya derajat kehilangan ruangan bergantung pada: proporsi ukuran

gigi terhadap rahang,usia saat gigi tanggal ,dan jenis gigi yang tanggal.

Bila ruangan yang tersedia untuk gigi sulung berlebih dan tidak terdapat

kontak proksimal maka kecenderungan pergeseran gigi di sebelahnya ke

ruangan yang kosong tidak ada. Bila terdapat kecenderungan gigi berjejal maka

pergeseran gigi ke ruang bekas pencabutan akan berjalan cepat.

Semakin dini gigi sulung tanggal maka semakin jauh jarak antara

tanggalnya gigi sulung dengan waktu erupsi gigi tetapnya maka semakin besar

pula kemungkinan hilangnya ruangan.

Jenis gigi yang tanggal. Premature loss gigi insisif jarang menimbulkan

maloklusi kecuali pada lengkung gigi yang mempunyai potensi gigi berjejal.

Premature loss gigi kaninus dapat menyebabkan gigi Insisif bergeser ke distal.

Bila gigi kaninus tanggal sebelum gigi insisif erupsi maka dapat terjadi diastema

permanen diantara gigi insisif dan gigi kaninus permanen erupsinya ektopik.

Bila yang tanggal gigi kaninus RB akan adanya tekanan otot mentalis sehingga

gigi insisif Rb miring ke lingual. Premature loss gigi kaninus sulung RA dapat

menyebabkan terjadinya pertukaran tempat antara gigi P dengan gigi C tetap.

Premature loss gigi molar pertama sulung. Pada rahang bawah maka gigi m.2

akan bergerak ke mesial seiring dengan erupsi aktif gigi M.1 tetap. Pada rahang

atas maka gigi m.2 bergeser ke mesial sehingga gigi kaninus permanen menjadi

ektopik. Bila m.1 tanggal sebelum erupsi aktif gigi M.1 maka nantinya inklinasi

gigi M.1 akan tetap. Bila gigi m.1 tanggal sesudah erupsi aktif gigi M.1 tetap

maka inklinasi M.1 akan mesioversi. Persistensi gigi sulung dapat terjadi karena

benih gigi tetap lambat, perkembangan gigi tetap lambat, terlambatnya resorbsi

Page 11: Maloklusi

akar gigi sulung, dan ankilosis gigi sulung.

Persistensi gigi insisif sulung paling sering terjadi Akibatnya gigi insisif

tetap palatoversi atau linguoversi. Gangguan erupsi gigi tetap, dapat disebabkan

oleh prematur loss gigi sulung sehingga terbentuk tulang diatas benih gigi tetap.

Posisi akar gigi sulung, supernumerary teeth, tumor, hormonal, gusi fibrous

(memadat dan menebal), dan impaksi. Gigi tetap tanggal pada usia dini dapat

disebabkan oleh karies dan trauma. Akibat yang terjadi adalah kontak dengan

gigi tetangga hilang sehingga fungsi fisiologis terganggu maka akan terjadi

pergeseran gigi dan akhirnya terjadi maloklusi.

2. Sifat Makanan

Telah terbukti berulang kali bahwa diet keras dan makanan kasar

merupakan faktor dalam penyimpangan dari lengkungan gigi. Orang yang

sedang diet berserat akan merangsang otot mereka untuk bekerja lebih banyak

dan dengan demikian meningkatkan beban fungsi pada gigi. Jenis diet ini

biasanya menghasilkan karies yang kurang (berkurangnya substrat untuk

organisme kariogenik), peningkatan lebar lengkung rahang dikarenakan oleh

peningkatan penggunaan permukaan oklusal gigi. Bukti meyakinkan bahwa

semakin halus dan lembut suatu makanan dalam diet modern akan berperan

dalam etiologi maloklusi.

e. Kebiasaan

Semua kebiasaan dipelajari pola kontraksi otot yang bersifat sangat

kompleks. Kebiasaan tertentu berfungsi sebagai stimulus untuk pertumbuhan

yang normal dari rahang, misalnya, bibir yang normal dapat menghasilkan daya

pengunyahan yang tepat. Kebiasaan abnormal yang dapat mengganggu pola

pertumbuhan yang teratur wajah harus dibedakan dari kebiasaan yang normal

yang diinginkan yang merupakan bagian dari fungsi orofaringeal normal dan

dengan demikian memainkan peran penting dalam pertumbuhan kraniofasial dan

fisiologi oklusal.

Pola kebiasaan buruk dari perilaku otot sering dikaitkan dengan

pertumbuhan tulang yang menyimpang atau terhalang, malposisi gigi, kebiasaan

Page 12: Maloklusi

bernapas terganggu, kesulitan dalam berbicara, keseimbangan pada otot-otot

wajah, dan masalah fisiologis. Karenanya, seseorang tidak dapat memperbaiki

maloklusi tanpa keterlibatan dalam kebiasaan.

Kebiasaan menghisap botol pada bayi akan menghasilkan kebiasaan

mengisap yang tak disadari pada usia dewasa jika botol telah digunakan sebagai

perangkat untuk menenangkan mereka dan menginduksi tidur. Setelah seorang

anak disapih, ia belajar mengisap ibu jari ketika akan tidur. Banyak ibu akan

mengatakan bahwa anak mereka tidak pernah mengisap ibu jarinya "kecuali

ketika dia pergi ke tempat tidur". Anak belajar dengan cepat bahwa cara paling

benar untuk menarik perhatian orang tua adalah mengisap jari-jari mereka.

Dokter gigi tidak boleh lupa untuk mengingatkan penghentian kebiasaan yang

telah aktif selama beberapa tahun mungkin memiliki dampak psikologis yang

luar biasa pada anak. Contoh kebiasaan pada anak yang akan berdampak buruk

adalah :

1) Bernafas melalui mulut (mouth breathing)

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikanmenjadi tiga sebagai berikut :

a. Obstruktif : Anak yang mempunyai gangguan dalam menghirup udara

melalui saluran hidung (nasal passage). 

b. Habitual : Disebabkan karena kebiasaan meskipun

gangguanyang abnormalsudah dihilangkan.

c. Anatomical : Bila anatomi bibir atas-bawah pendek sehingga tidak dapat

mengatup sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnya.

Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit, gigi anterior atas

maju ke arah labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di

belakanginsisif atas. Karenakurangnya stimulasi muscular normal dari lidah dan k

arena adanya tekanan berlebih pada caninus dan daerah molar oleh otot

orbicularis oris dan bucinator, maka segmen bukal dari

maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal tinggi.

Sehingga menurut beberapa pendapat mouthbreathers cenderung memberikan

klinis memilki wajah yang panjang (longfaced) dan sempit.Bila hal ini dilakukan

Page 13: Maloklusi

terus menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas baas

mrongos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite).

2) Thumb Sucking dan Finger Sucking

Menghisap jari biasa dilakukan pada anak-anak. Kebiasaan menghisap

ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Karakteristik

maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu

jari dan perubahan pola tekanan pipi dan bibir. Jika kebiasaan ini berlanjut

sampai periode gigi tetap dapat menimbulkan gigi insisif rahang atas protrusif

dan gigi insisif rahang bawah linguoversi. Terjadi gangguan keseimbangan

tekanan pipi dan lidah, mekanismenya pada saat jari berada dalam mulut,

lidah akan tertekan ke bawah, tekanan lidah terhadap permukaan palatum

berkurang sementara pada saat menghisap tekanan pipi akan meningkat

tekanan paling besar terjadi pada sudut mulut sehingga penyempitan

lengkung rahang berbentuk V.

3) Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrusting)

Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrust) adalah kebiasaan

menempatkan ujung lidah diantara gigi-gigi insisif,baik pada waktu istirahat

(tongue posture) ataupun pada waktu menelan (tongue thrust swallowing).

Kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan karena bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengn kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan

menghisap ibu jari, menggigit bibir, dan menggigit kuku. Jika kebiasaan ini

terus berlanjut akan menyebabkan open bite dan incomplete cover

bite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal

4) Lip Sucking dan Lip Bitting

Kebisaan menghisap bibir dapat berdiri sendiri atau bersama-sama

Page 14: Maloklusi

dengan kebiasaan menghisap jari. Pada kebanyakan kasus kebiasaan

menghisap atau menggigit bibir dilakukan pada bibir bawah, tetapi dapat

pula bibir atas. Bibir bawah secara terus menerus diletakkan diantara gigi

Insisif rahang bawah dan rahang atas sehingga gigi insisif rahang atas

labioversi. Kebiasaan menghisap atau menggigit bibir paling sering terlihat

pada maloklusi dengan overbite dan overjet yang besar. Contoh pada kasus

maloklusi kelas II div.1 kebiasaan menghisap atau menggigit bibir biasanya

parah. Perawatan kebiasaan ini jangan dimulai sebelum posisi gigi insisif

diperbaiki (overbite atau overjet normal) karena kebiasaan ini akan terkoreksi

dengan sendirinya tetapi hiperaktif otot mentalis tetap ada tetapi dapat

dikoreksi dengan alat modifikasi oral screen.

5) Cheek Bittting

Kebiasaan menghisap pipi akibat disfungsi otot pipi. Hiperfungsi otot

buccinatorius dan cheek sucking. Jarang telihat pada anak sebelum usia 3 – 4

tahun. Insidensinya akan mencapai puncaknya pada remaja. Kebiasaan

berkaitan dengan masalah psikologis. Dapat menimbulkan maloklusi namun

maloklusi yang ditimbulkan tidak spesifik.

6) Posture

Orang dengan postur tubuh yang salah sering menunjukkan posisi postural

tidak diinginkan dan terjadi pada mandibula juga. Keduanya mungkin

ekspresi dari kesehatan umum yang buruk. Di sisi lain, orang yang menjaga

dirinya tetap lurus dan tegak dengan tangan baik ditempatkan di atas column

vertebrae akan refleks memegang dagunya ke depan dalam posisi yang lebih

disukai. Postur adalah ekspresi refleks otot.

Kebiasaan menopang dagu juga dapat mengakibatkan pertumbuhan

tulang rahang bawah yang tidak sempurna. Kebiasaan ini dapat menyebabkan

tidak simetrisnya antara kanan dan kiri tulang rahang tersebut karena dalam

kebiasaan ini dagu tertopang sebagian yang artinya sebagian rahang bawah

mendapat suatu tekanan sehingga pertumbuhan rahang tidak sempurna. Hal

inilah yang nantinya dapat menyebabkan maloklusi.

Page 15: Maloklusi

7) Nail Bitting

Menggigit kuku sering disebutkan sebagai penyebab malposisi gigi.

Dengan maloklusi yang terkait dengan kebiasaan ini mungkin lebih bersifat

lokal daripada yang terlihat dengan beberapa kebiasaan tekanan lain. Anak-

anak yang sedang gugup paling sering menampilkan kebiasaan ini.

Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi gigi insisif atas dan

bawah mengalami penekanan gigi pada bagian kuku tersebut. Kebiasaan

menggigit kuku adalah kebiasaan normal pada anak yang sebelumnya

memiliki kebiasaan menghisap. Etiologi menggigit kuku disebabkan karena

stress, imitasi terhadap anggota keluarga, herediter,transfer dari kebiasaan

menghisap jari, dan kuku jari yang tidak rapi. Pada beberapa kasus kebiasaan

ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah. 

f. Penyakit

1. Penyakit Sistemik

Penyakit demam diketahui mengganggu jadwal perkembangan gigi geligi

selama infasi dan masa kanak-kanak. Penyakit sistemik lebih mungkin

memiliki efek kualitas daripada kuantitas pada pertumbuhan kraniofasial.

Maloklusi mungkin menjadi akibat dari beberapa neuropati dan

gangguan neuromuskular dan mungkin menjadi salah satu gejala sisa

pengobatan masalah seperti scoliosis oleh karena memakai gips

berkepanjangan atau alat lumpuh tulang belakang. Dokter gigi harus mencari

pediatris konsultan ketika anak dengan maloklusi memiliki masalah sistemik

yang mungkin mempengaruhi jalannya terapi ortodontik.

2. Gangguan Endokrin

Disfungsi endokrin sebelum lahir dapat terjadi dalam hipoplasia gigi

postnatal sendiri. Gangguan endokrin dapat memperlambat atau mempercepat,

tetapi biasanya mereka tidak mendistorsi, arah pertumbuhan wajah. mereka

dapat mempengaruhi tingkat osifikasi tulang, waktu penutupan sutura, waktu

erupsi gigi, dan tingkat resopsi dari gigi primer. Membran periodontal dan

gingiva sangat sensitif terhadap disfungsi endokrin dan gigi dengan demikian

secara tidak langsung.

Page 16: Maloklusi

3. Penyakit Lokal

1) Penyakit Nasofaring dan Terganggunya Fungsi Pernapasan

Apapun yang mengganggu fisiologi pernapasan normal dapat

mempengaruhi pertumbuhan wajah. Bernapas lewat mulut tampaknya

memiliki insidensi yang tinggi untuk terjadinya maloklusi.

Tidak ada satu jenis maloklusi yang terlihat teratur, untuk gangguan

awal yang menyebabkan pernapasan mulut bisa menjadi salah satu dari hal

berikut; septum hidung miring, memperbesar turbinat, peradangan kronis

dan terganggu mukosa nasofaring, alergi, hipertrofi adenoid, peradangan

dan hipertrofi dari tonsil atau kebiasaan sucking.

Sindrom pernapasan mulut yang khas ditandai oleh kontraksi dari gigi

rahang atas, labioversion pada gigi anterior rahang atas, crowding pada gigi

anterior di kedua lengkung, hipertrofi dan chapping dari bibir bawah dan

overbite. Hubungan molar pun mungkin dapat terjadi neutroclusion atau

distoclusion.

Kebiasaan bernafas melalui mulut karena ada gangguan kronis pada

naso respiratorius misalnya rhinitis kronis, deviasi septum hidung, kelenjar

adenoid membesar, polip hidung. Akibatnya berhubungan dengan adanya

gangguan pertumbuhan maksila ke arah lateral sehingga terjadi

penyempitan lengkung maksila, palatum tinggi dan gigi berjejal.

Kurangnya pertumbuhan maksila pada pernafasan oronasal sehingga

terjadi akibat perubahan posisi lidah. Posisi lidah mendatar pada rongga

mulut sehingga tidak dapat berperan normal pada perkembangan maksila,

pada saat posisi lidah pada dasar rongga mulut sehingga daya-daya ke

maksila tidak seimbang. Hiperaktivitas fungsional otot-otot ekspresi wajah

terutama otot buksinatorius menghalangi perkembangan maksila ke lateral

2) Gingiva dan Penyakit Periodontal

Infeksi dan gangguan lain dari membran periodontal dan gingiva

memiliki efek langsung dan sangat lokal pada gigi. Yaitu dapat

menyebabkan hilangnya gigi, perubahan dalam pola penutupan mandibula

Page 17: Maloklusi

untuk menghindari trauma pada daerah sensitif, ankilosis gigi dan kondisi

lain yang mempengaruhi posisi gigi.

3) Tumor

Tumor di daerah gigi dapat menyebabkan maloklusi. Kerusakan parah

akan terjadi ketika mereka ditemukan di daerah artikulatoris.

4) Karies

Penyebab tunggal terbesar dari maloklusi lokal tidak diragukan lagi

adalah karies gigi. Karies mungkin bertanggung jawab atas kerusakan awal

pada gigi primer, gigi permanen hilang, erupsi dini pada gigi permanen, dan

lain-lain.

g. Malnutrisi

Kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan oklusal melalui efek

sistemik atau lokal. Meskipun kekurangan gizi karena jarang terjadi di Amerika Serikat,

kekurangan gizi karena kesulitan malabsorpsi terlihat di mana-mana. Kekurangan gizi

lebih cenderung mempengaruhi kualitas jaringan yang sedang dibentuk dan tingkat

kalsifikasi daripada ukuran bagian-bagian (meskipun yang terakhir telah dibuktikan pada

hewan).

Page 18: Maloklusi