makalah yuliah asrum

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengorganisasian pelayanan kesehatan yang merupakan hubungan kerja sama yang mengatur berbagai macam kegiatan,menetapkan wewenang baik tugas-tugas pokok, serta dimana ada pemimpin dan bawahan yang mendiami sebuah oraganisasi untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi yang sebaik-baiknya seperti halnya dalam pengorganisasian pada pelayanan kesehatan. Dimana, dalam ruang lingkupnya dibahas tentang bagaimana sebuah pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan lainnya bisa berjalan dengan baik dimana tiap individu dalam setiap instansi kesehatan memiliki tugas dan fungsi yang menjadikan wadah tersebut berjalan sesuai aturan yang dikehendaki organisasi tersebut. Sedangkan untuk kasus TBC itu sendiri, kita menegtahui bahwa Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, bahkan pada tahun 1993 WHO mencanangkan TBC sebagai kedaruratan global (global emergency). 1.2 Rumusan Masalah Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

description

yuliah document

Transcript of makalah yuliah asrum

Page 1: makalah yuliah asrum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengorganisasian pelayanan kesehatan yang merupakan hubungan kerja sama

yang mengatur berbagai macam kegiatan,menetapkan wewenang baik tugas-tugas

pokok, serta dimana ada pemimpin dan bawahan yang mendiami sebuah oraganisasi

untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi yang sebaik-baiknya seperti halnya

dalam pengorganisasian pada pelayanan kesehatan. Dimana, dalam ruang lingkupnya

dibahas tentang bagaimana sebuah pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas

dan lainnya bisa berjalan dengan baik dimana tiap individu dalam setiap instansi

kesehatan memiliki tugas dan fungsi yang menjadikan wadah tersebut berjalan sesuai

aturan yang dikehendaki organisasi tersebut.

Sedangkan untuk kasus TBC itu sendiri, kita menegtahui bahwa

Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar di

seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena angka morbiditas dan

mortalitas yang tinggi, bahkan pada tahun 1993 WHO mencanangkan TBC sebagai

kedaruratan global (global emergency).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dari pengorganisasian pelayanan kesehatan?

2. Apa sajakah jenis-jenis pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat?

3. apa sajakah pengorganisasian pelayanan kesehatan untuk penderita TBC?

4. Apa saja hak dan kewajiban pasien TBC dari pelayanan kesehatan?

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari pengorganisasian pelayanan kesehatan?

2. Untuk mengetahui apa sajakah jenis-jenis pelayanan kesehatan yang ada

dimasyarakat?

3. Untuk mengetahui apa sajakah pengorganisasian pelayanan kesehatan untuk

penderita TBC?

Page 2: makalah yuliah asrum

4. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban pasien TBC dari pelayanan

kesehatan?

1.4 Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah :

1. Agar kita tahu apa pengertian dari pengorganisasian pelayanan kesehatan?

2. Agar kita tahu apa sajakah jenis-jenis pelayanan kesehatan dan fungsinya yang

ada dimasyarakat?

3. Agar kita tahu apa sajakah pengorganisasian pelayanan kesehatan untuk

penderita TBC?

4. Agar kita tahu apa saja hak dan kewajiban pasien TBC dari pelayanan

kesehatan?

Page 3: makalah yuliah asrum

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari pengorganisasian pelayanan kesehatan

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa pengorganisasian ialah sebuah

hubungan interaksi atau kerjasama yang dilakukan oleh dua atau lebih dimana dalam

wadah organisasi didalamnya terdapat berbagai macam bentuk kegiatan baik itu berupa

perencanaan, sampai pada tahap evaluasi semua ada dalam satu tempat dan setiap

individu yang ada dalam tempat tersebut memiliki fungsi atau tugas masing-masing

dan ada status dimana dalam sebuah pengorganisasian pasti ada yang namanya atasan

dan ada yang namanya bawahan dimana atasan bertugas untuk mengarahkan

bawahannya agar bekerja lebih baik serta bawahan yang akan selalu membantu

atasannya dan bersama-sama bekerja untuk mencapai tujuan yang telah disepakati

bersama.

Sedangkan pelayanan kesehatan itu sendiri mencangkup bagaimana upaya

yang dilakukan baik secara individu ataupun berkelompok dalam hal memelihara serta

meningkatkan tarap hidup sehat dimana guna menyembuhkan orang yang sakit,

bagaimana memulihkannya yang tetap harus sesuai dengan standar-standar kesehatan

didalamnya mencankup berbagai macam kegiatan sarta pengorganisasian dimana ada

pelayanan kedokteran dimana pelayanan dokter untuk pasien ada pula pelayanan

masyarakat guna menciptakan masyarakat yang sehat dan bebas dari penyakit, ataupun

meyembuhkan orang yang telah sakit dengan upaya pelayanan yang bisa membuat

orang tersebut menjadi lebih sehat.

Jadi bisa kita simpulkan bahwa pengorganisasian pelayanan kesehatan ialah

sebuat organisasi atau tempat dimana didalamnya terdapat berbagai macam kegiatan

yang dimulai dari perencanaan hingga evaluasinya yang tidak lepas kaitannya dengan

peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dengan adanya kerja sama yang

baik dan individu-individu yang selalu berpuya untuk memberikan pelayanan-

pelayanan bagi masyarakat baik itu dari dokter untuk msayarakat ataupun petugas

kesehatan lain baik berupa pengobatan langsung atau sekedar promosi yang masing-

masing memiliki satu tujuan yang sama yaitu meningkatkan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya.

Page 4: makalah yuliah asrum

2.2 Jenis dan sistem pelayanan kesehatan dan fungsinya di masyarakat

Secara garis besar, kita telah mengetahui bahwa jenis-jenis pelayanan yang ada

di masyarakat itu berpariasi tergantung dimana tempatnya dan bagaimana fungsinya.

Meskipun, kita mengetahui setiap jenis pelayanan kesehatan berupaya untuk membantu

masyarakat agar lebih sehat dimana yang sakit disembuhkan dan yang sembuh di obati

agar lebih baik lagi. Jenis – jenis pelayanan kesehatan itu sendiri pun mencangkup dari

pelayanan dokter ke pasien dimana ditandai dengan cara pengorganisasian yang

bersifat sendiri(kuratif) atau bersama-sama dalam satu organisasi dimana bertujuan

untuk meyembuhkan penyakit dan memulihkan sang pasien. Serta pelayanan untuk

masyarakat itu sendiri, dimana ditandai dengan pengorganisasian yang ditandai dengan

kerja yang bersama-sama(preventif) dimana bertujuan untuk memelihara kesehatan

dimana mencegah penyakit serta meningkatkan taraf hidup sehat bagi tiap masyarakat

yang sehta.

Juga ada berbagai program yang terdapat didalamnya guna upaya dalam

pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti KB, kesejahtraan ibu dan anak, kesehatan

sekolah, kesehatan gigi dan mulut, penyakit menular dan masih banyak program

lainnya. Terlepas dari itu, kembali kita bahas tentang sistem pelayanan kesehatan yang

ada dimasyarakat. Mulai dari yang kecil hingga yang besar. Disini hanya akan di bahas

beberapa sistem pelayanan kesehatan yang di paparkan dalam persi saya sendiri. Yaitu

dimulai dari :

1. Puskesmas.

Secara umum, kita telah mengetahui bahwa puskesmas ialah salah satu

sistem pelayanan kesehatan yang lebih banyak di kenal oleh orang di wilayah

tertentu, terutama pedesaan. Puskesmas merupakan suatu organisasi yang

didalamnya terdapat berbagai macam funsi organisasi yang tidak mencangkup

banyak pegai kesehatan dan memberikan secara menyeluruh pelayanan

kesehatan pada masyarakat dalam suatu batas wilaya tertentu dengan bentuk

usaha-usaha pokok yang dimiliki puskesmas tersebut.

Puskesmas sendiri terdiri dari berbagai macam diantaranya puskesmas

tingkat desa, kecamatan dan kabupaten.

Puskesmas sendiri memiliki fungsi yang di tinjau dari puskesmas kecamatan,

antara lain ;

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Page 5: makalah yuliah asrum

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di

dilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan

kesehatan. Di samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan

dari penyelenggaraan setiap pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk

pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah

mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan

dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,

berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

sumber pembiayaannya, serta ikut menetap, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan

masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,

khususnya social budaya masyarakat setempat.

c. Pusat strata pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Selain itu, ada beberapa pelayanan kesehatan lain yang menjadi penunjang

tersendiri bagi puskesmas diantaranya ialah :

d. Pustu, dimana pustu sendiri ialah salah satu tempat pelayanan

kesehatan yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan

kegiatan seperti KB dan peningkatan gizi yang dilakukan puskesmas

dalam wilaya tertentu yaitu yang lebih dari keci.

e. Pusling, dimana sama dengan pustu yaitu sama-sama tempat

pelayanan kesehatan hanya pada pelayanan ini di lengkapi kendaraan

serta pelayanan kesehatan komunikasi serta tenaga dari puskesmas

sendiri, wilayah kerjanya pada daerah terpencil.

f. Bidan desa, dimana bidan desa yang bertanggung jawab untuk kasus

persalinan pada batas wilaya tertentu yang masih cangkupan dari

puskesmas itu sendi, selain ke 3 macam unit penunjang puskesmas

masih ada diantaranya yang belum saya jelaskan seperti halnya

posyandu dan PSAM.

Page 6: makalah yuliah asrum

Setelah membahas sdikit ruang lingkup dari puskesmas, dilanjutkan ke jenin pelayanan

kesehatan yang lebih besar yaitu:

2. Rumah Sakit

Ditinjau dari berbagai sudut, dapat diketahui bahwa rumah sakit ialah

sebuah bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang cankupannya lebih

komplit dan jauh lebih lengkap dari puskesmas. Relative luas dan menampung

banyak orang, cenderung lebih banyak pada daerah perkotaan dan kabupaten

besar serta dalam pelaksanaannya terdapat pendekatan kuratif dan prefentif

serta menerimah rawat inap maupun jalan serta rawat dirumah sang pasien itu

sendiri.

Dimana rumah sakit memiliki fungsi, melakukan pelaksanaan medis, penunjang

medis, penunjang medis tambahan, pelayanan kedokteran kehakiman, pelayanan

medis khusus, pelayanan rujukan kesehata, pelayanan kedokteran gigi, pelayanan

kedokteran sosial, penyulihan kesehatan, pelayanan rawat jalan, rawat darurat,

dan rawat tinggal, pelayanan rawat inap, pelayanan administrasu, pendididkan

medis, pelayanan tenaga medis umum, spesialis, penelitian dan pengembangan

kesehatan, penyelidikan dan pengembangan kesehatan serta kegiatan

penyelidikan epidemiologi.

Rumah sakit sendiri memiliki beberapa jenis, antara lain:

a. RSU ( rumah sakit umum), dimana hamper melayani seluruh penyakit pada

umumnya. Serta siaga dalam waktu 24 jam serta mudah di temui dan dengan

kapasitas rawat inap yang besar, fasilitas bedah bersalin dan sebagainya serta

melayani berbagai obat modern. Serta fasilitas rawat jalan.

b. Rumah Sakit Terspesialisasi, rumah sakit ini bisa terdiri dari beberapa

bangunan atau cuman satu kebanyakan memiliki kaitan dengan sebuah

universitas dan kebanyak didirikan dengan tujuan nerlaba.

c. Rumah Sakit Penelitian, rumah sakit ini bertujuan untuk kegiatan penelitian,

biasanya untuk para mahasiswa Fakutas Kedokteran.

d. Rumah Sakit Lembaga/ \perusahaan didirikan untuk penyakit yang berkaitan

dengan kelembagaan seperti rumah sakit untuk para militer. Dan sebagainya.

Page 7: makalah yuliah asrum

2.3 Pengorganisasian pelayanan kesehatan untuk penderita TBC serta RS khusus

bagi penderitanya

Sejak dulu kita telah banyak mengetahui seputar tentang dunia penyakit yang

telah memakan banyak korban. Ini menimbulkan kekhawatiran yang besar terutama

bagi WHO, organisasi mendunia yang menangani berbagai masalah kesehtan. Di

Indonesia sendiri Program Penanggulangan Tuberculosis sejak tahun 1995

dilaksanakan dengan strategi DOTS (Directly Observered Treatment shortcourse

chemotheraphy) yang direkomendasikan WHO,dan terbukti sebagai strategi efektif

(cost effectif) dan menguntungkan (cost benefit). Hal ini ditunjukkan adanya

penurunan insidence rate dari 128/100.000 pada tahun 1999 menjadi 107/100.000 pada

tahun 2005, dan setiap dolar yang digunakan untuk membiayai program

penanggulangan TBC, akan menghemat sebesar US$ 55 selama 20 tahun. Oleh karena

itu integrasi strategi DOTS ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi

efisiensi dan efektifitasnya.

Selain program diatas adapula panduan baku yang di sepakati oleh berbagai organisasi

mendunia termaksud di Indonesia, yaitu International Standards for Tuberculosis Care

(ISTC).

Menyadari akan berbagai masalah TB, para ahlipun dari berbagai organisasi

kesehatan dan medis yang bergerak di bidang TB merasa perlu mengembangkan suatu

panduan baku yang bila dilaksanakan dengan benar akan menghilangkan atau paling

tidak meminimalisasi kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan oleh manajemen TB

yang tidak sesuai pedoman.

Organisasi yang mempunyai inisiatif awal di antaranya WHO, International

Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) yang biasa disebut The

Union, American Thoracic Society (ATS), CDC Amerika dan lain-lain. Pengembangan

panduan baku ini juga mendapat dukungan dari berbagai LSM internasional bidang

kesehatan seperti USAID, KNCV (Royal Netherlands Tuberculosis Foundation),

Global Fund dan lain-lain.

Panduan baku ini disebut dengan International Standards for Tuberculosis Care

(ISTC). Sebagaimana tuntutan saat ini, maka penyusunan ISTC juga berdasarkan

Evidence based medicine (EBM). ISTC tidak dimaksudkan untuk menggantikan

berbagai pedoman (guideline) manajemen TB yang telah disusun secara rinci oleh

masing-masing organisasi profesi, tetapi berperan sebagai rambu-rambu minimal untuk

tenaga medis yang mengelola kasus TB. ISTC memuat hal-hal apa (what) yang

Page 8: makalah yuliah asrum

seharusnya dilakukan dokter dalam mengelola pasien TB, sedangkan pedoman

organisasi profesi berisi panduan bagaimana (how) mengelola pasien TB.

ISTC berisi 17 standar yang terdiri dari 6 standar diagnosis, 9 standar terapi,

dan 2 standar kesehatan masyarakat. Naskah ISTC asli dapat dibagi menjadi dua,

bagian pertama adalah naskah singkat berisi 17 butir standar ISTC dan bagian kedua

memuat keterangan rinci yang mengulas masing-masing standar, rasionalisasi dan

EBM yang relevan. Sebenarnya jika seorang dokter menjalankan pedoman manajemen

TB yang disusun oleh organisasi profesinya, dengan sendirinya akan selaras dengan

ISTC. Namun masalahnya masih banyak dokter yang dalam mengelola kasus TB tidak

mengikuti pedoman yang ada. Itulah mengapa diperlukan adanya panduan baku

minimal yaitu ISTC.

ISTC di Indonesia

Sejak sekitar 2 tahun yang lalu, ISTC mulai diperkenalkan di Indonesia. Pada

awalnya Departemen Kesehatan yang berinisiatif untuk menerapkan ISTC di Indonesia.

Sebagaimana segala sesuatu hal yang ’baru’, selalu mendapat sorotan dari para pihak

terkait. Pentingnya penerapan ISTC sangat nyata dan diakui oleh berbagai organisasi

profesi medis. IDAI sebagai salah satuorganisasi profesi medis yang terkait erat dalam

manajemen TB anak juga mencermati dan mengkritisi ISTC. Ada dua hal utama yang

menjadi perhatian IDAI. Hal pertama adalah bahwa ada beberapa standar baik dalam

aspek diagnosis maupun terapi yang kurang tepat untuk keadaan di Indonesia.

Hal kedua adalah dengan adanya kata standar, maka dikhawatirkan akan

mempunyai dampak hukum bila dokter dalam menjalankan profesinya tidak sesuai

dengan standar. Apalagi saat ini masyarakat yang sedang euforia reformasi yang

kebablasan, cenderung mudah menuding terjadinya malpraktek bila ada hasil pelayanan

kesehatan yang tidak sesuai harapan. Belum lagi hal ini ditunggangi oleh berbagai

LSM yang melihat peluang mencari dana melalui jalur ini.

Perlu proses yang panjang serta berbagai pertemuan dan diskusi di antara

berbagai organisasi profesi medis yang berlangsung cukup sengit dan alot dalam

rangka penerapan ISTC di Indonesia. Aspek hukum juga telah dikaji oleh para pakar

hukum di bidang kesehatan. Sebagai jalan keluar, ISTC versi Indonesia adalah

terjemahan langsung dan lengkap dari versi aslinya, namun di depannya dicantumkan

wewanti (disclaimer) yang menerangkan bahwa penerapan ISTC di Indonesia

disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Selain itu di bagian belakang

Page 9: makalah yuliah asrum

ditambahkan adendum yang berisi penjelasan perbedaan standar untuk penerapan di

Indonesia sesuai dengan asupan dari berbagai organisasi profesi.

ISTC telah disepakati oleh organisasi profesi untuk diterapkan dalam

penanganan tuberkulosis di Indonesia. Meskipun demikian mengingat keterbatasan

dalam hal sarana, prasarana, dan letak geografis serta belum meratanya sumber daya

manusia dan masih terdapatnya penyulit penyakit selain TB yang mengenai para pasien

tersebut, maka dalam pelaksanaannya ISTC ini dapat disesuaikan dengan situasi dari

kondisi yang ada demi kepentingan terbaik pasien.

Salah satu pelayanan kesehatan di dalam system rujukan ialah rumah sakit.

Di rumah sakit terdapat berbagai upaya yang ditujukan guna pemulihan penderita.

Upaya tersebut adalah upaya penyembuhan, di samping upaya lain seperti promotif,

preventif dan rehabilitatif. Dengan demikian salah satu usaha untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat adalah dengan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang

memadai agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara optimal kepada

seluruh lapisan masyarakat.

Terdapat dua jenis rumah sakit, yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit

khusus. Rumah sakit umum yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub

spesialistik. Rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi tipe A sampai D.

Sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu. Rumah

sakit khusus Tuberkulosis (RSK TBC) yang direncanakan tersebut masuk dalam

kategori rumah sakit khusus atau rumah sakit tipe E.

Pada rumah sakit khusus Tuberkulosis terutama dilakukan aktivitas kuratif

(penyembuhan), sehingga diharapkan dapat menurunkan angka penyakit TBC.

Aspek yang tak kalah pentingnya dalam memenuhi kebutuhan akan wadah

pelayanan kesehatan dalam rangkaian kegiatan penyembuhan dan pemulihan

kesehatan adalah sangat dimungkinkan adanya unsur-unsur lain yang bersifat non

medis, antara lain berupa pengaturan lingkungan fisik sekitarnya yang dalam

bahasa arsitekturnya adalah “landscape lingkungan” atau “ruang luar”.

Penataan lingkungan rumah sakit sebagai lingkungan terapi akan

memberikan dampak psikologi pada pasien yang dapat membantu proses

pemulihan dan penyembuhan. Untuk memenuhi kebutuhan psikologi tersebut,

maka unsur-unsur psikologi antara lain : social, stabilisasi, individual, ekspresi diri

Page 10: makalah yuliah asrum

dan peningkatan nilai dikaitkan dengan faktor psikologisnya, yaitu : visual,

orientasi dan jarak (interpersonal distance).

Menciptakan landscape lingkungan yang sebaik-baiknya sehingga

mendekati atau mencapai zona nyaman adalah salah satu pendukung dari

lingkungan terapetik. Untuk mencapai hal tersebut, iklim mikro, vegetasi menjadi

bagian yang penting untuk dikembangkan sebagai suatu solusi penciptaan kondisi

nyaman. Pengolahan tata hijau tidak hanya sebatas memanfaatkan ruang-ruang sisa

tetapi lebih dari itu tata hijau harus berinteraksi secara positif dengan ruang dalam.

Dalam RSK TBC, hal tersebut sangat penting, sebagai ventilasi.

Untuk ruangan. Ruangan khusus untuk perawatan penderita TBC MDR

disiapkan, agar si pasien tidak menularkan penyakit tersebut pada orang lain.

"Ruangannya masih dibangun. Yang disiapkan satu ruangan, berisi delapan ranjang

pasien. Untuk masuk ke rumah sakit, pasien TBC MDR juga tidak melalui jalan umum

pasien. Ada jalan khusus. Ini juga mencegah agar penyakit tersebut tidak menular,"

katanya.

Dengan adanya ruangan tersebut, diharapkan penanganan pasien TBC MDR

bisa lebih intensif, sehingga pengobatan terhadap pasien bisa tuntas.

Dijelaskannya, TBC MDR dialami penderita TBC yang penanganan

penyakitnya belum tuntas. Karena belum tuntas, kuman penyebab TBC yang bersarang

di tubuh pasien belum mati. Saat TBC kambuh lagi, kuman tersebut sudah tidak bisa

diatasi dengan obat-obatan biasa karena sudah kebal.

"Kumannya bermutasi, menjadi lebih kebal dengan obat biasa. Jika terjadi

seperti itu, maka penyakit harus ditangani dengan obat khusus. Obat yang diberikan

juga bantuan dari Belanda," jelasnya.

Dalam penanganan TBC MDR, selama 18 bulan masa pengobatan harus dalam

pantuan perawat saat meminum obat. Selama enam bulan masa pengobatan, pasien

juga harus disuntik. Setelah enam bulan, dahak pasien dicek untuk mengetahui apakah

kuman penyebab penyakitnya masih aktif atau tidak. Jika hasilnya negatif, maka

pengobatan lanjutan dengan meminum obat yang diberikan dokter. Tapi jika masih

positif, penyuntikan masih dilakukan.

Ia menambahkan, pasien TBC MDR digratiskan dari biaya pengobatan dan

perawatan.

Untuk evalusi, WHO mengevaluasi pasien yang terkena TBC. World Health

Organization (WHO) mendatangi RSUD Prof W.Z Yohannes Kupang untuk

Page 11: makalah yuliah asrum

melakukan evaluasi terkait penurunan pasien penyakit tubercolosis (TBC). Pasalnya

beberapa tahun terakhir, TBC dilaporkan terus mengalami penurunan, padahal

sesungguhnya penderita TBC di NTT cukup tinggi.

Untuk itu tim WHO ingin mengetahui apakah ada penurunan pasien ataukah

ada kesalahan manajemen, sehingga laporan yang diterima WHO mengalami

penurunan dari tahun ke tahun. Demikian dikatakan Koordinatot DOTS RSUD Prof

W.Z Yohannes Kupang, dr Andreas Fernandes, usai melakukan pertemuan bersama tim

WHO di RSUD Prof W.Z Yohannes Kupang.

Terang Andreas, WHO merupakan organisasi yang bekerjasama dengan

Indonesia untuk menurunkan kasus TBC sejak tahun 2008 lalu. Untuk itu jika ada

keganjilan laporan maka mereka akan turun untuk melakukan evaluasi.

"Mereka datang untuk cari tahu apakah penurunan pasien TBC karena memang

penderita TBC menurun ataukah ada kesalahan lain. Sekarang mereka masih evaluasi

sistem yang dilakukan selama dijalankan. Kalau memang ada kesalahan sistem, berarti

penderita TBC masih banyak, tapi tidak terjangkau atapun tidak dilaporkan,"urai

Andreas.

Lanjut dia, para penderita TBC yang melakukan perawatan di RSUD Prof W.Z

Yohannes Kupang, cukup tinggi hanya saja biasanya ada sebagian pasien yang

dipulangkan untuk menjalani perawatan medis di Puskesmas-Puskesmas terdekat.

"Bisanya kami ikut keinginan pasien. Kalau pasien mau rawat di sini, ya nanti

kami rawat di sini. Tapi kalau dia mau pulang ke kampungnya, nanti kami pulangkan

ke rumahnya dan kami akan bersurat kepada Puskesmas terdekat untuk pasien

menjalani perawatan medis di Puskesmas setempat,"ungkap dia.

Sementara Kepala ruangan Poli DOTS RSUD Prof W.Z Yohannes Kupang,

Katarina S Bethan kepada wartawan membeberkan, pengunjung TBC dari bulan ke

bulan terus mengalami peningkatan. Sebutnya, bulan Januari 2012 pasien dewasa yang

dinyatakan positif mengidap TBC sebanyak 18 orang, sedangkan pada bulan Februari,

meningkat menjadi 21 pasien, dan pada bulan Maret sudah delapan orang dinyatakan

positif TBC.

Sedangkan pasien anak yang dinyatakan positif TBC pada Januari 2012

sebangak 11 orang, bulan Februari 15 orang dan pada bulan Maret hingga tanggal

(13/3) sebanyak lima orang.

"Orang yang dinyatakan positif TBC itu jika sudah menjalani rontgen dan

pemeriksaan darah dan dinyatakan positif. Kalau rontgen dan darahnya positif TBC,

baru dilakukan pengobatan. Tapi kalau rontgen dan positif tetapi darahnya tidak, nanti

diobati tapi tidak masuk dalam pengobatan TBC,"kata Katarina.

Tambahnya, TBC pada umumnya menular dari orang dewasa kepada anak

Page 12: makalah yuliah asrum

kecil. Untuk itu, jika ada keluarga yang menderita TBC, maka harus ditelusuri lebih

jauh lagi mengenai silsilah penyakitnya. Dengan demikian, akan diketahui dari mana

datangnya TBC itu. Jika dari keluarga, maka harus segera melakukan perawatan.

"Biasanya TBC menular melalui air liur. Jadi kalau orang yang mengidap TBC, hati-

hati supaya Anda jangan terkena air liurnya,"pungkas dia.

2.4 Hak dan kewajiban pasien TBC dari pelayanan kesehatan

Sebagai pasien, pasti kita akan memninta hak dan kewajiban kita dari pelayanan

kesehatan. Dimana khusus untuk penyakit TBC di Indonesia mechanism hak dan

kewajibannya mencangkup dari pada,

1. Hak pasien mendapatkan Akses pelayanan dimana mendapatkan akses

terhadap pelayanan yang baik dan manusiawi, mulai dari diagnosis penyakit

sampai pengobatan selesai, tanpa memandang asal usul, suku, jender, usia,

bahasa, status hukum, agama, kepercayaan, jenis kelamin, budaya dan penyakit

lain yang diderita. Hak untuk memperoleh akses pelayanan kesehatan yang

bermutu dalam suasana yang bersahabat dengan dukungan moral dari keluarga,

teman dan masyarakat.Hak untuk memperoleh nasihat dan pengobatan

berdasarkan kaidah yang berlaku sesuai dengan kebutuhan pasien, termasuk

mereka yang menderita TB yang kebal obat (TB-MDR) atau menderita TB-

HIV. Dan Hak untuk mendapatkan penyuluhan tentang pencegahan dan

penularan TB sebagai bagian dari program perawatan yang menyeluruh.

2. Hak pasien mendapatkan Informasi dimana hak mendapatkan semua informasi

mengenai pelayanan TB, termasuk pembiayaannya. Hak untuk memperoleh

gambaran secara jelas, singkat dan tepat waktu mengenai keadaan kesehatan,

pengobatan dan akibat yang biasa terjadi serta penanganan yang tepat. Hak

untuk mengetahui nama dan dosis obat dan tindakan yang akan dilakukan, serta

akibat yang mungkin terjadi dan berpengaruh terhadap keadaan pasien. Hak

untuk mendapatkan informasi tentang isi rekam medis bila diperlukan oleh

pasien. Hak untuk berbagi pengalaman dengan sesama pasien TB dan pasien

lainnya serta mendapatkan bimbingan (konseling) sukarela, mulai dari

diagnosis sampai selesai pengobatan.

3. Hak pasien menentukan pilihannya dimana hak untuk memperoleh pendapat

dokter yang lain atau ahli kesehatan yang lain (second medical opinion)

disertai isi rekam medis sebelumnya. Hak untuk menerima atau menolak

tindakan bedah jika pengobatan masih memungkinkan dan mendapatkan

Page 13: makalah yuliah asrum

informasi tentang akibatnya dari segi medis dalam kaitan dengan penyakit

menular. Hak untuk memilih menerima atau menolak ikut dalam kegiatan

penelitian tanpa membahayakan perawatannya.

4. Hak pasien untuk Kerahasiaan dimana hak untuk dihargai dalam kebebasan

pribadi, martabat, agama, kepercayaan, serta sosial budaya. Hak untuk

memperoleh informasi yang berkaitan dengan keadaan kesehatan yang

dirahasiakan, kecuali kepada pihak lain dengan persetujuan pasien.

5. Hak pasien mendapat Keadilan dimana Hak untuk menyampaikan keluhan

melalui saluran yang tersedia dan hak untuk mendapatkan penanganan keluhan

dengan tepat dan adil.Hak untuk menyampaikan kepada pimpinan sarana

pelayanan kesehatan jika keluhannya tidak ditanggapi.

6. Hak pasien untuk berorganisasi Hak untuk bergabung atau mendirikan

kelompok pasien TB dan masyarakat peduli TB untuk mencari dukungan

petugas kesehatan dan pihak terkait lainnya. Hak untuk ikut aktif dalam

perencanaan, pengembangan, pemantauan dan penilaian, baik dalam hal

kebijakan maupun pelaksanaan program TB.

7. Hak mendapatkan Keamanan dimana hak untuk dijamin tetap bekerja (tidak

dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja) dan tidak dikucilkan.Hak untuk

memperoleh gizi atau makanan tambahan jika diperlukan, untuk memenuhi

pengobatan dari berbagai sumber yang memungkinkan.

Selain hak, pasien juga berhak menerima kewajibannya dari pelayanan kesehatan

yaitu :

1. Kewajiban berbagi Informasi diman berkewajiban memberikan informasi yang

lengkap dan jujur tentang kondisi kesehatan, penyakit-penyakit yang pernah

diderita sebelumnya, semua alergi dan informasi lain yang dibutuhkan kepada

petugas kesehatan. Berkewajiban memberikan informasi kepada petugas

kesehatan mengenai kontak langsung dengan keluarga dekat, teman atau siapa

pun yang mungkin mudah tertular TB. Berkewajiban mencari informasi ke

berbagai sumber yang berhubungan dengan penyakit TB.

2. Kewajiban Mematuhi Pengobatan diman berkewajiban mematuhi rencana

pengobatan yang telah disetujui, serta selalu taat pada petunjuk yang diberikan

untuk melindungi dirinya dan orang lain. Berkewajiban menginformasikan

kepada petugas kesehatan mengenai kesulitan atau masalah yang timbul dalam

menjalani pengobatan atau jika ada yang tidak dipahami dengan jelas.

Page 14: makalah yuliah asrum

3. Kewajiban Pencegahan Penularan dimana berkewajiban menutup mulut bila

batuk, tidak membuang dahak di sembarang tempat. Berkewajiban untuk

mempertimbangkan hak-hak pasien lain dan para petugas kesehatan, dengan

pengertian bahwa hal ini merupakan landasan martabat dan kehormatan dari

masyarakat TB.

4. Kewajiban Peran Serta dalam Kesehatan Masyarakat dimana berkewajiban

berperan serta dalam kesejahteraan masyarakat dengan mengajak orang lain

untuk mendapatkan informasi kesehatan apabila mereka menunjukkan gejala

TB.Berkewajiban menghargai hak sesama pasien dan para petugas kesehatan.

5. Kewajiban Kesetiakawanan dimana berkewajiban untuk setia kawan pada

sesama pasien dan bersama menuju kesembuhan.Berkewajiban untuk berbagi

informasi dan pengetahuan yang diperoleh selama pengobatan, dan

menyampaikannya kepada orang lain, sehingga pemberdayaan semakin kuat.

Berkewajiban untuk ikut serta dalam upaya mewujudkan masyarakat bebas TB.

6. Dan kewajiban Mematuhi Ketentuan yang Berlaku du Sarana Pelayanan

Kesehatan seperti administrasi, pembiayaan, prosedur pemeriksaan, dan tata

tertib setempat.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan tentang pengertian dari

pengorganisasian pelayanan kesehatan dimana ialah sebuah wadah yang didalamnya

terdapat berbagai jenis kegiatan dari perencanaan hingga evaluasi yang bertujuan untuk

meningkatkan tarap kesehatan dalam sebuah organisasi pelayanan kesehatan tersebut.

Ada 2 jenis pelayanan kesehatan yaitu pelayanan keseharan kedokteran dan

masyarakat. Sistem pelayanan nya mencangkup puskesmas dan rumah sakit.

Tentang masalah TBC, di Indonesia sudag ada berapa program pelayanan dan

organisasi duniapun ikut prihatin dengan penyakit yang menyebabkan kematian yang

Page 15: makalah yuliah asrum

cukup besar di dunia ini dan dari makalah ini juga kita mengetahui hak dak kewajiban

para penderita TBC pada ruang lingkup pelayanan kesehatan.

3.2 Saran

  Saran dari para pembaca untuk kelengkapan makalah ini, dan semoga apa yang

dipaparkan oleh penulis dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dalam

mengetahui lebih jelas tentang pelayanan dan pembagian pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

file:///E:/New%20Folder/Piagam%20Hak%20dan%20Kewajiban%20Pasien

%20TB%20di%20Indonesia_Yayasan%20Spiritia.htm

file:///E:/New%20Folder/International%20Standards%20for%20Tuberculosis

%20Care%20%28ISTC%29_STANDAR%20INTERNASIONAL

%20DIAGNOSIS%20DAN%20TERAPI%20TBC%20_%20dokter82.htm