10 Nama Malaikat

22

Click here to load reader

description

1

Transcript of 10 Nama Malaikat

Page 1: 10 Nama Malaikat

10 Nama-Nama Malikat dan Tugas-Tugasnya yang Wajib Kita Ketahui

Jaman sekarang ini orang lebih akrab dengan internet dan teknologi terkini, tidak ada masalah juga sih.... yang penting tetap sesuai dengan aturan-aturan. iya kan???? ^_^

Banyak remaja yang sering leng-long kalau ditanya tentang agama... saya juga termasuk sih... heheeBelajar lagi deh... inget-inget pelajaran jaman SD dulu, tentang Malaikat... iyaa... 10 malaikat dan tugas-tugasnya yang wajib diimani. Malu dong sama adek yang lagi hapal-hapalnya ....Pengertian

Malaikat adalah ciptaan Allah yang ghaib, yang tidak mempunyai nafsu dan pikiran, tidak berbapak dan tidak beribu, juga tidak beranak. Malaikat hanya mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. Malaikat ada baaaaanyak banget, tapi yang wajib diimani hanya ada sepuluh.

Keimanan kepada malaikat masuk ke dalam rukun Iman yang kedua, maka setiap orang islam yang mengaku muslim harus mengimani keberadaan malaikat.Nama-Nama 10 Malaikat dan Tugasnya

1. Malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu Allah kepada nabi dan rasul.

2. Malaikat Mikail yang bertugas memberi rizki / rejeki pada manusia.

3. Malaikat Israfil yang memiliki tanggung jawab meniup terompet sangkakala di waktu hari kiamat.

4. Malaikat Izrail yang bertanggungjawab mencabut nyawa.

5. Malikat Munkar yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan yang buruk manusia di alam kubur.

6. Malaikat Nakir yang bertugas menanyakan dan melakukan

pemeriksaan pada amal perbuatan baik manusia di alam kubur bersama Malaikat Munkar.

7. Malaikat Raqib / Rokib yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat segala amal baik manusia ketika hidup.

8. Malaikat Atid / Atit yang memiliki tanggungjawab untuk mencatat segala perbuatan buruk / jahat manusia ketika hidup.

Page 2: 10 Nama Malaikat

9. Malaikat Malik yang memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka.

10. Malaikat Ridwan yang berwenang untuk menjaga pintu sorga / surga.

Perbedaan Malaikat dengan Jin, Setan / Syetan dan Iblis

Malaikat terbuat dari cahaya atau nur sedangkan jin berasal dari api atau nar. Malaikat selalu tunduk dan taat kepada Allah sedangkan jin ada yang muslim dan ada yang kafir. Yang kafir adalah syetan dan iblis yang akan terus menggona manusia hingga hari kiamat agar bisa menemani mereka di neraka.

Malaikat tidak memiliki hawa nafsu sebagaimana yang dipunyai jin. Jin yang jahat akan selalu senantiasa menentang dan menjalankan apa yang dilarang oleh Tuhan Allah SWT. Malaikat adalah makhluk yang baik dan tidak akan mencelakakan manusia selama berbuat kebajikan, sedangkan syetan dan iblik akan selalu mencelakakan manusia hingga hari akhir. 

Semoga dengan ini semuanya bisa mengigat kembali para Malikat-Malaikat kita & tugas-tugas-Nya dan bisa menyebarkannya ke penjuru dunia,Amiiinnn.

RUKUN ISLAM

1.Mengucap dua kalimat syahadat.

2.Menunaikan sholat lima waktu dalam sehari semalam.

3.Mengeluarkan zakat.

4.Berpuasa pada bulan Ramadhan.

5.Melaksanakan haji bagi mereka yang mampu.

RUKUN IMAN

1. Iman kepada ALLAH

2. Iman kepada Malaikat-malikat ALLAH

3. Iman Kepada Kitab-kitab ALLAH

4. Iman Kepada Rasul-rasul ALLAH

Page 3: 10 Nama Malaikat

5. Iman kepada hari Kiamat

6. Iman kepada Qada dan Qadar

Hadits Ibnu Umar Tentang Rukun Islam (Hadits Ke-3 Arbain Annawawiyyah)

March 8, 2012

oleh : Ustadz Kharisman

Cن? عAن? ض?يA عHمAرA اب Aر HهM CهHمAا الل سHولH قAالA قAالA عAن Aه? رM MهH صAلMى الل Cه? الل Aي MمA عAل ل AسAو Aي? Hن مH ب Aال Cس? Cى اإلAلAع

هAادAة? خAمCس_ Aش CنA AهA الA أ ?ل ?الM إ MهH إ AنM الل سHولH مHحAمMدiا وAأ Aه? رM ? الل ?قAام ة? وAإ AالMاء? الصA ?يت Aاة? وAإ ك Mالز sجAحC ? وAال وAصAوCم

AانAضAم Aر

Dari Ibnu Umar –semoga Allah meridhai keduanya (Umar dan anaknya)- beliau berkata: Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Islam dibangun atas 5 (rukun): Persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, dan menegakkan sholat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadlan (H.R alBukhari dan Muslim)

PENJELASAN:

Pada lafadz alBukhari haji disebutkan sebelum puasa Ramadlan. Sebagian Ulama’ menyatakan bahwa periwayatan yang menyebutkan haji sebelum puasa Ramadlan adalah periwayatan secara makna9. Sedangkan secara urutan, puasa Ramadlan didahululan terhadap haji. Hal ini pernah dikonfirmasikan secara langsung kepada Ibnu Umar, dan beliau sendiri membenarkan urutan puasa Ramadlan sebelum haji 10

RUKUN ISLAM

I)     Bersaksi untuk 2 hal:

a)    Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah)

b)    Muhammad adalah utusan Allah.

Persaksian tersebut mengandung konsekuensi:

-      Konsekuensi syahadat Laa Ilaaha Illallah : mempersembahkan ibadah hanya kepada Allah semata, dan mengingkari segala bentuk penyembahan kepada selain Allah

Page 4: 10 Nama Malaikat

-      Konsekuensi persaksian bahwa Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah utusan Allah:

(i)           Membenarkan kabar dari Nabi.

(ii)          Mentaati perintah Nabi

(iii)        Menjauhi larangan Nabi.

(iv) Tidak beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala kecuali dengan aturan/ syariat yang dituntunkan Nabi.

II)   Menegakkan sholat

Sholat yang wajib ditegakkan adalah sholat 5 waktu sehari semalam: Subuh, Dzhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’.

Sholat tersebut memiliki syarat-syarat sah, rukun, dan kewajiban-kewajiban, serta sunnah-sunnah.

Syarat sah sholat:

1)    Suci dari hadats besar dan kecil 11

2)    Suci dari najis pada tubuh, pakaian, dan tempat sholat 12

3)    Menutup aurat, bagi pria: dari pusar hingga lutut. Wanita: seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan.

4)    Menghadap ke arah kiblat.

Bagi orang yang melihat langsung ka’bah ia harus menghadap ke dzat/ benda ka’bah, sedangkan bagi orang yang jauh dari ka’bah cukup menghadap ke arah Makkah. Persis sudutnya lebih baik, namun kalau tidak bisa, bagi orang di Indonesia cukup menghadap ke arah Barat (antara Selatan dan Utara).

5)    Sudah masuk waktu sholat 13

6)    Niat

Sebagaimana telah dijelaskan pada hadits pertama bahwa niat tempatnya adalah di hati dan tidak dilafalkan, karena memang tidak ada tuntunannya dari Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam untuk melafalkan niat

Rukun-rukun Sholat 14  :

1. Berdiri bagi yang mampu, dalam sholat wajib.

Untuk sholat sunnah, tidak mengapa sholat dengan duduk meski mampu berdiri, dan pahalanya menjadi setengah sholat berdiri.

1. Takbiratul Ihram : ucapan “Allahu Akbar”.

Ucapan “Allahu Akbar” adalah rukun, sedangkan gerakan mengangkat tangannya adalah Sunnah.

1. Membaca Al-Fatihah2. Gerakan ruku’......!!!!!!

Page 5: 10 Nama Malaikat

-      Minimal: membungkukkan badan sehingga memungkinkan tangan menyentuh lutut.

-      Sempurna : membungkukkan badan dan posisi  punggung rata dan sejajar dengan kepala.

1. Gerakan bangkit dari ruku’2. Gerakan I’tidal : posisi berdiri tegak setelah dari ruku’.3. Gerakan sujud.

Terdapat tujuh anggota sujud: dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, ujung jari.

1. Gerakan bangkit dari sujud2. Duduk di antara dua sujud

10. Thuma’ninah : tenang dan tidak tergesa-gesa pada setiap gerakan

11. Bacaan tasyahhud akhir dan sholawat kepada Nabi di tasyahhud akhir

12. Gerakan duduk tasyahhud akhir

13. Salam

14. Urut pada setiap gerakan

Kewajiban dalam sholat 15:

1. Bacaan takbir selain takbiratul ihram.2. Ucapan “Sami’allaahu liman hamidah” saat bangkit dari ruku’ untuk

Imam dan orang yang sholat sendirian3. Ucapan “Robbanaa wa lakal hamdu” pada saat I’tidal. 16

4. Ucapan “Subhaana Robbiyal ‘Adzhiim” minimal sekali pada saat ruku’5. Ucapan “Subhaana Robbiyal A’laa” minimal sekali saat sujud6. Ucapan “Robbighfirlii” minimal sekali saat duduk di antara dua sujud7. Bacaan Tasyahhud Awal8. Gerakan duduk tasyahhud awal.

III)          Menunaikan Zakat

Zakat yang wajib ada 2 :

a)    Zakat Fithri atau umumnya disebut zakat fitrah 17

b)    Zakat harta (maal)

Syarat suatu harta wajib dizakati adalah :

a)    Dimiliki secara sempurna.

b)    Mencapai nishab (kadar minimal dikeluarkannya zakat).

c)    Telah mencapai haul (sempurna dimiliki 1 tahun).

Harta yang wajib dizakati adalah:

i)             Emas dan perak (mata uang).

Nishab emas : sekitar 70-92 gram emas murni 24 karat.

Page 6: 10 Nama Malaikat

Nishab perak : sekitar 460 – 595 gram perak murni.

Nishab mata uang disetarakan dengan nishab emas. 18

Zakat yang dikeluarkan adalah 2,5%.

ii)           Hewan ternak (unta, sapi, kambing)

iii) Pertanian.

Syarat zakat pertanian :

a)    Berbentuk biji atau buah-buahan

b)    Dapat ditakar atau ditimbang

c)    Dapat disimpan lama.

d)    Memiliki pemilik (ditanam manusia)

e)    Nishabnya adalah 300 sha’ (sekitar 750 -900 kg).

Zakat pertanian harus dikeluarkan setiap selesai panen sebesar 10% jika pengairan secara alami tanpa biaya, dan 5% jika pengairan menggunakan biaya.

Golongan yang berhak menerima zakat harta adalah 8 golongan yang disebutkan dalam al-Qur’an surat atTaubah ayat 60. Zakat harta tidak boleh diberikan kepada orang-orang yang harus dinafkahi seperti anak, istri, orang tua, karena wajib memberikan nafkah kepada mereka ketika mereka membutuhkan.

IV)  Shoum (puasa) Ramadlan

Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari di bulan Ramadlan

Pembatal-pembatal puasa:

a)    Makan, minum, dan yang semakna dengan makan dan minum (contoh: infus)

b)    Berhubungan suami istri atau mengeluarkan mani secara sengaja

c)    Muntah secara sengaja

d)    Berbekam (termasuk juga donor darah).

Seseorang yang berpuasa harus meninggalkan segala hal yang mengurangi pahala puasa. Segala jenis dosa mengurangi atau bisa membatalkan pahala puasa.

V)   Menunaikan ibadah haji ke Baitullah bagi yang mampu.

Rukun haji: Ihram, Wukuf di Arafah, Tawaf Ifadhah, Sa’i.

Kewajiban haji : Ihram (berniat) haji dari Miqot, Mabit di Muzdalifah, Mabit di Mina, melontar jumroh Ula;Wushtho; dan Aqobah, Thawaf Wada’.

Page 7: 10 Nama Malaikat

Jika rukun tidak dikerjakan, haji tidak sah. Jika kewajiban tidak dikerjakan, harus membayar dam (dua ekor kambing disembelih di Makkah dan dibagikan pada fakir miskin di daerah tersebut).

CATATAN KAKI

9.Periwayatan secara makna, maksudnya periwayatan yang tidak menukil secara persis sama lafadznya. Yang diperhatikan adalah maknanya sama. Karena itu,  urutan penyebutan rukun itu tidak diperhatikan. Periwayatan ini melalui jalur perawi bernama Handzholah.

Page 8: 10 Nama Malaikat

10 Dari jalur Sa’ad bin Ubadah dari Ibnu Umar yang diriwayatkan Muslim:

CنAد? عCع Aن? سC CدAةA ب Aي Cن? عAنC عHب ?يs عAنC عHمAرA اب Mب MهH صAلMى الن Cه? الل Aي MمA عAل ل AسAو AالAق Aي? Hن مH ب Aال Cس? Cى اإلAلAة_ ع AسCمAخ

AنC عAلAى HوAحMدA أ MهH ي ? الل ?قAام ة? وAإ AالMاء? الصA ?يت Aاة? وAإ ك Mالز ? Aام مAضAانA وAص?ي Aر sجAحC جHل� فAقAالA وAال Aج� رAحC AامH ال وAص?ي

AانAضAم Aر AالAق Aال HامA مAضAانA ص?ي Aج� رAحC AذAا وAال HهH هAك م?عCت Aس Cول? م?نHس Aه? رM MهH صAلMى الل Cه? الل Aي MمA عAل ل AسAو

Dari Sa’ad bin Ubaidah dari Ibnu Umar dari Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: Islam dibangun di atas 5 (rukun): Mentauhidkan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, puasa Ramadlan dan haji. Seorang laki-laki bertanya (kepada Ibnu Umar): haji dan puasa Ramadlan? (Ibnu Umar) berkata: Tidak, puasa Ramadlan dan haji. Demikianlah aku mendengar dari Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam (H.R Muslim)

11.Contoh hadats besar : mengalami junub setelah berhubungan suami-istri atau mimpi basah (ihtilam),haidl dan nifas bagi wanita.

Cara menghilangkan hadats besar adalah dengan melakukan mandi wajib. Kadar mandi wajib yang sah, minimal adalah berniat, berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung, dan mengguyurkan air ke seluruh tubuh.

Hadats kecil adalah semisal: keluarnya sesuatu dari kemaluan dan dubur (kencing, buang angin, buang air besar, madzi, wadi), tidur pulas, makan daging unta.

Cara menghilangkan hadats kecil adalah dengan berwudlu’. Kadar wudlu’ yang sah, minimal adalah: berniat, membaca bismillah (Sunnah), berkumur-kumur bersamaan dengan memasukkan air ke hidung kemudian mengeluarkannya, mencuci wajah, mencuci kedua tangan sampai siku, mengusap kepala kemudian telinga, mencuci kedua kaki hingga mata kaki.

Wudhu’ dan mandi membutuhkan air. Jika tidak ada air atau tidak mampu menggunakan air (karena sakit atau sebab lain) maka bertayammum. Tata cara bertayammum adalah : berniat dalam hati,

tayamum

Page 9: 10 Nama Malaikat

tayamum,,membaca bismillah, menepukkan kedua telapak tangan ke tanah/ debu yang suci dengan sekali tepukan, meniup kedua telapak tangan sebelum membasuhnya, kemudian mengusap telapak tangan ke muka. Setelah itu mengusap telapak tangan yang satu dengan yang lain secara bergantian, dimulai dari ujung-ujung jari hingga pergelangan tangan.

12.Sebagian Ulama’ membagi jenis berdasarkan kadarnya menjadi 3:

a)        Najis ringan

è  Air kencing anak kecil yang belum memakan apapun kecuali ASI

è  Madzi : cairan tipis, putih, lengket yang keluar pada kemaluan laki-laki ketika bangkit syahwatnya.

Cara membersihkannya cukup dengan memercikkan air ke tempat yang terkena najis.

b)       Najis sedang

è  Kencing dan kotoran manusia

è  Kencing dan kotoran hewan yang dagingnya tidak halal dimakan

è  Darah haid dan nifas

è  Daging babi

Cara membersihkannya dengan menghilangkan zat najis yang melekat. Baik dengan air ataupun media lain, asalkan zat najisnya hilang. Jika masih tersisa sedikit warnanya maka dimaafkan, asalkan bau dan rasanya telah hilang.

c)        Najis berat

è  Jilatan anjing

Cara membersihkannya adalah dengan mencuci sebanyak 7 kali salah satunya dengan tanah.

13.Waktu-waktu sholat:

Subuh : dari terbitnya fajar shodiq hingga terbitnya matahari.

Dzhuhur : dari matahari tergelincir hingga bayangan suatu benda sama dengan tingginya.

Ashar, memiliki 2 waktu:

-       Waktu ikhtiyari : dari berakhirnya waktu Dzhuhur hingga matahari berwarna kuning kemerahan (sekitar 20 menit sebelum matahari tenggelam). Waktu ini adalah bagi orang yang memiliki kelapangan. Tidak boleh menunda hingga terbenamnya matahari.

-       Waktu dharuri : waktu darurat untuk orang-orang tertentu yang karena udzur tidak bisa melakukan di waktu ikhtiyari. Waktunya hingga matahari tenggelam.

Page 10: 10 Nama Malaikat

Maghrib : dari tenggelamnya matahari hingga hilangnya warna merah di ufuk barat.

Isya’, memiliki 2 waktu:

-       Waktu ikhtiyari : dari berakhirnya waktu Maghrib hingga pertengahan malam.

-       Waktu dharuri : hingga terbitnya fajar.

14 Rukun sholat adalah gerakan atau bacaan sholat yang jika ditinggalkan karena lupa atau sengaja menyebabkan sholat batal atau rokaat yang sedang berjalan batal.

15. Kewajiban dalam sholat adalah bacaan atau gerakan yang jika ditinggalkan secara sengaja menyebabkan sholat batal, jika karena tidak sengaja, harus diganti dengan sujud sahwi

16.Bisa menggunakan lafadz-lafadz sebagai berikut (semuanya berdasarkan hadits yang shahih):

-       Robbanaa wa lakal hamdu

-       Robbanaa lakal hamdu

-       Allahumma Robbanaa wa lakal hamdu

-       Allahumma Robbanaa lakal hamdu

17. Zakat fithri adalah zakat yang harus dikeluarkan muslim dalam bentuk makanan sebelum Iedul Fithri. Zakat fithri hanya diberikan kepada fakir miskin. Ukurannya adalah sekitar 2,5 – 3 kg bahan makanan pokok (beras). Penyerahan zakatul fithri paling awal adalah 2 hari sebelum Iedul Fithri sebagaimana dilakukan Ibnu Umar.

Sebagian Ulama’, di antaranya al-Lajnah ad-Daimah berpendapat bahwa nishab mata uang mengikuti perak. Namun, pendapat yang lebih kuat adalah mengikuti emas, karena : (i) takaran perak di zaman Nabi dengan saat ini jauh berbeda, sedangkan emas lebih stabil, (ii) Kalau XX\disetarakan dengan nishab zakat yang lain, seperti zakat peternakan, lebih sesuai atau mendekati. 

Wallaahu A’lam

Sebarkan :

PENJELASAN RINGKAS RUKUN IMAN

Posted on January 7, 2009 by Abu Mushlih

[1] IMAN KEPADA ALLAH

Page 11: 10 Nama Malaikat

Iman terhadap wujud Allah

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 15

Iman terhadap wujud Allah ditopang oleh fitrah, akal sehat, dalil syari’at

dan juga indera. Secara fitrah setiap manusia pasti mengakui bahwa ada

yang menciptakan dirinya, hal itu dia yakini tanpa perlu berpikir panjang

atau pun belajar ilmu tertentu. Tidak ada yang menyimpang dari

keyakinan ini selain orang yang sudah terpengaruh faktor lain yang

menyimpangkannya dari fitrah tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda, “Setiap bayi dilahirkan pasti dalam keadaan di atas fitrah. Maka

kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani

atau Majusi.” (HR. Bukhari).

Adapun secara akal maka sesungguhnya keberadaan makhluk yang ada

sejak dahulu hingga sekarang ini semua menunjukkan pasti ada yang

menciptakan mereka. Tidak mungkin mereka menciptakan dirinya sendiri,

atau terjadi secara tiba-tiba tanpa pencipta. Maka tidak ada kemungkinan

selain alam ini pasti diciptakan oleh Allah ta’ala. Allah berfirman (yang

artinya), “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun yang ada

sebelumnya ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri?” (QS. ath-

Thur : 35). Ketika mendengar dibacakannya ayat ini maka Jubair bin

Muth’im yang pada saat itu masih kafir mengatakan, “Hampir-hampir saja

hatiku terbang, itulah saat pertama kali iman menyentuh dan

bersemayam di dalam hatiku.” (HR. Bukhari).

Begitu pula adanya kitab-kitab suci yang semuanya berbicara tentang

Allah, ini merupakan dalil syari’at tentang keberadaan/wujud Allah.

Sedangkan secara indera adalah kita bisa menyaksikan terkabulnya doa

yang dipanjatkan oleh orang. Sebagaimana yang terjadi pada Nabi Nuh.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan Nuh, ingatlah ketika dia menyeru

(Rabbnya) sebelum itu dan Kami pun mengabulkan doanya.” (QS. al-

Anbiya’ : 72). Demikian pula apa yang disaksikan oleh umat para nabi

berupa mukjizat nabi yang diutus kepada mereka. Seperti contohnya

mukjizat nabi Musa yang membelah lautan dengan tongkatnya. Allah

berfirman (yang artinya), “Maka Kami wahyukan kepada Musa

pukulkanlah dengan tongkatmu ke laut itu, maka ia pun terbelah dan

setiap sisinya menjadi setinggi gunung yang tinggi.” (QS. asy-Syu’ara’ :

63).

Page 12: 10 Nama Malaikat

Iman terhadap Rububiyyah Allah

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 19

Rabb adalah Dzat yang memiliki kuasa menciptakan, mengatur urusan

dan memerintah. Kita wajib mengimani bahwa tidak ada pencipta,

pengatur dan yang berhak memerintah semua makhluk selain Allah

semata. Allah berfirman (yang artinya), “Ingatlah sesungguhnya

menciptakan dan memerintah adalah hak-Nya.” (QS. al-A’raaf : 54). Allah

juga berfirman (yang artinya), “Itulah Allah Rabb kalian. Sang pemilik

kerajaan. Sedangkan sesembahan yang kalian seru selain-Nya tidaklah

menguasai apapun walaupun hanya setipis kulit ari.” (QS. Fathir : 13).

Tidak ada orang yang mengingkari hal ini kecuali dikarenakan

kesombongan dan kecongkakan seperti halnya Fir’aun.

Orang-orang musyrik pun sudah mengakui hal ini bahwa tidak ada yang

menguasai alam ini dan menciptakan langit dan bumi selain Allah. Allah

berfirman (yang artinya), “Dan sungguh jika kalian tanyakan kepada

mereka; siapakah yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka pasti

menjawab; yang menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi

Maha Mengetahui.” (QS. az-Zukhruf : 9). Allah juga berfirman (yang

artinya), “Dan sungguh jika kalian tanyakan kepada mereka; siapakah

yang menciptakan mereka, maka pasti mereka akan mengatakan :

Allah…” (QS. az-Zukhruf : 87).

Iman terhadap Uluhiyyah Allah

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 21

Artinya kita mengimani bahwa hanya Allah sesembahan yang benar dan

tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Sesembahan

kalian adalah sesembahan yang esa. Tidak ada sesembahan selain Dia,

Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah : 163).

“Demikian itulah kuasa Allah, Dia adalah sesembahan yang haq

sedangkan segala yang diseru selain-Nya adalah sesembahan yang batil.”

(QS. al-Hajj : 62). Maka segala sesuatu yang disembah selain Allah adalah

batil. Oleh sebab itu dakwah yang diserukan oleh para rasul adalah sama

yaitu, “Hai kaumku, sembahlah Allah. tidak ada sesembahan yang benar

bagi kalian selain Dia.” (QS. al-A’raaf : 59).

Iman terhadap Asma wa Sifat Allah

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 23

Page 13: 10 Nama Malaikat

Yaitu dengan menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang

disebutkan oleh Allah atau rasul-Nya, di dalam al-Qur’an ataupun as-

Sunnah sesuai dengan kemuliaan-Nya, tanpa menyimpangkan maknanya,

tanpa menolak, dan tanpa menentukan bentuk dan caranya, serta tidak

disertai dengan menyerupakannya dengan makhluk. Allah berfirman

(yang artinya), “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia

Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. asy-Syura : 11).

Dalam mengimani hal ini terdapat dua kelompok besar yang menyimpang

yaitu mu’aththilah dan musyabihah. Mu’aththilah menolak nama, sifat

ataupun sebagian darinya dengan alasan bahwa apabila kita menetapkan

hal itu akan menyebabkan terjadinya penyerupaan Allah dengan makhluk.

Hal ini jelas tidak benar karena itu sama saja mengatakan bahwa di dalam

al-Qur’an terdapat pertentangan. Padahal Allah sendiri yang menetapkan

adanya nama atau sifat tersebut. Dan pertentangan ini sangat mustahil

terjadi. Sedangkan kaum musyabbihah menetapkan nama dan sifat akan

tetapi menyerupakan hakikatnya dengan nama dan sifat makhluk.

Menurut mereka itulah yang dimaksud oleh dalil, padahal Allah sendiri

menyatakan bahwa tidak ada yang serupa dengan-Nya. Maka

menyerupakan Allah dengan makhluk jelas sebuah kebatilan, karena

sama nama belum tentu hakikatnya sama.

[2] IMAN KEPADA MALAIKAT

Kandungan iman kepada malaikat

Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 27

Malaikat adalah makhluk ghaib yang senantiasa taat beribadah kepada

Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Allah menganugerahkan

kepada mereka ketundukan yang penuh terhadap perintah-Nya dan

kekuatan yang hebat sehingga dapat melaksanakannya. Jumlah mereka

banyak, tidak ada yang dapat menghitung semuanya kecuali Allah. Hal itu

sebagaimana diceritakan oleh Nabi dalam hadits Anas yang mengisahkan

peristiwa mi’raj Nabi ke langit bahwa di baitul ma’mur ada tujuh puluh

ribu malaikat yang mengerjakan shalat di sana; apabila mereka sudah

keluar darinya maka mereka tidak lagi kembali (HR. Bukhari dan Muslim).

Mengimani malaikat mengandung :

Keimanan terhadap wujud/keberadaan mereka

Page 14: 10 Nama Malaikat

Mengimani nama-nama mereka yang kita ketahui dan keberadaan

mereka meskipun tidak kita ketahui namanya

Mengimani sifat-sifat mereka yang diberitakan kepada kita

Mengimani perbuatan atau tugas mereka yang kita ketahui

Buah iman kepada malaikat

Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 29

Iman kepada malaikat akan dapat membuahkan manfaat yang agung di

antaranya :

Mengetahui kebesaran Allah ta’ala dan kemahakuasaan-Nya

Bersyukur kepada Allah atas perhatian-Nya kepada manusia di mana

Allah menciptakan malaikat yang menjaga mereka, mencatat amal-

amal mereka

Mencintai ketaatan malaikat terhadap perintah Rabbnya

[3] IMAN KEPADA KITAB-KITAB

Kandungan iman kepada Kitab

Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 32

Yang dimaksud dengan kitab di sini adalah kitab-kitab suci yang Allah

turunkan kepada para rasul-Nya sebagai bukti kasih sayang-Nya kepada

manusia, petunjuk bagi mereka agar mereka bisa mendapatkan

kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Iman kepada kitab-kitab

mengandung empat hal :

Mengimani bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar turun dari sisi Allah

Mengimani nama-nama kitab yang kita ketahui, adapun yang tidak kita

ketahui namanya maka kita mengimaninya secara global

Membenarkan berita yang sahih yang terdapat di dalamnya

sebagaimana berita-berita yang terdapat di dalam al-Qur’an dan

berita-berita di dalam kitab suci terdahulu yang tidak diubah-ubah atau

diselewengkan

Mengamalkan hukumnya yang belum dihapus oleh al-Qur’an dan

merasa ridha dan pasrah kepada ketentuannya, sedangkan

pemberlakuan kitab suci terdahulu telah dihapuskan semuanya oleh al-

Qur’an

Buah iman kepada Kitab

Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 33

Iman kepada kitab membuahkan :

Page 15: 10 Nama Malaikat

Menyadari perhatian Allah kepada hamba-hamba-Nya di mana Allah

telah menurunkan kitab-kitab kepada masing-masing kaum sebagai

petunjuk untuk mereka

Mengetahui kebijaksanaan Allah dalam menetapkan syari’at-Nya di

mana Allah menetapkan syari’at yang sesuai dengan keadaan masing-

masing kaum

Iman terhadap al-Qur’an

Rujukan : Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 53

al-Qur’an adalah kalamullah, lafaz maupun maknanya. Diturunkan dari-

Nya, bukan makhluk. Didengar oleh Jibril dan disampaikan kepada

Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kemudian beliau

menyampaikannya kepada para sahabatnya. Itulah yang kita baca

dengan lisan kita, yang ditulis di dalam mushaf, dihafal di dalam dada dan

kita dengar dengan telinga kita. al-Qur’an diturunkan kepada Nabi yang

terakhir dan ia merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan kepada

manusia dan menghapus syari’at-syari’at terdahulu. al-Qur’an yang ada di

tangan-tangan kita itulah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan

ia akan tetap ada hingga tiba waktunya diangkat di akhir zaman nanti.

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunaikan tugasnya

untuk menjelaskan al-Qur’an ini dengan ucapan, perbuatan dan

ketetapannya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan

kepadamu al-Qur’an agar kamu jelaskan kepada manusia apa yang

diturunkan kepada mereka dan supaya mereka mau berpikir.” (QS. an-

Nahl : 44).

[4] IMAN KEPADA PARA RASUL

Definisi rasul

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 34

Secara bahasa Rasul artinya orang yang diutus untuk menyampaikan

sesuatu. Sedangkan pengertian rasul dalam syari’at adalah orang yang

mendapatkan wahyu dengan syari’at serta diperintahkan untuk

menyampaikannya. Rasul yang pertama adalah Nuh ‘alaihis salam,

sedangkan rasul yang terakhir adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa

sallam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah

wahyukan kepadamu al kitab sebagaimana Kami mewahyukan kepada

Nuh dan nabi-nabi sesudahnya.” (QS. an-Nisaa’ : 163). Allah juga

berfirman (yang artinya), “Bukanlah Muhammad itu sekedar bapak dari

Page 16: 10 Nama Malaikat

salah seorang dari kalian akan tetapi dia adalah seorang utusan Allah dan

penutup nabi-nabi.” (QS. al-Ahzab : 40).

Perbedaan nabi dengan rasul

Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 61

Nabi secara istilah adalah seorang lelaki merdeka yang mendapatkan

berita dari Allah ta’ala dengan syari’at terdahulu untuk dia ajarkan kepada

orang-orang di sekelilingnya yang telah menganut syariat terdahulu

tersebut. Adapun rasul adalah lelaki merdeka yang mendapatkan berita

dari Allah dengan syariat serta diprintahkan untuk menyampaikannya

kepada kelompok orang yang tidak mengetahuinya atau kaum yang

menyelisihinya dari kalangan orang-orang yang menjadi sasaran

dakwahnya. Kenabian merupakan sayrat kerasulan, sehingga tidak bisa

menjadi rasul kecuali nabi. Setiap rasul adalah nabi dan tidak sebaliknya.

Rasul diutus kepada orang yang belum mengenal agama Allah dan

syari’at-Nya atau kepada orang-orang yang telah mengubah syariat dan

agama dalam rangka mengajari dan mengembalikan mereka kepada

ajaran yang benar. Maka rasul adalah hakim di antara mereka. Sedangkan

nabi hanya diutus untuk mendakwahkan syariat sebelumnya yang sudah

ada.

Kandungan iman kepada para Rasul

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 36

Iman kepada para rasul mengandung beberapa hal :

Mengimani bahwa risalah mereka adalah haq dari sisi Allah, maka

barangsiapa yang mengingkari risalah salah satu saja di antara mereka

sama saja dia telah kafir kepada mereka semua. Allah berfirman (yang

artinya), “Kaum Nuh mendustakan seluruh rasul.” (QS. asy-Syu’ara’ :

105).

Mengimani rasul yang kita ketahui namanya, dan apabila tidak kita

ketahui maka kita mengimani mereka secara global

Membenarkan berita yang benar-benar diberitakan oleh mereka

Mengamalkan syari’at rasul yang diutus kepada kita yaitu Nabi

Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

Buah iman kepada para Rasul

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 38

Iman kepada rasul membuahkan berbagai faidah di antaranya :

Page 17: 10 Nama Malaikat

Mengetahui rahmat Allah ta’ala dan perhatian-Nya kepada hamba-

hamba-Nya di mana Allah mengutus untuk mereka para rasul yang

menunjukkan kepada mereka kepada jalan Allah dan menjelaskan

kepada mereka tata cara beribadah kepada-Nya

Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini

Mencintai para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam dan

mengagungkan mereka, memuji mereka dengan pujian yang

sepantasnya karena mereka adalah para utusan Allah yang telah

menunaikan dengan baik kewajiban beribadah kepada-Nya serta

menyampaikan risalah kepada umat manusia.

Mencintai dan mengagungkan Rasulullah

Kitab Tauhid li Shafits Tsalits hal. 65

Wajib bagi setiap orang untuk mencintai Allah, bahkan hal itu tergolong

ibadah yang paling agung. Dan salah satu konsekuensi kecintaan

kepada Allah adalah kecintaan kepada Rasul. Nabi bersabda, “Tidaklah

beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya

daripada anak dan orang tuanya, dan dari seluruh manusia.” (HR.

Bukhari dan Muslim).

Di samping itu kita juga dilarang melakukan perbuatan melampaui

batas dan berlebih-lebihan dalam memuji beliau. Beliau bersabda,

“Janganlah kamu memujiku sebagaimana kaum Nashara memuji Isa

putera Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka

katakanlah bahwa aku adalah hamba dan utusan-Nya.” (HR. Bukhari

dan Muslim).

Termasuk bentuk pengagungan kepada beliau adalah dengan

menjunjung tinggi sunnah-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan

tidaklah ia (Muhammad) berbicara dengan hawa nafsunya, namun itu

adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. an-Najm : 3-4). Dan

kita juga tidak boleh sembarangan membicarakan sahih tidaknya

hadits tanpa landasan ilmu.

[5] IMAN KEPADA HARI AKHIR

Kandungan iman kepada hari Akhir

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 40

Hari akhir adalah hari tatkala umat manusia dibangkitkan dari kuburnya

untuk dihisab dan dibalas amal-amalnya. Iman kepada hari akhir

mengandung 3 hal :

Page 18: 10 Nama Malaikat

Iman akan terjadinya hari kebangkitan; yaitu dihidupkannya orang-

orang yang telah mati ketika ditiupnya sangkakala untuk kedua kalinya

maka bangkitlah mereka untuk menghadap Allah dalam keadaan tidak

beralas kaki, tidak berpakaian, dan belum berkhitan.

Iman terhadap adanya hisab dan pembalasan amal. Setiap orang akan

dibalas berdasarkan amalnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari

kebijaksanaan Allah ta’ala yang telah menurunkan kitab-kitab dan

mengutus para rasul serta mewajibkan umat manusia untuk menerima

dan melaksanakan ajaran mereka, bahkan Allah juga memerintahkan

untuk memerangi orang-orang yang menentang rasul-Nya, kalau

seandainya setelah itu semua tidak ada balasan dan maka niscaya ini

semua merupakan sebuah kesia-siaan yang Allah tentu saja terbebas

darinya

Iman terhadap surga dan neraka. Keduanya merupakan tempat tinggal

abadi bagi manusia. Surga adalah negeri yang penuh dengan

kenikmatan yang Allah persiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang

beriman dan bertakwa. Sedangkan neraka adalah negeri yang penuh

dengan siksaan yang dipersiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang

kafir dan zalim.

Fitnah kubur dan siksa kubur

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 44

Kita juga wajib mengimani segala peristiwa yang terjadi setelah kematian,

seperti :

Ujian di alam kubur. Yaitu pertanyaan kepada mayit setelah ia

dikuburkan mengenai siapakah Rabbnya, apa agamanya dan siapa

Nabinya. Pada saat itu Allah akan memberikan ketegaran bagi hamba-

hamba-Nya yang beriman sehingga ia akan bisa menjawab

pertanyaan-pertanyaan itu dengan baik.

Siksa dan nikmat kubur. Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang

zalim yaitu orang munafik dan orang kafir. Adapun nikmat kubur

diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan tulus lagi jujur

Buah iman kepada hari Akhir

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 46

Iman kepada hari akhir akan membuahkan :

Menumbuhkan semangat dalam melakukan ketaatan

Memunculkan perasaan takut untuk berbuat maksiat

Page 19: 10 Nama Malaikat

Menghibur hati seorang mukmin yang mengalami kehilangan sebagian

kenikmatan dunia

[6] IMAN KEPADA TAKDIR

Kandungan iman kepada Takdir

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 53

Iman kepada takdir mencakup empat hal :

Mengimani bahwa Allah telah mengetahui segala sesuatu baik secara

global maupun terperinci, baik yang terkait dengan perbuatan Allah

sendiri ataupun perbuatan makhluk

Mengimani bahwa Allah telah menulis ilmunya di dalam Lauhul mahfuz

sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi

Mengimani bahwa segala kejadian di alam ini tidak terjadi kecuali

dengan kehendak Allah, baik hal itu berkaitan dengan diri-Nya ataupun

makhluk

Mengimani bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini merupakan

makhluk Allah, baik itu berupa dzat, sifat maupun gerak-geriknya

Kehendak manusia

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 54

Manusia tidak hidup dalam keadaan dipaksa, mereka memiliki pilihan dan

kemampuan. Hal ini ditunjukkan oleh dalil syari’at maupun dalil

kenyataan. Dalil dari syari’at antara lain firman Allah (yang artinya),

“Maka baransgiapa yang berkehendak silakan mengambil jalan untuk

kembali kepada Rabb-nya.” (QS. an-Naba’ : 39). Allah juga berfirman

(yang artinya), “Bertakwalah kepada Allah sekuat kemampuan kalian.”

(QS. at-Taghabun : 16). Sedangkan dalil kenyataan menunjukkan bahwa

setiap orang menyadari bahwa dirinya mempunyai kehendak dan

kemampuan yang dengan itu dia bisa melakukan sesuatu atau

meninggalkannya.

Buah iman kepada Takdir

Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 58

Iman kepada takdir akan menghasilkan :

Sikap bersandar kepada Allah dalam melakukan usaha

Menahan munculnya sikap ujub atau kagum terhadap diri sendiri

Tenang ketika menghadapi musibah yang menimpa

Page 20: 10 Nama Malaikat

Macam-macam taqdir

Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 113

Takdir ada bermacam-macam :

Takdir umum yang mencakup segala sesuatu yaitu yang sudah Allah

tetapkan sejak 50 ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi

Takdir umri; yaitu takdir yang dituliskan ketika seoang bayi mulai

mengawali kehidupannya di dalam rahim ibunya

Takdir sanawi; yaitu takdir yang dituliskan saat Lailatul Qadar di setiap

tahunnya

Takdir yaumi; yaitu takdir yang dituliskan terjadi pada setiap harinya,

baik itu terkait dengan rezeki, hidup maupun matinya seseorang