MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI...

43
1 MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI KOMUNITAS BATAK TOBA DIASPORA DI SALATIGA Oleh Winton Tambunan Nim : 712013071 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol) Program Studi Teologi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2017

Transcript of MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI...

Page 1: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

1

MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI KOMUNITAS

BATAK TOBA DIASPORA DI SALATIGA

Oleh

Winton Tambunan

Nim : 712013071

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi

sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang

Teologi (S.Si.Teol)

Program Studi Teologi

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga 2017

Page 2: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

2

Page 3: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

3

Page 4: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

4

LEMBAR PENGESAHAN

Makna Upacara kematian Saur Matua Bagi Komunitas Batak Toba

Diaspira di Salatiga

oleh:

Winton Tambunan

712013071

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian

dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi

(S.Si.Teol)

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Pdt. Izak Lattu, Ph.D. Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Ketua Program Studi Dekan

Pdt. Izak Lattu, Ph.D. Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2017

Page 5: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

5

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Winton Tambunan

NIM : 712013071

Program Studi : Teologi

Fakultas : Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, dengan judul:

Makna Upacara Kematian Saur Matua Bagi Komunitas Batak Toba Diaspora di

Salatiga.

Yang dibimbing oleh:

1. Pdt. Izak Lattu, Ph.D.

2. Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu

adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan

atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam

bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah

sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber

aslinya.

Salatiga, 2017

Yang memberi pernyataan,

Winton Tambunan

Page 6: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

6

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Winton Tambunan

NIM : 712013071

Program Studi : Teologi

Fakultas : Teologi

Jenis Karya : Jurnal Penelitian

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas karya

ilmiah saya berjudul:

Makna Upacara Kematian Saur Matua Bagi Komunitas Batak Toba Diaspora di

Salatiga

beserta perangkat yang ada (jika perlu).

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal : 21 April 2017

Yang menyatakan,

Winton Tambunan

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Pdt. Izak Lattu, Ph.D. Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu

Page 7: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

7

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena

kasih karuniaNya yang senantiasa melimpah dalam kehidupan penulis. Secara

khusus, penulis mengucapkan syukur karena penyertaanNya yang tak pernah

berhenti mengalir bagi penulis selama penulis menjalani empat tahun masa

pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol). Namun demikian,

laporan ini ditulis bukan karena tugas semata. Penulis menyusun Tugas Akhir ini

dengan harapan karya tulis ini dapat membantu semua orang Batak Toba untuk

memahami kebudayaan, adat- istiadat yang telah dilakukan sejak dahulu hingga

sekarang dimanapun orang Batak Toba berada. Penulis juga berharap laporan ini

dapat berguna di kemudian hari guna referensi atau sekedar menambah pengetahuan

mengenai kebudayaan, adat-istiadat. Besar pula harapan penulis, semoga laporan ini

dapat menjadi berkat bagi para pembaca.

Penulis

Page 8: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

8

Daftar Isi

Halaman Judul

Pernyataan Tidak Plagiat

Pernyataan Persetujuan Akses

1

2

3

Lembar Pengesahan

Lembar Pernyataan Keaslian

Lembar Pernyataan Bebas Royalti dan Publikasi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Ucapan Terima Kasih

Motto

Abstrak

1. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang

1.2.Rumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat

1.3.Metode Penelitian

2. Pengertian Ritual/ Upacara Kematian

2.1.Pengertian Ritual /Upacara Kematian

2.2.Pengertian Ritual /Upacara Kommunitas Diaspora

3. 1. Orang Batak Toba Diaspora di Kota Salatiga

2.1 Asal Mula Orang Batak Toba Di Salatiga

3.1.1. Asal Mula Orang Batak Merantau

3.1.2. Asal Mula Orang Batak Toba di Salatiga

3.1.3. Sistim Kemasyarakatan Batak Toba di Salatiga

3. 2. Upacara Kematian Saur Matua dikalangan Masyarakat Batak

4

5

6

7

8

10

12

13

14

20

24

Page 9: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

9

Toba di Salatiga.

3.2.1. Pemahaman Orang Batak Toba Secara Umum Makna

Upacara Kematian Saur Matua

3.2.2. Perbandingan Pelaksanaan Upacara Saur Matua di

Salatiga

3.2.3. Persamaan Pelaksanaan Upacara Saur Matua di

Salatiga

3. 3. Pemahaman Batak Toba Diaspora di Salatiga Mengenai

Makna

Upacara Kematian Saur Matua

3.3.1. Ungkapan Syukur

3.3.2. Penghormatan

3.3.3. Warisan Leluhur

3.3.4. Penguatan Solidaritas Komunitas Batak Salatiga

3. 4. Pemahaman Batak Toba Diaspora di Salatiga Mengenai

Makna

Upacara Kematian Mempunyai Tahap-tahapan

3.4.1. Upacara di Jabu ( didalam rumah )

3.4.2. Upacara Maralaman ( dihalaman rumah )

3.4.3. Sesudah Upacara Kematian

3. 5. Pemahaman Gereja HKBP Salatiga tentang Makna Upacara

Kematian Saur Matua

4. Analisa Makna Upacara Kemataian Saur Matua di Salatiga

5. Penutup

5. 1. Kesimpulan

5. 2. Saran

Daftar Pustaka

26

28

31

35

37

41

42

Page 10: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

10

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya mengucapkan terima kasih kepada...

1. Tuhan Yesus Kristus atas penyertaanNya dalam seluruh kehidupan saya, yang

selalu tepat waktu. Terkhusus buat kesempatan yang luar biasa, sehingga

mengizinkan saya menikmati pendidikan dan lulus sampai perguruan tinggi.

2. Kepada orang tua, opung Arta br Pangaraji, keluarga besar Tambunan dan

keluarga besar Manik, serta kepada abang saya Bapak Arta Tambunan/ br.

Pandiangan yang atas dukungan dan doa yang tak lelah mereka panjatkan untuk

pendidikan dan kehidupan saya, sehingga berkat doa mereka semua saya pun

bisa lulus tepat waktu. Semua kerja keras dan hasil yang saya dapatkan selama

diperguruan tinggi ini.

3. Istri tersayang Nurseli Manik yang senantiasa memberikan semangat kepada

saya dalam suka dan duka serta selalu menolong saya dalam proses perkuliahan

sampai selesai. Kapada buah hati kami, anak-anak terkasih Dapat Tua, Nova,

Daniel, Haical, Harry dan Rudolf yang selalu memberikan semangat dan

dukungan doa sehingga saya dapat kuat, semangat dan mampu menjalani proses

perkuliahan hingga pada akhirnya pencapaian gelar sarjana.

4. Abang anda yang saya kasihi Bapak St. Amri Sihaloh/ br. Simarmata, Bapak

Jepri Sihaloho/ br Manik yang selalu memberikan dukungan dan doa bagi saya

dan keluarga sehingga terlaksana tugas akhir ini dan lulus pada waktu yang

tepat.

5. Rekan-rekan saya, koor Ama HKBP Salatiga, Martin Sirait, Ivan Napitupulu,

Swanto imamora, Imanuela Sinaga, Gr. Jekson Simanjuntak, Gr.Manerak

Sihombing, Ramos Tambunan, Endang Naibaho, Bilardo Silitonga, koor Ina

HKBP Salatiga, punguan Silahisabungan dan Mahasiswa PPL di HKBP

Bayolali.

Page 11: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

11

5 . Wali studiku, Pdt.Dr.Jacob Daan Engel. Terima kasih telah menjadi wali selama

penulisan menjalani studi di Fakultas Teologi UKSW – Salatiga.

6. Pembimbing pertama Pdt. Izak Yohan Matriks Lattu, Ph.D, yang banyak

memberikan masukan sistimatis dan berpikir sederhana namun jelas yang

menginspirasi penulis untuk menyelasaikan Tugas Akhir ini.

7. Pembimbing kedua Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu, yang selalu memotivasi,

memberi jalan keluar serta berbaik hati kepada penulis selama penyusunan

Tugas Akhir ini.

8. Dekan fakultas Teologi Pdt. Dr. Retnowati, M.Si, Kaprogdi Pdt. Izak Yohan

Matriks Lattu, Ph.D dan Ibu Budi dan seluruh dosen yang selalu memberikan

informasi bagi penulis selama berproses sebagai mahasiswa di Fakultas Teologi.

9. Majelis HKBP Salatiga bersama dengan Majelis HKBP Boyolali yang telah

menerima saya melakukan penelitian akhir dalam proses penyusunan Tugas

Akhir saya dan PPL X.

10. Majelis dan Jemaat HKBP Persiapan Sragen yang telah ikut memberikan

dorongan dan doa agar terlaksana tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat dan

memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi Jemaat HKBP Salatiga, Jemaat

HKBP Boyolali dan pihak-pihak yang memerlukan.

Salatiga,

Penulis

Page 12: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

12

MOTO

“ Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-

tama murni, selanjutnya pendamai, peramah,

penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah

yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.

Dan buah yang terdiri dari kebenaran

ditaburkan dalam damai untuk mereka yang

mengadakan damai”.

( Yakobus 3 : 17-18 )

Page 13: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

13

MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI KOMUNITAS

BATAK TOBA DIASPORA DI SALATIGA

Winton Tambunan ( 712013071 )

Dosen pembimbing:

Pdt. Izak Yohan Matriks Lattu, Ph.D.

Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu

Fakultas Teologi

Unuversitas Kristen Satya Wacana

Abstrak

Kematian merupakan akhir dari perjalanan hidup manusia. Maka kematian

pada dasarnya adalah hal yang biasa, yang semestinya tidak perlu ditakuti, karena

cepat atau lambat akan menjemput kehidupan dari masing-masing manusia. Namun,

wajar bila kematian bukan menjadi keinginan utama manusia. Berbagai usaha akan

selalu ditempuh manusia untuk menghindari kematian, paling tidak memperlambat

kematian itu datang. Idealnya kematian itu datang pada usia yang sudah sangat

tua,seperti kematian Saur Matua.

Saur Matua adalah orang yang meninggal dunia telah memiliki keturunan

dan cucu baik dari anak laki-laki maupun dari anak perempuan.Saur artinya lengkap

atau sempurna dimana dikatakan bahwa orang yang telah meninggaldunia itu telah

sempurna dalam kekerabatan,telah memiliki anak dan memiliki cucu,sehingga jika

yang meninggal sempurna dalam kekerabatan maka acara adat penguburannyapun

dilaksanakan dengan sempurna (saurmatua). Jika sudah sempurna kematiannya,

maka acara pemberangkatannya harus dilakukan sempurnayang disebut ulaon na

gok(acara dengan adat penuh).

Tulisan ini bertujuan untuk menjawab pemahaman batak toba diaspora

Salatiga tentang makna upacara kematian saur matua. Dengan menggunakan metode

deskriptif-analitis serta teknik wawancara pengumpulan data, menolong penulis

memahami pandangan Batak Toba diaspora di Salatiga terhadap makna upacara

kematian komunitas.

Kata Kunci : Saur Matua, Budaya, dan Komunitas Batak Toba, Salatiga.

Page 14: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

14

I. LATARBELAKANG

Kematian merupakansatu kata yang identik dengan kesedihan dan air mata,

serta biasanya dihindari manusia untuk diperbincangkan. Namun, sebenarnya itulah

yang ditunggu-tunggu manusia yang sadar bahwa tanpa kematian tidak ada proses

pada kehidupan yang kekal dan abadi.Manusia, cepat atau lambat pasti mati.

Kematian datang kapan saja, bisa di usia bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan

tua. Seandainya manusia memiliki hak mutlak menentukan kapan dia harus mati,

pasti akan lebih banyak memilih mati di masa ketika sudah sangat tua. Alasannya

karena pada masa itu, segala pencapaian target hidup mungkin semuanya telah

dipenuhi.1

Kehidupan terdiri dari dua kutub pertentangan, antara “hidup” dan “mati”,

yang menjadi paham dasar manusia sejak masa purba sebagai bentuk dualisme

keberadaan hidup hingga masa kini. Kematian merupakan akhir dari perjalanan

hidup manusia. Maka kematian pada dasarnya adalah hal yang biasa, yang

semestinya tidak perlu ditakuti, karena cepat atau lambat akan menjemput

kehidupan dari masing-masing manusia.Namun wajarlah jika kematian bukan

menjadi keinginan utama manusia. Berbagai usaha akan selalu ditempuh manusia

untuk menghindari kematian, paling tidak memperlambat kematian itu datang.

Idealnya kematian itu datang pada usia yang sudah sangat tua.2

Dalam masyarakat Batak, kematian (mate) di usia yang sudah sangat tua,

merupakan kematian yang paling diinginkan. Terutama bila orang yang mati telah

menikahkan semua anaknya dan telah memiliki cucu dari anak-anaknya. Dalam

tradisi budaya masyarakat Batak (khususnya Batak Toba), kematian seperti ini

disebut sebagai mate saur matua. Tulisan ini membahas mate saur matua sebagai

sebuah upacara kematian warisan produk kebudayaan masa lampau melalui tinjauan

etnoarkeologi. Kiranya tulisan ini mampu memberikan tinjauan kritis dan arif,

1 R P Soejono : Jaman Prasejarah di Indonesia ( Jakarta : Dekdikbut, 1984 ),24. 2 Sumardjo Jakob : Arkelogi Budaya Indonesia, pelacakan Hermeneutis – Historis Terhadap Artefak-

artefak Kebudayaan Indonesia ( Yokyakarta : CV, Qalam,2002), 107.

Page 15: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

15

terutama melalui konteks sistem (hubungan masyarakat Batak Toba dengan upacara

saur matua dari waktu terdahulu hingga terkini.3

Kematian saur matua adalah orang yang meninggal dunia telah beranak cucu

baik darianak laki-laki maupun anak perempuan. Saur artinya lengkap/sempurna

dalam kekerabatan, telah beranak cucu. Karena yang telah meninggal itu adalah

sempurna dalam kekerabatan sehingga harus dilaksanakan dengan sempurna. Lain

halnya dengan orang yang meninggal sari matua. Kalaupun suhut(keluarga)

membuat acara adat sempurna sesuai dengan adat dalihan natolu, hal seperti itu

belum tentu dilakukan karena masih ada dari keturunannya belum sempurna dalam

hal kekerabatan.4

Dalam kondisi seperti inilah, orang Batak mengadakan pesta untuk orang yang

meninggal dunia tersebut. Ini menjadi sebuah tanda bahwa orang yang meninggal

tersebut memang sudah waktunya (sudah tua) untuk menghadap Tuhan dan ini

disambut dengan rasa bahagia dan suka cita. Sedih pasti ada, tapi mengingat

meninggalnya memang dikarenakan oleh proses alami (sudah tua) maka kesedihan

tidak akan berlarut-larut. Ibaratnya, orang yang meninggal dalam status saur matua,

hutangnya di dunia ini sudah tidak ada lagi/lunas. Dalam masyarakat Batak, hutang

orang tua itu adalah menikahkan anaknya. Jadi, ketika hutang seseorang itu lunas,

maka sangatlah wajar jika dia merasa tenang dan lega.5

1.1. Persiapan Upacara

Ketika seorang masyarakat Batak mati saur matua maka sewajarnya pihak-

pihak kerabat sesegera mungkin mengadakan musyawarah keluarga (martonggo

raja), membahas persiapan pengadaan upacara saur matua. Pihak-pihak kerabat

terdiri dari unsur-unsur dalihan natolu. Dalihan natolu adalah sistem hubungan

sosial masyarakat Batak, terdiri dari tiga kelompok unsur kekerabatan, yaitu : pihak

hula-hula (kelompok orang keluarga marga pihak istri), pihak dongan tubu

(kelompok orang-orang yaitu teman atau saudara semarga), dan pihak boru

(kelompok orang-orang dari pihak marga suami dari masing-masing saudara

3 Defri Simatupang: Upacara Mangongkal Holi di Pulau Samosir, Studi Etnoarkelogi Transformasi

Kebudayaan Religi, dalam Skripsi untuk Gelar Sarjana dalam Ilmu Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Gajah Mada, (Yogyakarta,2005). 4 Richard Sinaga : Umpasa, Umapam dan Ungkapan dalam Bahasa Batak Toba ( Dian Utama :

Jakarta,2003),45. 5 N Siahaan : Sejarah Kebudayaan Batak ( CV. Napitupulu, Medan, 1964 ), 36.

Page 16: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

16

perempuan kita, keluarga perempuan pihak ayah). Martonggo raja dilaksanakan

oleh seluruh pihak di halaman luar rumah duka, pada sore hari sampai selesai. Pihak

masyarakat setempat (dongan sahuta) turut hadir sebagai pendengar dalam rapat

(biasanya akan turut membantu dalam penyelenggaraan upacara). Rapat membahas

penentuan waktu pelaksanaan upacara, lokasi pemakaman, acara adat sesudah

penguburan, dan keperluan teknis upacara dengan pembagian tugas masing-masing.6

1. 2. Pelaksanaan Upacara

Bergantung pada lamanya mayat disemayamkan. Idealnya diadakan ketika

seluruh putra-putri orang yang mati saur matua dan pihak hula-hula (saudara laki-

laki dari pihak isteri) telah hadir. Namun karena telah banyak masyarakat batak

merantau, sering terpaksa berhari-hari menunda pelaksanaan upacara (sebelum

dikuburkan), demi menunggu kedatangan anak-anaknya yang telah berdomisili

jauhdi tempat yang sudah ditentukan, upacara saur matua dilaksanakan pada siang

hari, di ruangan terbuka yang cukup luas (idealnya di halaman rumah duka).7

Jenazah yang telah dimasukkan ke dalam peti mati diletakkan di tengah-

tengah seluruh anak dan cucu, dengan posisi peti bagian kaki mengarah ke pintu

keluar rumah. Di sebelah kanan peti jenazah adalah anak-anak lelaki dengan para

istri dan anaknya masing-masing, dan di sebelah kiri adalah anak-anak perempuan

dengan para suami dan anaknya masing-masing. Di sinilah dimulai rangkaian

upacara saur matua. Setelah jamuan makan, dilakukan ritual pembagian jambar

(hak bagian atau hak perolehan dari milik bersama). Jambar terdiri dari empat jenis

berupa : juhut (daging), hepeng (uang), tor-tor (tari), dan hata (berbicara).8

Setelah jambar tor-tor dari semua pelayat selesai, selanjutnya adalah kata-kata

ungkapan sebagai balasan pihak hasuhuton kepada masing-masing pihak yang

memberikan jambar hata dan jambar tor-tor tadi. Selanjutnya, salah seorang suhut

mengucapkan jambar hata balasan (mangampu) sekaligus mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya upacara. Setiap

peralihan mangampu dari satu pihak ke pihak lain, diselingi ritus manortor.

Manortor dilakukan dengan sambil menghampiri dari tiap pihak yang telah

6 Torang B Panjaitan : Pardalan ni Angka Ulaon Adat Batak ( Semarang, 2006 ), 156. 7 Torang B Panjaitan : Pardalan ni Angka Ulaon Adat Batak (Semarang, 2006), 157. 8 Marbun dan Hutapea : Kamus Budaya Batak Toba ( Balai Pustaka : Jakarta, 1987 ),66.

Page 17: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

17

menghadiri upacara tersebut, sebagai tanda penghormatan sekaligus meminta doa

restu.9

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana masyarakat batak toba diaspora diSalatiga memahami makna upacara

kematian saur matua ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang ingin diteliti maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah:

Mendeskripsikan makna upacara kematian saur matua bagi komunitas batak toba

diaspora di Salatiga.

D. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara Praktis, bagi masyarakat budaya di bataktoba, hasil penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka melakukan analisis

terhadap makna upacara kematian saur matua bagi komunitas batak toba diaspora di

Salatiga.

2. Secara Teoritis, bagi akademis penelitian ini diharapkan memberi manfaat

teoritis berupa sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang upacara

kematian saur matua bagi komunitas batak toba diaspora di Salatiga.

E. METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang ada peneliti menggunakan metode

deskriptif. Jenis pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan kualitatif. Penelitian

kualiatatif adalah manusia atau segala sesuatu yang dipengaruhi manusia, termasuk

tindakan dan perkataan manusia secara alamiah.10 Metode penelitian kualitatif

adalah metode yang menggunakan cara berpikir dari gejala umum ke gejala

9 Marbun dan Hutapea : Kamus Budaya Batak Toba ( Balai Pustaka : Jakarta, 1987 ), 67. 10 J.D Engel : Metodologi Penelitian Sosial & Teologi Kristen ( Salatiga : Widya Sari, 2005),21.

Page 18: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

18

khusus.11 Hal tersebut dapat dilakukan melalui wawacara langsung dengan

narasumber.Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena metode ini

sangat memungkinkan peneliti untuk mengkaji suatu gejala dalam masyarakat dan

melakukan proses sosialisasi langsung kepada masyarakat atau komunitas tertentu,

sehingga peneliti dapat mempermudah pengambilan data dan perolehan informasi di

lapangan di Salatiga.

Teknik pengumpulan data yang peneliti ambil adalah teknik wawancara

mendalam (in depth-interview). Metode wawancara mendalam adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka dengan informan atau narasumber dengan atau tanpa pedoman

wawancara.12Dalam proses penelitian, peneliti akan mewawancarai beberapa orang

batak toba yang mengetahui adat batak dan yang pernah melaksanakan upacara

kematian terhadap orang tuanya di Salatiga sebagai sampel sesuai dengan kebutuhan

penelitan.

F.SISTEMATIKA PENULISAN

Bagian pertamasebagai pendahuluan berisi rumusan masalah, tujuan

penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan, bagian

ini merupakan bagian yang berisi latarbelakang mengenal permasalahan yang

dihadapi berkaitan dengan judul yang dipilih, yaitu menyangkut kematian Saur

Matua, makna upacara kematian orang tua bagi komunitas batak toba diaspora di

Salatiga.

Bagian keduaakan membicarakan tinjauan tioritis merupakan bagian yang

tersusun atas teori umum yang merupakan dasar-dasar pemikiran, yang akan penulis

gunakan dalam menjawab permasalahan. Teori-teori umum ini merupakan

kumpulan pendapat para ahli di bidang adat istiadat, upacara Saur Matua, dan

budaya Batak Toba atau merupakan bahan dari hasil penelitian sebelumnya.

Bagian ketiga, membicarakanmetode penelitian, merupakan bagian yang

berisi metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ilmiah ini, yang terdiri

dari metode pendekatan, spesifikasi penelitian, metode penentuan sampel dan

11 David Samiyono : Pengantar kedalam Matakuliah Metode Penelitian Sosial ( UKSW, Salatiga,

2004), 9. 12 Burhan M Bungin : Penelitian Kualitatif ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2008), 111.

Page 19: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

19

metode analisis data, metode penelitian berkaitan dengan teknik penelitian dan

penulisan hasil penelitian.

Bagian keempatHasil Penelitian dan Pembahasan merupakan bagian yang

tersusun atas hasil-hasil penelitian yang merupakan kumpulan data-data yang

penulis peroleh di lapangan dan pembahasan yang merupakan hasil analisis penulis

terhadap permasalahan yang dihadapi dikaitkan dengan landasan teori dan hasil

temuan di lapangan guna menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam

penelitian ini.

Bagian kelima Penutup merupakan bagian yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 20: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

20

II.1. PENGERTIAN RITUAL / UPACARA KEMATIAN

Menurut ilmu sosiologi, Ritual adalahaturan-aturan tertentu yang digunakan

dalam pelaksanaan agama yang melambangkan ajaran dan yang mengingatkan

manusia pada ajaran tersebut.13 Berdasarkan ilmu antropologi agama, ritual dapat

diartikan sebagai perilaku tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu

tertentu secara berkala, bukan sekedar sebagai rutinitas yang bersifat teknis,

melainkan menunjuk pada tindakan yang didasari oleh keyakinan religius terhadap

kekuasaan atau kekuatan-kekuatan mistis.14

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti ritual adalah hal ihwal ritus

atau tata cara dalam upacara keagamaan. Upacara ritual atau ceremony adalah

sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam

masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya

terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan.15Ritual merupakan tata cara dalam

upacara atau suatu perbuatan keramat yang dilakukan oleh sekelompok umat

beragama yang ditandai dengan adanya berbagai macam unsur dan komponen, yaitu

adanya waktu, tempat-tempat dimana upacara dilakukan,alat-alat dalam upacara,

serta orang-orang yang menjalankan upacara.16

Pada dasarnya ritual adalah rangkaian kata, tindakan pemeluk agama dengan

menggunakan benda-benda, peralatan dan perlengkapan tertentu, ditempat tertentu

dan memakai pakaian tertentu pula.17 Begitu halnya dalam ritual upacara kematian,

banyak perlengkapan, benda-benda yang harus dipersiapkan dan dipakai.Ritual atau

ritusdilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak

13 Koentjaraningrat : Beberapa Pokok Antropologi, ( Jakarta : Dian Rakyat, 1985 ), 51 14 Koentjaraningrat : Beberapa Pokok Antropologi, ( Jakarta : Dian Rakyat, 1985 ), 53 15 Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Gramedia, 1988 ), 86 16 Koentjaraningrat : Beberapa Pokok Antropilogi, ( Jakarta : Dian Rakyat, 1985 ), 56 17 Imam Suprayogo : Metodologi Pemilihan Sosial-Agama, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001),

41

Page 21: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

21

dari suatu pekerjaan. Seperti upacara menolak balak dan upacara karena perubahan

atau siklus dalam kehidupan manusia seperti kelahiran, pernikahan dan kematian.18

Salah satu tokoh antropologi yang membahas ritual adalah Victor Turner Ia

meneliti tentang proses ritual pada masyarakat Ndembu di Afrika tengah. Menurut

Turner, ritus-ritusyang diadakan oleh suatu masyarakat merupakan penampakan dari

keyakinan religius.Ritus-ritusyang dilakukan itu mendorong orang-orang untuk

melakukan dan mentaati tatanansosial tertentu. Ritus-ritustersebut juga memberikan

motivasi dan nilai-nilai pada tingkat yang paling dalam.19

Ritual mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk berdoa untuk mendapatkan

suatu berkah. Ritual-ritual yang sering kita temui dan alami dalam kehidupan sehari-

hari adalah ritual siklus kehidupan. Yakni ritual kelahiran, ritual pernikahan dan

ritual kematian. Yang mana ritual-ritual tersebut tidak bisa dilepas dari suatu

masyarakat beragama yang meyakininya. Salah suatu ritual upacara yang sering

dilakukan umat beragama adalah ritual untuk mendoakan para leluhur yang sudah

meninggal.20

Ada lima paktor utama yang terjadi dalam ritual, yaitu:

1. Dimensi Material. Suatu ritual kita akan mengobservasi dan

mendokumentasikan dimensi material suatu ritual. Objek-objek fisik apa saja

yang digunakan (seperti buku/kitab, alat music, makanan, lilin, dan bel)?

Kesimpulannya, apa yang membuat tempat tersebut menjadi “sakral”?

2. Dimensi Aktif. Suatu ritual mengeni apa yang dilakukan oleh para peserta

ritual itu. Misalnya menyanyi, menari, ataukah hanya duduk? Bagaimana

rentetan, urutan aksi ritual itu dilaksanakan? Bagaimana mood atau sikap

para partisipan saat mereka berada dalam pelaksanaan ritual tertentu? Perlu

ditegaskan bahwa tindakan ritual tidak terjadi dalam susana vakum. Setiap

ritual harus dimulai oleh semacam tindakan pemula yang menyiapkan para

partisipan untuk masuk secara penuh ke dalam ruang dan waktu yang sacral.

3. Dimensi Kemanusiaan. Dimensi ini mencakup siapa saja yang

berpartisipasi (bukan orang per orang secara spesifik, namun kategori yang

mereka miliki, misalnya para tetua, anak muda, perempuan, laki-laki atau

18 Koentjaraningrat : Beberapa Pokok Antropologi, ( Jakarta : Dian Rakyat, 1985 ), 70 19 Victor Turner : Masyarakat Bebas Struktur dan Komunitas, ( Yokyakarta : Kasianus, 1990 ), 11 20 Bustanuddin Agus : Agama dalam Kehidupan Manusia, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007 ),

195

Page 22: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

22

komunitas dari kelas sosial tertentu). Kemudian apakah ada perbedaan yang

tampak menonjol antara mereka yang tampak memimpin acara ritual dengan

mereka yang membentuk “majlis”?.

4. Dimensi Supranatural. Suatu ritual dimensi ini untuk mengukur

wujud/kekuatan atau ide apa yang bertengger di pusat ritual (yaitu

bagaimana karakteristik “dunia supranaturalnya” yang dengannya para

partisipan ingin tenggelam)?

5. Dimensi Mitologis. Suatu ritual tujuan daripada dimensi ini adalah untuk

melihat dan membuka tabir kisah semacam apakah yang disampaikan untuk

menjelaskan mengapa setiap orang berkumpul pada waktu ini, di tempat ini,

untuk tujuan-tujuan ini?.21

2.1.1.Tipe-tipe Ritual

Ada lima kategori umum ritual , yaitu:

1. Ritual Technologis

Tipe ritual yang pertama adalah yang bersifat teknologis. Fokusnya adalah kepada

pencapaian suatu kendali atas kekuatan-kekuatan alam.

2. Ritual Therapeutic

Kedua adalah tipe ritual yang bersifat terapetik. Ini umumnya dirancang untuk

mencegah atau mengatasi ketidakberuntungan atau suatu penyakit.

3. Ritual Ideological

Ini merupakan tipe ketiga ritual yang bersifat ideologis. Ritual-ritual tersebut

umumnya dirancang untuk memperkuat nilai-nilai yang ada di dalam sebuah

kelompok.

4. Ritual Salvators (Penyelamatan)

Selanjutnya, tipe keempat ritual adalah ritual keselamatan (salvationary). Ritual

semacam ini dirancang untuk menolong bergelutnya seseorang dengan urusan

individual.

5. Ritual Revitalisasi

21 Koentjaraningrat : Beberapa pokok Antropologi, ( Jakarta : Dian Rakyat, 1985 ), 103

Page 23: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

23

Tipe ritual yang kelima adalah jenis ritual yang diasosiasikan dengan gerakan-

gerakan revitalisasi (revitalization movements), yang dilakukan demi isi masyarakat

secara keseluruhan apa yang ritual-ritual keselamatan lakukan untuk individu. 22

2. 2. UPACARA / RITUAL KOMUNITAS DIASPORA

Istilah “diaspora” digunakan untuk merujuk pada penyebaran kelompok

agama atau kelompok etnis dari tanah air mereka, baik dipaksa maupun dengan

sukarela. Kata ini juga digunakan untuk merujuk pada penyebaran orang-orang

sebagai kelompok kolektif dan masyarakat. Sejarah manusia menunjukkan sejumlah

diaspora. Tercerabut dari tanah kelahiran dan budaya, bisa menjadi suatu peristiwa

besar bagi seseorang atau sekelompok orang.23

Diaspora berasal dari istilah Yunani Kuno yang berarti “menyebarkan atau

menabur benih.” Diaspora berbeda dengan imigrasi. Diaspora mengharuskan

anggota suatu masyarakat pergi bersama dalam periode waktu yang singkat, bukan

pergi perlahan-lahan dalam waktu lama meninggalkan kampung halaman.

Masyarakat yang melakukan diaspora juga dicirikan dengan usaha mereka untuk

mempertahankan budaya, agama, dan kebiasaan lainnya di tempat baru. Mereka

biasanya hidup berkelompok dengan sesamanya, dan kadang tidak mau berinteraksi

dengan warga lokal.Istilah “diaspora” digunakan untuk merujuk padapenyebaran

kelompok agama atau kelompok etnis dari tanah air mereka, baik dipaksa maupun

dengan sukarela.24

Upacara kematianwarga diaspora merupakan prosesi penguburan manusia

yang sudah meninggal dunia mulai dari persiapannya hingga akhir proses

penguburannya di area pemakaman.Faktor budaya menjadikan diaspora melakukan

adat pemakaman yang digunakan oleh masyarakat dimana mereka berada, karena

sejak kecil telah di didik mengenai adat istiadat dari leluhurnya.25Upacara kematian

saur matua diaspora tidak jauh bedanya seperti yang dilakukan di kampung

halamannya dimana manusia berdiaspora adat dan agamanya melekat, hanya

22 Victor Turner : Masyarakat Bebas Struktur dan Komunitas, ( Yokyakarta : Kasianus, 1990 ), 203 23Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Gramedia, 1988 ), 139

24 Copyright © 2017 Indonesian Diaspora Network. All rights reserved. Jam 14.00 Wib

25Imam Suprayogo : Metodologi Penelitian Sosial-agama, ( Bandung : Remaja Rosda karya, 2001), 45

Page 24: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

24

perbedaannya hal waktu dan keadaan ekonomi. Jika di kampung halaman, upacara

kematian saur matua dua hari dua malam maka di perantauan hanya satu hari satu

malam namun nilai dari upacara itu sama maknanya.

Pada intinya jika kita membuat kesimpulan dari adanya adat upacara

kematian saur matua di kampung dan diaspora, semuanya mengarah tentang adanya

kehidupan setelah kematian dari meninggalnya manusia. Manusia tidaklah hidup

kekal di alam dunia, namun setelah mengalami kematian manusia akan pergi ke

alam lain yaitu alam akhirat untuk mempertanggungjawabkan segala amal dan

perbuatannya selama di dunia.26

26 Bustanuddin Agus : Agama dalam Kehidupan Manusia, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007 ),

204

Page 25: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

25

III. Orang Batak Toba Diaspora di Kota Salatiga

3. 1. Asal Mula Orang Batak Toba di Salatiga

3.1. 1. Asal Mula orang Batak Merantau

Menurut kamus umum bahasa Indonesia batak mempunyai arti (sastra),

adalah petualang, pengembara, sedang membatak berarti berpetualang, pergi

mengembara.Walaupun demikian orang batak dikenali dengan sikap dan

tindakannya yang khas, yaitu terbuka, keras dan apa-adanya.27Diaspora Batak

merantau dimulai pada penghujung abad 19 atau awal abad 20, dimulai dari

menyebarnya mereka dari wilayah Tapanuli ke daerah sekitar, seperti Medan dan

Deli karena berkembangnya perkebunan di wilayah tersebutdan hingga ke

Salatiga.28

Motif merantau orang Batak Toba sendiri terdapat dalam falsafah hidup

mereka yakni Hagabeon, Hasangapon, Hamoraon dan Harajaon. Bagiorang-orang

dari suku Batak merantau bertujuan untuk meraih kehidupan yang lebih baik,

berusaha bertahan di suatu daerah dan membentuk kehidupan baru di luar kampung

halaman. Falsafah ini sukses dilakukan oleh orang batak di perantauan terutama di

luar Samatera berbaur dengan masyarakat setempat dengan harmonis.29

3.1. 2. Awal Mula Orang Batak Toba di Salatiga pada Tahun 1957

Salatiga dapat disebut sebagai “ kota pendidikan “ dan sebagai “ kota militer

“. Hal itu tercermin juga pada kehadiran orang Batak Toba di Salatiga. Orang Batak

Toba yang beragama kristen yang bertempat tinggal di Salatiga pada tahun 1957

ada 9 kepala keluarga (KK).Mereka bekerja di Kota Salatiga sebagaiGuru, Militer

dan Polisi, Kesehatan, Hakim, karyawan dan pegawai swasta. Pada keluarga tersebut

terdapat anak-anak yang sudah dapat digolongkan sebagai pemuda. Selain itu

terdapat juga beberapa pemuda yang orang tuanya di luar Salatiga yang bekerja

sebagai guru dan karyawan, dan 6 (enam) orang Mahasiswa PTPG-KI angkatan

pertama (1956).30

27 Kamus Umum Bahasa Indonesia( Jakarta: Gramedia, 1988), 235. 28 JP. Sitanggang: Batak na Marserak Orang batak yang terpencar) Raja Napogos, (Dian Utama:

Jakarta:2014), 70 29 WM. Hutagalung : Pustaha Batak, Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak, ( Medan: Tulus Jaya

), 1991. 27. 30 Buku Sejarah : HKBP Salatiga, Jubileum 50 tahun HKBP Salatiga ( 7 April 1958-7 April 2008 ),

17.

Page 26: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

26

Menurut bapak St. SR. Hutapea, dari tahun 1960 orang Batak Toba yang

merantau di Salatiga bertambah pesat dan sampai sekarang Batak Toba telah

berjumlah 160 kk dan 367 jiwa, yang tinggal di Kota Salatiga. Jika ditinjau dari

pekerjaan Batak Toba yang berdomisili di Salatiga 60 % sebagai pedangang, PNS,

ANS, dan militer. Batak Toba yang merantua di Kota Salatiga kebanyakan yang

beragama Kristen dari kampung halaman sudah menjadi kristen, mereka

hendakberibadah yang berbahasa Batak Toba sehingga membangun gereja

batak toba yaitu gereja HKBP jalan Merbabu No. 1 Salatiga.31

3.1. 3. Sistim Kemasyarakatan Batak Toba di Salatiga

Sistem kemasyarakatan Suku batak toba adalah sistem kekerabatan tidak

berdasarkan hubungan darah saja, namun juga berdasar pada kasih sayang terhadap

sesama makhluk hidup dan lingkungan. Kebiasaan/ tradisi ini masih dibudidayakan

agar sampai sekarangterus menyambung tali silahturami sesama masyrakat.

Kekerabatan memperkuat persatuan di dalam lingkungan suku Batak agar bisa

saling bantu membantu untuk membangun diri lebih maju dalam hal perekonomian,

tradisi dan untuk mengharumkan nama kampung mereka.32Kearifan Batak Toba

tetap dibudidayakan oleh para leluhur sampai saat ini, Batak Toba sangat solid

dalam pertemanan dimana pun berada pasti saling bantu membantu.

Sistem interaksi pada masyarakat Batak adalah Dalihan Na Tolu ”Tungku

Nan Tiga”, yang terdiri atas dongan tubu (pihak semarga), boru (pihak penerima

istri), dan hula-hula (pihak pemberi istri). Dalam interaksinya, setiap orang akan

memiliki sikap berperilaku yang berbeda pada masing-masing pihak itu. Orang akan

manat mardongan tubu ”hati-hati pada teman semarga”, elek marboru ”membujuk

pada pihak penerima istri”, dan somba marhula-hula “hormat pada pihak pemberi

istri”. Jelas bahwa nilai interaksional bisa dipahami, dijelaskan, setelah memiliki dan

memahami nilai identitas.33 Dari Dalihan Na Tolu inilah Batak Toba dapat

bermasyarakat dengan sekitarnya dimanapun bertempat tinggal.

Visi BatakToba sangat jelas, yakni ingin memiliki Hagabeon-Hamoraon-

Hasangapon. Istilah hagabeon berarti ”mempunyai keturunan terutama anak laki-

laki”, hamoraon berarti ”kekayaan atau kesejahteraan”, dan hasangapon berarti

31Wawancara dengan St. SR. Hutapea, pada tanggal 20 Januari 2017,di Salatiga.

32 Maurits Simatupang: Budaya Iandonesia yang Supra Etnis, (Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2002), 19. 33 J.S. Aritonang: Kebudayaan Batak Toba, ( Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 1988), 46.

Page 27: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

27

”kehormatan”.Untuk mencapai hagabeon, orang harus menikah; untuk mencapai

hamoraon, orang harus mandiri, kerja keras, gotong royong, dan berpendidikan,Oleh

karena hagabeon-hamoraon- hasangapon itu merupakan ciri khas, budaya

hagabeon artinya ungkapan yang berarti banyak keturunan dan panjang umur.34

3. 2. Upacara kematian Saur Matua dikalangan Masyarakat Batak Toba di

Salatiga

3.2.1. Pandangan Umum Orang Batak Toba tentangMakna Upacara Kematian

Saur Matua

Upacara kematian pada masyarakat Batak Toba merupakan pengakuan

bahwa masih ada kehidupan lain dibalik kehidupan di dunia ini. Adapun

maksuddantujuan masyarakat Batak Toba untuk mengadakan upacara

kematian itu tentunya berlatar belakang kepercayaan tentang kehidupan. Bagi

masyarakat Batak Toba kebudayaan merupaka sesuatu yang sangat dijunjung

tinggi.35Masyarakat Batak Toba merasa sangat terhina apabila dikatakan so

maradat (tak beradat) daripada so maragama (tak beragama).

Upacara Kematian ini masih tetap berjalan dimanapun BatakToba berada,

bahkan sampai saat ini tradisi ini masih tetapdilangsungkan apabila ada dari anggota

keluarga yang meninggal dalam keadaan sempurna (saur). Kehadiran kerabat

dalihan natolu sangat di perlukan. Maka daliha natolu inilah yang mengatur dan

menjalankan peran tersebut sehingga acara berjalan dari awal hingga akhir,

(khususnya baik didalam upacara kegiatan adat maupun dalam perlakuan sehari-

hari itu tidak akan menyimpang dari adat yang telah ada). Kematian saur matua ini

membutuhkan persiapan yang sangat matang dari segi materi karena untuk

menghormati nenek moyang mereka yang telah lebih dahulu menghadap sangKhalik

mereka harus mengorbankan seekor kerbau sebagai lambang bahwa yang

meninggal sudah SaurMatua( sempurna).36

Dasar dari pelaksanaan upacara kematian saur matua adalah karena faktor

adat, yang harus dijalankan oleh para keturunan orang tua yang meninggal.

34 Raja Malem Tarigan : Budaya Batak Toba Dalam perubahan Multidimensi, ( Bandung : ITB Perss,

2005 ), 6 35 Torang B Panjaitan: Pardalan ni Angka Ulaon Adat Batak, ( Semarang: 2006), 130. 36 Raja Marpodang,Gultom : Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Batak ( tiga tungku)yaitu: Hula-hula ,

Dongan Tubuh, Boru, (Medan: CV.Armanda, 1992 ), 89.

Page 28: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

28

Pelaksanaan upacara ini juga diwujudkan sebagai penghormatan kepada orang tua

yang meninggal, dengan harapan agar orang tuatersebut dapat menghormati

kelangsungan hidup dari para keturunannya yang sejahtera dan damai. Hal ini

menunjukkan bahwa hubungan antara manusia yang masih hidup dengan para

kerabatnya yang sudah meninggal masih ada dan hubungan ini juga menentukan

hidup manusia itu di dunia dan di akhirat.37

3.2.2 Perbandingan Pelaksanaan dengan Upacara Saur Matua di Salatiga

Perbandingan pelaksanaan upacara kematian saur matua secara umum

dengan pelaksanaan upacara kematian di Salatiga yaitu, secara umum pertama,

waktu pelaksanaan upacara dua hari dua malam dengan mengadakan musik gondang

(tradisional), seluruh anak-anak dan keluarga begitu juga dari dalihan natolu

menari (manortor) mengelilingi yang meninggal. Kedua, hal juhut(lauk) untuk acara

makan bersama dan hal jambar dalam pelaksanaan upacara akan memotong satu

kerbau atau lembu sebagai tanda saur matua.38 Di Salatiga dilakukan hanya

satu hari pada waktu pelaksanaan upacara. Begitu juga dengan juhut (lauk) dapat

diganti dengan yang sederhana yaitu hewan babi untuk lauk makan dan jambar.

3.2.3. Persamaan Pelaksanaan Upacara Saur Matua di Salatiga

Dalam pelaksanaan upacara saur matua secara umum dengan di Salatiga ada

banyak persamaan yaitu, pertama,upacara di dalam rumah, pada saat upacara di

rumah akan dimulai mayat dari orang tua yang meninggal dibaringkandiruang

tamu diselimuti dengan ulos saput yaitu nama ulosnya adalah ragidup itulah yang

menandakan bahwa orang yang meninggal itu telah mati saurmatua.Kedua,upacara

maralaman adalah upacara teakhir sebelum penguburan mayat yang saur matua.

Di dalam adat Batak Toba, kalau seseorang yang saur matua meninggal maka

harus diberangkatkan dari antaran bidang (halaman) ke kuburan (disebut

Partuatna).39. Ketiga, Pihak-pihak kerabat terdiri dari unsur-unsur dalihan natolu.

Dalihan natolu adalah sistem hubungan sosial masyarakat Batak.40 Inilah yang

berperan dalam melaksanakan upacara kematian saur matua.

37 Torang B Panjaitan : Pardalan ni Angka Ulaon Adat Batak, ( Semarang : 2016 ), 287. 38 JP. Sitanggang : Batak na marserak (orang batak yang terpencar) Raja Napogos, (Jakarta, 2014),

67. 39 Torang B Panjaitan : Pardalan ni angka ulaon adat Batak, ( Semarang: 2016 ), 286. 40 Raja Marpodang Gultom: Dalihan Natolu Nilai Budaya Batak (tiga tungku) yaitu: Hula-hula,

Dongan Tubu, Boru, (Medan: CV. Armanda, 1992), 88.

Page 29: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

29

3. 3. Pemahaman Batak Toba Diaspora di Salatiga mengenai Makna Upacara

Kematian Saur Matua.

3. 3. 1. Ungkapan syukur

Kematian saur matua merupakan kematian yang sangat berharga dimana

orang tuanya masih sempat menikahkan seluruh anak-anaknya, sudah sepantasnya

anak-anak mensyukurinya karena hutang dari orang tuanya telah lunas bagi anaknya

begitu juga terhadap tua-tua adat. Sebab tidak semua orang bisa mengalami

kematian saur matua, sehingga keluarga, anak-anak dan tua-tua adat akan

mendiskusikan bahwa upacara kematian saur matua akan dilaksanakan sesuai

dengan adat yang telah diterima oleh orang tuanya selama masih hidup.41

Ungkapan syukur dalam upacara kematian saur matua yang dilakukan oleh

anak-anak, ketua adat dan pihak dalihan natolu sepantasnya anak-anak akan hadir

melakukan upacara saur matua dimana seluruh keluarga mengucap syukur kepada

Tuhan bahwa orang tuanya masih sempat menikahkan anak-anak dan sempat

melihat kelahiran dari cucu-cucunya. Ungkapan syukur dalam upacarasaur matua

juga memohon kepada Tuhan supaya seluruh keturunannya tetap memelihara dan

diberikan umur yang panjang dan dapat menikahkan seluruh anak-anaknya atau

cucunya di kemudian hari. Maka dari itulah orang batak toba mengatakan kematian

saur matua bukan lagi duka cita melainkan suka cita.42

3. 3. 2. Penghormatan

Upacara kematian saur matua yang dilakukan orang batak toba salatiga

sebagai penghormatan terakhir kepada almarhum dengan sepenuh hati, karenaSaur

Matua merupakan kematian yang sangat terhormat. Penghormatan terakhir yang

dilakukan oleh anak-anak, keluarga dalam upacarasaur matua terhadap orang tuanya

bahwa anak-anak telah mampu menerima ajaran dari orang tua semasa kecil sampai

anak-anaknya menikah , juga anak-anak sudah mencapai apa yang mereka cita-

citakan dalam kehidupan sesuai yang di amanatkan oleh orang tuan. Untuk itulah

41 Berdasarkan wawancara dengan M. Sianturi, pada tanggal 22 Pebruari 2017, di Salatiga.

42 Berdasarkan wawancara dengan St. B. Pasaribu, pada tanggal 21 Pebruari 2017, di Salatiga.

Page 30: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

30

selayaknya upacara adat di lakukan setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan

anak-anak dan keluarga yang ditinggal.43

Penghormatan terakhir dalam upacarasaur matua yang dilakukan keluarga

agar semua kerabat dalihan natolu dan masyarakat umum yang menghadiri upacara

saur matua mengetahui bahwa yang meninggal dan anak-anak telah memiliki visi

orang batak yakni, hagabean (mempunyai keturunan anak laki-laki), hamoraon

(kekayaan atau kesejahteraan), dan hasangapon (kehormatan). Hal ini juga dengan

harapan agar orang tua tersebut dapat menghormati kelangsungan hidup dari para

keturunannya dihormati oleh kerabat dalihan natolu dan masyarakat umum di

kemudian hari. Penghormatan upacarasaur matua Batak Toba juga sebagai tanda

cinta kasih orang tua dan anak dan sebaliknya, mengingat nilai-nilai keteladanan

yang diberikan orang tua selama hidup terhadap anak bahwa nilai keteladanan itu

sangat berharga.44

3. 3. 3. Warisan leluhur

Upacara kematian saur matua yang lakukan di Salatiga karena masyarakat Batak

Toba sangat kental dengan adat. Dengan begitu dimanamasyarakat Batak Toba

berada mereka tetap menjalankan adat yang telah diwariskan oleh nenek

moyang.Keluarga yang akan melakukan upacara saur matua ini harus siap dari segi

materi, untuk melaksanakan upacara saur matua ini dibutuhkan biaya yang tidak

sedikit. Keluarga harus mampu memberikan makanan atau minuman (menjamu)

para pelayat selama mayat belum di semayamkan, ini berlaku sesuai dengan adat

yang dilakukan dari nenek moyang mereka.45

Upacara saur matua ini sangat penting dilaksanakan sebab yang meninggal

telah sempurna ( saur matua ). Untuk melaksanakan upacara ini keluarga yang

mampu di haruskan membeli kerbau sebagai hantaran yang meninggal sebagai

lambang suka cita untuk menghormati orang tua dan leluhur. Begitu juga dengan

jambar uang harus diberikan kepada dalihan natolu yang memberikan ulos kepada

anak-anak yang ditinggalkan.Masyarakat batak toba yang tidak mampu pada

43 Berdasarkan wawancara dengan St. S. Sagala, pada tanggal 24 Pebruari 2017, di Salatiga. 44 Berdasarkan wawancara dengan M. Sianturi pada tanggal 22 Pebruari 2017, di Salatiga. 45 Berdasarkan wawancara dengan M. Sianturi pada tanggal 22 Pebruari 2017, di Salatiga.

Page 31: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

31

umumnya mengganti hewan hantaran dengan ternak yang lebih murah seperti babi

agar upacara dapat berlangsung.46

3. 3. 4. Penguatan Solidaritas Komunitas Batak Salatiga

Solidaritas batak toba di Salatiga dari dalihan natolu (Tungku Nan Tiga),

yang terdiri pihak semarga, pihak penerima istri dan pihak pemberi istri. Solidaritas

batak toba sangat kuat dimanapun mereka bereda, sehingga tali persaudaraan dan

tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari sangat kuat dikarenakan dalihan

natolu masih ada kaitan satu sama lain. Batak Toba juga mempunyai motto yakni,

“sisada anak dan sisada boru” (satu anak dan satu perempuan) artinya, walaupun

tidak satu marga namun satu anak. Demikian juga “sisada lasniroha dohot arsak”

(satu dukacita dan satu cukacita) yang artinya, bersama-sama mengalami dukacita

dan sukacita.47

Pelaksanaan upacara kematian saur matua bagiBatak Toba saling bahu

membahu, dimana seluruh Batak Toba di Salatiga begitu juga wilayah yang lain

datang melayat ikut berperan aktif dalam melaksanakan kelangsungan upacara saur

matua dari memulai sampai akhir. Solidaritas ini membentuk persekutuan yang

tinggi pada waktu melaksanakan upacarasaur matua, ada yang membantu

menyediakan makanan, minuman untuk keluarga, ada yang menyediakan peti mati,

ada yang memberitahukan kepada seluruh keluarga, pihak hula-hula, ada juga yang

menyediakan biaya pelaksanaan upacara kematian tersebut.48

3. 4.Pemahaman Batak Toba Diaspora di Salatiga tentang Makna Upacara

Kematian Saur Matua

Upacara kematian saur matua memiliki tahapan yang harus dilalui oleh

setiap yang melaksanakannya.

3.4. 1. Upacara di jabu (di dalam rumah) termasuk di dalamnya upacara di

jabu menuju maralaman (upacara di rumah menuju ke halaman).

Upacara di rumah menuju kehalaman tepat pada hari penguburan ( hari yang

di tentukan ) semua suhut sudah bersiapsiap lengkap dengan pakaian adatnya untuk

46 Berdasarkan wawancara dengan O. Sihaloho, pada tanggal 23 Pebruari 2017, di Salatiga. 47 Berdasarkan wawancara dengan A. Sihaloho, pada tangga 25 Pebruari 2017, di Salatiga. 48 Bersadarkan wawancara dengan A. Sihaloho, pada tanggal 25 Pebruari 2017, di Salatiga.

Page 32: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

32

mengadakan upacara di dalam rumah menuju halaman. Setelah semuanya hadir di

rumah duka, maka upacara ini dimulai, tepatnya pada waktu matahari akan naik

(sekitar pukul 09.00 Wib). Anak laki-laki berdiri di sebelah kanan peti mayat, anak

perempuan (pihak boru) berdiri di sebelah kiri, hula-hula(paman) bersama pengurus

gereja berdiri di depan peti mayat dan dongan sabutuha(satu marga) berdiri di

belakang perempuan. Kemudian acara dipimpin oleh pengurus gereja mengenakan

pakaian resmi (jubah).49

Setelah acara gereja selesai maka pengurus gereja menyuruh pihak

perempuan untuk mengangkat peti mayat ke halaman rumah sambil diiringi dengan

nyanyian gereja yang dinyanyikan oleh hadirin. Peti mayat tersebut masih tetap

ditutup dengan ulos sibolang (kain tenunan khas batak). Peti mayat itu diletakkan di

tengah halaman rumah dan di depannya diletakkan palang salib kristen yang

bertuliskan nama orangtua yang meninggal. Sesampainya di halaman, semua unsur

dalihan natolu berkumpul di halaman rumah untuk mengikuti acara selanjutnya.50

3.4.2. Upacara maralaman (di halaman) Kedua bentuk upacara inilah yang

dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba sebelum mengantarkan jenazah ke

liang kubur.

Upacara dihalaman adalah upacara terakhir sebelum penguburan mayat

yang saur matua. Di dalam adat batak toba, kalau seseorang yang saur matua

meninggal jenazah harus diberangkatkan dari hantaran bidang (halaman) ke kuburan

(disebut Partuatna). Pada upacara ini posisi dari semua unsur dalihan natolu

berbeda dengan posisi mereka ketika mengikuti upacara di dalam rumah. Pihak

anak-anak berbaris mulai dari kanan ke kiri (yang paling besar ke yang bungsu),

dan di belakang mereka berdiri parumaen (menantu perempuan dari yang

meninggal) posisi dari suhut berdiri tepat di hadapan rumah duka. Anak perempuan

dari yang meninggal beserta dengan pihak perempuan lainnya berdiri

membelakangi rumah duka kemudian hula-hula (paman) berdiri di samping kanan

rumah duka.51

Setelah semua unsur Dalihan Na Tolu dan pemain musik berada pada

tempatnya, lalu pengurus gereja membuka kembali upacara di halaman dengan

49 Berdasarkan wawancara dengan O Sihaloho, pada tanggal 23 Pebruari 2017, di Salatiga. 50 Berdasarkan wawancara dengan S. Sagala, pada tanggal 24 Pebruari 2017, di Salatiga. 51 Berdasarkan wawancara dengan St. B. Pasaribu, pada tanggal 21 Pebruari 2017, di Salatiga.

Page 33: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

33

bernyanyi,pembacaan firman Tuhan, bernyanyi lagi, kata sambutan dan penghiburan

dari pengurus gereja dan terakhir doa penutup. Kemudian rombongan dari pengurus

gereja mengawali kegiatan margondang.Gondangyang dipersembahkan kepada

Debata (Tuhan) agar kiranya Yang Maha Kuasa berkenan memberkati upacara

dari awal hingga akhir dan memberkati semua suhut agar beroleh hidup yang

sejahtera di masa yang akan datang.52

Rombongan gereja menari mengelilingi peti mayat yang ditengah halaman

sebanyak tiga kali, yang disambut oleh pihak perempuan dengan gerakan mundur.

Gerak tari pada gondang ini ialah kedua tangan ditutup dan digerakkan menurut

irama musik. Setelah mengelilingi peti mayat, maka pihak pengurus gereja

memberkati semua boru dan suhut.53Maksud dari musik ini agar pengurus gereja

dengan pihak suhut saling bekerja sama. pada waktu menari pengurus gereja

mendatangi suhut dan unsur dalihan natolu lainnya satu persatu dengan meletakkan

ulos di atas bahu atau saling memegang wajah, sedang suhut dan unsur dalihan

natolu lainnya memegang wajah pengurus gereja. Setelah gondang ini selesai, maka

pengurus gereja menutup kegiatan margondang dengan meminta kepada pargonsi

gondang Hasahatan tu sitiotio. Semua unsurdalihan natolu menari di tempat dan

kemudian mengucapkan ‘horas’ sebanyak 3 kali.54

Kegiatan margondang selanjutnya diisi oleh pihak hasuhutan yang meminta

gondang Mangaliat kepada pargonsi. Semua suhut berbaris menari mengelilingi peti

mayat sebanyak 3 kali, yang disambut oleh pihak boru dengan gerakan mundur.

Gerakan tangan sama seperti gerak yang dilakukan oleh pengurus gereja pada

waktu mereka menari gondang Mangaliat. Setelah gondang ini selesai maka suhut

mendatangi pihak boru dan memberkati merekadengan memegang kepala boru atau

meletakkan ulos di atas bahu boru.Sedangkanboru memegang wajah suhut (hula-

hula).55

Sesudah hasuhutan selesai menari pada gondang Mangaliat, pihak hula-hula

untuk mangaliat. Pihak hula-hula selain memberikan beras atau liang,mereka juga

memberikan ulos kepada semua keturunan orangtua yang meninggal (baik anak

laki-laki dan anak perempuan). Ulos yang diberikan hula-hula kepada suhut itu

52 Berdasarkan wawancara dengan O. Sihaloho, pada tanggal 23 Pebruari 2017, di Salatiga. 53 Berdasarkan wawancara dengan M. Sianturi, pada tanggal 22 Pebruari 2017, di Salatiga. 54 Berdasarkan wawancara dengan St. S. Sagala, pada tanggal 24 Pebruari 2017, di Salatiga. 55 Berdasarkan wawancara dengan A. Sihaloho, pada tanggal 25 Pebruari 2017, di Salatiga.

Page 34: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

34

merupakan ulos holong(Kasih).Kemudian pihak ale-ale yang mangaliat, juga

memberikan beras atau uang. Dan kegiatan gondang ini diakhiri dengan pihak

parhobas dan naposobulung yang menari. Pada akhir dari setiap kelompok yang

menari selalu dimintakan gondang hasahatan atau sitio-tio dan mengucapkan

‘horas’ sebanyak 3 kali.56

Setelah semuanya selesai menari, maka acara diserahkan kepada pengurus

gereja, pihak gereja yang akan menutup upacara. Lalu semua unsur Dalihan Na Tolu

mengelilingi peti mayat yang tertutup. Di mulai acara gereja dengan bernyanyi,

berdoa, penyampaian firman Tuhan, bernyanyi dan doa penutup. Kemudian peti

mayat dipakukan dan siap untuk dibawa ke tempat penguburannya yang terakhir

yang telah dipersiapkan sebelumnya, sambil diiringi nyanyian gereja yang

dinyanyikan oleh hadirin sampai ke tempat pemakamannya. Acara pemakaman

diserahkan sepenuhnya kepada pengurus gereja.57

3.4. 3. Kegiatan lain sesudah Upacara Kematian.

Makna upacara kematian saur matua setelah tahap-tahapan masih ada acara

sesudah upacara kematian. Sesampainya pihak suhut , hasuhutan, boru, dongan

sabutuha, hula-hula di rumah duka, maka acara selanjutnya adalah makan bersama.

Pembagian jambar ini dipimpin langsung oleh pengetua adat. Salah satu uraian yang

diberikan dalam pembagian jambar ini adalah sebagai berikut:

Jambar (daging) Hasahatanna (yang menerima)

Kepala Hasuhuton (yang berpesta)

Rusuk Hula-hula bona niari (saudara semarga ibu)

Paha sebelah kanan Hula-hula bona tulang (semarga istri)

Ekor sebelah kanan Tulang (paman)

Ekor sebelah kiri Hula-hula (satu marga dengan istri)

Leher bagian depan Boru (perempuan semarga suami)

Leherbagian belakang Boru (saudara perempuan semarga suami)

Paha sebelah kiri Penggali kuburan

Paha sebelah kiri

belakang

Dongan sahuta (undangan)

56 Berdasarkan wawancara dengan St. S. Sagala, pada tanggal 24 Pebruari 2017, di Salatiga. 57 Berdasarkan wawancara dengan O. Sihaloho, pada tanggal 23 Pebruari 2017, di Salatiga.

Page 35: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

35

Setelah pembagian jambar selesai maka kepada setiap hula-hula yang memberikan

ulos, akan diberikan piso yang disebut “pasahathon piso-piso”, yaitu menyerahkan

sejumlah uang kepada hula-hula, jumlahnya menurut kedudukan masing-masing

dan keadaan.58

Bilamana seorang ibusaur matua maka diadakan mangungkap hombung

(buha hombung), yang dilakukan oleh hula-hula dari ibu yang meninggal, biasanya

dijalankan oleh amana posona (anak dari ito atau abang adik yang meninggal). Buha

Hombung artinya membuka simpanan dari ibu yang meninggal. Hombung ialah

suatu tempat tersembunyi dalam rumah, dimana seorang ibu biasanya menyimpan

harta keluarga ; pusaka, perhiasan, emas dan uang. Harta kekayaan itu diminta oleh

hula-hula sebagai kenang-kenangan, juga sebagai kesempatan terakhir untuk

meminta sesuatu dari simpanan “borunya” setelah selesai mangungkap hombung,

maka upacara ditutup oleh pengetua adat. Beberapa hari setelah selesai upacarasaur

matua,hula-hula datang untuk mangapuli (memberikan penghiburan) kepada

keluarga dari orang yang meninggal saur matua dengan membawa makanan berupa

ikan mas. Yang bekerja menyedikan keperluan acara adalah pihak boru.59

3.5. Pemahaman Gereja HKBP Salatiga tentang Makna Upacara Kematian

Saur Matua

Orang Batak diaspora Salatiga mempunyai gereja HKBPyang berbudaya

Batak Toba begitu juga bahasa dalam acara kebaktian minggu berbahasa Batak

Toba. Upacara kematian saur matua dilaksanakan sebagai budaya adat yang telah

dilakukan oleh leluhur batak toba, sehingga gereja mengikuti kebudayaan yang

dilakukan oleh jemaatnya. Walapun dari segi aturan dan peraturan HKBP tidak

diwajibkan jemaatnya melakukan upacara kematian saur matua, oleh karena

kebudayaan yang terlaksana di dalam upacara kematian saur matua gereja turut

mengikutinya serta memata-matai upacara tersebut supaya dalam pelaksanaannya

tidak mengandung hahipalebeguon (berhala). Gereja mengikuti upacara saur

matuamemberikan pemahaman terhadap pihak yang melangsungkan upacarasaur

matua supaya upacara tersebut sesuian dengan adat budaya yang seturut dengan

58 Berdasarkan wawancara dengan St. B. Pasaribu, pada tanggal 21 Pebruari 2017, di Salatiga. 59 Berdasarkan wawancara dengan St. M. Turnip, pada tanggal 27 Pebruari 2017, di Salatiga.

Page 36: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

36

penghormatan terhadap orang tua dan ucapan syukur terhadap Tuhan dimana orang

yang saur matua sebagai umur yang panjang dan kematian yang sempurna.60

Pemahaman gereja HKBP Salatiga tentang makna upacara kematian saur

matua diaspora di Salatiga adalah budaya sebagian dari kehidupan jemaat HKBP

Salatiga,sebelum masuk kekristenan dalam kehidupan batak toba, kebudayaan telah

dilakukan oleh leluhur. Adat kebudayaan batak toba sangat baik untuk dilakukan

apalagi upacarasaur matua, sebab dalam pelaksanaan upacarasaur matua gereja ikut

berperan memulai dan menutup upacara tersebut untuk memberikan arahan terhadap

pihak yang melakukan bahwa upacara itu sebagai tanda ucapan terimah kasih

terhadap Tuhan dan supaya Tuhan yang hadir dalam diri keluarga agar keluarga

bersatu, berdamai untuk berbagi seluruh pengeluaran yang telah habis dalam

pelaksanaan upacara saur matua. Karena upacarasaur matua memakai biaya yang

sangat banyak yang disesuaikan kepada status ekonomi keluarga.61

Jika dilihat dari Hukum taurat yang kelima “Hormatilah ayah dan ibumu

supaya lanjut umurmu di bumi yang diberikan Tuhan kepadamu”, upacarasaur

matua juga sebagai penghormatan terakhir dari anak-anak terhadap orang tua yang

disosialisasikan sama warga, bahwa anak-anak yang ditinggal telah nyata

sebagaimana yang diharapkan orang tua dalam filosofi orang batak toba “hagabeon,

hamoran, hasangapon dan harajaon”. Dalam upacarasaur matuayang dilakukan

batak toba keluarga dan orang bayak benar-benar mengetahuai bahwa anak-anak

dari yang meninggal telah sukses diperantauan, sehingga patut untuk disyukuri dan

bersuka cita.62

60 Berdasarkan wawancara dengan Pdt. R.I.P. Habeahan S.Th, pada tanggal 25 Pebruari 2017, di

Salatiga. 61 Berdasarkan wawancara dengan St. B. Pasaribu, pada tanggal 21 Pebruari 2017, di

Salatiga. 62 Berdasarkan wawancara dengan M. Turnip, pada tanggal 27 Pebruari 2017, di Salatiga.

Page 37: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

37

IV. Analisis Makna Upacara Kematian Saur Matua bagi Komunitas Batak

Toba Diaspora di Salatiga

Analisa berdasarkan pemikiran Raja Marpodang Gultom, bahwa kebudayaan

merupakan suatu factor yang mengikat perilaku seseorang dan merupakan tata

karma pada sesama.Kebudaya yang sangat mengikat dan dijungjung tinggi mulai

dari leluhurnya.63 KebudayaanBatak Toba tidak akan tinggal, segala yang berbentuk

upacara adat akan dilakukan, contohnya, upacara kelahiran, pernikahan apalagi

upacara kematian saur matua memiliki nilai yang sangat berharga bagi orang Batak

Toba. Komunitas Batak Toba merasa sangat terhina apabila tidak melakukan adat

istiadat, sebab dalam adat ada nilal-nilai yang sangat dijungjung tinggi.

Richard Sinaga, mangatakan kematian saur matua bagi warga Batak Toba

merupakan kematian yang sangat berharga, dimana mati saur matuadimaknai suatu

kesempurnaan kerena orang tua telah menikahkan seluruh putra-putrinya dan sudah

mempunyai cucu dan cicit sehingga hutang dari orang tua telah lunas.64Bentuk

kesempurnaan dalam upacara saur matua ditandai sebagai ucapan terima kasih

kepada Tuhan yang memberikan umur yang panjang sehingga sempat menikahkan

seluruh anak-anak. Manusia tidak mengetahui kapan Tuhan menjemputnya, selagi

masih ada waktu untuk hidup umat manusia tetap melakukan aktifitas, adat dan

ritual, sebab didalam adat dan ritual yang didefenisikan Victor Turner, ideological

rituals memaknai tata krama, memperkuat nilai-nilai kehidupan manusia dalam

sebuah kelompok.

Menurut JP.Sitanggang, bahwa kematian sukacita dalam Batak Toba,

seseorang yang meninggal dikala anaknya sudah menikah semua dan sudah selesai

didalam adat, hingga punya cucu dan cicit, dan tidak ada diantara keturunannya

meninggal mendahului dia.65Upacara saur matuaBatak Toba merupakan kematian

sukacita, ditandai dari segi umur yang meninggal. Jika belum tergolong saur matua

upacara yang dilaksanakan adalah dukacita sebab di dalam upacara tidak adat hanya

bentuk acara penghiburan dari pihak dalihan natulo. Dalam upacara saur matua

tidak lagi dukacita, melainkan sukacita yang terjadi dimana pihak keluarga telah

63Raja Marpodang Gultom : Dalihan Natolu Nilai Budaya Batak (tiga tungku) yaitu:hula-hula,dongan

tubu, boru, (Medan: CV.Armanda, 1992),89.

64Richard Sinaga : Umpasa, Umpama dan Ungkapan dalam Bahasa Batak Toba, (Dian Utama:

Jakarta,2003),45.

65JP. Sitanggang: Batak na marserak (orang batak yang terpencar) Raja Napogos, (Balai Pustaka:

Jakarta, 2014),67.

Page 38: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

38

melaksanakan tarian dan musik tradisional sebagai simbol kebahagiaan yang nyata.

Bukan hanya tarian sebagai tanda sukacita dalam upacara saur matua, ikut

juga berupa uang yang diberikan pihak keturunan almarhum kepada unsur dalihan

natolu begitu juga terhadap seluruh masyarakat Batak Toba yang ikut melaksanakan

upacara saur matua. Tanda sukacita dalam pelaksanaan upacara kematian saur

matua dibarengi dengan menyediakan, memotong kerbau atau lembu sebagai juhut

(lauk) untuk makan dan jambar terhadap semua pihak dalihan natolu.Pada

umumnya kematian manusia identik dengan kesedihan dan air mata, karena tidak

ada lagi interaksi terjadi antara manusiamasih hidup dan yang meninggal. Mati saur

matua adalah sukacita dan kebahagiaan disebabkan adanya faktor budaya yang

dijungjung tinggi.66

Upacara kematian saur matuaBatak Toba menurut Lumongga RA.

Pardede, merupakan suatu penghormatan terakhir terhadap orang tua. Penghormatan

terakhir sebagai tanda cinta kasih anak terhadap orang tua yang meninggal, dengan

harapan agar orang tua tersebut dapat menghormati kelangsungan hidup dari pada

keturunannya. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara manusia yang masih

hidup dengan para kerabatnya yang sudah meninggal masih ada.67Hubungan dalam

penghormatan terakhir yang dilaksanakan anak terhadap orang tua pada waktu

upacara kematian saur matua merupakan hal yang kurang logis, sebab

penghormatan antara anak dan orang tua bukan dalam upacara kematian namun

pada masa hidup orang tua itu, anak seharusnya menunjukkan penghormatan yang

efektif terhadap orang tua pada masih hidup sehingga hukum yang kelima dari

hukum taurat yang berbunyi, “ Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu

di bumi yang diberikan Allah kepadamu.” Arti telogis dari hukum kelima ini adalah

anak menunjukkan penghormatan terhadap orang tuanya pada waktu masih hidup,

bukan setelah kematian yang menjemputnya.

BanyakBatak Toba memperlihatkan penghormatan terhadap orang tua

melalui upacarasaur matua. Pada hal sewaktu orang tua masih hidup,anak sering

tidak menunjukkan penghormatan secara berkesinambungan terhadap orang tua, dari

kenyataan yang terjadi dikehidupan Batak Toba seorang musisi batak menciptakan

lagu untuk generasi muda yang berbunyi “ tidak ada artinya kamu bernyanyi, meneri

6666Richard Sinaga: Meninggal Adat Dalihan Natolu, (Dian Utama: Jakarta, 1999), 37.

67Lumongga RA. Pardede : Masisisean di Ulaon Adat, ( Medan : CV. Tulus Jaya, 2010 ), 49.

Page 39: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

39

dibarengi musik setelah orang tua meninggal, dan tidak ada artinya kamu memotong

kerbau dan memberikan uang kapada pihak dalihan natolu setelah orang tua

meninggal”.

Dari kenyataan dan lagu inisangat penting peran kebudayaan, gereja untuk

memberikan pengajaran terhadap Batak Toba seperti yang diutarakan oleh

Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan sebagaiproses belajar untuk mampu

memunculkan ide atau gagasan dan karya yang selanjutnya menjadi kebiasaan.

Pembiasaan yang dilakukan melalui proses belajar itu berlangsung secara terus

menerus dari satu generasi kepada generasi berikutnya.Jiwa manusia mewujudkan

segala norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur

masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas. Di dalamnya termasuk agama,

ideologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi dari

jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya cipta merupakan

kemampuan mental, kemampuan berfikir dari orang-orang yang hidup

bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu-ilmu

pengetahuan, baik yang berwujud teori murni, maupun yang telah disusun untuk

diamalkan dalam kehidupan masyarakat.68Sehingga adat yang mau dilakukan akan

dipelajari dan dievaluasi oleh generasi berikutnya untuk dilaksanakan sewaktu orang

tua itu masih hidup.

Menurut N. Siahaan, ketika orang Batak mati saur matua, maka sewajarnya

pihak-pihak kerabat sesegera mungkin mengadakan musyawarah keluarga

(martonggo raja), membahas persiapan pengadaan upacara saur matua. Pihak-pihak

kerabat terdiri dari unsur-unsur dalihan natolu.69Pihak kerabat dalihan natolu sangat

penting bagi masyarakat Batak Toba dimana segala bentuk upacara yang

dilaksanakan mulai dari persiapan, tahap-tahapan sampai kepada penghujung

upacara dalihan natolu berperan aktif. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

perlu kerabat, karena kerabat dapat menentukan kelangsungan hidup manusia itu

sendiri. Kerabat selalu memberikan dorongan, gagasan, ide bagi sesama dalam

melaksanakan sesuatu kegiatan sehingga terlaksana dengan sempurna.Sebagai salah

satu bentuk aktivitas adat maka pelaksanaan upacara itu tidak terlepas dari

kehadiran dari unsur-unsur dalihan natolu yang memainkan peranan berupa hak dan

68Koentjaraningrat:Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT Gramedia. 1994), 9 69N. Siahaan: Sejarah Kebuyaan Batak, ( CV. Napitupulu: Medan, 1964 ), 36.

Page 40: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

40

kewajiban mereka. Maka dalihan natolu inilah yang mengatur peranan tersebut

sehingga perilaku setiap unsur khususnya dalam kegiatan adat maupun dalam

kehidupan sehari-hari tidak menyimpang dari adat yang sudah ada. Sebagaimana

yang dikatakan M. Sianturi dari penelitian lapangan bahwa orang batak mempunyai

motto, sisada anak sisda boru (satu anak dan satu perempuan), sisada lasniroha

dohot sisada arsak(satu sukacita dan satu dukacita), walau berbeda marga namun

satu anak , satu boru dan satu duka, satu suka cita, itulah nilai-nilai dari Dalihan

Natolu yang selalu saling menguntungkan.

Ritual dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang

banyak dari suatu pekerjaan.70 Dalam upacara saur matua telah terterai

mendapatkan berkat dari ucapan dan tarian dari semua pihak dalihan natolu, pihak

hula-hula mengangkat tangan dan mengenakannya kepada pihak hasuhuton dalam

tarian seakan memberi berkat. Dalam budaya Batak Toba hula-hula sebagai

perpanjangan tangan Tuhan untuk memberikan berkat yang melimpah terhadap

pihak perempuan (bahasa batak sambola langit pasu-pasu ni hula-hula ). Didalam

tarian juga mengandung pujian, penyertaan, pemeliharaan Tuhan atas keluarga yang

meninggal sehinggavisinya,hagabeon, hamoraon dan hasangapyang telah

diutarakan Maurits Simatupang,71sehingga terlaksana kepada keluarga yang

ditinggal.

70Imam Suprayogo: Metodologi penelitian Sosial –Agama, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001),

41.

71Maurits Simatupang: Budaya Indonesia yang Supra Etnis, ( Papas sinar sinanti: Jakarta, 2002 ), 17.

Page 41: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

41

5. Penutup

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa terhadap hasil penelitian yang telah diperoleh penulis,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa Upacara kematian pada masyarakat Batak

Toba merupakan pengakuan bahwa masih ada kehidupan lain dibalik kehidupan di

dunia ini. Adapun maksud dan tujuan masyarakat Batak Toba untuk mengadakan

upacara kematian itu tentunya berlatar belakang kepercayaan tentang kehidupan.

Jenis kematian yang disenangi bahkan ada yang mendambakannya ialah jenis

kematian-martua tanpa beban.Mati saur matua merupakan kematian yang sempurna

semua hutang dari orang tua telah lunas, kerena semua anak-anaknya telah menikah

dan mempunyai cucu atau cicit.

Upacara saur matua adalah kegiatan sosial yang melibatkan para warga

masyarakat dalam usaha menghormati nenek moyang. Kerja sama antara warga

masyarakat itu sesuai dengan kodrat manusia sebagai mahluk sosial.Pelaksanaan

saur matuapada masyarakat Salatiga penting artinya bagi pembinaan sosial budaya

pada masyarakat yang bersangkutan, antara lain sebagai pengokoh norma-norma dan

nilai-nilai budaya yang telah berlaku turun-temurun.

5.2 Saran

Penilitian sederhana terhadap tradisi saur matua pada masyarakat Batak Toba

Salatiga merupakan langkah awaluntuk memakai upacara ini sebagai suatu cipta,

karsa masyarakat dan sangat perlu untuk dilanjutkan dengan penelitian yang lebih

akurat dan penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Saur matua sebagai bukti budaya masyarakat Batak Salatiga perlu dilestarikan

supaya generasi berikutnya mengerti arti dan tujuan dilaksanakannya upacara saur

matua, serta tidak kehilangan nilai-nilai budaya leluhurnya.

2. Budaya ini harus diperhatikan, karena nilai-nilai tradisional yang ada dapat

dimanfaatkan untuk menarik perhatian generasi muda dalam melaksanakan Upacara

Kematian Saur Matua dimanapun mereka berada.

Page 42: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

42

DAPTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin.Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta : Raja

GrafindoPersada, 2009.

Aritonang, J.S.Kebudayaan Batak Toba. Pematang Siantar : Percetakan HKBP,

1988 .

Bungin, Burhan.M.Penelitian Kualitatif.Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008.

Engel, J,D.Metodologi Penelitian Sosial & Teologi Kristen. Salatiga: Widya Sari,

2005.

Gultom, Raja Marpodang. Dalihan Natolu Nilai Budaya Batak (tiga tungku)

yaitu:hula-hula,dongan tubu, boru,Medan: CV.Armanda, 1992.

Hutagalung, WM.Pustaha Batak, Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak,

Medan: Tulus Jaya , 1991.

Jakob, Sumardjo. Arkeologi Budaya Indonesia, Pelacakan Hermeneutis – Historis

Terhadap Artefak-Artefak Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: CV.Qalam,

2002.

Koentjaraningrat. Beberapa Pokok Antropologi : Jakarta : Dian Rakyat, 1985.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia, 1988.

Marbun, dan Hutapea. Kamus budaya batak toba. Balai Pustaka Jakarta, 1987 .

Panjaitan, Torang B.Pardalan ni angka ulaon adat Batak. Semarang, 2006.

Pardede, Lumongga RA. Masisisean di Ulaon Adat, Medan : CV. Tulus Jaya, 2010

Samiyono, David.Pengantar kedalam Matakuliah Metode Penelitian

Sosial.UKSW, Salatiga,2004.

Simatupang, Defri.Upacara Mangongkal Holi di Pulau Samosir, Studi

Etnoarkeologi Transformasi Kebudayaan Religi,dalam Skripsi untuk gelar

Sarjana dalam Ilmu Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta, 2005.

Sinaga, Richard.Meninggal Adat Dalihan Natolu. Dian Utama. Jakarta. 1999.

----------------- . Umpasa, Umpama dan ungkapan dalam bahasa batak toba. Dian

Utama, Jakarta, 2003.

Siahaan, N.Sedjarah Kebudayaan Batak. C.V. Napitupulu, Medan, 1964.

Soejono, R.P.Jaman Prasejarah di Indonesia, SNI I. Depdikbud. Jakarta, 1984.

Page 43: MAKNA UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA BAGI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13461/1/T1_712013071_Full... · sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam

43

Suprayogo, Imam.Metodologi Pemilihan Sosial-Agama. Bandung : Remaja

Rosdin Karya, 2001.

Sitanggang, JP. Batak na marserak (orang batak yang terpencar) Raja Napogos.

Jakarta, 2014.

Sejarah, Buku . HKBP Salatiga, Jubileum 50 tahun HKBP Salatiga 7 April 1958-7

April 2008.

Simatupang, Maurits. Budaya Indonesia yang Supra Etnis, Papas sinar sinanti:

Jakarta, 2002.

Tarigan, Raja Malem.Budaya Batak Toba Dalam perubahan Multidimensi,

Bandung : ITB Perss, 2005.

Turner, Victor. Masyarakat Bebas Struktur dan Komunitas. Yokyakarta : Kasianus,

1990.

copyright © 2017 Indonesian Diaspora Network. All rights reserved. Jam 14.00

Wib.

Hasil wawancara

Berdasarkan wawancara. St. B. Pasaribu, pada tanggal 21 Pebruari 2017, di Salatiga.

Berdasarkan wawancara. M. Sianturi, pada tanggal 22 Pebruari 2017, di Salatiga.

Berdasarkan wawancara. O. Sihaloho, pada tanggal 23 Pebruari 2017, di Salatiga.

Berdasarkan wawancara. St. S. Sagala, pada tanggal 24 Pebruari 2017, di Salatiga.

Berdasarkan wawancara. A. Sihaloho, pada tanggal 25 Pebruari 2017, di Salatiga.

Berdasarkan wawancara. Pdt. RIP. Habeahan, pada tanggal 25 Pebruari 2017, di

Salatiga.

Berdasarkan wawancara. St. M. Turnip, pada tanggal 27 Pebruari 2017, di Salatiga.