Malaikat Tanpa Sayap

14
Malaikat Tanpa Sayap Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi , cari Malaikat Tanpa Sayap poster film Sutradara Rako Prijanto Produser Chand Parwez Servia Pemeran Adipati Dolken Maudy Ayunda Surya Saputra Agus Kuncoro Kinaryosih Geccha Qheagaveta Distribusi Kharisma Starvision Plus Tanggal rilis 9 Februari 2012 Durasi ... menit Negara Indonesia Malaikat Tanpa Sayap merupakan film drama Indonesia yang dirilis pada 9 Februari 2012 yang disutradarai oleh Rako Prijanto serta dibintangi oleh Adipati Dolken dan Maudy Ayunda .

description

m

Transcript of Malaikat Tanpa Sayap

Page 1: Malaikat Tanpa Sayap

Malaikat Tanpa SayapDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cari

Malaikat Tanpa Sayap

poster filmSutradara Rako PrijantoProduser Chand Parwez Servia

Pemeran

Adipati DolkenMaudy AyundaSurya SaputraAgus KuncoroKinaryosihGeccha Qheagaveta

Distribusi Kharisma Starvision PlusTanggal rilis 9 Februari 2012Durasi ... menitNegara Indonesia

Malaikat Tanpa Sayap merupakan film drama Indonesia yang dirilis pada 9 Februari 2012 yang disutradarai oleh Rako Prijanto serta dibintangi oleh Adipati Dolken dan Maudy Ayunda.

Daftar isi

1 Sinopsis 2 Pemeran 3 Referensi

Page 2: Malaikat Tanpa Sayap

4 Pranala luar

Sinopsis

Vino (Adipati Dolken) tidak terlalu dekat dengan keluarga apalagi setelah papanya, Amir (Surya Saputra) bangkrut akibat ditipu rekan bisnisnya hingga mereka pindah dari perumahan elite ke rumah kontrakan di gang. Mamanya, Mirna (Kinaryosih) justru kabur dari rumah, bahkan tega meninggalkan, Wina (Geccha Qheagaveta), putrinya yang berusia 5 tahun.

Suatu ketika Wina terjatuh di kamar mandi dan dari hasil rontgen Wina diharuskan menjalani operasi, kalau tidak kakinya infeksi dan harus diamputasi. Wina membutuhkan transfusi darah karena pendarahan, sementara golongan darah Wina cukup langka; A rhesus negatif. Vino yang mempunyai golongan darah yang sama, mengajukan diri. Saat itulah, Calo (Agus Kuncoro) yang sedang mencari pendonor jantung mendengar hal itu menawari Vino untuk menjadi pendonor jantung karena ada resipien (calon penerima jantung) yang golongan darahnya sama dengan Vino.

Di rumah sakit itu pula Vino berkenalan dengan Mura (Maudy Ayunda). Sejak Sejak itu Vino merasa hidupnya berwarna. Vino yang awalnya sempat putus asa hingga bertransaksi dengan Calo, mulai goyah. Ia tidak mau mendonorkan jantungnya namun hal itu membuat CALO marah besar.[1]

Pemeran

Adipati Dolken sebagai Vino Maudy Ayunda sebagai Mura Surya Saputra sebagai Amir (Ayah Vino) Agus Kuncoro sebagai Calo Kinaryosih sebagai Myra (Ibu Vino) Geccha Qheagaveta sebagai Wina

Resensi Film Malaikat Tanpa Sayap

Senin, 14 Mei 2012

resensi film malaikat tanpa sayap :) Film Terbaru Malaikat Tanpa Sayap, Kembali lagi film Drama kembali hadir di Tanah Air yang berjudul Malaikat Tanpa Sayap yang di produksi oleh PT. KHARISMA STARVISION PLUS dan di Produser ri oleh CHAND PARWEZ SERVIA serta sutradara film baru Malaikat Tanpa Sayap ini adalah RAKO PRIJANTO. Mungkin bagi anda yang sedang penasaran dengan film baru Malaikat Tanpa Sayap ini saya bisa sedikit mengobati rasa penasaran anda dengan film Malaikat Tanpa Sayap ini karena saya akan memberikan sedikit sinopsis atau jalan cerita dari film Malaikat Tanpa Sayap serta saya akan memberikan sebuah film

Page 3: Malaikat Tanpa Sayap

trailer Malaikat Tanpa Sayap. dan berikut inilah sinopsisnya semoga anda sedikit merasa lega untuk mengobati rasa penasaran anda.

Kisah ini bermula dari seorang pria bernama Vino. Vino yang berasal dari keluarga kaya raya mendadak jatuh miskin. Semenjak itu hidupnya menjadi gelisah dan dirinya mulai mempertanyakan apa arti hidupnya di dunia. Vino tidak terlalu dekat dengan keluarganya, apalagi setelah papanya, bangkrut akibat ditipu rekan bisnisnya hingga mereka pindah dari perumahan elite ke rumah kontrakan di gang. Mamanya justru kabur dari rumah, bahkan tega meninggalkan putrinya yang berusia 5 tahun bernama Wina.Keadaan tambah parah, saat Vino nunggak SPP hingga tiga bulan. Ia tidak terima saat pihak sekolah memberinya surat peringatan. Karena selama ini, Amir cukup rajin memberi sumbangan buat yayasan. Ia malah melabrak Kepala Sekolah, bahkan mengambil keputusan drastis, yaitu keluar dari sekolah.

Suatu ketika Wina terjatuh di kamar mandi dan dari hasil rontgen Wina diharuskan menjalani operasi, kalau tidak kakinya infeksi dan harus diamputasi. Wina membutuhkan transfusi darah karena pendarahan. Keadaan menjadi parah karena golongan darahnya wina termasuk golongan langka yaitu golongan darah A rhesus negatif. Untungnya Vino golongan darahnya sama dan akhirnya vino mengajukan diri sebagai pendonor darahnya.

Di lain tempat, ada seorang broker yang bernama Calo sedang mencari pendonor jantung. Suatu ketika takdir mempertemukan mereka, Calo dengan Vino. Calo yang sedang mencari pendonor jantung mendengar hal itu menawari Vino untuk menjadi pendonor jantung karena ada resipien (calon penerima jantung) yang golongan darahnya sama dengan Vino.

Calo mendekati Vino, ia menawari Vino untuk menjadi pendonor jantung! Vino amat terkejut. Calo itu beralasan, ada resipien (calon penerima jantung) yang golongan darahnya sama dengan Vino. Maka Vino adalah pilihan yang tepat. Vino amat marah dengan Calo. Ia tidak akan menjual jantungnya pada Calo! Tapi Calo dengan santai, berkata di Jakarta apa yang tidak bisa dibeli?

Page 4: Malaikat Tanpa Sayap

Lalu dirumah sakit yang sama, tempat adiknya Vino menginap. Vino bertemu dengan Mura, gadis cantik yang sedang duduk di ruang tunggu. Mereka bicara sangat singkat. Bahkan mereka tidak sempat berkenalan, karena tiba-tiba ada yang memanggil gadis cantik itu, yaitu ayahnya Mura, Levrand. Mereka tampak dekat satu sama lain. Sangat berbeda dengan Vino yang hubungannya tidak harmonis dengan kedua orangtuanya.

Amir dan Vino dengan caranya masing-masing berusaha untuk mendapatkan uang untuk operasi Wina. Tapi keduanya gagal. Vino yang mengalami jalan buntu mengambil keputusan menerima tawaran Calo untuk menjadi pendonor.

Calo memberinya uang muka cukup besar. Hingga Vino bisa membiayai operasi Wina. Amir amat terkejut, ia bertanya pada Vino darimana ia mendapatkan uang. Tapi Vino tidak mau memberitahu. Yang jelas, ia tidak mencuri...

Vino bertemu lagi dengan Mura di rumah sakit yang sama. Tidak terduga Vino tahu nama Mura, karena ia sempat mendengar Levrand memanggilnya. Mura tertegun. Vino dengan santai berkata, otak punya

Page 5: Malaikat Tanpa Sayap

kemampuan menyaring mana yang pantas diingat, mana yang tidak. Seperti sebuah nama. Namanya. Mura...

Mura ingin menjenguk Wina. Saat menjenguk, Mura berjanji akan memberi Wina boneka. Karena ia punya boneka banyak. Vino mengaku kalau ia sudah tidak sekolah karena ia tidak punya biaya. Mura bilang kalau ia homeschooling. Vino meledek, pantes Mura punya banyak boneka. Karena ia tidak punya teman.

Mura merengut, baginya hal itu tidak berpengaruh buatnya. Ia bisa punya banyak teman lewat jejaring sosial. Mura menilai Vino cynical. Vino malah mengajak Mura jalan, untuk membuktikan kalau ia tidak sesinis perkiraan Mura. Esoknya, Vino mengajak Mura untuk merasakan interaksi di dunia nyata...Mereka yang masih usia SMU malah mendatangi kampus dan berlagak mahasiswa di situ...

Page 6: Malaikat Tanpa Sayap

Sementara itu, diam-diam Amir menjadi supir taksi. Saat ini, hanya itulah yang bisa ia lakukan. Dengan uang dari Calo, Vino bahkan bisa mendapatkan rumahnya kembali yang disita Bank. Semua masalah menjadi beres. Dan Vino merasa mendadak hidupnya berwarna, karena mengenal Mura.

Vino yang awalnya sempat putus asa hingga bertransaksi dengan Calo, mulai goyah. Ia tidak mau mendonorkan jantungnya. Kepindahannya dari rumah kontrakan ke rumah lamanya, ia pikir bisa menghilangkan jejaknya dari Calo. Tapi ternyata, Calo dapat menemuinya.

Mengetahui bahwa Vino enggan untuk mendonorkan jantungnya, Calo marah dan mereka berdua bertikai. Padahal ini merupakan keputusan Vino. Siapa calon penerima jantung Vino itu? Apakah ia sangat berarti bagi Calo?

Vino beralasan, kalau ia tidak jadi mendonorkan jantung. Ia akan mengembalikan uangnya pada Calo. Calo memakinya, uang darimana? Calo minta Vino jangan macam-macam atau Mura akan celaka! Vino kaget karena Calo tahu soal Mura. Ia tidak terima Calo macam-macam pada Mura! Calo membentaknya, kalau resipien itu adalah Mura! Vino tertegun, ia tidak percaya C alo meyakinkan, kalau Mura memang resipien. Tapi Mura dan Levrand tidak tahu kalau Vino lah calon pendonor...

Vino berada di persimpangan. Ia merasa hidupnya berwarna setelah bertemu Mura, bahkan ia berniat membatalkan transaksi dengan Calo. Karena dengan Mura, ia melihat masa depan. Tapi di pihak lain, kalau ia membatalkan transaksi itu, hidup Mura tidak akan bertahan lama...Vino dihadapkan pada pilihan, ia yang mati atau Mura...

Page 7: Malaikat Tanpa Sayap

Ada beberapa kalimat yang menurut saya baik untuk dijadikan pedoman kehidupan kita. Yaitu

"Kita punya pilihan buat jalanin hidup. Tapi kita nggak punya pilihan, buat mati..."

“Dalam hidup ga ada jaminan untuk terus bahagia … ga ada kepastian buat apapun … setiap orang akan bisa terlempar setiap saat dari kotak kenyamanan”

Semoga dari film Malaikat Tanpa Sayap ini ada pelajaran hidup yang dapat kita ambil hikmahnya sebagai bekal kita dalam menjalani kehidupan.

Page 8: Malaikat Tanpa Sayap

Sumber gambar :

Review: Malaikat Tanpa Sayap (2012)

Posted: February 12, 2012 in Movies, Review Tags: Adipati Dolken, Agus Kuncoro, Asian Cinema, Fauzan Ja'far, Geccha Qheagaveta, Ikang Fawzi, Indonesian Cinema, Kinaryosih, Malaikat Tanpa Sayap, Maudy Ayunda, Movies, Rako Prijanto, Review, Reza Pahlevi, Surya Saputra 2  

Page 9: Malaikat Tanpa Sayap

    17 Votes

Sejujurnya, dengan deretan film seperti Perempuan-Perempuan Liar (2011), Penganten Sunat (2010) serta Preman In Love (2009) mengisi daftar filmografinya dalam tiga tahun terakhir, adalah sangat mudah untuk melupakan fakta bahwa Rako Prijanto adalah orang yang sama yang bertanggungjawab untuk keberadaan naskah cerita film drama romansa remaja Indonesia legendaris, Ada Apa Dengan Cinta? (2001) dan juga seorang sutradara yang pernah menghantarkan Ungu Violet (2005) dan Merah Itu Cinta (2007) yang walaupun mengandung banyak kelemahan, namun tetap berhasil tampil membuai dengan deretan dialog-dialog karakternya yang begitu puitis dan romantis. Malaikat Tanpa Sayap, untungnya, merupakan film yang lebih mendekati Ungu Violet dan Merah Itu Cinta daripada Perempuan-Perempuan Liar maupun Preman In Love. Sebuah sajian yang sekali lagi membuktikan kemampuan lebih Rako dalam menggarap sebuah film drama romansa yang mampu menyentuh.

Naskah cerita Malaikat Tanpa Sayap sendiri ditulis oleh Anggoro Saronto – yang sebelumnya pernah menulis naskah cerita film Setan Facebook (2010) dan Miracle (2007) – dan kemudian mendapatkan supervisi dari Titien Wattimena – peraih tiga nominasi Festival Film Indonesia untuk karya-karyanya seperti Minggu Pagi di Victoria Park (2010), Tentang Dia (2005) dan Mengejar Matahari (2004). Entah karena pengaruh supervisi yang kuat dari Titien Wattimena, atau karena kualitas penulisan naskah Anngoro Saronto memang telah nik kelas jika dibandingkan dengan dua karya sebelumnya, Malaikat Tanpa Sayap adalah sebuah film drama yang berhasil menghadirkan momen-momen menyentuh dalam lingkup ceritanya yang cukup luas. Benar bahwa jalan cerita yang dihadirkan tidak begitu istimewa. Namun dengan deretan dialog puitis yang begitu menyentuh dan tidak terkesan kacangan, plus arahan Rako Prijanto yang cukup efektif, Malaikat Tanpa Sayap dengan mudah akan mampu membuat para penontonnya jatuh cinta dengan film ini.

Awal kisah Malaikat Tanpa Sayap sendiri berfokus pada karakter Vino (Adipati Dolken), seorang remaja yang memiliki hubungan yang kurang begitu dekat dengan keluarganya, khususnya setelah ayahnya, Amir (Surya Saputra), mengalami kebangkrutan akibat ditipu oleh teman bisnisnya. Kebangkrutan Amir kemudian membuat keluarganya semakin berantakan

Page 10: Malaikat Tanpa Sayap

setelah istrinya, Mirna (Kinaryosih), memilih untuk meninggalkan dirinya dan kedua anaknya, Vino dan Wina (Geccha Qheagaveta) yang masih berusia lima tahun. Latar keluarga yang berantakan tersebut kemudian membuat Vino menjadi remaja yang skeptis dan lebih banyak menyendiri serta menutup dirinya dari kehidupan luar.

Pun begitu, ketika Wina mengalami sebuah kecelakaan yang akan mengancam jiwanya jika tidak segera dioperasi, Vino tetap memberikan perhatian besar kepada adiknya. Ia bahkan rela untuk menjual organ jantungnya kepada seorang calo organ tubuh (Agus Kuncoro) agar dapat membiayai pelaksanaan operasi Wina. Di saat yang sama, Vino kemudian berkenalan dengan Mura (Maudy Ayunda), yang secara perlahan, mulai mengubah sikap Vino yang skeptis menjadi seseorang yang lebih memperhatikan orang-orang yang berada di sekitar lingkungannya. Perkenalan itu kemudian juga membuat Vino mengubah pemikirannya tentang pendonoran jantungnya, yang akhirnya justru membuat Vino dikejar-kejar oleh sang calo organ tubuh.

Jika mau dilirik secara sekilas, Malaikat Tanpa Sayap jelas akan dianggap sebagai salah satu film yang sedang mengikuti tren penceritaan romansa dengan menggunakan latar belakang kematian yang memang sedang begitu banyak dieksploitasi oleh banyak pembuat film Indonesia. Dan hal tersebut memang tidak dapat disangkal. Malaikat Tanpa Sayap memang kemudian secara perlahan menggunakan tema-tema seperti ‘hargailah kehidupan’ atau ‘cintailah mereka yang mencintaimu’ atau ‘memanfaatkan setiap momen kehidupan agar menjadi lebih berarti’ yang telah banyak digunakan di berbagai kisah drama romansa remaja Indonesia dalam jalan ceritanya untuk menghasilkan momen sentimental kepada para penontonnya. Namun, untungnya, Rako Prijanto berhasil mengeksekusi jalan cerita Malaikat Tanpa Sayap secara alami, tanpa pernah membuat film ini terasa memaksa agar penontonnya menangis ketika menyaksikan kisahnya. Disinilah Malaikat Tanpa Sayap berhasil tampil superior dari film-film sejenis yang sedang banyak diproduksi di Indonesia.

Sayangnya, tidak keseluruhan durasi Malaikat Tanpa Sayap berjalan dengan mulus. Pada beberapa bagian, Malaikat Tanpa Sayap terkesan mencoba untuk menghadirkan terlalu banyak karakter dan plot untuk terlibat di dalam jalan ceritanya. Akhirnya, beberapa plot cerita dan karakter tersebut malah tidak mampu tergali dengan baik dan menggantung begitu saja tanpa eksplorasi yang tepat. Anggoro Santoro juga seperti kebingungan untuk memilihkan ending cerita yang layak bagi dua karakter utamanya. Hasilnya, naskah cerita Malaikat Tanpa Sayap justru kemudian menghadirkan sebuah twist cerita yang sejujurnya justru merusak seluruh momen melankolis yang telah terbentuk semenjak film ini bergulir. Twist yang dihadirkan sangat lemah, mudah ditebak dan merusak tatanan ending cerita yang seharusnya mampu tampil klimaks dalam penyampaian emosi ceritanya.

Untungnya, Rako Prijanto mendapatkan dukungan penampilan akting kelas atas dari para pengisi departemen aktingnya. Walau Agus Kuncoro dan Kinaryosih terkesan mendapatkan porsi peran yang sia-sia di dalam film ini, serta Adipati Dolken masih terasa kurang mampu mengeluarkan emosinya di beberapa adegan, namun secara keseluruhan, departemen akting Malaikat Tanpa Sayap tampil memuaskan. Penampilan paling memorable yang didapat dari film ini mungkin diberikan oleh Maudy Ayunda dan Surya Saputra, yang begitu mampu untuk menghidupkan karakternya dengan baik sekaligus memberikan berbagai sentuhan emosi yang tepat di saat karakter yang mereka mainkan memang membutuhkannya.

Page 11: Malaikat Tanpa Sayap

Adalah sangat sulit untuk bertahan dan tidak jatuh hati pada Malaikat Tanpa Sayap. Benar bahwa jalan cerita yang dihadirkannya adalah bukan sebuah struktur cerita baru yang spektakuler. Dan benar bahwa Malaikat Tanpa Sayap adalah sebuah film yang memanfaatkan momen-momen kematian untuk menyajikan kisah romansa yang menyentuh pada penontonnya. Namun, Rako Prijanto mampu menghadirkan momen-momen standar tersebut secara alami, tidak pernah memaksa penontonnya untuk merasa tersentuh dengan kisah yang dihadirkan dan menyajikannya dengan begitu ringan namun tetap berisi dan emosional. Plus, Rako dengan jeli berhasil memanfaatkan keindahan lagu Malaikat Juga Tahu milik Dewi Lestari dan menempatkan lagu tersebut pada momen paling krusial di dalam jalan cerita film yang menjadikan Malaikat Tanpa Sayap berhasil tampil begitu romantis, melankolis dan menyentuh tanpa pernah terasa terlalu mengada-ada – setidaknya jika Anda membuang jauh ending cerita film ini.

Malaikat Tanpa Sayap (Starvision Plus, 2012)

Malaikat Tanpa Sayap (2012)

Directed by Rako Prijanto Produced by Chand Parwez Servia Written by Anggoro Saronto, Titien Wattimena Starring Adipati Dolken, Maudy Ayunda, Surya Saputra, Ikang Fawzi, Kinaryosih, Agus Kuncoro, Geccha Qheagaveta, Reza Pahlevi, Fauzan Ja’far Music by Tya Subiakto Satrio Cinematography M Firdaus Editing by Cesa David Luckmansyah, Syarif Hidayat Studio Starvision Plus Running time 104 minutes Country Indonesia Language Indonesian