Makian Bahasa Arab Shofia

21
MAKIAN DALAM BAHASA ARAB Shofia Trianing Indarti Program Studi S2 Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, UGM ABSTRAK Dalam kondisi yang kurang menyenangkan, penutur terkadang mengekspresikannya lewat bahasa dalam bentuk makian. Makian terkadang bersifat khas dan tergantung pada pengalaman pribadi penutur. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan membahas mengenai bentuk dan referensi makian guna mengungkap kekhasan makian dalam bahasa Arab. Untuk menganalisis bentuk makian, digunakan metode agih dengan teknik perluas. Adapun untuk menganalisis referensinya digunakan metode padan referensial. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa makian dalam bahasa Arab terdiri kata, frasa, dan klausa. Adapun hal-hal yang biasanya dijadikan sasaran atau referen makian adalah (1) keadaan, (2) binatang, (3) benda, (4) bagian tubuh, (5) kekerabatan, dan (6) pekerjaan. Makian berkategori nomina biasanya digunakan secara metaforis, yaitu membandingkan sifat-sifat yang menonjol dari referen nomina dengan sifat individu atau perbuatan yang dilakukan oleh sasaran makian. Adapun makian yang berkategori ajektiva biasanya digunakan secara langsung untuk mengungkapkan ketidaksenangan. Kata Kunci: bahasa Arab, makian, bentuk, referensi

description

makian

Transcript of Makian Bahasa Arab Shofia

Page 1: Makian Bahasa Arab Shofia

MAKIAN DALAM BAHASA ARAB

Shofia Trianing Indarti

Program Studi S2 Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, UGM

ABSTRAK

Dalam kondisi yang kurang menyenangkan, penutur terkadang

mengekspresikannya lewat bahasa dalam bentuk makian. Makian terkadang

bersifat khas dan tergantung pada pengalaman pribadi penutur. Berdasarkan hal

tersebut, penelitian ini akan membahas mengenai bentuk dan referensi makian

guna mengungkap kekhasan makian dalam bahasa Arab. Untuk menganalisis

bentuk makian, digunakan metode agih dengan teknik perluas. Adapun untuk

menganalisis referensinya digunakan metode padan referensial. Hasil dari

penelitian ini adalah bahwa makian dalam bahasa Arab terdiri kata, frasa, dan

klausa. Adapun hal-hal yang biasanya dijadikan sasaran atau referen makian

adalah (1) keadaan, (2) binatang, (3) benda, (4) bagian tubuh, (5) kekerabatan, dan

(6) pekerjaan. Makian berkategori nomina biasanya digunakan secara metaforis,

yaitu membandingkan sifat-sifat yang menonjol dari referen nomina dengan sifat

individu atau perbuatan yang dilakukan oleh sasaran makian. Adapun makian

yang berkategori ajektiva biasanya digunakan secara langsung untuk

mengungkapkan ketidaksenangan.

Kata Kunci: bahasa Arab, makian, bentuk, referensi

PENGANTAR

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, manusia dipastikan pernah

merasakan sesuatu hal yang sangat menyentuh perasaan mereka. Perasaan tersebut

dapat berupa sebuah perasaan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan.

Dalam kondisi yang kurang menyenangkan misalnya, terkadang seseorang akan

mengungkap perasaannya lewat bahasa, yaitu lewat makian. Sudaryanto

(1994:83) mengungkapkan bahwa kata-kata makian yang dalam bahasa Jawa

disebut ‘pisuh’ dapat dikategorikan sebagai kata afektif. Lebih jauh lagi, kata-kata

makian biasanya muncul karena adanya daya sentuh afektif yang sangat kuat. Hal

tersebut tampak saat seseorang merasa terkejut, kagum, sakit hati, dan menyesal.

Page 2: Makian Bahasa Arab Shofia

Seiring berjalannya waktu, makian berkembang menjadi variasi bahasa

yang lebih kompleks. Seringkali makian bersifat khas dan bergantung pada

kepribadian penuturnya, serta dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikannya

(Sudaryanto, 1982: 147). Berikut adalah contoh makian yang digunakan oleh para

penutur Arab.

(1) Man qa>la laka ya h}ima>ru innani> h}alaqtu

lih}yati>?

‘siapakah yang berkata kepadamu, wahai keledai bahwa aku telah

mencukur jenggotku?’

(2) Ibta’id ‘anni> ya kha>inu!

‘menjauhlah dariku, wahai penghianat!’

Pada kalimat (1) dan (2), kata h}ima>ru dan kha>inu merupakan

nomina, keduanya sama-sama nominatif dengan harakat dammah karena

didahului oleh h}arfu nida> ` (partikel munada). Makian tersebut

digunakan sebagai pengungkap rasa marah penutur terhadap mitra tutur.

Penelitian mengenai makian pernah dilakukan oleh beberapa sarjana

terdahulu, misalnya Sudaryanto (1982), Saptomo (2001), dan Damanhuri (2007)

yang penelitannya berhubungan dengan bahasa Daerah. Selain itu, dalam bahasa

Indonesia makian juga pernah diteliti oleh Wijana (2010) berdasarkan bentuk dan

referensinya. Adapun dalam bahasa Arab, makian juga pernah dilakukan oleh

Ridla (2009) yang penelitiannya berhubungan dengan bahasa Arab Āmiyyah

Mesir.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk menjelaskan makian

dalam bahasa Arab fusha sebagai bahasa Arab yang dianggap standar. Dalam

tulisan ini, pembahasan mengenai makian hanya berupa dua aspek, yaitu bentuk

dan referensinya. Kajian ini diharapkan menjadi kajian awal yang bermanfaat

untuk mendorong munculnya penelitian lanjutan yang lebih mendalam.

LANDASAN TEORI

Bahasa terdiri dari bentuk dan makna (Ramlan, 1985:48). Makian

merupakan variasi bahasa yang di dalamnya terdapat pula lapisan bentuk dan

makna. Lapisan bentuk terdiri dari Bentuk bahasa merupakan bagian dari bahasa

Page 3: Makian Bahasa Arab Shofia

yang terdiri dari unsur segmental dan suprasegmental. Unsur segmental terdiri

dari morfem, kata, frase, klausa, kalimat, serta wacana; unsur suprasegmental

terdiri dari intonasi, nada, dan durasi. Adapun makna merupakan isi yang

terkandung di dalam bentuk-bentuk tersebut yang dapat menimbulkan reaksi

tertentu.

Kata dalam bahasa Arab dibagi menjadi tiga, yaitu ism (nomina), fi’il

(verba), dan harf (partikel) (al-Galāyainī, 2010:6; ad-Dardah, 1981:4). Apabila

beberapa kata tersebut disusun, maka kata tersebut bisa membentuk suatu frasa

atau klausa. Susunan kata dalam bahasa Arab disebut murakkab/tarki>b. Ada

enam macam murakkab, yaitu isna>di>, ida>fi>, baya>ni>, ‘atfi>,

mazji>, dan‘adadi> (al-Galāyainī, 2010:10). Dari keenam murakkab

tersebut, hanya isna>di> yang bersifat predikatif, sedangkan lainnya hanya

sampai pada tataran frasa. Istilah murakkab isna>di juga disebut jumlah.

Jumlah dalam bahasa Arab dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu jumlah

ismiyyah dan jumlah fi’liyyah.

Dalam aspek makna, maka perlu dibedakan antara definisi arti (meaning)

dan makna (sense). Arti (mening) ialah bentuk pengetahuan kognitif yang terdapat

dalam bahasa dan distrukturkan di dalam dan oleh sistem bahasa yang dipaham

kurang lebih sama oleh penutur dalam kegiatan berkomunikasi secara umum dan

wajar (Subroto, 1999:03). Adapun makna adalah arti sebuah leksikal atau tuturan

kalimat berdasarkan konteks pemakaian situasi yang melatarbelakanginya, dan

intonasinya (Allan, 1986:68).

Dalam memahami makian, tidak hanya berpegang pada bentuk

pengetahuan kognitif dalam situasi umum melainkan juga konteks pemakaian dan

situasi yang melatarbelakanginya. Makna oleh Leech (1974:10-26) dibedakan

menjadi tujuh tipe, yaitu makna konseptual, konotatif, stilistik, afektif, kolokatif,

dan tematik. Menurut Sudaryanto (1994:55), makian merupakan salah satu tipe

kalimat afektif, yaitu menggambarkan perasaan pribadi penutur, sikap lawan tutur

terhadap tuturan. Dalam hal ini, maka setiap makian yang dituturkan senantiasa

memiliki acuan atau referen. Referen menurut Ulmann (2014:57) merupakan

unsur luar bahasa yang diacu oleh ujaran yang bersangkutan. Wijana dan

Page 4: Makian Bahasa Arab Shofia

Rohmadi (2010:117) kemudian membagi kata berdasarkan ada tidaknya referen

menjadi dua, yaitu kata referensial dan nonreferensial. Kata referensial lazimnya

memiliki potensi untuk mengisi fungsi sintaktik kalimat, seperti nomina,

adjektiva, adverbial, dsb. Adapun kata nonreferensial merupakan jenis kata yang

fungsinya membantuk kata-kata lain menjalankan tugasnya (kata tugas), seperti

preposisi, konjungsi, interjeksi. Makian yang merupakan salah satu bentuk afektif

hampir seluruhnya memiliki referen yang dalam penerepannya kadangkala

mengalami penyelewengan dalam penerapan makna, biasanya penyelewengan

tersebut berupa metafora.

Menurut Ulmann (2014:267-270), proses penciptaan metafora terjadi

dengan mengandaikan sesuatu yang diperbincangkan memiliki kemiripan dengan

sesuatu yang dibandingkan. Lebih lanjut, Ulmann membagi metafora menjadi

empat macam, yaitu:

1. Metafora Autropomorfis, yaitu jenis metafora yang dinamai berdasarkan

bagian tubuh. Misalnya nama bagian tubuh manusia dinamai dengan

bagian tubuh binatang atau sebaliknya.

2. Metafora kehewanan, yaitu metafora yang bersumber dari dunia

kehewanan.

3. Metafora konkret ke abstrak, yaitu metafora yang timbul karena

pemindahan pengalaman konkret ke abstrak atau sebaliknya.

4. Metafora sinaestesis, yaitu metafora yang diciptakan berdasarkan

pengalihan tanggapan panca indera.

METODE PENELITIAN

Data pada penelitian ini diambil dari film qamar ibn hasyi>m (2009)

dan naskah drama Mismāru Juḥā (1951). Data dari penelitian ini berupa kalimat

yang di dalamnya diindikasikan terdapat bentuk makian. Data diperoleh dengan

metode simak, yaitu dengan melakukan penyimakan terhadap sumber data.

Adapun teknik pengumpulan datanya dengan teknik catat ortografis.

Analisis data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode

padan dan agih. Metode agih digunakan untuk mengidentifikasi aneka bentuk

makian, sedangkan metode padan digunakan untuk menetukan referen. Dalam

Page 5: Makian Bahasa Arab Shofia

pelaksanaan metode agih digunakan teknik perluas. Teknik ini digunakan untuk

mengidentifikasi kategori kata makian, misalnya untuk membuktikan bahwa kata

kere termasuk kategori nomina digunakan teknik perluas. Untuk menentukan

referen makian, dilakukan dengan metode padan referensial. Hal ini didasarkan

pada pengandaian bahwa makian dalam bahasa Arab memang memiliki hubungan

dengan hal-hal di luar bahasa yang bersangkutan.

Tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal.

Artinya penyajian hasil penelitian dirumuskan dengan kata-kata biasa yaitu

dengan kata-kata yang apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami

(Kesuma, 2007: 71).

PEMBAHASAN

A. BENTUK MAKIAN

Bentuk makian yang terdapat dalam bahasa Arab terdiri dari: kata, frasa,

dan klausa. Berikut ini akan dianalisis ketiga macam bentuk makian tersebut.

A.1 Makian Berbentuk Kata

Kata merupakan satuan bebas yang paling terkecil (Ramlan, 2012:34).

Dalam bahasa Arab kata dibagi menjadi tiga, yaitu ism (nomina), fi’il (verba), dan

harf (partikel) (Al-Gulayaini, 2010:6; ad-Dardah, 1981:4). Kata yang digunakan

dalam makian biasanya berupa ism (kata benda dan kata sifat), sedangkan kata

yang berbentuk verba dan partikel sangat jarang ditemukan. Berikut adalah contoh

dari makian kategori nomina.

Bentuk Makian Makna Makian

(3) Kalbun ‘anjing’

(4) h}ima>run ‘keledai’

(5) khabi>sun ‘yang buruk’

(6) mal’ūnatun ‘yang terlaknat’

(7) kha>inun ‘orang yang berhianat’

Pada contoh (3) dan (4), makian kata Kalbun ‘anjing’dan h}ima>run

‘keledai’termasuk dalam proper noun (ism ‘alam) karena mengacu pada nama

hewan. Contoh (5), kata khabi>sun ‘yang buruk’ merupakan sifah (ajektiva)

Page 6: Makian Bahasa Arab Shofia

berwazan fa’i>lun. Contoh (6), kata mal’ūnatun ‘yang terlaknat’ merupakan

ism maf’ul (passive participle) berwazan maf’u>lun. Adapun pada contoh (7)

kata kha>inun merupakan ism fa>’il (active participle) dengan wazan

fa>’ilun .

Makian (3)-(7) dapat dikategorikan sebagai nomina, karena dapat

disepadankan dengan hal-hal yang dibendakan, seperti binatang dan benda. Hal

tersebut dapat dibuktikan dengan penambahan huruf nida>`, sehingga menjadi

ya kalbu, ya h}uma>ru, ya khabi>su, ya mal’ūnatu, dan ya

kha>inu. Dengan adanya penambahan huruf nida>`maka kata setelahnya

tidak boleh un.

A.2 Makian Berbentuk Frasa

Makian bentuk frasa yang biasa digunakan oleh penutur Arab hanya

terdapat 2 macam bentuk frasa, yakni murakkab iḍāfiy dan murakkab waṣfiy.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai makian yang berbentuk kedua

frasa tersebut.

a. Murakkab Iḍāfiy

Makian berupa Murakkab Iḍāfiy yang digunakan oleh penutur Arab

adalah sebagai berikut.

Bentuk Makian Makna Makian

(8) ra`su al-fasadi ‘pemimpin rusak’

(9) syaikhu as-su>`i ‘syaih busuk’

(10) qali>lu al-h}aya>`i ‘sedikit malu (tidak

tahu malu)’

(11) bintu al-lu`u>m ‘anak (pr) hina’

Contoh (8)-(11) merupakan makian yang berbentuk frasa dengan pola

iḍāfiy. Kata ra`su ‘pemimpin’, syaikhu ‘syaih’, qali>lu ‘sedikit’, dan bintu

‘anak (pr)’ sebagai muḍāf dan kata al-fasadi ‘rusak’, as-su>`i ‘busuk’, al-

h}aya>`i ‘malu’, dan al-lu`u>m ‘hina’sebagai muḍāf ilaih.

b. Murakkab Waṣfīy

Page 7: Makian Bahasa Arab Shofia

Para penutur Arab juga menggunakan makian berbentuk Murakkab

Waṣfīy. Berikut adalah contoh dari Murakkab Waṣfīy.

Bentuk Makian Makna Makian

(12) asy-syaikhu al-la’īnu ‘syaih yang terlaknat’

(13) al-qittu al-khabi>s|u ‘kucing busuk’

Hanya ditemukan dua data makian berbentuk frasa dengan pola murakkab

wasfiy, yaitu yang tampak pada data (12) dan (13). Kata asy-syaikhu ‘Syaikh’ dan

al-qittu ‘kucing’ sebagai mauṣuf dan kata al-la’īnu ‘yang terlaknat’ dan al-

khabi>s|u ‘busuk’ sebagai ṣifah.

A.3 Makian Berbentuk Klausa

Makian dalam bahasa Arab juga dapat terdiri dari susunan kata yang dapat

membentuk jumlah (klausa). Jumlah dalam bahasa Arab dapat diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah. Berikut adalah

pemaparan lebih lanjut mengenai makian yang berupa jumlah ismiyyah dan

jumlah fi’liyyah.

a. Jumlah Ismiyyah

Jumlah ismiyyah didefinisikan sebagai jumlah yang diawali ism

(nomina) (al-Khuli, 1982:184). Berikut adalah contoh makian yang berbentuk

jumlah ismiyyah.

Bentuk Makian Makna Makian

(14) Wailaka ‘celaka, kau’

(15)Waih}aka ‘celaka, kau’

(16) Alla>hu yal’anuka ‘(semoga) Allah melaknatmu’

Contoh makian (14)-(16) merupakan makian yang berupa Jumlah

ismiyyah. Kata wailun, waih}un, dan Alla>hu merupakan ism (nomina)

yang menduduki posisi mubtada (realisasi subjek). Kata wailun dan

waih}un berupa ism nakirah karena tanpa al, tetapi dapat menduduki

mubtada (realisasi subjek) karena digunakan untuk doa yang buruk. Predikat

untuk contoh (14) dan (15) berupa khabar berupa jar majru>r (frasa

preposisional) karena terdiri dari lam sebagai huruf jar (preposisi) dan ka

(pronomina persona kedua lk tunggal) sebagai majru>r.

Page 8: Makian Bahasa Arab Shofia

Adapun predikat contoh (16), predikatnya berupa jumlah fi’liyah. Kata

yal’anu berupa fi’il mudhori’ (verba imperfect) dan mengandung pronomina

persona 3 laki-laki tunggal. Fa’ilnya (agen) berupa dhamir mustatir huwa

(pron persona 3 lk). Adapun ka (pronomina persona kedua lk tunggal) sebagai

maf’u>l bih (objek).

b. Jumlah Fi’liyyah

Jumlah fi’liyyah didefinisikan sebagai jumlah yang diawali fi’il

(verba) (al-Khuli, 1982:184). Berikut adalah contoh makian yang berbentuk

jumlah fi’liyyah.

Bentuk Makian Makna Makian

(17) qabbah}akalla>hu ‘semoga Allah

menjelekkanmu’

(18) khayyabakalla>hu ‘semoga Allah

menggagalkanmu (usaha)’

(19) qa<talakumulla>hu ‘semoga Allah

membunuhmu’

Contoh makian (17)-(19) merupakan makian yang berupa jumlah

fi’liyyah. Kata qabbah}a, khayyaba, dan qa<tala berupa fi’il madhi

(verba perfect pronomina persona 3 laki-laki tunggal). Kata ka (pronomina

persona kedua lk tunggal) yang berfungsi sebagai maf’ul (objek). Adapun kata

Allah merupakan ism fa’il (agen).

c. Pola Ta’ajjub

Ta’ajjub adalah menyatakan kebesaran atau kehebatan terhadap perbuatan

yang jelas keistimewaannya (al-Galāyainī, 2010:44). Berikut adalah contoh

makian yang berbentuk Ta’ajjub.

Bentuk Makian Makna Makian

(20) Mā agbāka ‘betapa bodohnya, engkau’

(21) Ma> aswa>`u z}anu>naka ‘betapa busuk prasangkamu’

Contoh (20) dan (21) merupakan makian berpola ta’ajjub. Mā pada

kalimat di atas merupakan mā ta’ajjub (partikel ta’ajjub) yang masuk dalam

Page 9: Makian Bahasa Arab Shofia

ism nakirah tammah (nomina indefinit sempurna). Nomina tersebut dapat

menduduki posisi sebagai mubtada (realisasi subjek) karena menunjukkan

makna ta’ajjub. Kata agbā dan aswa>`u merupakan fi’il ta’ajjub (verba

ta’ajjub). Verba tersebut merupakan verba perfek yang menduduki posisi

khabar (predikat). Fa’ilnya berupa dhamir mustatir (pronomina yang

tersembunyi) yang kembali kepada ma. Adapun ka dan z}anu>naka

berkedududkan sebagai maf’u>l bih (objek).

B. Referen Makian

Apabila dilihat dari bentuknya, diperkirakan makian dalam bahasa Arab

bersifat referensial. Maksudnya, kata-kata makian lazim untuk mengisi fungsi-

fungsi dalam sintaktik kalimat, misalnya nomina, adjektiva, adverb, dll. Apabila

dilihat dari sistem referensinya, maka makian dalam bahasa Arab dapat

dikelompokkan menjadi enam, yaitu keadaan, binatang, benda, bagian tubuh,

kekerabatan, dan pekerjaan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai

keenam hal tersebut.

B.1 Keadaan

Makian terkadang ada yang mengacu pada keadaan tertentu seseorang.

Berikut adalah keadaan tertentu yang dijadikan sebagai referen makian.

Bentuk makian Makna makian

(22) aḥmaqu ‘bodoh’

(23) wailun ‘celaka’

(24) waihun ‘celaka’

(25) luka’un ‘dungu’

Berdasarkan contoh (22)-(25), dapat diketahui bahwa referen yang

berhubungan dengan keadaan seseorang merupakan keadaan yang tidak

menyenangkan. Berikut adalah pemakaian makian bereferensi keadaan dalam

bentuk kalimat.

(26)Yā aḥmaqu innama taksiru biz|alika `anfaka

‘Hai, bodoh! Perbuatanmu itu hanya akan memecahkan batang hidungmu

sendiri’

Page 10: Makian Bahasa Arab Shofia

Pada contoh (26), kata aḥmaqu ‘bodoh’ berakhiran u karena di depan

kata tersebut ada partikel nida>` (h}arfu nida> `). Apabila ada partikel

nida>` (h}arfu nida>`) bertemu dengan ism (nomina), maka nomina tersebut

tidak boleh ber-harakat d}ammahtain (un).

Kata aḥmaqu ‘bodoh’ merupakan salah satu bentuk makian yang

menunjukkan keadaan seseorang yang dianggap kurang berpengetahuan. Pada

kalimat tersebut, kata aḥmaqu `bodoh` tidak digunakan untuk menyebut orang

kurangnya pengetahuan, tetapi lebih pada perbuatan mitra tutur dianggap tidak

sependapat dengan penutur, sehingga muncullah makian.

B.2 Binatang

Ada beberapa jenis binatang yang digunakan sebagai referen makian.

Contoh (27-30) berikut adalah nama-nama binatang yang biasanya digunakan

untuk memaki.

Bentuk makian Makna makian

(27) kalbun ‘anjing’

(28) h}ima>run ‘keledai’

(29) khinzi>run ‘babi’

(30) qirdun ‘kera’

Beberapa jenis binatang tersebut biasanya digunakan untuk memaki oleh

penutur Arab. Berikut adalah contoh makian dengan referen binatang dalam

bentuk kalimat.

(31) Ifraḥā ya barda’atu…qad ’amkanaka rabaka haża

mimmā man’aka ḥim ā ru al-k ū fati !

‘Berbahagialah, hai pelana…tuan kalian ini telah memberikan kesempatan

kepada kalian untuk melakukan apa yang dulu dilarang oleh keledai kufah’

Pada kalimat (31), makian ḥimāru al-kūfati ‘keledai Kufah’ memiliki inti

ḥimāru `keledai`. Dalam kalimat tersebut, kata ḥimāru al-kūfati tidaklah

bermakna binatang tertentu yang berasal dari kota Kufah, akan tetapi secara

metaforis digunakan untuk memaki seseorang. Binatang ḥimār ‘keledai’ bagi

Page 11: Makian Bahasa Arab Shofia

orang Arab memiliki konotasi yang sangat buruk, yaitu binatang yang bodoh dan

lamban. Apabila dilihat dari konteksnya, maka makian tersebut digunakan untuk

memaki pemimpin Kufah yang bodoh karena tidak membela rakyat. Dengan

demikian, kata ḥimār yang awalnya bermakna ‘keledai’ dialihkan untuk memaki

pemimpin yang bodoh.

B.3 Benda

Terkadang, orang-orang memaki dalam keadaan emosi. Mereka secara

spontan mengeluarkan kata-kata makian merujuk pada benda yang ada di

dekatnya, misalnya sebagai berikut.

Bentuk makian Makna makian

(32) barda’atun ‘pelana’

(33) ziba>latun ‘tempat sampah’

Dua jenis benda pada data (32) dan (33) digunakan untuk memaki oleh

penutur Arab karena dianggap benda yang memiliki konotasi kurang baik. Berikut

adalah contoh referen benda dalam bentuk kalimat.

(34) ifraḥā ya> barda’atu…qad ’amkanaka rabaka haża mimmā

man’aka ḥimāru al-kūfati!

‘Berbahagialah, hai pelana…tuan kalian ini telah memberikan kesempatan

kepada kalian untuk melakukan apa yang dulu dilarang oleh Keledai

Kufah’

Pada contoh (34), kata barda’atu ‘pelana’ berakhiran u karena di depan

kata tersebut ada partikel nida>` (h}arfu nida> `). Apabila ada partikel

nida>` (h}arfu nida>`) bertemu dengan ism (nomina), maka nomina tersebut

tidak boleh ber-harakat d}ammahtain (un).

Makian barda’atu ‘pelana’ dalam kalimat tersebut tidaklah bermakna

pelana atau alas yang digunakan saat menunggang hewan tunggangan, tetapi

digunakan secara metaforis untuk memaki seorang. Dalam konteks kalimat

tersebut, kata barda’atu yang semula mengacu pada pelana dialihkan untuk

memaki seseorang yang dianggap anak buah dari pemimpin yang bodoh (ḥimāru

al-kūfati).

B.4 Bagian Tubuh

Page 12: Makian Bahasa Arab Shofia

Ada beberapa bagian tubuh yang digunakan sebagai referen makian.

Berikut adalah bagian-bagian tubuh yang biasanya digunakan untuk memaki.

Bentuk makian Makna makian

(35) lisānun ‘lidah’

(36) s}a>h}ibu al-wajhaini ‘bermuka dua’

(37) farjun ‘kemaluan (pr)’

Berdasarkan contoh (35)-(37), bagian tubuh yang digunakan tidak hanya

mengacu pada bagian tubuh yang dianggap tabu, tetapi juga pada anggota tubuh

yang dianggap berkonotasi baik, seperti lisānun ‘lidah’. Berikut adalah contoh

makian dengan referen bagian tubuh dalam bentuk kalimat.

(38) s}adaqta yā lis ā na an-n ā ri

‘Engkau benar, hai lidah api’

Pada kalimat (38), kata lisāna ‘lidah’ berharakat fathah (akusatif) dalam

dikarenakan ada partikel nida>` (h}arfu nida> `). Apabila ada partikel

nida>` (h}arfu nida>`) bertemu dengan frasa nomina (Murakkab Iḍāfiy),

maka muḍāf harus berharakat fathah (akusatif).

Pada kalimat tersebut kata lisāna ‘lidah’ tidak mengacu pada anggota

tubuh yang berupa alat perasa dan kata an-nāri ‘api’ tidak pula mengacu pada

sesuatu yang dapat menyebabkan kebakaran, tetapi frasa tersebut secara metaforis

digunakan untuk memaki seseorang. Dalam konteks kalimat tersebut, frasa

tersebut digunakan untuk sebagaimana makna sesungguhnya, tetapi dialihkan

untuk memaki orang yang berkata kasar.

B.5 Kekerabatan

Ada beberapa bentuk kekerabatan yang digunakan sebagai referen makian.

Berikut adalah jenis kekerabatyang biasanya digunakan untuk memaki.

Bentuk makian Makna makian

(39) ibnun ‘anak (lk)’

(40) ummi ‘ibu’

(41) bintun ‘anak (pr)’

Kekerabatan yang diacu pada contoh (39)-(41) adalah kekerabatan yang

memiliki asosiasi positif. Meski demikian, kata-kata tersebut tetap digunakan

Page 13: Makian Bahasa Arab Shofia

untuk memaki. Perhatikan contoh makian bereferensi kekerabatan dalam bentuk

kalimat.

(42) igrabī ‘annī yā umma asy-syu ̀ umi !

‘pergi jauh dariku, hai ibu laknat (perempuan laknat)’

Pada kalimat (42), kata umma ‘ibu’ bertanda berharakat fathah

(akusatif) dikarenakan ada partikel nida>` (h}arfu nida> `). Apabila ada

partikel nida>` (h}arfu nida>`) bertemu dengan frasa nomina (Murakkab

Iḍāfiy), maka muḍāf harus berharakat fathah (akusatif). Pada kalimat tersebut

kata umma tidaklah bermakna ibu yang sesungguhnya, tetapi dialihkan kepada

seorang wanita yang jahat. Dalam kalimat tersebut terjadi penyempitan makna ibu

yang awalnya bermakna seorang perempuan yang telah menikah, tetapi dalam

kalimat tersebut menjadi hanya bermakna perempuan.

B.6 Pekerjaan

Dalam bahasa Arab, ada juga makian yang menggunakan referensi

pekerjaan. Berikut adalah jenis pekerjaan yang biasanya digunakan untuk

memaki.

Bentuk makian Makna makian

(43) Fa>jiratun ‘pelacur’

(44) Qawa>dun ‘mucikari’

Pekerjaan yang diacu pada contoh (43) dan (44) merupakan jenis

pekerjaan yang berkonotasi negatif, karena bertentangan dengan norma sosial.

Perhatikan contoh makian bereferensi pekerjaan dalam bentuk kalimat.

(45) Māsya`allahu…naḥnu nantaẓiruki hunāka wa anti hunā yā

f ā jiratu

‘Māsya`allah…kami menunggumu di sana, sedangkan engkau malah di

sini, hai pelacur’

Pada kalimat (45), partikel nida>` (h}arfu nida> `) berupa ya>

bertemu dengan nomina sehingga kata f ā jiratu tidak boleh ber-harakat

d}ammahtain (un). Kata fājiratu tidaklah bermakna sebagai pekerjaan

wanita penghibur, tetapi secara metaforis dialihkan untuk memaki wanita yang

dianggap kurang ajar.

Page 14: Makian Bahasa Arab Shofia

C. Kesimpulan

Bahasa merupakan sarana pengungkapan berbagai pengalaman hidup

penuturnya. Dalam hal ini, bentuk-bentuk makian merupakan sarana yang

digunakan oleh penutur untuk mengekspresikan ketidaksenangan serta

menanggapi fenomena-fenomena yang menimbulkan perasaan tersebut. Makian

dalam bahasa Arab terdiri kata, frasa, dan klausa. Adapun hal-hal yang biasanya

dijadikan sasaran atau referen makian adalah (1) keadaan, (2) binatang, (3) benda,

(4) bagian tubuh, (5) kekerabatan, dan (6) pekerjaan. Makian berkategori nomina

biasanya digunakan secara metaforis, yaitu membandingkan sifat-sifat yang

menonjol dari referen nomina dengan sifat individu atau perbuatan yang

dilakukan oleh sasaran makian. Adapun makian yang berkategori ajektiva

biasanya digunakan secara langsung untuk mengungkapkan ketidaksenangan.

Daftar Pustaka

Allan, Keith. 1986. Linguistic Meaning. New York: Monash University.Bākaṡīr, Alī Aḥmad.1951. Mismāru Juḥā. Mesir. Maktabah Miṣra.Damanhuri, Adam. 2007. “Makian dalam Bahasa Madura”. Tesis. Yogyakarta: S2

Linguistik UGM.Ad-Dardah, A. 1981. Mu’jamu Qawa>’idi Al-Lugah Al-‘arabiyyah: Fi>

Jada>wila wa lauha>t. Beirut: Maktabah Lubnan.al-Galāyainī, Muṣtafa. 2010. Jāmi’u ad-Durūsi al-‘Arabiyyati. Kairo. Dāru Ibnu

al-Jawazy.Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.

Yogyakarta: Carasvatibooks.Leech, Geoffrey. 1981. Semantics. Harmondsworth: Penguin.Ramlan, M. 2012. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskripsi. Yogyakarta: Karyono.

. 1985. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset.

Ridha, Muhammad. 2009. “Makian dan Pujian dalam Ragam ‘Āmiyyah Mesir: Tinjauan Sosiolinguistik”. Tesis. Yogyakarta: Kajian Timur Tengah, Universitas Gadjah Mada.

Saptomo, Sri Wahono. 2001. “Makian dalam Bahasa Jawa”. Tesis. Yogyakarta: S2 Linguistik UGM.

Subroto, D. Edi. 1999. Pengantar Metode Penelitian Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Sudaryanto. 1994. Pemanfaatan Potensi Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudaryanto, et als. 1982. “Kata-Kata Afektif dalam Bahasa Jawa”. Laporan Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan DIY: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 15: Makian Bahasa Arab Shofia

Ullmann, Stephen. 2014. Pengantar Semantik. Terj. Sumarsono, cetakan 5. Yogyakarta: Pustaka Utama.

Wijana, I Dewa dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.