Makalah.doc

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang ini, konsep bangunan ramah lingkungan atau green building didorong menjadi tren dunia, terutama bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini mempunyai kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan adalah dengan penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan. Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding dengan arsitektur pada umumnya. Sehingga mempelajari hal-hal yang terkait dalam bidang arsitektur tentu sangat penting. Seperti mempelajari Ekologi dalam arsitektur juga penting. Perhitungan ekologi perlu dipahami karena kita memerlukan rancangan suatu bangunan yang dapat berkelanjutan dikemudian hari dan seminimal mungkin tidak merusak lingkungan. Memperhitungkan desain ekologi yang mengedepankan konsep bangunan yang ramah lingkungan dan penampilan alam dalam desain tersebut tentunya menjadi hal yang sangat penting bagi para arsitek masa depan. Dan

Transcript of Makalah.doc

Page 1: Makalah.doc

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada jaman sekarang ini, konsep bangunan ramah lingkungan atau green building

didorong menjadi tren dunia, terutama bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah

lingkungan ini mempunyai kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi

iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan adalah dengan

penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan.

Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup

keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga

dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan.

Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding

dengan arsitektur pada umumnya. Sehingga mempelajari hal-hal yang terkait dalam bidang

arsitektur tentu sangat penting. Seperti mempelajari Ekologi dalam arsitektur juga penting.

Perhitungan ekologi perlu dipahami karena kita memerlukan rancangan suatu bangunan

yang dapat berkelanjutan dikemudian hari dan seminimal mungkin tidak merusak

lingkungan. Memperhitungkan desain ekologi yang mengedepankan konsep bangunan yang

ramah lingkungan dan penampilan alam dalam desain tersebut tentunya menjadi hal yang

sangat penting bagi para arsitek masa depan. Dan tidak lupa penggunaan bahan-bahan yang

mudah diperbaharui juga perlu diperhatikan sehingga alam dapat bersahabat dengan kita.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perhitungan ekologi?

1.3 Tujuan

1. Agar dapat lebih mengedepankan aspek ekologi dalam hal mendesain suatu bangunan.

2. Agar dapat mengetahui pengertian dan prinsip-prinsip perhitungaan ekologi.

Page 2: Makalah.doc

2

BAB 2

URAIAN TEORI

2.1 Pengertian perhitungan ekologi

Desain yang dirancang dengan memperhatikan perhitungan lingkungan sekitar sehingga

setelah desain ini terwujud tidak menganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Desain yang

dibuat harus dapat menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

Perhitungan desain ekologi mencakup luas tanah yang tidak digunakan secara maksimal,

kilowatt-jam energi, galon air, jumlah tanah yang terkikis, dan semua dampak-dampak

lingkungan lainnya terhadap sebuah desain.

Perhitungan jejak ekologis didasarkan pada asumsi sebagai berikut.

1. Memungkinkan untuk merunut seluruh sumber daya yang dikonsumsi dan limbah yang

dihasilkan

2. Sebagian besar arus sumber daya dan limbah dapat diukur dari segi wilayah produktif

biologisnya yang diperlukan untuk mempertahankan arus sumber daya (flow).

Sumberdaya dan arus limbah yang tidak dapat diukur dikecualikan dari penilaian.

3. Dengan membobot bioproduktivitas setiap daerah secara proporsional, berbagai jenis

daerah dapat dikonversi ke dalam unit umum hektar global (gha) yaitu hektar dengan

rata-rata bioproduktivitas dunia.

4. Luasan bioproduktif yang berbeda dapat dikonversi menjadi satu ukuran tunggal, yaitu

hektar global (gha). Setiap hektar global pada satu tahun mencerminkan bioproduktif

yang sama dan dapat dijumlahkan untuk memperoleh suatu agregat indikator jejak

ekologis atau biokapasitas.

5. Permintaan manusia terhadap sumberdaya alam yang dinyatakan sebagai Jejak Ekologis,

bisa langsung dibandingkan dengan pasokan alam dan biokapasitasnya

(biocapacity/supply), ketika keduanya dinyatakan dalam satuan hektar global (gha).

6. Luas wilayah yang dibutuhkan (human demand) dapat melebihi wilayah pasokannya

(nature’s supply), jika permintaan terhadap suatu ekosistem melebihi kapasitas

regeneratif ekosistem tersebut (misalnya, masyarakat menuntut biokapasitas yang lebih

besar terhadap areal hutan, atau perikanan).

Page 3: Makalah.doc

3

Dasar perhitungan jejak ekologis adalah menggunakan lahan atau laut yang secara

biologis produktif, yang diperlukan untuk menopang kehidupan sejumlah populasi tertentu.

Namun pada kenyataannya, kondisi populasi manusia dan sumber daya alam tidaklah

konstan, dan perhitungan lahan produktif cukup sulit karena harus membuat penilaian

terhadap tingkat produktivitasnya. Selanjutnya, penggunaan teknologi secara signifikan dapat

meningkatkan produktivitas lahan, sebaliknya aktivitas manusia dan teknologi juga dapat

memberikan dampak negatif terhadap produktivitas lahan.

2.2 Mengetahui tujuan kebutuhan energi

Krisis energi menjadi topik yang banyak dibahas beberapa tahun ini mengingat kondisi

persediaan energi tak terbaharui seperti minyak bumi yang semakin menipis. Sejalan dengan

itu juga munculnya isu global warming yang salah satu akibatnya adalah peningkatan suhu

dunia. Sebelas dari duabelas tahun terakhir menunjukkan tahun - tahun terpanas sejak 1850.

Rata – rata suhu udara global telah meningkat setidaknya 0,74 derajat C selama abad 20

dimana dampaknya paling terasa di daratan dibanding di lautan (Data UNEP, 2007).

Peningkatan suhu ini akan berdampak pada penambahan pemanfaatan energi untuk

kepentingan kenyamanan bangunan.

Krisis energi dunia ternyata memacu dikembangkannya konsep arsitektur baru yang lebih

sadar energi. Arsitektur hemat energi (energy efficient architecture) adalah arsitektur dengan

kebutuhan energi serendah mungkin yang bisa dicapai dengan mengurangi jumlah sumber

daya yang masuk akal (Enno, 1994). Dengan demikian, arsitektur hemat energi ini

berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau

merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktifitas penggunanya. Konsep

Arsitektur Hemat Energi ini mengoptimasikan sistem tata cahaya dan tata udara, integrasi

antara sistem tata udara buatan – alamiah dan sistem tata cahaya buatan – alamiah serta

sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat energi.

Konsep bangunan dengan efisiensi energi sangat penting karena jika melihat pada

penggunaan energi secara global, sektor bangunan sendiri menyerap 45 % dari kebutuhan

energi keseluruhan. Pemanfaatan energi dalam bangunan ini khususnya untuk pemanasan,

pendinginan dan pencahayaan bangunan. Komposisi persentase penggunaan energi menurut

sektor kegiatan dapat dilihat lebih jelas pada gambar 2.2

Page 4: Makalah.doc

4

Gambar 2.2 : Presentase Penggunaan Energi

2.3 Perhitungan – perhitungan ekologi

Keberlanjutan (sustainability) akan terjadi bila kita dapat menjadi penghitung-penghitung

ekologi yang lebih baik pada tataran tingkat komunitas . Perhitungan ekologi secara hati-hati

menyediakan ukuran dampak-dampak lingkungan secara akurat pada desain sehingga

memungkinkan dampak-dampak ini menjadi informasi penting pada proses desain.

Jika dampak-dampak lingkungan dipakai sebagai dasar untuk mencerminkan harga-harga

produk, produk-produk desain yang ramah lingkungan akan lebih mudah dikembangkan

kedepannya. Produksi yang ramah lingkungan (eco product) harus dijadikan syarat dalam

sistem penyaluran dan kebutuhan produk atau supply and demand .

Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan ekologi, antara lain:

1. Peka Terhadap Iklim

Perubahan iklim adalah masalah lingkungan. Walaupun keberadaannya masih

diperdebatkan, tetapi dari data yang ada kecenderungan perubahan terutama suhu udara

ada secara nyata. Jika tidak dipersiapkan upaya penekanan laju perubahan dan adaptasi

Page 5: Makalah.doc

5

dalam menghadapi keadaan ini, maka biaya perawatan yang ditanggung akan sangat

besar. Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk

industri terus berkembang dalam dunia arsitektur. Konsep pembangunan arsitektur hijau

menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan,

mulai dari desain building interior, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu ke

depan.

Misalnya desain rancang bangunan yang memerhatikan banyak bukaan untuk

memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan

penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari.

2. Hemat Energi

Desain-desain bangunan harus memperhatikan perhitungan-perhitungan ekologis.

Salah satu contoh penerapan perhitungan ekologi misalnya bangunan dengan konsep

hemat energi.

Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang

mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan.

Gambar 2.3.1 : Ruangan yang memperhatikan bukaan alami untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya

alami.

Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-gnLWfHYwWfw/UC8UPSVbezI/AA

AAAAAAA4s/bXX076yyYLM/s1600/rumah+minim+budget_interior+ruang+keluarga_+arsitek+s

urabaya.jpg

Page 6: Makalah.doc

6

Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang

memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau

bertambah).

Desain bangunan yang hemat energy otomatis dapat mengurangi pengeluaran

terhadap penggunaan energy itu sendiri. Misalnya dengan membuat banyak bukaan agar

penggunaan AC (Air Conditioner) bisa dikurangi. Listrik yang digunakan juga akan

berkurang. Begitu juga dengan mengurangi penggunaan lampu pada siang hari.

Contoh desain hemat energi yang lain misalnya dalam hal penggunaan air.

Permukiman sebaiknya menyediakan sistem pengolahan air yang setidaknya mampu

mendaur ulang kurang lebih 100 persen air buangan cucian, dan limbah dari kamar mandi

dan kloset. Air daur ulang bisa dipakai untuk mencuci kendaraan, membilas kloset,

menyiram tanaman di taman, lapangan olah raga, dan lain-lain sehingga tak ada air yang

terbuang. Sementara sistem ekodrainase di perumahan harus dapat menyerap air hujan

sebanyak-banyaknya ke dalam tanah atau ke areal resapan air berupa taman, lapangan

olah raga, dan danau buatan. Setiap rumah dan bangunan dilengkapi sumur resapan

sesuai ketersediaan lahan. Jadi, air yang lepas ke sungai dan laut sangat minimal.Sistem

pengolahan limbah harus memperhatikan sistem 3R. Pengembangan didorong

membangun tempat pemrosesan sampah dengan prinsip zero waste melalui program 3R

(reduce, reuse, recycle). Seluruh penghuni diberdayakan mengurangi (reduce) pemakaian

bahan-bahan sulit terurai yang bisa menekan produksi sampah hingga 50 persen. Sampah

anorganik seperti kertas, botol, kaleng kayu, dan besi dipilah dan dipakai ulang (reuse).

Sementara sampah organik diolah menjadi pupuk.

Gambar 2.3.2 : Pemisahan jenis sampah agar mudah dalam pengolahan

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/_Vk4f0y36Dhs/S4rs

z5SvSmI/AAAAAAAAAIs/80P52TAgrhM/s1600-h/Foto204.jpg

Page 7: Makalah.doc

7

3. Material Ramah Lingkungan

Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan

bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang

memiliki tingkat kualitas yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya

sesuai dengan anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan

sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehingga bangunan tetap berkualitas.

Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut;

a. Tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan

b. Dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi

lingkungan

c. Dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan

alam karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita

pada tanah, kayu pada pepohonan)

d. Bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses

memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan

material tersebut ke lokasi pembangunan)

e. Bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami

Bangunan harus menggunakan bahan yang tepat, efisien, dan ramah lingkungan.

Beberapa produsen telah membuat produk dengan inovasi baru yang meminimalkan

terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam tak

terbarukan dengan optimalisasi bahan baku alternatif, dan menghemat penggunaan energi

secara keseluruhan. Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga

kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi terus

dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam. Industri

bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan bangunan yang

berkualitas sekaligus ramah lingkungan. Konstruksi yang berkelanjutan dilakukan dengan

penggunaan bahan-bahan alternatif dan bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi

emisi CO2 sehingga lebih rendah daripada kadar normal bahan baku yang diproduksi

sebelumnya.

Page 8: Makalah.doc

8

Bahan baku alternatif yang digunakan pun beragam. Bahan bangunan juga

memengaruhi konsumsi energi di setiap bangunan. Pada saat bangunan didirikan

konsumsi energi antara 5-13 persen dan 87-95 persen adalah energi yang dikonsumsi

selama masa hidup bangunan.

Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama

dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep

bangunan ramah lingkungan. Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material

kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. Isu penebangan liar (illegal logging)

akibat pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan

kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan

kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja ringan

dan aluminium. Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas

tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki

keunggulan lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan

lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang

dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil. Kusen jendela dan pintu

juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa

datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas

racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern),

dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi,

hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya

karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi

(klasik, kayu).

Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata

alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain)

memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah,

kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan. Penggunaan keramik pada

dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovatif desain. Dinding

keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu

dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta

menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi.

Page 9: Makalah.doc

9

Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat desain dan bahan

lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik, teraso, dan parquet. Merangkai

lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik. Lantai teraso

(tegel) berwarna abu-abu gelap dan kuning yang terkesan sederhana dan antik dapat

diekspos baik asal dikerjakan secara rapi. Kombinasi plesteran pada dinding dan lantai di

beberapa tempat akan terasa unik. Teknik plesteran juga masih memberi banyak pilihan

tampilan. Apabila semua perhitungan ekologi tersebut dapat diterapkan, maka bangunan-

bangunan yang akan dibuat dapat menjadi bangunan yang ramah lingkungan.

2.4 Aplikasi pada desain

Pengaplikasian perhitungan-perhitungan ekologi dalam desain yang nyata misalnya

dengan menggunakan bahan -bahan berasal dari alam yang dapat didaur ulang dan ramah

lingkungan. Desain bangunan tersebut juga harus memiliki sistem pembuangan limbah yang

teratur dan aman sehingga limbah tersebut tidak mencemari lingkungan yang ada

disekitarnya. Limbah-limbah yang dapat diolah sendiri juga sebaiknya digunakan kembali,

untuk meminimalisir pembuangan limbah dari penghuninya.

Dalam penggunaan lahan, lahan yang digunakan harus efektif dan efisien. Efektif berarti

bangunan tersebut digunakan secara maksimal, namun energi yang dikeluarkan seminimal

mungkin.

Desain bangunan yang dibuat selaras dan sesuai lingkungan dengan cara menerapkan

kriteria bangunan yang ramah lingkungan. Kriteria tersebut antara lain:

1. Lokasi yang tepat

Lokasi sesuai peruntukan, strategis, aman, bebas banjir dan mudah diakses.

Pengembangan kawasan terpadu di mana orang bisa memenuhi semua

kebutuhannya di satu lokasi (one stop living), akan menarik minat konsumen.

Permukiman didukung infrastruktur jalan, pedestrian untuk pejalan kaki dan

sepeda, ekodrainase, jaringan transportasi umum, serta sarana dan prasarana yang

lengkap.

2. Optimalisasi lahan berimbang.

Ada upaya meningkatkan daya tampung lahan guna menjaga keseimbangan

lingkungan, dengan misalnya menyediakan hunian yang padat dan kompak.

Page 10: Makalah.doc

10

Idealnya pengembangan memiliki komposisi 40-60 persen untuk ruang terbangun

dan 60-40 persen untuk ruang terbuka hijau, taman, lapangan olah raga, dan lain-

lain. Pada lahan yang lebih terbatas pengembangan diarahkan ke atas (vertikal).

Sementara pada rumah-rumah dengan kaveling 100 m2 ke bawah, septic tank

tidak dibuat di setiap rumah melainkan kolektif yang ditempatkan di salah satu

sudut taman lingkungan.

3. Zero water.

Permukiman menyediakan sistem pengolahan air dengan mendaur ulang 100

persen air buangan cucian, dan limbah dari kamar mandi dan kloset. Air daur

ulang bisa dipakai untuk mencuci kendaraan, membilas kloset, menyiram

tanaman di taman, lapangan olah raga, dan lain-lain sehingga tak ada air yang

terbuang. Sementara ekodrainase di perumahan menyerap air hujan sebanyak-

banyaknya ke dalam tanah atau ke areal resapan air berupa taman, lapangan olah

raga, dan danau buatan. Setiap rumah dan bangunan dilengkapi sumur resapan

sesuai ketersediaan lahan. Jadi, air yang lepas ke sungai dan laut sangat minimal.

4. Pengendalian pencemaran udara.

Pengembangan membangun koridor jalur hijau yang lebar dan teduh dengan

pepohonan besar yang menyerap polutan dan kebisingan. Sementara jalur pejalan

kaki dan sepeda disediakan terpisah, terhubung ke berbagai tujuan harian (belanja,

sekolah, pasar, dan lain-lain) sehingga mendorong penghuni berjalan kaki atau

naik sepeda. Halte ditempatkan di lokasi strategis, di lintasan angkutan umum,

sehingga memudahkan warga bepergian tanpa harus memakai kendaraan pribadi.

5. Zero waste.

Pengembangan didorong membangun tempat pemrosesan sampah dengan

prinsip zero waste melalui program 3R (reduce, reuse, recycle). Seluruh penghuni

diberdayakan mengurangi (reduce) pemakaian bahan-bahan sulit terurai yang bisa

menekan produksi sampah hingga 50 persen. Sampah anorganik seperti kertas,

botol, kaleng kayu, dan besi dipilah dan dipakai ulang (reuse). Sementara sampah

organik diolah menjadi pupuk.

6. Green building code.

Page 11: Makalah.doc

11

Perlu dimulai penerapan beberapa kriteria bangunan ramah lingkungan dalam

setiap pembangunan fisik (green building). Antara lain desain arsitektur yang

selaras antarbangunan dan menyatu dengan lingkungan, hemat energi, lahan

terbangun terbatas, lay out sederhana, ruang mengalir, kualitas material bermutu,

pemakaian bahan efisien dan ramah lingkungan (tidak beracun, tidak merusak

alam, dan bisa didaur ulang).

Page 12: Makalah.doc

12

BAB 3KONDISI FOKUS

3.1 Data Objek

Objek yang kami pakai adalah bangunan komersil – restauran yang bernama warung

saman. Warung saman terletak di jalan tukad musi, renon Denpasar selatan – Bali. Pemilik

warung ini bernama Ibu.Nani. Bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 2011. Warung saman

merupakan tempat makan yang menyediakan makanan prasmanan khas jawa timur. Warung

ini sangat ramai pada siang dan sore yaitu pada jam – jam istirahat dan pulang kantor.

Warung makan ini sangat ramai dikunjungi karena harganya yang terjangkau dan rasa dari

masakan khas rumahan yang enak.

Page 13: Makalah.doc

13

ContentsBAB I............................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................1

1.3 Tujuan................................................................................................................................................1

BAB 2...........................................................................................................................................................2

URAIAN TEORI.............................................................................................................................................2

2.1 Pengertian perhitungan ekologi........................................................................................................2

2.2 Mengetahui tujuan kebutuhan energi...............................................................................................3

2.3 Perhitungan – perhitungan ekologi...................................................................................................4

2.4 Aplikasi pada desain..........................................................................................................................9

BAB 3.........................................................................................................................................................11

KONDISI FOKUS.........................................................................................................................................11

3.1 Data Objek.......................................................................................................................................11

Page 14: Makalah.doc

14

BAB IV

ANALISIS FOKUS

Objek yang kami gunakan adalah bangunan Warung Saman, rumah makan sederhana yang

berlokasi di daerah Renon. Rumah makan ini memiliki beberapa massa bangunan.

4.1 Penghawaan

4.1.1 Penghawaan alami

Massa bangunan terbesar rumah makan ini terletak di tengah site dengan ukuran

bangunan 9 x 6 meter, mewadahi fungsi utama bangunan yaitu sebagai tempat makan.

Bangunan ini tidak memiliki elemen samping, hanya terdiri dari tiang-tiang kayu (saka)

disekelilingnya. Oleh karena bangunannya yang terbuka ini, maka penghawaan secara

alami sangat mudah didapatkan.

Ketentuan ruangan yang baik adalah luas bukaan untuk penghawaan alami 10% dari

luas lantai ruangan, baik itu bukaan tetap maupun insidentil (dapat dibuka dan ditutup).

Luas bukaan minimal = 10% x luas lantai

= 10% x ( 9 x 6 )

= 10% x 54 m2

Luas bukaan minimal = 5,4 m2

Berdasarkan ketentuan tersebut, ruangan ini sebaiknya memiliki luas bukaan untuk

penghawaan alami minimal 5,4 m2. Akan tetapi karena ruangan ini adalah ruangan

terbuka tanpa elemen samping, maka aliran udara pada ruangan ini cukup deras. Cross-

ventilation terjadi karena ruangan ini terbuka di ketiga bagian ruangan, yaitu utara, timur,

dan barat.

Page 15: Makalah.doc

15

a. Aliran angin dari arah utara tidak terlalu kencang karena terhalang oleh massa

bangunan kamar mandi dan pepohonan hias.

b. Aliran angin dari arah timur tidak terlalu kencang. Di bagian timur rumah makan

terdapat tempat makan outdoor dengan pepohonan rimbun dan kolam buatan

sehingga angin yang masuk ke ruangan dari arah timur cenderung sejuk dan tidak

panas

c. Aliran angin dari arah barat cenderung bersifat panas karena site rumah makan ini

berbatasan dengan jalan Tukad Gangga di bagian baratnya. Terdapat pepohonan di

bagian barat rumah makan yang bisa berfungsi sebagai penyaring debu dan

menyejukkan angin, baik itu pohon di tepi jalan Tukad Gangga maupun pepohonan

hias yang ditanam di dalam pekarangan rumah makan.

Pada massa bangunan yang difungsikan sebagai dapur, penghawaan alami juga

tidak memiliki masalah. Walaupun seluruh dinding dapur memiliki dinding sebagai

elemen sampingnya, ruangan dapur rumah makan ini memiliki kelancaran sirkulasi udara

dan penghawaan melalui desain atapnya. Atap rumah makan ini menggunakan bentuk

menyerupai wantilan.

Aliran angin

Elemen samping terbuka

Page 16: Makalah.doc

16