Makna salib dibalik persembahan dan pemberian
-
Upload
eliezer-hernawan-hardjo -
Category
Documents
-
view
235 -
download
5
description
Transcript of Makna salib dibalik persembahan dan pemberian
1 | P a g e
“MAKNA SALIB DIBALIK PERSEMBAHAN DAN PEMBERIAN”
Polemik tentang persepuluhan entah kapan dimulai, namun terus berlangsung abad demi
abad dan tiba di abad ke 21 tanpa kecuali.
Beberapa opini dan argumentasi yang dikemukakan dan diperdebatkan antara lain:
a. Persepuluhan itu dulu zaman Perjanjian Lama, zaman Perjanjian Baru tidak pernah
diperintahkan, tidak ada ayatnya.
b. Katolik dan agama lain tidak menetapkan sebesar itu.
c. Boleh tidak kita memberikan kurang dari sepersepuluh?
d. Kepada siapa pesepepuluhan diserahkan? Kepada gereja? Kepada pelayanan lain?
Kepada hamba Tuhan? Kepada orang tua?
e. Bagaimana jika persepuluhan disalah-gunakan oleh pemimpin gereja, apa kita harus tetap
memberikan? Mereka hidup berkelimpahan sementara jemaat yang memberi justeru
hidup pas-pasan bahkan kekurangan.
f. Dan lain-lain yang pada intinya pertanyaan itu menjurus kepada pembenaran untuk tidak
mempersembahkan dan memberi.
Apapun jawaban yang diterima atas beberapa pertanyaan diatas, bagai gayung bersambut,
diteruskan menjadi polemik berkepanjangan.
Nada keberatan biasanya diajukan oleh mereka yang berusaha untuk tidak memberi karena
merasa keberatan. Sedangkan yang bersedia dan patuh memberi, jarang dan tidak
mempersoalkan, karena dianggapnya sudah menjadi kewajiban.
Untuk dapat memahami dan menerima serta menjalankan persembahan kita perlu untuk terus
mempelajari dari berbagai sudut pandang.
Kali ini saya ingin mengajak Anda untuk melihat persepuluhan dan persembahan serta
pemberian dari sudut pandang “salib” atau dengan kata lain mencari makna “salib” dibalik
persembahan dan pemberian kita.
Rasul Paulus berkata: “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi
mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan
Allah.”(I Korintus 1: 18).
“Salib” sebuah misteri, dan akan tetap demikian, sampai kita kembali ke Sorga dan
memperoleh penjelasan selengkapnya, mengapa atau kenapa Tuhan Yesus memilih “salib”
untuk jalan kematianNya. Namun yang jelas dan tidak perlu dibantah adalah bahwa “salib”
melambangkan hubungan kita dengan TUHAN (vertikal) dan kita dengan sesama (horizontal).
"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
2 | P a g e
segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang
kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22:
36 – 40)
Dalam konteks persepuluhan, persembahan dan pemberian, kali ini kita akan memandangnya
dari perspektif hubungan dengan TUHAN (vertikal) dan hubungan dengan sesama
(horizontal), membentuk “salib.”
I. HUBUNGAN DENGAN TUHAN (VERTIKAL)
1. Apa yang kita miliki berasal dari TUHAN.
“Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di
dalamnya.” (Mazmur 24: 1)
“Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan
segala isinya.” (Mazmur 50: 12)
"bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan." (I Korintus 10: 26)
2. TUHAN-lah yang memperkenan dan memberkati buah tangan (bisnis dan
pekerjaan) kita.
“Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah
yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada
TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk
memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya
dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini. (Ulangan 8: 17 – 18)
“Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan
menambahinya.”(Amsal 10: 22)
"Aku ini hamba Abraham. TUHAN sangat memberkati tuanku itu, sehingga ia telah
menjadi kaya; TUHAN telah memberikan kepadanya kambing domba dan lembu sapi,
emas dan perak, budak laki-laki dan perempuan, unta dan keledai.” (Kejadian 24: 34
– 35)
3. Sebagai rasa terimakasih dan syukur kita kepada TUHAN maka kita
mengembalikan (mempersembahkan) sebagian dari berkat yang kita terima dari
TUHAN, sesuai pula dengan perintah-Nya:
“Berilah kepada TUHAN kemuliaan Nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah
menghadap Dia! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan
kekudusan. (1Tawarikh 16: 29)
“Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan
persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus!” (Mazmur 30: 5)
“Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu
kepada Yang Mahatinggi!” (Mazmur 50: 14)
3 | P a g e
“Berilah kepada TUHAN kemuliaan Nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah
ke pelataran-Nya! (Mazmur 96: 8)
4. Berapa besar jumlah yang dikembalikan kepada TUHAN?
a. Minimum 10% (sepersepuluh)
“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah
perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku,
firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-
tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku
akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil
tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu,
firman TUHAN semesta alam. Maka segala bangsa akan menyebut kamu
berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN
semesta alam.”(Maleakhi 3: 10 – 12)
“Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang
Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, katanya: "Diberkatilah kiranya Abram oleh
Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang
Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram
memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.”(Kejadian 18: 14 – 20)
“Kepadanyapun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut
arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja
Salem, yaitu raja damai sejahtera.”(Ibrani 7: 2)
b. Persepuluhan adalah kewajiban umat TUHAN. Jika melaksanakan akan
mendapat berkat. Jika tidak menjalankan akan mendapat kutuk.
“Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu
berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai
persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Kamu telah kena kutuk,
tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! (Maleakhi 3: 8 – 9)
“Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka
dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid
mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami
tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah
dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.
Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak
kepada Kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu
lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu
dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan
siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus
kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan
4 | P a g e
kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada
Allah." (Matius 22: 15 – 22)
c. Persembahan maksimum tanpa batas ukuran, itulah yang berkenan di
hadapan TUHAN:
“Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan
bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang
kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan
ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya
dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda
miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang
ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari
kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang
ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (Markus 12: 41 – 44)
Kesimpulan: Persembahan kepada TUHAN di rumah-Nya merupakan: a. pengungkapan
rasa terimakasih dan syukur atas berkat TUHAN, b. pengakuan dan kepatuhan kita
kepada TUHAN dan c. menjadi kunci & jalan berkat untuk dinikmati - ketika masih
berada di dunia.
II. HUBUNGAN DENGAN SESAMA (HORIZONTAL)
1. TUHAN memerintahkan dan menyatakan sebagai Hukum (Law) untuk mengasihi
sesama, bersama-sama (tak terpisahkan) dari kewajiban mengasihi TUHAN
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan
hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan
kitab para nabi." (Matius 22: 37 – 40)
2. Fokus TUHAN adalah menolong orang-orang miskin melalui kita anak-anak-Nya
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan
kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi
orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4: 18 – 19)
3. Memberi kepada orang miskin sama dengan mengirim harta ke Sorga yang akan
kita nikmati ketika kita tiba dan berdiam di Sorga (dari bentuk fana ke bentuk
baka/kekal)
“Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang
harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah
5 | P a g e
sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik.
Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh,
jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah
8ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata
orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih
kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah,
juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka
engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah
Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih,
sebab banyak hartanya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk
melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Ketika
murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian,
siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi
manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." (Matius 19:
16 – 26)
"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat
merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah
bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri
tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga
hatimu berada. (Matius 6: 19 – 21)
4. Memberi kepada orang miskin tidak akan menyengsarakan
“Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang
menutup matanya akan sangat dikutuki.” (Amsal 28: 27)
5. Memberi kepada orang miskin dan sengsara di catat oleh malaikat TUHAN dan
menjadi bagian dari pertanggungan jawab yang akan mendapat upah jika
dijalankan dan mendapat hukuman jika tidak dijalankan
"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-
sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu
semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-
kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di
sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan
yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu
memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang
asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku
pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu
mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan,
bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus
dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang
6 | P a g e
asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi
Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan
kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang
dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia
akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-
Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia
untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi
Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang
asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi
Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu
merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau
lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam
penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk
salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan
mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam
hidup yang kekal." (Matius 25: 31 – 46)
Kesimpulan: TUHAN mengaitkan pemberian kita kepada orang miskin di dunia dengan
“celengan” harta kita di Sorga kelak. Dalam bentuk apa kita tidak tahu persis namun
berupa harta di Sorga yang akan kita sendiri nikmati karena itu milik dan bagian kita
III. KEPATUHAN MEMBAWA KITA MASUK KE DALAM DIMENSI ROHANI
1. Kita harus menyembah TUHAN dalam Roh dan Kebenaran
“Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah
benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yohanes 4: 23 – 24)
2. Roh TUHAN membebaskan keterikatan dan pemikiran kita pada keduniawian
“Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.”
(2Korintus 3: 17)
“Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari
segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14: 33)
3. Kita diminta dan dituntut untuk memikul salib sebagai murid Kristus yang
ditebus-Nya
“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.”
(Matius 10: 38)
7 | P a g e
IV. TUHAN MENGASIHI KITA MELALUI “SALIB” KITAPUN MENGASIHI TUHAN DAN
SESAMA MELALUI “SALIB”
1. TUHAN mengasihi kita terlebih dahulu melalui kematian diatas Salib (real,
actual)
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke
dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya
oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa
tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam
nama Anak Tunggal Allah. (Yohanes 3: 16 – 18)
2. Kita mengasihi TUHAN dan sesama melalui Salib (verikal dan horizontal)
"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus
kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama
dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung
seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22: 36 – 40)
3. Mengerjakan semuanya dengan hati tertuju kepada Tuhan Yesus
“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang
memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada
kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti
sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta
Allah.” (Ibrani 12: 2)
KESIMPULAN AKHIR: TUHAN mernginginkan agar kita mengalami hidup yang
diberkati, berkelimpahan selama kita berada di dunia (dengan
mempersembahkan persepuluhan) dan juga kelak di Sorga ketika kita kembali
kepadaNya (dengan menolong dan memberi orang-orang miskin selama berada
di dunia)
Jakarta, akhir Nopember 2014
DR. ELIEZER H. HARDJO PH.D., CM