Makalah Vaksin AI

15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini, dunia kembali dikejutkan dengan terjadinya wabah flu tipe A/H5N1 dan H1N1. Kasus infeksi H5N1 pada manusia pertama kali terjadi di Hong Kong, China pada tahun 1997 mengakibatkan 18 orang positif terinfeksi dengan 6 orang meninggal dan kemudian menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Braunwald, dkk; 2003). Burung-burung yang bermigrasi merupakan hospes reservoir utama dalam penyebaran H5N1 keseluruh dunia. Burung-burung tersebut akan singgah pada sebuah daerah dan menginfeksi unggas-unggas domestik di daerah tersebut. Beberapa unggas tidak menununjukkan gejala terinfeksi H5N1 walaupun dia sebenarnya telah terinfeksi. Bebek domestik merupakan salah satu contoh unggas yang tidak menunjukkan gejala meskipun ia telah terinfeksi H5N1. Hal ini semakin menambah tingginya risiko manusia untuk terjangkit H5N1, (WHO, 2005).

description

Tentang cara pembuatan vaksin dan beberapa tinjauan pustaka tentangnya

Transcript of Makalah Vaksin AI

BAB I

PENDAHULUANA. Latar BelakangAkhir-akhir ini, dunia kembali dikejutkan dengan terjadinya wabah flu tipe A/H5N1 dan H1N1. Kasus infeksi H5N1 pada manusia pertama kali terjadi di Hong Kong, China pada tahun 1997 mengakibatkan 18 orang positif terinfeksi dengan 6 orang meninggal dan kemudian menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Braunwald, dkk; 2003).Burung-burung yang bermigrasi merupakan hospes reservoir utama dalam penyebaran H5N1 keseluruh dunia. Burung-burung tersebut akan singgah pada sebuah daerah dan menginfeksi unggas-unggas domestik di daerah tersebut. Beberapa unggas tidak menununjukkan gejala terinfeksi H5N1 walaupun dia sebenarnya telah terinfeksi. Bebek domestik merupakan salah satu contoh unggas yang tidak menunjukkan gejala meskipun ia telah terinfeksi H5N1. Hal ini semakin menambah tingginya risiko manusia untuk terjangkit H5N1, (WHO, 2005).WHO pada bulan November 2004 menyatakan bahwa pada serbuan pertama pandemi wabah H5N1 ini sebagian besar negara berkembang tidak bisa mengakses vaksin sehingga pandemi diperkirakan akan menyebar dan meluas dengan cepat. Pandemi adalah sebuah kejadian luar biasa yang efeknya mampu berpengaruh pada semua sektor kehidupan termasuk sektor sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, sebuah langkah penanganan dan pencegahan yang tepat sangat diperlukan terkait ancaman pandemi virus mematikan H5N1 yang terjadi saat ini, (WHO, 2005).Pengembangan vaksin untuk menanggulangi flu burung menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Sebanyak 16 perusahaan pembuat vaksin dari 10 negara sedang mengembangkan vaksin flu burung melawan virus H5N1. Sebanyak 5 diantaranya juga terlibat dalam pengembangan vaksin terhadap virus avian lainnya seperti H9N2, H5N2, dan H5N3 (WHO).B. TujuanMenambah wawasan tentang pembuatan vaksin avian influenza.BAB IIISIA. Tinjauan PustakaAvian influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Virus ini digolongkan dalam famili Orthomyxoviridae, genus Orthomyxovirus tipe A atau Influenza virus.Avian influenza sendiri sebenarnya bisa dibagi lagi ke dalam beberapa subtipe, misalnya subtipe yang paling patogen adalah H5N1, H7N3, H7N7, dan H9N2, namun virus flu burung yang umumnya dikenal dan yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan karena infeksinya yang menyebar luas hampir ke seluruh dunia adalah H5N1. Virus H5N1 merupakan jenis virus dengan struktur genetik RNA. Virus H5N1 telah banyak melakukan mutasi genetik yang menghasilkan belasan virus patogenik tinggi. Namun, kesemuanya itu termasuk ke dalam genotif Z virus avian influenza termasuk pada virus H5N1 yang menyerang manusia. H5N1 berarti subtipe dari permukaan antigen yang tampak pada virus, yaitu hemagglutinin tipe 5 dan neuraminidase tipe 1. Genotif Z merupakan genotif yang dominan pada H5N1. Genotif Z endemik pada burung-burung di wilayah asia tenggara dan menunjukkan ancaman pandemik yang berkepanjangan.Seperti virus flu pada umumnya, sangatlah mudah bermutasi atau berevolusi. Jika virus H5N1 menginfeksi manusia, maka kemungkinan terjadinya pertukaran genetik antara gen virus dengan gen manusia selama co infeksi sangatlah mungkin terjadi dan secara berangsur-angsur akan terjadi mutasi adaptif dari virus sehingga membentuk cluster kecil virus jenis ini. Hal ini akan sangat berbahaya sebab kemungkinan terjadinya infeksi dari manusia ke manusia akan semakin besar kemungkinanya untuk terjadi.Menurut Soejadono dan Handaryani (2005), secara normal, virus AI hanya menginfeksi ternak unggas saperti ayam, kalkun, dan itik. Namun data terakhir menunjukkan bahwa virus AI juga dapat menginfeksi ternak lain, terutama babi. Virus AI menyerang organ pernapasan, pencernaan dan sistem saraf unggas. Penyebaran yang hebat dari virus avian influenza disebabkan oleh migrasi burung-burung liar dan transportasi unggas terinfeksi. Penyakit ini menyebabkan 30-50 juta ekor unggas telah dimusnahkan (Direktoral Jendral Bina Produksi Peternakan 2004).Avian Influenza telah menyebar di 11 negara Asia dan beberapa negara dibelahan dunia lainnya, seperti : Vietnam, Kamboja, Taiwan, Jepang, Cina, Pakistan, Laos, Thailand, Korea Selatan, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia Avian Influenza telah menyebar di 22 propinsi antara lain : Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan beberapa daerah lainnya (Anonim 2004).

Pemerintah telah menetapkan beberapa langkah untuk membebaskan Indonesia dari flu burung, antara lain biosekuriti yang ketat, vaksinasi untuk ayam di daerah endemis, dan depopulasi selektif untuk ayam yang terbukti telah terinfeksi AI. Vaksinasi dilakukan secara massal pada seluruh populasi unggas yang sehat. Depopulasi dilakukan pada seluruh unggas sehat yang sekandang dengan unggas sakit (Indartono et al. 2005).

Vaksinasi telah dilakukan sejak lama terutama untuk mengatasi penyakit penyakit infeksius. Vaksinasi dapat dilakukan dengan pemberian vaksin aktif maupan inaktif (Anonim 2004b). Dalam pengendalian virus AI ini digunakan vaksin inaktif. Vaksin inaktif adalah vaksin virus mati tetapi struktur antigenitasnya masih ada dan virus tersebut diinaktifkan dengan menggunakan bahan kimia (Malole 1988).B. Proses PembuatanPembuatan vaksin Avian Influenza terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

1. Raw SelectionPada proses ini, bahan baku yang digunakan adalah telur berembrio. Proses ini sangat penting, karena kualitas suatu vaksin tergantung dari kualitas bahan bakunya. Untuk itu dilakukan Raw Selection agar terpilih telur yang berkualitas. Telur harus yang telah dibuahi atau berembrio karena virus berkembang biak pada organisme yang hidup. Telur di-candling dan dipisahkan dari yang bagus dengan yang rusak. Telur yang bagus ditempatkan pada tray inkubator telur.2. Inkubasi (tahap 1)

Setelah bahan baku melewati tahap selection, maka telur yang terpilih dimasukkan ke dalam inkubator. Di-inkubasi-kan dengan kondisi suhu 37 C dan kelembaban 60 rh. Proses ini membiarkan si embrio dalam telur untuk berkembang sampai umur 11 hari.

3. Marking

Ketika telur berembrio telah berumur 10 hari, maka proses selanjutnya adalah marking atau penandaan tempat inokulasi. Telur ditandai sebagai tempat dimasukannya seed virus ke dalam telur (inokulasi). Posisi penandaan pun harus berada di antara rongga udara dan alantois. Hal ini dikarenakan agar virus yang dibiakkan bisa tumbuh dengan optimal. Setelah ditandai semua, maka telur dimasukkan kembali ke dalam inkubator.4. Inokulasi

Telur yang telah berumur 11 hari kemudian masuk ke dalam proses inokulasi. Telur dilubangi pada tanda yang telah ada, lalu disuntikkan virus ke dalam telur. Komposisi virus harus pas, agar virus (antigen) tidak membunuh embrio terlalu cepat atau antigen itu sendiri kalah oleh antibodi embrio.5. Inkubasi (tahap 2)

Telur yang telah terinokulasi dimasukkan kembali ke dalam inkubator dan diinkubasi selama 27 jam dengan kondisi suhu 37 C dan kelembaban 60 rh. Hal ini dilakukan agar virus tersebut dapat berkembang biak di dalam telur.

6. Chilling

Chilling atau pendinginan dimaksudkan agar embrio dalam telur mati dan berhenti berkembang. Tahap chilling dilakukan setelah telur memenuhi syarat, yaitu tingkat kematian mencapai 12 % atau tingkat ke-hampirmati-an mencapai lebih dari 50 %. Dari sini maka aktivitas antigen dan antibodi terhenti. Suhu yang dipakai untuk mendinginkan telur adalah 2 C.

7. Harvest

Harvest atau Panen adalah kegiatan dimana anak virus diambil dari inangnya yaitu telur. Bagian telur yang dipanen antara lain cairan allantois, embrio, dan culio allantois membrane. Kerja aseptis sangat diutamakan karena pada tahap ini kegiatan langsung berhadapan dengan virus berbahaya.

8. Inaktivasi

Setelah cairan allantois, embrio dan culio allantois membrane terkumpul (untuk embrio dan culio allantois membrane harus dihaluskan atau di blend), maka proses selanjutnya adalah inaktivasi. Inaktivasi bertujuan untuk melumpuhkan anak virus agar sifatnya tidak lagi berbahaya, namun tidak menghancurkan komposisi penyusun virus. Formalin adalah salah satu bahan inaktivator. Setelah ditambahakan maka antigen didiamkan selama 24 jam sambil terus diaduk.9. Sampling

Antigen yang telah diaduk selama 24 jam kemudian diambil sampelnya masing-masing. Antigen yang telah di-sampling akan diperiksa titer antigen, uji kadar formalin, uji inaktivasi dan uji sterilitas. Uji titer antigen adalah uji kandungan virus dalam antigen. Uji kadar formalin adalah uji kandungan formalin dalam antigen. Uji inaktivasi adalah pengujian ke-efektifan antigen dalam menginfeksi. Untuk Avian Influenza, antigen haruslah inaktif karena sifatnya yang cukup berbahaya jika antigen dibiarkan aktif. Uji sterilitas adalah pengujian kontaminasi antigen terhadap bakteri atau mikroorganisme lainnya. 10. SentrifuseUntuk antigen embrio dan culio allantois membran, sebelum dikirim ke divisi emulsi, maka antigen harus diendapkan gumpalannya dengan cara sentrifugasi. Hal ini diperlukan untuk mengurangi cracking pada saat peng-emulsi-an. Setelah disentrifuse maka antigen siap untuk dibawa ke divisi emulsi.

C. Hal yang harus diperhatikan1. Perlakuan khusus terhadap penanganan pembuatan antigen AI, karena sifat virus yang sangat berbahaya.

2. Proses yang sangat panjang membutuhkan perhatian penuh, karena sedikit kesalahan atau kecerobohan dapat berakibat fatal.3. Teknik aseptis wajib digunakan, karena pekerjaan berhadapan langsung dengan mikroorganisme berbahaya.BAB IIIPENUTUP

Tahun 2004 adalah masa-masa sulit bagi para peternak unggas, karena secara tidak disangka wabah flu burung menyerang peternakan-peternakan di indonesia. Berawal di satu titik yaitu jawa tengah, lalu mulai menyebar ke sekitarnya yang menjangkiti 10.000 lebih unggas. Hal ini merugikan para peternak-peternak indonesia.

Vaksinasi adalah suatu cara untuk mencegah wabah ini meluas dan menyebabkan kerusakan lebih parah. Dengan memasukkan antigen virus yang dilemahkan ke dalam tubuh unggas, sehingga si unggas memproduksi sendiri antibodi dan membuat sistem imunnya meningkat. Untuk itu diperlukan antigen/vaksin yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan kualitas imun si unggas.

Untuk mendapatkan antigen yang baik maka dibutuhkan suatu sistem produksi yang baik juga. Dimulai dari bahan baku, proses, dan SDM yang baik maka dihasilkan produk terbaik.

DAFTAR PUSTAKAhttp://www.resep.web.id/tips/perkembangan-vaksin-avian-influenza.htmhttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11282/B05hyu.pdf?sequence=2http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/06/avian-influenza-h5n1.html