Makalh Pancasila Kelompok V
Transcript of Makalh Pancasila Kelompok V
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 1/41
MAKALAH
PANCASILA “TATA CARA PEMILU DI INDONESIA”
OLEH
KELOMPOK V
ANRIANI
HERMAWATI
IKHFA REZQIYAHMEGAWATI BAKRI
MIFTAH ULFAH SHALEH
NUR FADILAH
SAMHARIRATUL KAULIYAH
JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
SAMATA – GOWA
2014
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 2/41
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin- Nyalah sehingga makalah pancasila yang berjudul “TATA CARA PEMILU DI
INDONESIA” ini dapat selesai tepat waktu.
Dalam makalah ini membahas tetang pemilu di Indonesia yang menyangkut
tujuan, penyelenggaraan, asas dan lain sebagainya. Ucapan terima kasih penulis
ucapkan kepada dosen Pancasila yang telah membimbing kami, rekan-rekan
mahasiswa, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa kami tak luput dari kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen dan
rekan-rekan mahasiswa untuk perbaikan makalah selanjutnya sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamin....
Samata, 3 juni 2014
Penulis
KELOMPOK V
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 3/41
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................... ............... i
KATA PENGANTAR .................................................................. ............... ii
DAFTAR ISI ................................................................................ ............... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................... ..................
B. Rumusan Masalah .......................................................................
C. Tujuan Penulisan .........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian sistem ..........................................................................
B. Pengertian pemilihan umum..........................................................
C. System pemilihan umum ..............................................................
D. Pelaksanaan pemilihan umum di indonesia .................................
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan ......................................................................................
B.Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 4/41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemilihan Umum (Pemilu) sebagai sebuah proses seleksi terhadap
lahirnya pemimpin dalam rangka perwujudan demokrasi diharapkan menjadi
representasi dari rakyat, karena pemilu merupakan suatu rangkaian kegiatan
politik untuk menampung kepentingan masyarakat, yang kemudian
dirumuskan dalam berbagai bentuk kebijaksanaan ( policy).
Dengan perkataan lain, pemilu adalah sarana demokrasi untuk
membentuk sistem kekuasaan negara yang berkedaulatan rakyat dan
permusyawaratan perwakilan yang digariskan oleh Undang-Undang Dasar.
Kekuasaan yang lahir melalui pemilihan umum adalah kekuasaan yang lahir
dari bawah menurut kehendak rakyat dan dipergunakan sesuai dengan
keinginan rakyat.
Pemilihan umum mengimplikasikan terselenggaranya mekanisme
pemerintahan secara tertib, teratur dan damai serta lahirnya masyarakat yang
dapat menghormati opini orang lain. Disamping itu lebih lanjut akan lahir
suatu masyarakat yang mempunyai tingkat kritisme yang tinggi, dalam arti
bersifat selektif atau biasa memilih yang terbaik menurut keyakinannya.
Memperhatikan hal tersebut berarti pemilihan umum adalah
merupakan conditio sine quanon bagi suatu negara demokrasi modern, artinya
rakyat memilih seseorang untuk mewakilinya dalam rangka keikutsertaan
rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, sekaligus merupakan
suatu rangkaian kegiatan politik untuk menampung kepentingan atau aspirasimasyarakat. Dalam konteks manusia sebagai individu warga negara, maka
pemilihan umum berarti proses penyerahan sementara hak politiknya. Hak
tersebut adalah hak berdaulat untuk turut serta menjalankan penyelenggaraan
negara.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 5/41
Pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak dapat dilepaskan dari pemilihan
umum karena pemilihan umum merupakan konsekuensi logis dianutnya
prinsip kedaulatan rakyat (demokrasi) dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Prinsip dasar kehidupan kenegaraan yang demokratis adalah setiap
warga negara berhak ikut aktif dalam proses politik.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian system
2. Apa pengertian pemilihan umum
3. Bagaimana system pemilihan umum
4. Bagaimana pelaksanaan pemilihan umum di indonesia
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu system
2. Untuk mengetahui apa itu pemilihan umum
3. Untuk mengetahui tentang system pemilihan umum
4. Untuk mengetahui taat cara pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 6/41
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian system
Sebuah sistem pada dasarnya adalah suatu organisasi besar yang
menjalin berbagai subjek atau objek serta perangkat kelembagaan dalam suatu
tatanan tertentu. Subjek atau objek pembentuk sebuah sistem dapat berupa
orang-orang atau masyarakat. Kehadiran subjek atau objek semata belumlah
cukup untuk membentuk sebuah sistem, itu baru merupakan himpunan subjek
atau objek. Himpunan subjek atau objek tadi baru membentuk sebuah sistem
jika lengkap dengan perangkat kelembagaan yang mengatur dan menjalin
tentang bagaimana subjek-objek bekerja, berhubungan dan berjalan.
Sebuah sistem sederhana apapun senantiasa mengandung kadar
kompleksitas tertentu. Dari uraian diatas cukup jelas bahwa sebuah sistem
bukan sekedar himpunan suatu subjek atau himpunan suatu objek. Sebuah
sistem adalah jalinan semua itu, mencakup objek dan perangkat-perangkat
kelembagaan yang membentuknya. Selanjutnya perlu disadari bahwa,
seringkali suatu sistem tidak bisa berdiri sendiri, melainkan terkait dengan
sistem yang lain.
B. Pengertian pemilihan umum
Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945.
Pemilihan umum ialah suatu proses pemilihan orang-orang untukmengisi jabatan-jabatan politik tertentu, seperti presiden, wakil presiden,
wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai yang paling sederhana
atau paling kecil yaitu kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, pemilihan
umum juga dapat berarti proses mengisi jabatan – jabatan tertentu. Pemilu
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 7/41
merupkan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak
memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan kemasyarakatan,
komunikasi massa, lobbying, dan lain-lain. Dalam Negara demokrasi
propaganda dan agitasi sangat dikecam, namun dalam kampanye PEMILU,
teknik agitasi dan propaganda banyak juga dipakai oleh oleh para kandidat
sebagai komunikator.
Biasanya para kandidat akan melakukan kampanye sebelum
pemungutan suara dilakukan selama selang waktu yang telah ditentukan.
Dalam kampanye tersebut para kandidat akan berusaha menarik perhatian
masyarakat secara persuasive, menyatakan visi dan misisnya untuk
memajukan dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia
tahun 1945 (UUD RI 1945) menentukan : “ Kedaulatan adalah ditangan
rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat.” Mana kedaulatan sama dengan makna kekuasaan tertinggi, yaitu
kekuasaan yang dalam taraf terakhir dan tertinggi wewenang membuat
keputusan. Tidak ada satu pasalpun yang menentukan bahwa negara Republik
Indonesia adalah suatu negara demokrasi. Namun, karena implementasi
kedaulatan rakyat itu tidak lain adalah demokrasi, maka secara implesitdapatlah dikatakan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara
demokrasi.
Hal yang demikian wujudnya adalah, manakala negara atau
pemerintah menghadapi masalah besar, yang bersifat nasional, baik di bidang
kenegaraan, hukum, politik, ekonomi, sosial- budaya ekonomi, agama “ semua
orang warga negara diundang untuk berkumpul disuatu tempat guna
membicarakan, merembuk, serta membuat suatu keputusan.” ini adalah
prinsipnya
a. Makna pemilihan umum
Makna pemilihan umum yang paling esensial bagi suatu kehidupan
politik yang demokratis adalah sebagai institusi pergantian dan perebutan
kekuasaan yang dilakukan dengan regulasi, norma, dan etika sehingga
sirkulasi elite politik dapat dilakukan secara damai dan beradab.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 8/41
Lembaga itu adalah produk dari pengalaman sejarah umat manusia
dalam mengelola kekuasaan. Suatu fenomena yang mempunyai daya tarik
dan pesona luar biasa. Siapapun akan amat mudah tergoda untuk tidak
hanya berkuasa, tetapi akan mempertahankan kekuasaan yang dimilikinya.
Sedemikian mempesonanya daya tarik kekuasaan sehingga tataran apa
saja kekuasaan tidak akan diserahkan oleh pemilik kekuasaan tanpa
melalui perebutan atau kompetisi.
Selain mempesona, kekuasaan mempunyai daya rusak yang dahsyat.
Kekuatan daya rusak kekuasaan melampaui nilai-nilai yang terkandung
dalam ikatan-ikatan etnis, ras, ikatan persaudaraan, agama dan lainnya.
Transformasi dan kompetisi merebutkan kekuasaan tanpa disertai norma,
aturan, dan etika; nilai-nilai dalam ikatan-ikatan itu seakan tidak berdaya
menjinakan kekuasaan. Daya rusak kekuasaan telah lama diungkap dalam
suatu adagium ilmu politik, power tends to corrupt, absolute power tends
to corrupt absoluteny.
Pemilu 2004 adalah pemilu kedua dalam masa transisi demokrasi.
Pemilu mendatang diharapkan dapat menjadi pelajaran dan pengalaman
berharga untuk membangun suatu institusi yang dapat menjamin transfer
of power dan power competition dapat berjalan secara damai dan beradab.
Untuk itu, pemilu 2004 harus diatur dalam suatu kerangka regulasi dan
etika yang dapat memberi jaminan agar pemilu tidak saja dapat
berlangsung secara jujur dan adil, tetapi juga dapat menghasilkan wakil-
wakil yang kredibel, akuntabel, dan kapabel serta sanggup menerima
kepercayaan dan kehormatan dari rakyat, dalam mengelola kekuasaan
yang dipercayakan kepada mereka untuk mewujudkan kesejahteraan
umum.
Agar pemilu 2004 dapat menjadi anggeda pelembagaan proses politik
yang demokratis, diperlukan kesungguhan, terutama dari anggota
parlemen, untuk tidak terjebak dalam permainan politik yang oportunistik,
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 9/41
khususnya dalam memperjuangkan agenda subjektif masing-masing.
Orientasi sempit dan egoisme politik harus dibuang jauh-jauh.
Kerangka hukum perlu didukung niat politik yang sehat sehingga
regulasi bukan sekedar hasil kompromi politik oportunistik dari partai-
partai besar untuk menjaga kepentingannya. Bila hal itu yang terjadi,
dikhwatirkan hasil pemilu akan memperkuat oligarki politik. Karena itu,
partisipasi masyarakat amat diperlukan. Bahkan, tekanan publik perlu
dilakukan agar kerangka hukum yang merupakan aturan permainan benar-
benar menjadi sarana menghasilkan pemilu yang demokratis. Untuk itu,
perlu diberikan beberapa catatan mengenai perkembangan konsensus
politik dari peraturan kepentingan di parlemen serta saran mengenai
regulasi penyelenggaraan pemilu yang akan dating.
Pertama, diperlukan penyelenggaraan pemilu yang benar-benar
independen. Parsyaratan ini amat penting bagi terselenggaranya pemilu
yang adil dan jujur. Harapan itu tampaknya memperlihatkan tanda-tanda
akan menjadi kenyataan setelah pansus pemilu menyetujui bahwa kondisi
pemilihan umum (KPU) benar-benar menjadi lembaga independen dan
berwewenang penuh dalam menyelenggarakan pemilu. Sekretariat KPU
yang semula mempunyai dua atasan: untuk urusan operasional
bertanggung jawab kepada KPU, telah disatukan dalam struktur yang
tidak lagi bersifat dualistik. Struktur yang sama diterapkan pula ditingkat
propinsi serta kabupaten dan kota.
Kedua, kesepakatan mengenai sistem proporsional terbuka,
kesepakatan partai-partai menerima sistem pemilu proporsional terbuka
adalah suatu kemajuan. Sejak semula, sebenarnya argumen kontra
terhadap sistem proporsional terbuka dengan menyatakan sistem ini terlalu
rumit gugur dengan sendirinya.
Begitu suatu masyarakat atau bangsa sepakat memilih sistem
demokrasi, saat itu harus menyadari bahwa mewujudkan tatanan politik
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 10/41
yang demokratis itu selain rumit, diperlukan kesabaran melakukan
pendidikan politik bagi rakyat. Sebab, partai politik bukan saja instrumen
untuk melakukan perburuan kekuasaan, tetapi juga institusi yang
mempunyai tugas melakukan pendidikan dan sosialisasi politik kepada
masyarakat.
Ketiga, pengawasan terhadap penyelenggaraan pemilu supaya kebih
efektif dari pemilu 2004. Caranya antara lain, agar pengawas pemilu
selain terdiri dari aparat penegak hukum dan KPU, juga melibatkan unsur-
unsur masyarakat. Selain itu, perlu semacam koordinasi diantara lembaga
pemantau dan pengawas pemilu sehingga tidak tumpang tindih.
Pengawasan dilakukan terhadap seluruh tahapan kegiatan pemilu. Tugas
lembaga pengawas adalah menampung, menindak lanjuti, membuat
penyilidikan dan memberi saksi terhadap pelanggaran pemilu.
Keempat, Money politics mencegas habis-habisan permainan uang
dalam pemilu mendatang amat penting sekali. Upaya itu amat perlu
dilakukan mengingat money politics dewasa ini telah merebak luas dan
mendalam dalam kehidupan pilih memilih pemimpin mulai dari elite
politik sampai dibeberapa organisasi sosial dan kemahasiswaan. Karena
itu, kontrol terhadap dana kampanye harus lebih ketat. Misalnya, Batasan
sumbangan berupa uang, mengonversikan utang dan sumbangan barang
dalam bentuk perhitungan rupiah, dilarang memperoleh bantuan dari
sumber asing dan APBN/APBD lebih-lebih sumber ilegal dan tentu saja
hukuman pidana yang tegas dan setimpal bagi para pelanggarannya.
Kelima, pendidikan politik perlu segera dilakukan baik oleh organisasi
masyarakat dan partai politik. Bagaimanapun, pemilihan mendatang
mengandung unsur-unsur baru serta detail-detail yang sangat perlu
diketahui oleh masyarakat..
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 11/41
b. Tujuan pemilihan umum
1. Melaksanakan kedaulatan rakyat
2. Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat
3. Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di
BadanPerwakilanRakyat.
4. Melaksanakan pergantian personil pemerintahan secara damai,
aman, dan tertib (melalui konstitusional).
5. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.
Tujuan Pemilu adalah untuk memilih para wakil yang duduk
dalam pemerintahan atau DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPD
(Dewan Perwakilan Daerah). Pemilu juga bertujuan memilih
Presiden/Wakil Presiden, dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah). Dengan penyelenggaraan Pemilu menandakan, bahwa sistem
pemerintahan kita menganut sistem demokrasi
c. Jenis-jenis pemilihan umum
Sebagaimana ketentuan UUD 1945 hasil amendemen, ada dua
jenis Pemilu. Dua jenis yang dimaksud meliputi :
Pemilu Legislatif, yakni untuk memilih para wakil rakyat (DPR,
DPD, dan DPRD provinsi dan kabupaten/kota).
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, untuk memilih presiden dan
wakil presiden.
d. Asas pemilihan umum
Dalam asas pelaksanaannya, Pemilu dilakukan dengan
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Penjelasan dari asas
pelaksanaan tersebut adalah sebagai berikut.
Langsung artinya para warga negara yang telah memiliki hak pilih
harus memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh
diwakilkan.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 12/41
Umum artinya semua warga negara yang memenuhi persyaratan
yang sesuai, berhak mengikuti Pemilu. Selain itu, umum juga
memiliki pengertian memberi jaminan (kesempatan) secara
menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa memandang suku,
agama, ras, golongan, jenis kelamin, daerah, pekerjaan, maupun
status sosial.
Bebas berarti setiap warga negara yang telah mempunyai hak
pilih, bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan.
Rahasia artinya dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin
kerahasiaannya, tidak ada pihak lain yang mengetahui.
Jujur berarti semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan
Pemilu (aparat, pemerintah, pasangan calon (presiden dan wakil
presiden) partai politik, tim kampanye, para pengawas, pemantau,
dan lain-lain) harus bertindak jujur sesuai peraturan.
Adil artinya dalam penyelenggaraannya Pemilu harus terhindar
dari berbagai bentuk kecurangan.
e. Penyelenggaraan pemiluPenyelenggaraan pemilu yang menjadi tanggung jawab
pemerintah harus mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku
dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan dan gotong-royong.
Setiap warga negara Indonesia dalam penyelenggaraan Pemilu,
mempunyai hak aktif maupun hak pasif.
Hak pilih aktif adalah hak setiap warga negara yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu untuk memilih anggota-anggota yang
akan duduk dalam suatu badan perwakilan. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut:
Telah berusia 17 tahun/sudah kawin.
Terdaftar oleh Panitia Pendaftaran Pemilih (Pantarlih).
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 13/41
Bukan anggota PKI atau ormas-ormasnya.
Tidak terlibat langsung/tidak langsung G 30 S/PKI atau
organisasi terlarang lainnya.
Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya.
Tidak sedang menjalani pidana penjara atau pidana
kurungan.
Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan
keputusan pengadilan yang tidak dapat diubah lagi.
Hak pilih pasif adalah hak setiap warga negara yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dapat dipilih menjadi anggota
dari suatu badan perwakilan. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
WNI yang berusia 21 tahun ke atas serta bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dapat berbahasa Indonesia dan serendah-rendahnya
tamat SLTP atau yang sederajat dan berpengalaman
dalam bidang kemasyarakatan/ kenegaraan.
Setia kepada Pancasila sebagai dasar dan ideologi
negara, pada Proklamasi 1945, UUD 1945, dan Revolusi
Kemerdekaan bangsa Indonesia untuk mengemban
Amanat Penderitaan Rakyat.
Bukan bekas anggota organisasi terlarang PKI termasuk
organisasi massanya.
Bukan seseorang yang terlibat langsung/tidak langsung
dalam Gerakan “Kontra Revolusi” G 30 S/PKI atauorganisasi terlarang lainnya.
Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya.
Tidak sedang menjalani pidana penjara atau pidana
kurungan.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 14/41
Sedang tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan
keputusan pengadilan yang tidak dapat diubah lagi.
Terdaftar dalam daftara pemilih oleh Panitia Pendaftaran
Pemilih (Pantarlih).
Dicalonkan oleh organisasi politik peserta Pemilu.
f. Pemilih dan hak pilih
Persyaratan mendasar dari pemerintahan perwakilan daerah
adalah bahwa rakyat mempunyai peluang untuk memilih anggota
dewan yang memegang peranan dan bertanggung jawab dalam proses
pemerintahan. Masken Jie (1961) berpendapat bahwa pemilihan bebas,
walaupun bukan puncak dari segalanya, masih merupakan suatu cara
yang bernilai paling tinggi, karena belum ada pihak yang dapat
mencipatakan suatu rancangan politik yang lebih baik dari cara
tersebut untuk kepentingan berbagai kondisi yang diperlukan guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam masyarakat manapun. Pertama,
pemilihan dapat menciptakan suatu suasana dimana masyarakat
mampu menilai arti dan manfaat sebuah pemerintahan. Kedua, pemilihan dapat memberikan suksesi yang tertib dalam pemerintahan,
melalui transfer kewenangan yang damai kepada pemimpin yang baru
ketika tiba waktunya bagi pemimpin lama untuk melepaskan
jabatannya, baik karena berhalanga tetap atau karena berakhirnya
suatu periode kepemimpinan.
Pada sistem pemerintahan nonperwakilan daerah, peranan
warga daerah terbatas pada hal-hal yang relatif tidak terorganisasi dan
tidak langsung dalam urusan pemerintahan daerahnya. Rakyat harus
memainkan peranan yang aktif dan langsung jika pemerintahan
perwakilan diinginkan untuk menjadi dinamis dan bukan merupakan
proses statis. Ada banyak kepentingan dan pengaruh warga daerah
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 15/41
untuk melibatkan diri dalam proses pemerintahan daerah, tetapi yang
paling mendasar adalah melalui pemilihan para wakilnya dalam
kepemimpinan daerah.
g. Hak untuk memilih
Suatu hak pilih yang umum merupakan dasar dari
pemerintahan perwakilan dan pengembangannya diberbagai negara
merupakan fenomena yang paling penting dalam kaitannya dengan
pemerintahan perwakilan daerah yang modern. Pada abad 19, banyak
negara belum mempunyai proses pemilihan untuk posisi-posisi pada
pemerintahan daerah. Di negara lainnya, hak untuk memilih seringkali
dibatasi pada sejumlah kecil penduduknya. Namun perkembangan
selama satu abad terakhir ini menunjukan adanya kemajuan yang
berarti dalam mengalihkan hak dari beberapa orang saja menjadi hak
bagi semua, atau lebih tepat lagi berupa hak bagi hampir semua,
karena pada sistem hak pilih yang paling luas pun masih ada beberapa
diantaranya yang tidak memenuhi syarat untuk memilih.
Dalam banyak hal, hak untuk memilih bagi perwakilan pada
lembaga daerah terbatas pada satu orang yang merupakan warga
daerah tersebut. Namun pengecualiannya dapat dijumpai pada
persemakmuran Inggris yang hukum kewarganegaraannya menyatakan
bahwa warga negara dalam persemakmuran manapun dapat memilih
di Inggris Raya, bila ia dinayatakan memenuhi syarat (HMSO, 1965).
Dewasa ini sudah menjadi fenomena yang umum untuk memberikan
hak pilih kepada seseorang yang sudah mencapai “umur yang
bertanggung jawab”. Ada dua persyaratan lain yang sering
diungkapkan dalam cara yang agak negatif. Diketahui bahwa sudah
menjadi hal yang biasa disetiap negara untuk menghapus hal pilih dari
mereka yang tidak waras atau catat mental dan mereka yang sedang
menjalani hukuman penjara. Demikian pula, ada beberapa negara yang
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 16/41
tidak membolehkan warganya yang telah menjalani masa tahanan
dalam penjara selama waktu yang cukup lama untuk ikut memilih. Di
indonesia, mereka yang dihukum diatas lima tahun tidak
diperkenankan mengikuti pemilihan umum.
C. Sistem pemilihan umum
Menurut Muhammad Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, sistem
pemilihan umum dapat dibedakan antara sistem pemilihan mekanis dan sistem
pemilihan organis
a. Sistem pemilihan organis
Sistem pemilihan yang menempatkan rakyat sebagai sejumlah
individu-individu yang hidup bersama dalam berbagai macam persekutuan
hidup (organisasi massa) berdasarkan geneologis (rumah tangga, keluarga,
bani, dsb), kepentingan ekonomi (buruh, petani, pengusaha), kelas-kelas
sosial (cendekiawan, profesional) dan agama. Masyarakat adalah suatu
organisme yang terdiri atas organ-organ yang mempunyai kedudukan dan
fungsi tertentu dalam totalite organisme itu, seperti persekutuan-persekutuan
hidup tersebut diatas.
Persekutuan-persekutuan tersebutlah yang mengatur dan
mengendalikan kepentingan-kepentingan individu dalam persekutuan
tersebut. Dalam merumuskan kepentingan, persekutuan membentuk dewan
atau majelis yang terdiri dari orang-orang yang matang secara ideologis,
berpengalaman, dapat dipercaya, tidak tercela, tidak pernah menghianati
rakyat yang tergabung dalam persekutuan. Oleh karena itu partai-partai politik
tidak perlu dikembangkan, karena pemilihan dapat diselenggarakan oleh tiap-
tiap persekutuan hidup (organisasi massa) dalam lingkungannya sendiri.
Badan perwakilannya bersifat Badan perwakilan kepentingan-kepentingan
khusus persekutuan hidup itu, berupa Dewan koorporatif yang wakil-wakilnya
diangkat oleh persekutan hidup yang bersangkutan.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 17/41
b. Sistem pemilihan mekanis
mencerminkan pandangan yang bersifat mekanis yang melihat rakyat
sebagai individu-individu yang sama. Baik aliran Liberalisme, sosialisme, dan
komunisme sama-sama mendasarkan diri pada pandangan mekanis. Dalam
sistem ini, rakyat dipandang sebagai suatu massa individu-individu yang
sama. Individu-individu inilah sebagai pengendali hak pilih dalam masing-
masing mengeluarkan satu suara dalam tiap pemilihan umum untuk satu
lembaga perwakilan. Dalam sistem pemilihan mekanis, partai-partai politik
yang meng-organisasikan para pemilih dan pemimpin pemilih berdasarkan
sistem biparty atau multy party menurut paham liberalisme dan sosialisme
ataupun berdasarkan sistem partai tunggal menurut paham komunis.
Dalam sistem pemilihan mekanis dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Single-member constituency (satu daerah memilih satu wakil; biasanya
disebut Sistem Distrik).
Sistem distrik merupakan sistem pemilihan yang paling tua,
didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis (yang biasanya
disebut distrik karena kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil
dalam parlemen. Untuk keperluan pemilihan negara dibagi dalam sejumlah
besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam parlemen ditentukan oleh jumlah
distrik. Calon yang dalam satu distrik memperoleh suara terbanyak menang,
sedangkan suara-suara yang diberikan kepada calon-calon lain dalam distrik
itu dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimana kecilpun selisih
kekalahannya. Misalnya dalam distrik dengan jumlah suara 100.000, ada dua
calon yakni, A dan B. calon A memperoleh 60.000 dan B 40.000, maka calon
A memperoleh kemenangan, sedangkan jumlah suara 40.000 dari calon B
dianggap hilang. Sistem pemilihan ini dipakai di Inggris, Kanada, Amerika
Serikat, dan India. Ada dua karakter utama yang membedakan sistem distrik
dari sistem – sistem lainya,
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 18/41
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 19/41
Agar sistem distrik dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan suatu
kondisi masyarakat yang memungkinkan beroperasinya sistem tersebut.
Kondisi yang umum untuk itu adalah bahwa rakyat telah mencapai tahap
kedewasaan tertentu, tingkat kedewasaan masyarakat ini dapat diketahui
dengan dua tolok ukur, yaitu : Pertama, tingkat rasionalitas menentukan
kemampuan rakyat dalam menjatuhkan pilihan terhadap calon yang saling
bersaing di distrik mereka. Dengan tingkat rasionalitas yang tinggi,
masyarakat dapat memilih di antara program-program partai yang ditawarkan
oleh masing-masing calon; dan Kedua,tingkat kesadaran politik yang tinggi
akan dapat memilah ikatan-ikatan ideologi dari program yang diajukan
kepadanya. Dengan kata lain calon dipilih bukan karena kesamaan ideologi
melainkan karena program yang ditawarkanya, juga dengan kesadaran politik
yang tinggi masyarakat dapat menilai perilaku partai yang diwakili oleh
seorang calon. Kendatipun terdapat kondisi yang demikian, operasionalisasi
sistem distrik sangat tergantung pada kehidupan politik masyarakat,
sebagaimana juga halnya dengan sistem-sistem pemilihan lainya, pelaksanaan
sistem distrik pun sangat tergantung pada bagaimana demokrasi dipraktekkan.
sistem distrik satu wilayah kecil memilih satu wakil tunggal atas dasar
suara terbanyak, sistem distrik memiliki variasi, yakni :
f i rs past the post : sistem yang menggunakan single member district dan
pemilihan yang berpusat pada calon, pemenagnya adalah calon yang memiliki
suara terbanyak.
the two round system : sistem ini menggunakan putaran kedua sebagai
landasan untuk menentukan pemenang pemilu. hal ini dilakukan untuk
menghasilkan pemenang yang memperoleh suara mayoritas.
the alternative vote : sama seperti f i rs past the post bedanya para pemilih
diberi otoritas untuk menentukan preverensinya melalui penentuan ranking
terhadap calon-calon yang ada.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 20/41
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 21/41
letak geografis wilayah, maka proporsional disesuaikan dengan jumlah suara
berimbang dengan perbandingan tertentu, jadi dalam sebuah wilayah bisa jadi
tidak hanya ada satu kursi yang diperebutkan, karena disesuaikan jumlah
pemilih didalamnya.
Sistem ini menjamin kekuatan partai minoritas, karena setiap perolehan
suara partai disesuaikan pada prosentase suara. Misalnya apabila dalam
sebuah wilayah besar terdapat 100.000 pemilih dan terdapat 10 kursi yang
diperebutkan, kemudian dalam wilayah ini ada 4 partai yang bersaing, yaitu
partai A,B,C, dan D. hasil pemungutan suara setelah dilakukan dalam pemilu
menyatakan partai A memperoleh 40% suara, partai B memperoleh 20%
suara, partai C memperoleh 10% suara, dan partai D memperoleh 30% suara,
maka perolehan kursi yang didapatkan akan berimbang, yaitu partai A
mendapat 4 kursi, Partai B mendapatkan 2 kursi, partai C mendapatkan 1
kursi dan partai D akan mendapatkan 3 kursi di dalam parlemen.
Dari permisalan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pemilu
proporsional memberi dampak timbulnya partai-partai baru yang mewakili
suara minoritas. Dalam Negara demokrasi yang memiliki berbagai macam
suku dan budaya serta agama, maka sistem ini akan menguntungkan
minoritas, dan akan memperkuat pluralisme yang ada di Indonesia, karena
hasil dari sistem ini adalah adanya partai partai baru yang mewakili suara
minoritas. Biasanya sistem ini dipergunakan dalam Negara yang memiliki
sistem multipartaiSistem ini juga disebut perwakilan berimbang atau multi
member constituenty. ada dua macam sitem di dalam sitem proporsional,
yakni :
list proportional representation : disini partai-partai peserta pemilu
menunjukan daftar calon yang diajukan, para pemilih cukup memilih partai.
alokasi kursi partai didasarkan pada daftar urut yang sudah ada.
the single transferable vote : para pemilih di beri otoritas untuk menentukan
preferensinya. pemenangnya didasarkan atas penggunaan kota.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 22/41
Sistem ini ada beberapa kelemahan:
Mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-partai baru
Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan
kurang merasakan loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya
Mempersukar terbentuknya pemerintah yang stabil, oleh karena
umumnya harus mendasarkan diri atas koalisi dari dua-partai atau
lebih.
Keuntungan system Propotional:
System propotional di anggap representative, karena jumlah kursi
partai dalm parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang di
peroleh dalam pemilu.
System ini di anggap lebih demokatis dalam arti lebih egalitarian,
karena praktis tanpa ada distorsi.
Di Indonesia pada pemilu kali ini, tidak memakai salah satudari kedua macam sistem pemilihan diatas, tetapi merupakan
kombinasi dari keduanya.
Hal ini terlihat pada satu sisi menggunakan sistem distrik,
antara lain pada Bab VII pasal 65 tentang tata cara Pencalonan
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
dimana setiap partai Politik peserta pemilu dapat mengajukan calon
anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota
dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya
30%.
Disamping itu juga menggunakan sistem berimbang, hal ini
terdapat pada Bab V pasal 49 tentang Daerah Pemilihan dan Jumlah
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 23/41
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 24/41
umum tersebut tidak diselenggarakan dalam situasi yang vacuum, melainkan
berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentukan hasil pemilihan
umum itu sendiri. akan tetapi pemilihan pada tahun 1955 merupakan
pemilihan yang dianggap istimewa karena ditengah suasana kemrdekaan yang
masih tidak stabil Indonesia melakukan PEMILU, bahkan dunia internasional
memuji pemilu tersebut. Pemilhan umum berlangsung secara terbuka, jujur
meski belum ada sarana komunikasih secanggih pada ssat ini atau pun
jaringan kerja KPU
Semua pemilihan tersebut tidak dilaksanakan dala situasi yang
vacuum, melainkan berlangsung dalam lingkungan yang turut menentukann
hasil pemilihan umum itu sendiri. dari pemilihan umu tersebut dapat juga
diketahui adanya upaya untuk mencari system pemilihan umum yang cocok
untuk Indonesia.
a. Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1958)
Sebenarnya pemilu sudah direncanakan sejak bulan oktobere 1945,
tetapi baru dilaksanakan oleh kabinet Burhanuddin Harahap pada tahun
1955. Sistem pemilu yang digunakan adalah sistem proporsional. Pada
waktu sistem itu, sebagaimana yang dicontohkan oleh Belanda,
merupakan satu-satunya sistem pemilu yang dikenal dan dimengerti oleh
para pemimpin negara.
Pemilihan umum dilakukan dalam suasana khidmat, karena
merupakan pemilihan pertama sejak awal kemerdekaan. Pemilihan umum
berlangsung secara demokratis, tidak ada pembatasan partai, dan tidak
ada usaha interversi dari pemerintah terhadap partai-partai sekalipun
kampanye berlangsung seru, terutama antara Masyumi dan PNI. Serta
administrasi teknis berjalan lancar dan jujur.
Pemilihan umum menghasilkan 27 partai dan satu partai
perseorangan, dengan jumlah total 257 kursi. Namun stabilitas politik
yang diharapkan dari pemilihan umum tidak terwujud. Kabinet Ali (I dan
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 25/41
II) yang memerinth selama 2 tahun dan yang terdiri atas koalisi tga besar
,namun ternyata tidak kompak dalam menghadapi persoalan.
b. Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Sesudah mencabut maklumat pemerintah November 1945 tentang
kebebasan mendirikan partai , presiden soekarno mengurangi jumlah
partai menjadi 10. Kesepuluh ini antara lain : PNI, Masyumi,NU,PKI,
Partai Katolik, Partindo,Partai Murba, PSIIArudji, IPKI, dan Partai Islam,
kemudian ikut dalam pemilu 1971 di masa orde baru. Di zaman
demokrasi terpimpintidak diadakan pemilihan umum.
c. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Sesudah runtuhnya rezim demokrasi terpimpin yang semi otoriter ada
harapan besar dikalangan masyarakat untuk dapat mendirikansuatu
sistem politik yang demokratis dan stabil. Salah satu caranya ialah
melalui sistem pemilihan umum . pada saat itu diperbincangkan tidak
hanya sistem proporsional yang sudah dikenal lama, tetapi juga sistem
distrik yang di Indonesia masih sangat baru.
Jika meninjau sistem pemilihan umum di Indonesia dapat ditarik
berbagai kesimpulan. Pertama, keputusan untuk tetap menggunakan
sistem proporsional pada tahun 1967 adalah keputusan yang tepat karena
tidak ada distorsi atau kesenjangan antara perolehan suara nasional
dengan jumlah kursi dalam DPR. Kedua, ketentuan di dalam UUD 12945
bahwa DPR dan presiden tidak dapat saling menjatuhkan merupakan
keuntungan, karena tidak ada lagi fragmentasi karena yang dibenarkan
eksistensinya hanya tiga partai saja. Usaha untuk mendirikan partai baru
tidak bermanfaat dan tidak diperbolehkan. Dengan demikian sejumlah
kelemahan dari sistem proporsional telah teratasi.
Namun beberapa kelemahan masih melekat pada sistem politik ini.
Pertama, masih kurang dekatnya hubungan antara wakil pemerintah dan
konstituennya tetap ada. Kedua, dengan dibatasinya jumlah partai
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 26/41
menjadi tiga telah terjadi penyempitan dalam kesempatan untuk memilih
menurut selera dan pendapat masing-masing sehingga dapat
dipertanyakan apakah sipemilih benar-benar mencerminkan,
kecenderungan, atau ada pertimbangan lain yang menjadi pedomannya.
Ditambah lagi masalah golput, bagaimanapun juga gerakan golput telah
menunjukkan salah satu kelemahan dari sistem otoriter orde dan hal itu
patut dihargai.
d. Zaman Reformasi (1998-sekarang)
Seperti dibidang-bidang lain, reformasi membawa beberapa perubahan
fundamental. Pertama, dibukanya kesempatan kembali untuk bergeraknya
partai politik secara bebas, termasuk medirikan partai baru. Kedua, pada
pemilu 2004 untuk pertama kalinya dalam sejarah indonesiadiadakan
pemilihan presiden dan wakil presiden dipilih melaluiMPR. Ketiga,
diadakannya pemilihan umum untuk suatu badan baru, yaitu Dewan
Perwakilan Daerah yang akan mewakili kepentingan daerah secara
khusus. Keempat, diadakannya “electoral thresold “ , yaitu ketentuan
bahwa untuk pememilihan legislatif setiap partai harus meraih minimal
3% jumlah kursi anggota badan legislatif pusat.
Pemilu dalam negara demokrasi Indonesia merupakan suatu proses
pergantian kekuasaan secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai
dengan prinsip-prinsip yang digariskan konstitusi. Prinsip-prinsip dalam
pemilihan umum yang sesuai dengan konstitusi antara lain prinsip kehidupan
ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat (demokrasi) ditandai bahwa setiap
warga negara berhak ikut aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan
kenegaraan
Sebuah negara berbentuk republik memiliki sistem pemerintahan yang
tidak pernah lepas dari pengawasan rakyatnya. Adalah demokrasi, sebuah
bentuk pemerintahan yang terbentuk karena kemauan rakyat dan bertujuan
untuk memenuhi kepentingan rakyat itu sendiri. Demokrasi merupakan
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 27/41
sebuah proses, artinya sebuah republik tidak akan berhenti di satu bentuk
pemerintahan selama rakyat negara tersebut memiliki kemauan yang terus
berubah. Ada kalanya rakyat menginginkan pengawasan yang superketat
terhadap pemerintah, tetapi ada pula saatnya rakyat bosan dengan para
wakilnya yang terus bertingkah karena kekuasaan yang seakan-akan tak ada
batasnya. Berbeda dengan monarki yang menjadikan garis keturunan sebagai
landasan untuk memilih pemimpin, pada republik demokrasi diterapkan azas
kesamaan di mana setiap orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin
dapat menjadi pemimpin apabila ia disukai oleh sebagian besar rakyat.
Pemerintah telah membuat sebuah perjanjian dengan rakyatnya yang ia sebut
dengan istilah kontrak sosial. Dalam sebuah republik demokrasi, kontrak
sosial atau perjanjian masyarakat ini diwujudkan dalam sebuah pemilihan
umum. Melalui pemilihan umum, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi
wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang selanjutnya menentukan
masa depan sebuah negara.
Pemilu diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Komisi ini memiliki tanggung jawab
penuh atas penyelenggaraan pemilu, dan dalam menjalankan tugasnya, KPU
menyampaikan laporan kepada Presiden dan DPR.
Menurut Pasal 25 UU No. 12 Tahun 2003, tugas dan wewenang KPU
adalah:
Merencanakan penyelenggaraan KPU.
Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanaan pemilu.
Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua
tahapan pelaksanaan pemilu.
Menetapkan peserta pemilu.
Menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi, dan calon anggota
DPR,DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 28/41
menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye, dan
pemungutan suara.
menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih anggota
DPR,DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilu.
melaksanakan tugas dan kewenangan lain yang diatur undang-undang.
Dalam Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) dijelaskan bahwa
kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), sebagai penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia (Vertretungsorgan des Willens des Staatsvolkes). Majelis ini
bertugas mempersiapkan Undang-undang Dasar dan menetapkan garis-garis
besar haluan negara. MPR juga mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan
wakilnya (Wakil Presiden). MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi
dalam negara, sedangkan Presiden bertugas menjalankan haluan Negara
menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh MPR. Di sini, peran
Presiden adalah sebagai mandataris MPR, maksudnya Presiden harus tunduk
dan bertanggung jawab kepada MPR.Menurut Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen keempat tahun
2002, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) terdiri atas anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
yang dipilih melalui pemilihan umum. Hal ini juga tercantum dalam Pasal 19
ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen kedua tahun 2000 yang
berbunyi: “Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan
umum.” serta Pasal 22C UUD 1945 hasil Amandemen ketiga tahun 2001
yang berbunyi: “Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap
provinsi melalui pemilihan umum.” Dalam Pasal 6A UUD 1945 yang
merupakan hasil Amandemen ketiga tahun 2001 dijelaskan mengenai
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang lengkapnya berbunyi:
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 29/41
Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat.
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan pemilihan umum.
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara
lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan
umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi
yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia,
dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
UUD 1945 yang merupakan Konstitusi Negara Republik Indonesia
mengatur masalah pemilihan umum dalam Bab VIIB tentang Pemilihan
Umum Pasal 22E sebagai hasil Amandemen ketiga UUD 1945 tahun 2001.
Secara lengkap, bunyi Pasal 22E tersebut adalah:
Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota DewanPerwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai
politik.
Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah adalah perseorangan.
Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan
undang-undang.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 30/41
a. Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD
Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, yang dimaksud dengan Pemilu
Anggota DPR, DPD dan DPRD adalah pemilu untuk memilih anggota DPR,
DPD dan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
1. Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/ Kota adalah parpol peserta pemilu yang telah memenuhi
persyaratan :
a. berstatus badan hukum; sesuai dengan Undang-Undang tentang Partai
Politik
b. memiliki kepengurusan di 2/3 (dua pertiga) jumlah provinsi;
c. memiliki kepengurusan di 2/3 (dua pertiga) jumlah kabupaten/kota di
provinsi yang bersangkutan;
d. menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus)
keterwakilan perempuan pada kepengurusan parpol tingkat pusat;
e. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau
1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah penduduk pada setiap
kepengurusan parpol yang dibuktikan dengan kepemilikan kartu tanda
anggota;
f. mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan;
g. mengajukan nama dan tanda gambar parpol kepada KPU sesuai
dengan ketentuan Perundang-undangan (UU No.10 Tahun 2008
Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah);
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 31/41
2. Peserta pemilu untuk memilih anggota DPD adalah Perseorangan yang
telah memenuhi Persyaratan dan mendapat dukungan minimal dari
pemilih dari daerah pemilihan yang bersangkutan;
a. Dukungan
Penduduk Dukungan (paling sedikit)
sampai dengan 1.000.000 1.000 pemilih
lebih dari 1.000.000 -
5.000.000
2.000 pemilih
lebih dari 5.000.000 -10.000.000
3.000 pemilih
lebih dari 10.000.000 -
15.000.000
4.000 pemilih
lebih dari 15.000.000 5.000 pemilih
b. Dukungan dimaksud tersebar di paling sedikit 50% dari jumlah
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan.
c. Persyaratan dimaksud dibuktikan dengan daftar dukungan yang
dibubuhi tanda tangan atau cap jempol dan dilengkapi fotokopi KTP
setiap pendukung.
3. Tahapan penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD;
a. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;
b. Pendaftaran peserta pemilu;
c. Penetapan peserta pemilu;
d. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
e. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota;
f. Masa kampanye;
g. Masa tenang;
h. Pemungutan dan penghitungan suara;
i. Penetapan hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi serta
DPRD Kabupaten/Kota;
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 32/41
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 33/41
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 34/41
dalam multipartai sederhana tidak berkaitan dengan besaran parliamentary
thresold . tujuan adanya PT adalah ingin menyederhanakan partai dan juga
proprosionalitas.
Yang diperketat untuk pemerintahan efektif adalah ambang batas fraksi
di parlemen ketimbang angka PT tinggi. Makin tinggi PT maka indeks
ketidak proporsionalan makin tinggi. Selain itu perlu adanya transparansi
keuangan partai. Sebelumnya, memena setiap pemilu rasanya negeri ini
diancam taring-taring perbedaan landasan yang menjadi basis setiap
organisasi pesreta pemilu. Yang satu mengatasnamakan agama, yang satu
mengatasnamakan pancasila dan yang satunya lagi mengatasnamakan
nasionalis. Meski ketiganya juga bersikeras sebagai kekuatan politiik
pancasila. Kompetensi politik dengan demikian lebih mempunyai potensi
untuk terbentuknya konflik politik. Tidak ada yang lebih mengerikan bagi
setiap negara berkembang daripada itu. Meski banyak ketidaksetujuan dan
kekecewaan , tapi langkah itu harus diterima sebagai kemajuan dan platform
yang lebih baik bqagi setiap partai politik Indonesia
Di kebanyakan negara demokrasi, pemilu dianggap sebagai lambang dan
tolak ukur demokrasi. Pemilu yang terbuka, bebas berpendapat dan bebas
berserikat mencerminkan demokrasi walaupun tidak beguitu akurat.
Pemilihan umum ialah suatu proses pemilihan orang-orang untuk mengisi
jabatan-jabatan politik tertentu. Dalam ilmu politik dikenal berbagai macam
sistem pemilu dengan berbagai variasi, tetapi umumnya berkisdar pada dua
prinsip pokok, yaitu : sistem distrik dan sistem proprosional. Sejak awal
kemerdekaan Indonesia telah mengalami pasang surut dalam sistem pemilu.
Dari pemilu terdahulu hingga sekarang dapat diketahui bahwa adanya upaya
untuk mencari sistem pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia . sejak
awal pemerintahan yaitu demokrasi parlementer, terpimpin, pancasila dan
reformasi, dalam kurun waktu itulah Indonesia telah banyak mengalami
transformasi politik dan sistem pemilu. Melihat fenomena politik Indonesia,
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 35/41
sistem pemilihan umum proprosinal tertutup memang lebih menguntungkan ,
tetapi harus diikuti dengan transparansi terhadap publik kalau tidak akan
menimbulkan oligarki pemerintahan. Pada akhirnya konsilidasi partai politik
dan sistem pemilihan umum sudsah berjalan denganm baik. Akan tetapi, itu
belum berarti kehidupan kepartaian Indonesia juga sudah benar-benar siap
untuk memasuki zaman global. Sejumlah kelemahan yang bisa diinventarisir
dari kepartaian kita adalah rekrutmen politik, kemandirian secara pendanaan,
kohesivitas internal,dan kepemimpinan.
1. Tahapan pelaksanaan pemilu
a. PendaftaranPemilih
Untuk dapat ikut memberikan suara, para calon pemilih Pemilu harus
terdaftar. Waktu pendaftaran paling lambat, enam bulan sebelum
pelaksanaanPemilu.
b.Kampanye
Menurut UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilu, kampanye dilakukan
selama 3 minggu dan berakhir 3 hari sebelum hari pemungutan suara.
Kampanye merupakan ajakan dari para peserta Pemilu. Kampanye dilakukan
untuk meyakinkan para (calon) pemilih serta untuk menjelaskan kepada para
(calon) pemilih tentang program, visi, serta misi.
b. PemungutanSuara
Pemungutan suara merupakan inti dari penyelenggaraan Pemilu. Dalam
kegiatan ini para pemilih memberikan suaranya melalui kartu suara di TPS
(Tempat Pemungutan Suara) yang sudah disediakan.
c. Penghitungansuara
Setelah pemungutan suara selesai, proses berikutnya adalah penghitungan
suara. Penghitungan suara dilakukan oleh tiap TPS secara terbuka dihadapan
saksi dan masyarakat.
d. Penetapan dan Pemungutan Hasil Pemilu
Penetapan atau pengumuman hasil Pemilu dilakukan secara nasional
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 36/41
oleh KPU. Batas waktu dari penetapan atau pengumuman tersebut selambat-
lambatnya 30 hari setelah pemungutan suara.
2. Penghitungan dan Pemungutan Suara Ulang, serta Pemilu Lanjutan, dan
Susulan
a. Penghitungan dan Pemungutan Suara Ulang
Penghitungan suara dari suatu TPS dapat diulang jika menurut penelitian dan
pemeriksaan, terjadi penyimpangan dalam penghitungan suara. Sebagai
contoh penghitungan dilakukan di tempat tertutup, tidak ada pengawas, saksi,
atau warga masyarakat.Pemungutan suara di TPS dapat diulang jika di suatu
tempat terjadi kerusuhan yang mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak
dapat dipakai, atau pemungutan tidak dapat dilakukan.
b. Pemilu lanjutan dan susulan
Jika dalam suatu daerah terjadi peristiwa yang mengakibatkan sebagian
tahapan Pemilu tidak dapat dilaksanakan, maka Pemilu susulan dilakukan.
Pemilu lanjutan dimulai dari tahap penyelenggaraan Pemilu yang terhenti.
Sementara itu Pemilu susulan dilakukan manakala di suatu daerah
(pemilihan) terjadi peristiwa yang menyebabkan semua tahapan Pemilu tidak
dapat dilaksanakan.
3. Pengawasan pemilu
Secara Umum, Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan sesuai dengan yang
diinginkan berdasarkan norma, nilai dan aturan yang ada.
a. Pemilu 2004
Untuk melakukan pengawasan Pemilu 2004 dibentuk Panitia
Pengawas Pemilu (Panwaslu) tingkat pusat 9 orang, Panitia Pengawas
Pemilu Provinsi 7 orang, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota 5
orang, dan Panitia Pengawas pemilu Kecamatan 3 orang, yang berasal dari
unsur kepolisian negara, kejaksaan, perguruan tinggi, tokoh masyarakat,
dan pers. Panwaslu 2004 dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan
Komisi Pemilihan Umum Nomor : 88 Tahun 2003.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 37/41
b. Pemilu 2009
Pengawasan Pemilu 2009 dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu) dengan anggota berjumlah 5 orang. Ditingkat provinsi dibentuk
Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi, ditingkat kabupaten/kota
dibentuk Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten/Kota, ditingkat
kecamatan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kecamatan, dengan
anggota disetiap tingkat sebanyak 3 (tiga) orang. Selain itu, tingkat
desa/kelurahan dibentuk Panitia Pengawas Pemilu Lapangan (Panwaslu
Lap).
4. Pemantau pemilu
Pelaksanaan Pemantauan pada hakekatnya bermakna penglihatan atau
melihat atau menengok sebagaimana yang dapat kita lihat. Dihubungkan
dengan pelaksanaan Pemilu maka pada umumnya, kegiatan itu dapat
dilakukan kapan saja, dari mana saja dan oleh kelompok masyarakat apa saja.
Pemilu 1955 sampai dengan Pemilu 1997, kegiatan pemantauan ini tidak atau
belum dilembagakan dan juga tidak diatur di dalam Undang-undang Pemilu.
a. Pemantau pemilu 2004
Pemantauan dalam penyelenggaraan Pemilu 2004 diatur dalam
Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum (Pemilu),
dan Keputusan KPU Nomor 104 Tahun 2003 tentang Pemantau Pemilihan
Umum dan Tata cara Pemantauan Pemilihan Umum.
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:
1. Pemantau Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemantau
Pemilu meliputi lembaga swadaya masyarakat dan badan hukum,
baik dalam maupun luar negeri serta perwakilan pemerintah luar
negeri yang secara sukarela memantau pelaksanaan Pemilu di
Indonesia.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 38/41
2. Pemantauan adalah hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
memantau penyelenggaraan Pemilu pada setiap tahapan yang
dilakukan secara objektif dan tidak memihak.
3. Akreditas adalah pemberian izin pemantauan kepada Pemantau
Pemilu yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
KPU.
Syarat-syarat Pemantau Pemilu:
1. Bersifat independen;
2. Mempunyai sumber dana yang jelas; dan
3. Memperoleh akreditasi dari KPU
b. Pemantau pemilu 2009
Dasar pelaksanaan pemantau dan tata cara pemantauan Pemilu 2009
tertuang dalam Peraturan KPU Nomor 45 Tahun 2008, yang merupakan
penjabaran dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Pemilihan Umum DPR, DPD, dan DPRD.
Pemantau Pemilu harus memenuhi syarat :
1. bersifat independen
2. mempunyai sumber dana yang jelas; dan
3. terdaftar dan memperoleh akreditasi dari KPU, KPU Provinsi dan
KPU Kabupaten/ Kota sesuai dengan cakupan wilayah
pemantauannya.
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 39/41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945.
Sebagaimana ketentuan UUD 1945 hasil amendemen, ada dua jenis
Pemilu. Dua jenis yang dimaksud meliputi :
Pemilu Legislatif, yakni untuk memilih para wakil rakyat (DPR,
DPD, dan DPRD provinsi dan kabupaten/kota).
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, untuk memilih presiden dan
wakil presiden.
Dalam ilmu politik dikenal berbagai macam system pemilihan umum
dengan berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip
pokok, yaitu :
a) Single member constituency ( satu daerah pemilihan memilih
satu wakil; biasanya disebut system distrik )
b) Multy member constituency ( satu daerah pemlihan memilih
beberapa wakil ; biasanya dinamakan system perwakilan
berimbang atau system proporsional )
B. Saran
Sekiranya inilah makalah tata cara pemilu di indonesia yang dapat
kami sajikan yang merupakan hasil diskusi kami. Namun masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak termasuk dosen agar kiranya dalam pembuatan makalah
selanjutnya dapat lebih baik dari ini. TERIMAH KASIH…
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 40/41
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam .2008.dasar-dasar ilmu politik (edisi revisi).Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Prihatmoko, dkk. 2008. Menang Pemilu Ditengah Oligarki Partai.Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Budiardjo,Miriam,2007 ,Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta:Ikrar
Mandidrabadi, 2008,edisi revisi Dasar-dasar Ilmu Politik,Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama,
Soehino,2010, Hukum Tata Negara Perkembangan Pengaturan dan Pelaksanaan
Pemilihan umum di Indonesia, Yogyakarta:UGM
Tim Eska Media. 2002, Edisi Lengkap UUD 1945. Jakarta: Eska Media.
Undang-undang Politik 2003, UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum
UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD
7/22/2019 Makalh Pancasila Kelompok V
http://slidepdf.com/reader/full/makalh-pancasila-kelompok-v 41/41