Power Poin Perang Salib

21

description

Perang Salib merupakan perang terlama dan terbesar, yang mewakili antara Barat dengan Timur, Islam dengan Kristen

Transcript of Power Poin Perang Salib

Page 1: Power Poin Perang  Salib
Page 2: Power Poin Perang  Salib

Sekilas Perang Salib

• Perang Salib dimulai pada 1095. Pada 50 tahun pertama, Pasukan Salib berhasil mendominasi peperangan. Kekuatan kaum Muslim porak-poranda. Sebagian jantung negeri Islam, seperti Syria dan Palestina ditaklukkan. Ratusan ribu kaum Muslim dibantai. Pasukan Salib yang memasuki Jerusalem (1099) kemudian melakukan pembantaian besar-besaran terhadap penduduk Kota Suci itu. Di Masjid al-Aqsha terdapat genangan darah setinggi mata kaki, karena banyaknya kaum Muslimin yang dibantai. Fulcher of Chartress menyatakan, bahwa darah begitu banyak tertumpah, sehingga membanjir setinggi mata kaki: “If you had been there your feet would have been stained to the ankles in the blood of the slain.”

Page 3: Power Poin Perang  Salib

Penyebab Terjadinya Perang Salib• Adanya desakan dinasti Seljuk terhadap posisi dan kedudukan

kekuasaan Byzantium Timur di Syam dan Byzantium Barat Asia Kecil. Byzantium merasa semakin terancam setelah Seljuk memenangkan pertempuran yang sangat menentukan di Muzikert pada tahun 1071. Sehingga tidak mengherankan jika Kaisar Byzantium meminta bantuan dari Eropa Barat, termasuk dari Paus yang memiliki kekuasaan besar.

• Faktor agama. Faktor ini cukup dominan dalam mendoktrinkan Perang Salib meskipun persoalannya sebenarnya cukup kompleks. Agama Kristen berkembang pesat di Eropa Barat terutama setelah Paus mengadakan reformasi. Sementara itu, Kristen mendapat saingan agama-agama lain, terutama Islam yang berhasil mengambil alih kekuasaan Byzantium di Timur yang juga menganut agama Kristen seperti Syria, Asia Kecil, dan Spanyol. Spanyol adalah benteng Eropa bagian barat dan Konstantinopel adalah benteng Eropa sebelah timur. Kedua pintu gerbang ini telah digempur kaum muslimin sejak Bani Umayyah, dilanjutkan oleh dinasti Islam 'Abbasyiah, kemudian pemerintahan Seljuk.

Page 4: Power Poin Perang  Salib

• Faktor ekonomi. Faktor ini juga turut berperan dalam mendorong terjadinya Perang Salib. Ketika Eropa Barat (terutama Perancis) melancarkan propaganda Perang Salib, negaranya sedang menghadapi krisis ekonomi yang amat parah. Karena itu, sebagian besar golongan rakyat yang miskin dan nomaden menyambut baik seruan ini, bukan karena panggilan agama, tetapi karena kebutuhan pribadi. Buktinya, mereka merampok serta merampas makanan dan harta benda sesama orang Kristen dalam perjalanan menuju Konstantinopel ketika menyerang Jerusalem. Selain itu, saat itu muncul "tiga pelabuhan besar" (Venisia, Genoa, dan Pisa) yang berada di bawah pemerintahan Italiaa, yang terutama memberikan bantuan berupa armada laut. Pemerintah Italiaa bermaksud untuk menguasai dan menduduki pelabuhan-pelabuhan timur dan selatan Mediterania, seperti pelabuhan-pelabuhan di Syam, agar perdagangan Timur dan Barat dapat mereka kuasai. Kepentingan ekonomi ini nampak ketika Tentara Salib mengarahkan serangannya ke Mesir dalam Perang Salib IV.

Page 5: Power Poin Perang  Salib

• Faktor sosial-politik juga memainkan peranan yang dominan dalam konflik Perang Salib ini. Hal itu dapat dilihat dari gejala berikut:

masyarakat Eropa pada abad pertengahan terbagi atas tiga golongan masyarakat:

i. kelompok agamawan yang terdiri dari orang-orang gereja dan bangsawan;

ii. kelompok kesatria yang terdiri dari para bangsawan dan penunggang kuda (knights); dan

iii. kelompok petani dan hamba sahaya. Dua kelompok pertama merupakan kelompok kecil yang

secara keseluruhan merupakan institusi yang berkuasa dan dipandang dari segi sosial-politik yang aristokratis, sedangkan kelompok ketiga merupakan golongan terbesar yang dikuasai oleh kelompok pertama dan kedua, yang harus bekerja keras terutama untuk memenuhi kepentingan kedua kelompok tersebut. Karena itu, kelompok ketiga ini secara spontan menyambut baik propaganda Perang Salib. Bagi mereka, kalau pun ditakdirkan mati, lebih baik mati suci daripada mati kelaparan dan hina. Kalau bernasib baik, selamat sampai ke Jerusalem, mereka mempunyai harapan baru: hidup yang lebih baik daripada di negeri sendiri.

Page 6: Power Poin Perang  Salib

Pemicu timbulnya Perang Salib• Sampai abad ke-11 M, di bawah pemerintahan kaum Muslimin, Palestina

merupakan kawasan yang tertib dan damai. Orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Islam hidup bersama. Jerusalem merupakan kota Suci bagi ketiga agama samawi yakni Islam, Yahudi dan Kristen. Di dalam kota inilah letaknya Masjid Al-Aqsa yang dibangun oleh Nabi Sulaiman dan menjadi Kiblat pertama umat Islam sebelum beralih ke Kabah di Mekah. Ketika Nabi Muhammad SAW Isra', singgah dan solat di masjid ini sebelum Mi'raj ke langit. Nabi Isa AS juga dilahirkan di Baitullaham berdekatan kota Jerusalem ini.

• Di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/ 634-644 M) Jerusalem dapat direbut oleh kaum Muslimin dari tangan Kekaisaran Byzantium (Romawi Timur) dalam suatu penyerahan kuasa secara damai. Khalifah Umar sendiri datang ke Jerusalem untuk menerima penyerahan kota Suci itu atas desakan dan persetujuan Bishop Agung Sophronius. Berabad-abad lamanya kota itu berada di bawah kekuasaan Islam, tapi penduduknya bebas memeluk agama dan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing tanpa ada gangguan. Orang-orang Kristen dari seluruh dunia juga bebas datang untuk melaksanakan ziarah di Kota Suci Jerusalem itu dan menjalankan upacara keagamaannya. Orang-orang Kristen dari segenap pelosok Eropa datang berziarah dalam jumlah rombongan yang besar dengan membawa obor dan pedang seperti tentara hendak berperang. Sebagian dari mereka mempermainkan pedang dengan dikelilingi pasukan gendang dan seruling serta diiringi oleh pasukan bersenjata lengkap.

• Sebelum Jerusalem dikuasai Kekaisaran Turki Seljuk pada tahun 1070, upacara seperti itu dibiarkan saja oleh umat Islam, karena dasar toleransi dan menghormati kebebasan beragama.

Page 7: Power Poin Perang  Salib

• Namun ketika Kekaisaran Turki Seljuk memerintah, upacara seperti itu tidak diperbolehkan lagi, dengan alasan keselamatan. Kemungkinan karena upacara tersebut semakin berbahaya. Terlebih lagi kelompok-kelompok yang turut andil dalam upacara itu sering menimbulkan kegaduhan dan huruhara. Disebutkan bahwa pada tahun 1064 Bishop memimpin pasukan sejumlah 7000 orang penziarah yang terdiri dari kumpulan bangsawan (baron) dan para pahlawan yang telah menyerang orang-orang Arab dan Turki.

• Hal tersebut membuat Kekaisaran Turki Seljuk melakukan pertimbangan dengan menjadikan larangan tersebut demi keselamatan penziarah Kristen itu sendiri. Namun ternyata tindakan ini mendapat tanggapan yang salah dari orang-orang Eropa. Para pemimpin agama mereka telah mendapat kesan bahwa kebebasan agamanya telah dinodai oleh orang-orang Islam dan menyerukan agar Tanah Suci itu dibebaskan dari genggaman umat Islam.

Page 8: Power Poin Perang  Salib

PASUKAN SALIB

Page 9: Power Poin Perang  Salib

• Pasukan Salib diberangkatkan untuk merebut Yerusalem. Pada 1099 pasukan di bawah Gottfried von Bouillon merebut Yerusalem. Mereka mendirikan negara-negara salib, yakni negara-negara boneka di wilayah-wilayah yang diduduki tentara salib.

• Namun karena kelemahan Byzantium dan perpecahan di kalangan muslim sendiri, negara-negara boneka ini berkembang sebagai negara-negara latin yang feodalistis dan tirani, di mana seluruh penduduk yahudi dan muslim dihabisi.

Page 10: Power Poin Perang  Salib

• Pasukan salib berusaha merebut wilayah-wilayah di sepanjang pantai laut tengah, baik yang dikuasai muslim maupun bukan, seperti misalnya wilayah Athena, Korinthia dan beberapa pulau-pulau Yunani. Ini menunjukkan bahwa serangan salib sebenarnya tidak spesifik ditujukan hanya kepada ummat Islam, karena memang kekufuran sebenarnya musuh seluruh manusia –hanya saja ummat Islam adalah penghalang terbesar bagi kekufuran itu.

Page 11: Power Poin Perang  Salib

Terjadi setelah Sholahuddin al Ayubi berhasil mempersatukan kembali wilayah-wilayah Islam di Mesir dan Syria. Perang ini merupakan Perang Salib yang terbesar, pada perang ini pihak Kristen dipimpin Phillip Augustus dari Prancis dan Richard Lionheart dari Inggris, sementara kaum Muslimin dipimpin Shalahuddin Al-Ayyubi. Pada masa itu, Kekhalifahan Islam terpecah menjadi dua, yaitu Dinasti Fathimiyah di Kairo (bermazhab Syi’ah) dan Dinasti Seljuk yang berpusat di Turki (bermazhab Sunni). Pada 1171 Sholahuddin berhasil menyingkirkan kekuasaan Fathimiyah di Mesir yang merupakan separatisme dari Khilafah di Bagdad, dan mendirikan pemerintahan Ayubiah yang loyal kepada Khalifah. Pada 1187 al-Ayubi berhasil merebut kembali Yerusalem. Hal ini setelah Salahuddin merekrut pasukan yang kemudian berperang melawan Pasukan Salib di Hattin (dekat Acre, kini dikuasai Israel). Orang-orang Kristen bahkan akhirnya terdesak dan terkurung di Baitul Maqdis. Kaum Muslimin meraih kemenangan (1187).

Page 12: Power Poin Perang  Salib

Pasukan Shalahudin mengepung Baitul Maqdis

Page 13: Power Poin Perang  Salib

• Terjadi ketika pasukan salib dari Eropa Barat ingin mendirikan kerajaan Norman (Eropa Barat) di atas puing-puing Yunani. Paus Innocentius III menyatakan pasukan salib telah murtad (excommuned). Di Konstantinopel permintaan-permintaan tentara salib menimbulkan perlawanan rakyat, yang dibalas tentara salib dengan membakar kota itu serta mendudukkan kaisar latin serta padri latin. Sebelumnya, kaisar dan padri Konstantinopel selalu yunani. Tahun 1212, ribuan pemuda Perancis diberangkatkan dengan kapal untuk bergabung dengan pasukan salib, namun oleh kapten kapal mereka justru dijual sebagai budak ke Afrika Utara! Reputasi pasukan salib dan respek atasnya sudah semakin pudar.

Page 14: Power Poin Perang  Salib

Diumumkan oleh Paus Innocentius dan Konzil Lateran IV, yang juga menetapkan undang-undang inquisisi dan berbagai aturan anti yahudi. Untuk mendapatkan kembali kontrol atas pasukan salib, jabatan raja Yerusalem digantikan oleh wakil Paus. Jabatan “raja Yerusalem” ini hanyalah “formalitas idealis”, tanpa kekuasaan sesungguhnya, karena de facto Yerusalem telah direbut kembali oleh al-Ayubi.

Page 15: Power Poin Perang  Salib

• Dipimpin oleh kaisar Jerman Freidrich II.

Sebagai “orang yang dimurtadkan”

(excommuned) dia berhasil merebut kembali Jerusalem. Paus terpaksa

mengakui dia sebagai raja Yerusalem. Sepuluh

tahun kemudian Yerusalem berhasil

direbut kembali oleh kaum muslimin.

Page 16: Power Poin Perang  Salib

• Dipimpin oleh Lois IX dari Perancis yang telah dinobatkan sebagai “orang suci” oleh Paus Bonifatius VIII. Meski di negerinya Ludwig dikenal sebagai penegak hukum yang baik, namun ia memimpin sebuah organisasi yang amburadul sehingga justru tertangkap di Mesir. Dan orang Perancis menebusnya dengan uang mas yang banyak.

Page 17: Power Poin Perang  Salib

PASUKAN SALAHUDIN

Page 18: Power Poin Perang  Salib

Pasukan Salib

Page 19: Power Poin Perang  Salib

PASUKAN ISLAM

Page 20: Power Poin Perang  Salib

Kota Baitul Maqdis

Page 21: Power Poin Perang  Salib