Makalah Traumatologi
-
Upload
amal-bahrum-penas -
Category
Documents
-
view
369 -
download
27
Transcript of Makalah Traumatologi
TRAUMATOLOGI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan yang paling banyak dilayani dokter untuk pelayanan VeR adalah untuk
korban yang mengalami trauma (cedera), baik masih hidup atau sudah meninggal.
Berbeda dengan pelayanan luka untuk penyembuhan, untuk VeR dokter melayaninya
untuk kepentingan medikolegal. Dokter memeriksa dan merekam dengan teliti semua
penemuan yang didapatinya dan memberikan pendapat tentang hubungan sebab akibat,
karena pemeriksaan yang menyeluruh akan menentukan proses hukum di pengadilan
nanti. 1
Didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat
kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari
permasalahan sebagai berikut :
a. Jenis luka apakah yang terjadi ?
b. Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka ?
c. Bagaimanakah kualifikasi luka itu? 2
1.2 Tujuan
Menjelaskan pengertian Visum et Repertum, cara permintaan dan pencabutan visum,
dan hukum yang berkaitan dengan Visum et Repertum. Serta membahas tentang jenis-
jenis visum baik untuk visum korban hidup maupun korban meninggal.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Traumatologi
Pengertian trauma dari aspek medikolegal sedikit berbeda dengan pengertian medis.
Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya kontinuitas dari
jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau
benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat,
tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat
menimbulkan kecederaan. Aplikasinya dalam pelayanan kedokteran forensik adalah
untuk membuat terang suatu tindakan kekerasan yang terjadi pada seseorang.1
2.2 Klasifikasi Trauma
Di tinjau dari berbagai sudut dan kepentingan, luka dapat diklasifikasikan
berdasarkan:
A. Etiologi
I. Trauma Mekanik
1. Kekerasan Tumpul
a. Luka memar (bruise, contusion)
b. Luka lecet (abrasion)
c. Luka robek (Laceration)
d. Patah Tulang (Fracture)
e. Pergeseran sendi (Dislocation)
2. Kekerasan Tajam
a. Luka sayat (incised wound)
b. Luka tusuk, tikam (punctured wound)
c. Luka bacok (choped wound)
3. Luka Tembak (firearm wound)
II. Luka Termis (Suhu)
1. Temperatur Panas
a. Terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaution, heat cramps)
2
b. Benda panas (luka bakar dan scalds)
2. Temperatur Dingin
a. Terpapar dingin (hipotermia)
b. Efek lokal (frost bite)
III. Luka Kimiawi
1. Zat Korosif
2. Zat Iritasi
IV. Luka Listrik, Radiasi, Ledakan dan Petir.
B. Derajat Kualifikasi Luka
I. Luka Ringan
II. Luka Sedang
III. Luka Berat
C. Medikolegal
I. Perbuatan Sendiri ( Bunuh diri)
II. Perbuatan Orang Lain (Pembunuhan )
III. Kecelakaan
IV. Luka Tangkis
V. Dibuat (Fabricated)
D. Waktu Kematian
I. Ante- mortem
II. Post-mortem 1
3
2.2.1 Trauma Mekanik
Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai bentuk,
alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti kapak, pisau, panah,
martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda – benda ini telah ada sejak zaman prasejarah dalam
usaha manusia mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata senjata masa kini
seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibatnya pada tubuh dapat
dibedakan darin penyebabnya.1
2.2.1.1 Kekerasan Tumpul
Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain: batu, besi, sepatu, tinju,
lantai, jalan dan lain-lain. Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab:
- Alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak.
- Orang bergerak kearah objek atau alat yang tidak bergerak.
Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan walaupun terkadang
sulit dipastikan .1
Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka, yaitu luka lecet, memar,
dan luka robek atau luka terbuka. Dan bila kekerasan benda tumpul tersebut sedemikian
hebatnya dapat pula menyebabkan patah tulang.2
2.2.1.1.1 Luka Memar
Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan
yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler
akibat kekerasan benda tumpul.2
Perdarahan atau ekimosis ini berwarna biru kehitaman dan kadang-kadang disertai
pembengkakan. Pada orang kulit gelap warna biru kehitaman akibat memar kadang kadang
sulit terlihat, sehingga pembengkakan bisa dipakai sebagai petunjuk.1
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada jaringan
longgar, seperti didaerah mata, leher, atau pada orang lanjut usia, maka luas memar yang
tampak seringkali tidak sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas, dan
adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya ‘memar’ kedaerah yang lebih
rendah, berdasarkan gravitasi.2
4
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk
dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan dengan istilah ‘Perdarahan tepi’ (marginal
hemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat
dimana terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, perdarahan akan menepi
sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua
kembang ban yang berdekatan.2
Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau benda yang
sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang membatasi darah yang
tidak menunjukkan kelainan, darah antara kedua memar yang sejajar dapat menggambarkan
ukuran lebar dari alat pemukul yang mengenai tubuh korban.2
Luka Memar di punggung tangan dan jari memberi petunjuk suatu luka tangkis
(defensif, bertahan) pada perkelahian. Luka memar di leher bisa sebagai petunjuk
pencekikan.1
Bersamaan dengan perjalanan waktu, luka memar menyembuh dan terjadi
perombakan zat warna hemoglobin. Dalam 4-5 hari menjadi hijau, lalu kekuningan dalam
beberapa hari kemudian dan menghilang dalam 10-14 hari. Perubahan warna ini tidak dapat
dipakai secara tepat untuk menentukan lamanya perlukaan, karena dipengaruhi banyak faktor.
Perubahan warna dalam penyembuhan bergerak dari tepi ke tengah, artinya perlukaan tampak
makin mengecil.1
5
2.2.1.1.2. Luka Lecet (abrasi)
Luka pada kulit yang superfisial dimana epidermis bersentuhan dengan benda yang
kasar permukaannya. Arah luka dapat ditentukan dari penumpukan epidermis yang terseret ke
satu posisi. Bentuk luka lecet kadang-kadang dapat menunjukkan bentuk alat yang dipakai.1
Luka lecet pada kasus penjeratan atau penggantungan , akan tampak sebagai suatu
luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai
dengan alat penjerat dan memberikan gamabaran/ cetakan yang sesuai dengan bentuk
permukaan alat penjeratnya, seperti jalinan tambang, tali pinggang . luka lecet tekan dalam
kasus penjeratan sering juga dinamakan “jejas jerat”, khususnya bila alat penjerat masih tetap
berada pada leher korban.2
2.2.1.1.3 Luka Robek (laserasi)
Luka robek adalah luka luka terbuka akibat trauma tumpul yang kuat. Mudah
terbentuk bila dekat ke dasar bagian yang bertulang. Luka ini umumnya tidak
menggambarkan bentuk dan ukuran alat yang digunakan. Ciri-cirinya berbentuk tidak teratur,
pinggir tidak rata, bengkak, sering kotor (sesuai benda penyebab), perdarahan tidak banyak
dibanding luka sayat , terdapat jembatan jaringan, antara kedua tepi luka (otot, pembuluh
darah, serabut saraf), rambut tebenam kedalam luka, sering disertai memar dan luka lecet.1
Bila luka robek tersebut salah satu tepinya membuka kekanan misalnya, maka
kekerasan atau benda tumpul datang dari arah kiri. Jika membuka kedepan maka kekerasan
benda tumpul datang dari arah belakang. Perlukisan yang cermat dari luka terbuka akibat
benda tumpul dengan demikian dapat sangat membantu penyidik khususnya sewaktu
dilakukannya rekonstruksi, demikian pula sewaktu dokter dijadikan saksi di muka hakim.2
2.2.1.1.4 Patah Tulang (fracture)
Pada trauma tumpul yang kuat dapat terjadi patah tulang. Pada anak-anak dan orang
muda tulang masih lentur dan dapat menyerap tekanan yang kuat. Tekanan berat (misalnya
dilindas mobil) pada dada anak-anak dapat menyebakan hancurnya organ dalam tanpa patah
6
tulang iga. Pecahan tulang dapat menunjukkan arah trauma. Patah tulang dapat menimbulkan
perdarahan luar dan perdarahan dalam.
2.2.1.2. Kekerasan Tajam
Kekerasan tajam disebabkan pisau, pedang, silet, gunting, kampak, bayonet dan lain-
lain. Senjata ini dapat menyebabkan luka sayat, luka tikam dan luka bacok.1
Pada Kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus difikirkan
kemungkinan karena suatu kecelakaan, tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa
pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.2
Luka yang disebabkan oleh benda tajam dapat dibedakan dari luka yang disebabkan
oleh benda lainnya, yaitu dari keadaan sekitar luka yang tenang tidak ada luka lecet atau luka
memar, tepi luka yang rata dan dari sudut-sudutnya yang runcing seluruhnya atau hanya
sebagian yang runcing serta tidak adanya jembatan jaringan.2
2.2.1.2.1. Luka Sayat
Luka karena irisan senjata tajam yang menyebabkan luka terbuka dengan pinggir rata,
menimbulkan perdarahan banyak, jarang disertai memar di pinggir luka, semua jaringan otot,
pembuluh darah, saraf dalam luka terputus, juga rambut. Dalam pemeriksaan ini dibedakan
dengan luka robek, sebab pada luka robek jaringan ini masih ada yang utuhdan disebut
jembatan jaringan. Ukuran lebar luka sayat lebih dari pada ukuran dalamnya luka.2
Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luka sayat mengenai pembuluh darah yang
dekat ke permukaan seperti di leher, siku bagian dalam, pergelangan tangan dan lipat paha.2
2.2.1.2.2. Luka Tusuk (Luka tikam)
Luka yang mengenai tubuh melalui ujung pisau dan benda tajam lainnya, dimana
dalamnya luka melebihi lebar luka. Pinggir luka dapat menunjukkan bagian yang tajam
(sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi.1
Bentuk dari luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh korban, dipengaruhi
oleh faktor- faktor sebagai berikut.:
1. Sifat – sifat dari pisau :
7
bentuk, ketajaman dari ujung dan ketajaman dari kedua tepinya, bermata satu atau
bermata dua.2
2. Bagaimana pisau itu mengenai dan masuk kedalam tubuh.2
Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar luka sama dengan lebar
alat. Tetapi yang sering terjadi lebar luka melebihi lebar pisau karena tarikan kesamping
sewaktu menusukkan dan waktu menarik pisau. Demikian juga bila pisau masuk ke jaringan
dengan posisi miring.1
Begitu pula dalamnya luka tidak menggambarkan panjang senjata kecuali bila mengenai
organ padat seperti hati. Umumnya dalam luka lebih pendek dari panjang senjata, karena
jarang ditusuk sampai ke pangkal senjata. Tetapi dalamnya luka bisa melebihi panjang dari
senjata karena elastisitas jaringan, misalnya luka tusuk pada perut.
3. Tempat dimana terdapat luka.
Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketengangan kulit tidak sama pada
seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat – serat elastiknya sejajar yaitu pada lipatan-lipatan
kulit, maka tusukan yang sejajar dengan lipatan tersebut akan mengakibatkan luka yang
tertutup, sempit dan berbentuk celah. Akan tetapi bila tusukan pisau itu melintasi serta
memotong lipatan kulit, maka luka yang terjadi akibat tusukan pisau tersebut akan terbuka
lebar.
2.2.1.2.2. Luka Bacok
Senjata tajam yang berat dan diayunkan dengan tenaga akan menimbulkan luka
menganga yang lebar disebut luka bacok. Luka ini sering sampai ke tulang. Bentuknya
hampir sama dengan luka sayat tapi dengan derajat luka yang lebih berat dan dalam. Luka
terlihat terbuka lebar atau ternganga. Perdarahan sangat banyak dan sering mematikan.
8
2.2.1.3. Luka Tembak
Luka tembak ialah luka yang disebabkan adanya penetrasi anak peluru atau persentuhan
peluru dengan tubuh. Untuk memahami akibat luka tembak pada tubuh harus dimulai dari
pengetahuan tentang apa yang keluar dari mulut laras pada waktu senjata api meletus. Yang
keluar dari mulut laras adalah:
- Anak Peluru
- Sisa mesiu yang tidak terbakar
- Api
- Asap
- Gas1
Masing - masing komponen akan menimbulkan akibat pada sasaran (manusia). Anak
peluru akan menyebabkan terjadinya luka (luka masuk dan bisa luka keluar) dengan saluran
luka didalam tubuh. Sisa mesiu yang tidak terbakar akan menyebabkan terjadinya penyebaran
tatto disekitar luka masuk. Pada jarak tembak yang sangat dekat dengan sasaran akan api
dapat menyebabkan luka bakar. Begitu pula asap akan meninggalkan jelaga disekitar luka
masuk. Gas hanya menimbulkan akibat bila mulut laras kontak menempel pada dengan
jaringan tubuh. Bila luka tembak tempel dekat ke permukaan tulang dimana kulit dan otot
dekat ke tulang, maka gas akan memantul keluar dan membuat luka masuk menjadi luas,
sering pecah seperti bintang (stellate). Bila jaringan ditempat luka masuk hanya jaringan
lunak , efek yang ditimbulkan tekanan gas tidak sehebat yang dekat ke tulang.1
Dengan memahami akibat dari kelima komponen di atas, maka dokter dapat melaporkan
hasil pemeriksaan dan kesimpulannya dalam VeR.
2.2.1.3.1. Luka Tembak Masuk
Bagian yang penting dalam pemeriksaan luka tembak adalah pemeriksaan luka
tembak masuk. Karena pengertian luka tembak adalah penetrasi anak peluru kedalam tubuh,
maka perlu dikaji tentang yang terjadi pada waktu peluru menembus kulit.1
Selain luka masuk yang merobek tubuh, maka di pinggir luka akan terbentuk cincin
memar di sekeliling luka masuk (contusion ring). Sebetulnya ini lebih tepat disebut luka
lecet. Diameter luka memar ini menggambarkan kaliber peluru yang menembus. Oleh karena
itu perlu diukur dengan teliti. Bila cincin memar bulat berarti peluru menembus tegak lurus.
9
Bila lonjong maka peluru menembus miring. Arah dan sudut kemiringan luka tembak masuk
dapat ditentukan dari bagian yang lebih lebar dari cincin memar.1
Bentuk cincin memar bisa tidak teratur. Ini bisa dihubungkan dengan kemungkinan
peluru yang menembus kulit tidak bulat lagi karena berubah bentuk, misalnya peluru rikoset
karena mengenai benda lain dulu seperti dinding, pohon dan lain lain atau peluru
mekar/memuai karena panas atau peluru yang ujungnya sengaja dibelah (peluru dum – dum)1
Pada penembakan yang mengenai tulang gepeng misalnya tulang tengkorak, sternum,
ilium, lubang luka berbentuk corong dimana luka masuk lebih kecil dari luka keluar. Luka
tembak masuk pada tulang tengkorak terlihat lubang luka pada tabula eksterna lebih kecil
dibanding luka pada tabula interna. Bila peluru keluar lagi maka lubang luka tabula interna
lebih kecil dari pada lubang luka pada tabula eksterna.1
Tembakan pada tulang panjang walaupun tidak memberi gambaran yang khas tetap
dapat merupakan petunjuk dari mana peluru datang, yaitu dengan melihat fragmen tulang
yang terangkat atau terdorong, bila peluru datang dari sebelah kanan maka peluru akan
terdorong ke sebelah kiri.
2.2.1.3.2. Luka Tembak Keluar
Bila tidak ditemukan cincin memar disekitar lubang luka, maka ini merupakan
patokan sebagai luka keluar. Pada luka keluar bisa didapati jaringan lemak menghadap
keluar, walaupun kadang-kadang sulit memastikannya. Bentuk dan besar luka keluar
beragam, tergantung posisi peluru keluar dan kecepatan menembus kulit. Lebih mudah
memastikan bila didapati serpihan tulang apalagi bila dibantu foto rontgent.1
Beberapa kemungkinan dapat terjadi:
1. Luka tembak masuk lebih kecil dari luka keluar
Ini lebih sering karena waktu keluar, daya tembus mengebor dari peluru berkurang oleh
adanya hambatan jaringan, sehingga membuat luka lebih besar. Apalagi bila serpihan tulang
ikut melukai.
2. Luka masuk dan keluar sama besar.
Terjadi bila daya tembus peluru masih tinggi dan hanya mengenai jaringan lunak.
10
3. Luka masuk lebih besar dari luka keluar.
Dapat terjadi dimana sesuadah peluru menembus masuk ke tubuh, daya tembusnya
sangat berkurang dan tenaga peluru keluar hanya cukup untuk menembus kulit.1
2.2.1.3.3. Jarak Luka Tembak
Peluru yang menembus tubuh bisa ditembakkan dari berbagai jarak. Untuk
kepentingan medikolegal penentuan jarak luka tembak ini sangat penting, jarak luka tembak
ini dibagi atas 4 yaitu:
- Luka tembak tempel
Terjadi bila laras senjata menempel pada kulit. Luka masuk biasanya berbentuk
bintang (stellate). Pada luka didapati jejas laras yaitu bekas ujung laras yang ditempelkan
pada kulit. Gas dan mesiu yang tidak terbakar didapati dalam jaringan luka. Didapati kadar
CO yang tinggi dalam jaringan luka. Luka tembak tembel biasanya didapati pada kasus
bunuh diri. Oleh karena itu sering didapati adanya kejang mayat (cadaveric spasme). Luka
tembak tempel sering ditemui dipelipis, dahi atau dalam mulut.1
- Luka tembak sangat dekat
Luka tembak masuk jarak sangat dekat (close wound) sering disebabkan
pembunuhan. Dengan jarak sangat dekat (± 15 cm), maka akan didapati cincin memar, tanda-
tanda luka bakar, jelaga dan tatto disekitar lubang luka masuk.1
- Luka tembak dekat
Luka dengan jarak dibawah 70 cm akan meninggalkan lubang luka, cincin memar dan
tatu di sekitar luka masuk. Biasanya karena pembunuhan.1
- Luka tembak jauh
Disini tidak ada kelim tatto, hanya ada luka tembus oleh peluru dan cincin memar.
Jarak penembakan sulit atau hampir tdk mungkin ditentukan secara pasti. Tembakan dari
jarak lebih dari 70 cm dianggap sebagai tembakan jarak jauh, karena partikel mesiu biasanya
tidak mencapai sasaran lagi.1
2.2.2 Luka Termis (suhu)
2.2.2.1 Temperatur Panas
11
2.2.2.1.1 Terpapar Suhu Panas
- Heat Cramps (Kram karena panas)
Adalah kejang otot hebat akibat keringat berlebihan, yang terjadi selama melakukan
aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Heat cramps disebabkan oleh hilangnya banyak
cairan dan garam ( termasuk natrium, kalium dan magnesium ) akibat keringat yang
berlebihan, yang sering terjadi ketika melakukan aktivitas fisik yang berat. Jika tidak segera
diatasi, Heat Cramps bisa menyebabkan Heat Exhaustion. Gejalanya kram yang tiba – tiba
mulai timbul di tangan, betis atau kaki. Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk
dikendurkan, terasa sangat nyeri.5
- Heat Exhausion (Kelelahan karena panas)
Adalah suatu keadaan yang terjadi akibat terkena atau terpapar panas selama berjam –
jam, dimana hilangnya banyak cairan karena berkeringat menyebabkan kelelahan, tekanan
darah rendah dan kadang pingsan. Jika tidak segera diatasi, Heat Exhaustion bisa
menyebabkan Heat Stroke. Gejalanya kelelahan, kecemasan yang meningkat, serta badan
basah kuyup karena berkeringat, jika berdiri penderita akan merasa pusing karena darah
terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai yang melebar akibat panas. Denyut jantung
menjadi lambat dan lemah. Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab. Penderita menjadi
linglung atau bingung terkadang pingsan.5
- Heat Stroke
Heat Stroke adalah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal, yang terjadi akibat
terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, dimana penderita tidak dapat mengeluarkan
keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika tidak segera diobati, Heat Stroke
bisa menyebabkan kerusakan yang permanen atau kematian. Suhu 41° Celsius adalah sangat
serius, 1 derajat diatasnya seringkali berakibat fatal.5
Kerusakan permanen pada organ dalam, misalnya otak bisa segera terjadi dan sering
berakhir dengan kematian. Gejalanya sakit kepala, Perasaan berputar ( vertigo ), kulit teraba
panas, tampak merah dan biasanya kering. Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-
180 kali/menit ( normal 60-100 kali / menit ). Laju pernafasan juga biasanya meningkat,
tetapi tekanan darah jarang berubah. Suhu tubuh meningkat sampai 40 – 41° Celsius,
12
menyebabkan perasaan seperti terbakar. Penderita bisa mengalami disorientasi ( bingung )
dan bisa mengalami penurunan kesadaran atau kejang.5
2.2.2.1.1 Benda Panas
- Luka bakar
Luka bakar adalah luka yang disebabkan nyala api, benda – benda panas, radiasi, listrik dan
sinar tembus (x-ray). Luka bakar bisa juga disebabkan oleh zat kimia yang korosif (chemical
burns) seperti asam sulfat, asam nitrat, asam karbol dan lain-lain. Luka bakar yang
disebabkan oleh cairan atau uap panas disebut “scalds”.
BAB 3
PENUTUP
- Visum et repertum terdapat dalam lembaran negara tahun 1937 No. 350 pasal 1 dan
pasal 2.
- Dokter yang telah disumpah dapat membuat VeR, dimana didalam VeR berisi laporan
tertuis tentang apa yang dilihat dan diemukan pada benda/korban yang diperiksa
- Dasar hukum dari Visum et Repertum terdapat dalam KUHAP pasal 133, 184, 186,
dan 187.
- Fungsi dari Visum et Repertum adalah berperan dalam proses pembuktian suatu
perkara pidana terhadap kesehatan, jiwa, dan juga orang yang telah meninggal. Visum
et Repertum juga dapat dianggap sebagai barang bukti yang sah karena segala sesuatu
tentang hasil pemeriksaan medis telah diuraikan dalam bagian pemberitaan. Serta
keterbatasan barang bukti yang diperiksa pasti akan mengalami perubahan alamiah
sehingga tidak memungkinkan untuk dibawa kepengadilan.
- Jenis-jenis visum et Repertum:
o Berdasarkan waktu pemberian
1. Visum seketika (definitif)
2. Visum sementara
13
3. Visum lanjutan
o Berdasarkan objek yang diperiksa
1. Objek psikis
2. Objek fisik
a) Korban hidup
keracunan/perlukaan
kejahatan susila
b) Korban meninggal
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan luar dan dalam
- Struktur visum et repertum:
1. Pro justititia
2. Pendahuluan
3. Pemeriksaan
4. Kesimpulan
5. Penutup
- Tata cara permohonan visum korban hidup:
1. Harus tertulis, tidak boleh lisan
2. Surat diantar langsung oleh penyidik, tidak boleh dititip atau melalui pos
3. Bukan kejadian yang sudah lewat
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kedokter
5. Ada identitas korban
6. Ada identitas peminta
7. Mencantumkan tanggal permintaan
8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa
- Jika korban meninggal, sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat 3:
1. Harus diperlakukan secara baik
2. Diberi label (identitas mayat, dilak, dan diberik cap jabatan) diletakkan pada ibu
jari kaki atau bagian tubuh lain mayat.
14
- Sesuai dengan instruksi polisi No.Pol.INS/E/20/IX/75 tentang tata cara permohonan/
pencabutan Visum et Repertum, pada dasarnya pencabutan VeR tidak dapat
dibenarkan. Bila terpaksa Visum et Repertum yang sudah diminta harus diadakan
pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut hanya diberikan oleh komandan
kesatuan paling rendah tingkat Komres dan untuk kota hanya oleh DANTES.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, Prof. Dr. Amri. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua.
Percetakan Ramadhan: Medan.
2. Idries, Dr. Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.
Binapura Aksara: Jakarta Barat.
3. Idries, A.M ; Tjiptomartono, A.L. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam
Proses Penyidikan. Edisi Revisi. Sagung Seto: Jakarta.
4. Budiyanto A, Widiatmaka W, sudiono S, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian
Kedokteran Forensik Universitas Indonesia: Jakarta.
5. http://sigma-emergency.blogspot.com/2012/11/apa-itu-heat-cramps-heat-exhaustion.html
5. Afandi. 2010. Visum et Repertum pada Korban Hidup. Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal: FK UNRI
16