Makalah Traumatologi Anni

40
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. ( Herlambang, 2010) Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cidera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. (Budiyanto, 1997) Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul baseball atau benda – benda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%, terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk rumah sakit 1

Transcript of Makalah Traumatologi Anni

BAB 1PENDAHULUANA. Latar BelakangSejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. ( Herlambang, 2010)Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cidera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. (Budiyanto, 1997) Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul baseball atau benda benda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%, terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk rumah sakit dan 90% mengalami luka yang serius. (Herlambang, 2010) Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam tempat tinggal atau klub-klub dengan menggunakan pisau, kaca, dan bermacam-macam senjata. 40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di dalam tempat tinggal dan klub-klub , 50% pasien sedang mabuk atau minum pada saat sebelum waktu penyerangan, 27% pasien tersebut adalah penganguran. Luka-luka yang disebabkan oleh pukulan (46%), tendangan (17%) bermacam-macam senjata (17%), pisau dan pecahan kaca (15%) sisanya disebabkan oleh gigitan manusia dan penyebab-penyebab lain yang tidak diketahui. (Herlambang, 2010) Pada tahun 2006, jumlah kejahatan di Indonesia meningkat 15 %. Rata-rata orang terkena kejahatan pun naik di tahun ini. Selama 2006, jumlah kejahatan meningkat dari 256.543 (tahun 2005) menjadi 296.119. Inilah peningkatan kejahatan yakni sekitar 15,43 persen. Jumlah penduduk yang beresiko terkena kejahatan rata-rata 123 orang per 100.000 penduduk Indonesia di 2006. Bila dibandingkan tahun 2005 terjadi kenaikan 1,65 persen. ( Herlambang, 2010)Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. (Dahlan, 2003)Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter sering mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya pengetahuan tentang luka. Padahal Visum et Repertum harus di buat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan. (Dahlan, 2003) (Herlambang, 2010)

BAB 2PEMBAHASAN

A. Pengertian TraumatologiPengertian trauma dari aspek medikolegal sedikit berbeda dengan pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya kontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan. Aplikasinya dalam pelayanan kedokteran forensik adalah untuk membuat terang suatu tindakan kekerasan yang terjadi pada seseorang. (Amir, 2005)

B. Klasifikasi TraumaDi tinjau dari berbagai sudut dan kepentingan, luka dapat diklasifikasikan berdasarkan (Amir, 2005), (Budiyanto, 1997): A. EtiologiI. Trauma Mekanik1. Kekerasan Tumpula. Luka memar (bruise, contusion)b. Luka lecet (abrasion)c. Luka robek (Laceration)d. Patah Tulang (Fracture)e. Pergeseran sendi (Dislocation)2. Kekerasan Tajam a. Luka sayat (incised wound)b. Luka tusuk, tikam (punctured wound)c. Luka bacok (choped wound)3. Luka Tembak (firearm wound)

II. Luka Termis (Suhu)1. Temperatur Panas a. Terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaution, heat cramps)b. Benda panas (luka bakar dan scalds)2. Temperatur Dingina. Terpapar dingin (hipotermia)b. Efek lokal (frost bite)III. Luka Kimiawi1. Zat Korosif2. Zat IritasiIV. Luka Listrik, Radiasi, Ledakan dan Petir.

B. Derajat Kualifikasi LukaI. Luka RinganII. Luka Sedang III. Luka Berat

C. MedikolegalI. Perbuatan Sendiri ( Bunuh diri)II. Perbuatan Orang Lain (Pembunuhan )III. KecelakaanIV. Luka TangkisV. Dibuat (Fabricated)

D. Waktu KematianI. Ante- mortemII. Post-mortem

C Trauma MekanikTrauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti kapak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda benda ini telah ada sejak zaman prasejarah dalam usaha manusia mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata senjata masa kini seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibatnya pada tubuh dapat dibedakan darin penyebabnya.(Amir, 2005)1. Kekerasan TumpulBenda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain: batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab: Alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak. Orang bergerak kearah objek atau alat yang tidak bergerak.Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan walaupun terkadang sulit dipastikan .(Amir, 2005)Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka, yaitu luka lecet, memar, dan luka robek atau luka terbuka. Dan bila kekerasan benda tumpul tersebut sedemikian hebatnya dapat pula menyebabkan patah tulang.( Idries, 1997)a. Luka MemarLuka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.(Idries, 1997)Perdarahan atau ekimosis ini berwarna biru kehitaman dan kadang-kadang disertai pembengkakan. Pada orang kulit gelap warna biru kehitaman akibat memar kadang kadang sulit terlihat, sehingga pembengkakan bisa dipakai sebagai petunjuk.(Amir, 2005)Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada jaringan longgar, seperti didaerah mata, leher, atau pada orang lanjut usia, maka luas memar yang tampak seringkali tidak sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas, dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar kedaerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.(Idries, 1997)Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan dengan istilah Perdarahan tepi (marginal hemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat dimana terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, perdarahan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan.(Idries, 1997)Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang membatasi darah yang tidak menunjukkan kelainan, darah antara kedua memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat pemukul yang mengenai tubuh korban.(Idries, 1997)Luka Memar di punggung tangan dan jari memberi petunjuk suatu luka tangkis (defensif, bertahan) pada perkelahian. Luka memar di leher bisa sebagai petunjuk pencekikan.(Amir, 2005)Bersamaan dengan perjalanan waktu, luka memar menyembuh dan terjadi perombakan zat warna hemoglobin. Dalam 4-5 hari menjadi hijau, lalu kekuningan dalam beberapa hari kemudian dan menghilang dalam 10-14 hari. Perubahan warna ini tidak dapat dipakai secara tepat untuk menentukan lamanya perlukaan, karena dipengaruhi banyak faktor. Perubahan warna dalam penyembuhan bergerak dari tepi ke tengah, artinya perlukaan tampak makin mengecil.(Amir, 2005)

b. Luka Lecet (abrasi)Luka pada kulit yang superfisial dimana epidermis bersentuhan dengan benda yang kasar permukaannya. Arah luka dapat ditentukan dari penumpukan epidermis yang terseret ke satu posisi. Bentuk luka lecet kadang-kadang dapat menunjukkan bentuk alat yang dipakai. (Amir, 1997)Luka lecet pada kasus penjeratan atau penggantungan , akan tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat penjerat dan memberikan gamabaran/ cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan alat penjeratnya, seperti jalinan tambang, tali pinggang . luka lecet tekan dalam kasus penjeratan sering juga dinamakan jejas jerat, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada pada leher korban. (Idries, 2005)c. Luka Robek (laserasi)Luka robek adalah luka luka terbuka akibat trauma tumpul yang kuat. Mudah terbentuk bila dekat ke dasar bagian yang bertulang. Luka ini umumnya tidak menggambarkan bentuk dan ukuran alat yang digunakan. Ciri-cirinya berbentuk tidak teratur, pinggir tidak rata, bengkak, sering kotor (sesuai benda penyebab), perdarahan tidak banyak dibanding luka sayat , terdapat jembatan jaringan, antara kedua tepi luka (otot, pembuluh darah, serabut saraf), rambut tebenam kedalam luka, sering disertai memar dan luka lecet.(Amir, 2005)Bila luka robek tersebut salah satu tepinya membuka kekanan misalnya, maka kekerasan atau benda tumpul datang dari arah kiri. Jika membuka kedepan maka kekerasan benda tumpul datang dari arah belakang. Perlukisan yang cermat dari luka terbuka akibat benda tumpul dengan demikian dapat sangat membantu penyidik khususnya sewaktu dilakukannya rekonstruksi, demikian pula sewaktu dokter dijadikan saksi di muka hakim. (Idries, 1997)

d. Patah Tulang (fracture)Pada trauma tumpul yang kuat dapat terjadi patah tulang. Pada anak-anak dan orang muda tulang masih lentur dan dapat menyerap tekanan yang kuat. Tekanan berat (misalnya dilindas mobil) pada dada anak-anak dapat menyebakan hancurnya organ dalam tanpa patah tulang iga. Pecahan tulang dapat menunjukkan arah trauma. Patah tulang dapat menimbulkan perdarahan luar dan perdarahan dalam.2. Kekerasan TajamKekerasan tajam disebabkan pisau, pedang, silet, gunting, kampak, bayonet dan lain-lain. Senjata ini dapat menyebabkan luka sayat, luka tikam dan luka bacok. (Amir, 2005)Pada Kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus difikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan, tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.(Idries, 1997)Luka yang disebabkan oleh benda tajam dapat dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda lainnya, yaitu dari keadaan sekitar luka yang tenang tidak ada luka lecet atau luka memar, tepi luka yang rata dan dari sudut-sudutnya yang runcing seluruhnya atau hanya sebagian yang runcing serta tidak adanya jembatan jaringan.(Idries, 1997)a. Luka SayatLuka karena irisan senjata tajam yang menyebabkan luka terbuka dengan pinggir rata, menimbulkan perdarahan banyak, jarang disertai memar di pinggir luka, semua jaringan otot, pembuluh darah, saraf dalam luka terputus, juga rambut. Dalam pemeriksaan ini dibedakan dengan luka robek, sebab pada luka robek jaringan ini masih ada yang utuhdan disebut jembatan jaringan. Ukuran lebar luka sayat lebih dari pada ukuran dalamnya luka. (Idries, 1997)Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luka sayat mengenai pembuluh darah yang dekat ke permukaan seperti di leher, siku bagian dalam, pergelangan tangan dan lipat paha.(Idries, 1997)b. Luka Tusuk (Luka tikam)Luka yang mengenai tubuh melalui ujung pisau dan benda tajam lainnya, dimana dalamnya luka melebihi lebar luka. Pinggir luka dapat menunjukkan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi. (Amir, 2005)Bentuk dari luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh korban, dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut.: 1. Sifat sifat dari pisau :Bentuk, ketajaman dari ujung dan ketajaman dari kedua tepinya, bermata satu atau bermata dua. (Amir, 2005)2. Bagaimana pisau itu mengenai dan masuk kedalam tubuh.(Idries, 1997)Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar luka sama dengan lebar alat. Tetapi yang sering terjadi lebar luka melebihi lebar pisau karena tarikan kesamping sewaktu menusukkan dan waktu menarik pisau. Demikian juga bila pisau masuk ke jaringan dengan posisi miring.(Amir, 1997)Begitu pula dalamnya luka tidak menggambarkan panjang senjata kecuali bila mengenai organ padat seperti hati. Umumnya dalam luka lebih pendek dari panjang senjata, karena jarang ditusuk sampai ke pangkal senjata. Tetapi dalamnya luka bisa melebihi panjang dari senjata karena elastisitas jaringan, misalnya luka tusuk pada perut. 3. Tempat dimana terdapat luka.Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketengangan kulit tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat serat elastiknya sejajar yaitu pada lipatan-lipatan kulit, maka tusukan yang sejajar dengan lipatan tersebut akan mengakibatkan luka yang tertutup, sempit dan berbentuk celah. Akan tetapi bila tusukan pisau itu melintasi serta memotong lipatan kulit, maka luka yang terjadi akibat tusukan pisau tersebut akan terbuka lebar.c. Luka BacokSenjata tajam yang berat dan diayunkan dengan tenaga akan menimbulkan luka menganga yang lebar disebut luka bacok. Luka ini sering sampai ke tulang. Bentuknya hampir sama dengan luka sayat tapi dengan derajat luka yang lebih berat dan dalam. Luka terlihat terbuka lebar atau ternganga. Perdarahan sangat banyak dan sering mematikan.d. Luka Tembak Luka tembak ialah luka yang disebabkan adanya penetrasi anak peluru atau persentuhan peluru dengan tubuh. Untuk memahami akibat luka tembak pada tubuh harus dimulai dari pengetahuan tentang apa yang keluar dari mulut laras pada waktu senjata api meletus. Yang keluar dari mulut laras adalah: Anak Peluru Sisa mesiu yang tidak terbakar Api Asap Gas1Masing - masing komponen akan menimbulkan akibat pada sasaran (manusia). Anak peluru akan menyebabkan terjadinya luka (luka masuk dan bisa luka keluar) dengan saluran luka didalam tubuh. Sisa mesiu yang tidak terbakar akan menyebabkan terjadinya penyebaran tatto disekitar luka masuk. Pada jarak tembak yang sangat dekat dengan sasaran akan api dapat menyebabkan luka bakar. Begitu pula asap akan meninggalkan jelaga disekitar luka masuk. Gas hanya menimbulkan akibat bila mulut laras kontak menempel pada dengan jaringan tubuh. Bila luka tembak tempel dekat ke permukaan tulang dimana kulit dan otot dekat ke tulang, maka gas akan memantul keluar dan membuat luka masuk menjadi luas, sering pecah seperti bintang (stellate). Bila jaringan ditempat luka masuk hanya jaringan lunak , efek yang ditimbulkan tekanan gas tidak sehebat yang dekat ke tulang. (Amir, 2005)Dengan memahami akibat dari kelima komponen di atas, maka dokter dapat melaporkan hasil pemeriksaan dan kesimpulannya dalam VeR.1. Luka Tembak MasukBagian yang penting dalam pemeriksaan luka tembak adalah pemeriksaan luka tembak masuk. Karena pengertian luka tembak adalah penetrasi anak peluru kedalam tubuh, maka perlu dikaji tentang yang terjadi pada waktu peluru menembus kulit. (Amir, 2005)Selain luka masuk yang merobek tubuh, maka di pinggir luka akan terbentuk cincin memar di sekeliling luka masuk (contusion ring). Sebetulnya ini lebih tepat disebut luka lecet. Diameter luka memar ini menggambarkan kaliber peluru yang menembus. Oleh karena itu perlu diukur dengan teliti. Bila cincin memar bulat berarti peluru menembus tegak lurus. Bila lonjong maka peluru menembus miring. Arah dan sudut kemiringan luka tembak masuk dapat ditentukan dari bagian yang lebih lebar dari cincin memar. (Amir, 2005)Bentuk cincin memar bisa tidak teratur. Ini bisa dihubungkan dengan kemungkinan peluru yang menembus kulit tidak bulat lagi karena berubah bentuk, misalnya peluru rikoset karena mengenai benda lain dulu seperti dinding, pohon dan lain lain atau peluru mekar/memuai karena panas atau peluru yang ujungnya sengaja dibelah (peluru dum dum). (Amir, 2005)Pada penembakan yang mengenai tulang gepeng misalnya tulang tengkorak, sternum, ilium, lubang luka berbentuk corong dimana luka masuk lebih kecil dari luka keluar. Luka tembak masuk pada tulang tengkorak terlihat lubang luka pada tabula eksterna lebih kecil dibanding luka pada tabula interna. Bila peluru keluar lagi maka lubang luka tabula interna lebih kecil dari pada lubang luka pada tabula eksterna.(Amir, 2005)Tembakan pada tulang panjang walaupun tidak memberi gambaran yang khas tetap dapat merupakan petunjuk dari mana peluru datang, yaitu dengan melihat fragmen tulang yang terangkat atau terdorong, bila peluru datang dari sebelah kanan maka peluru akan terdorong ke sebelah kiri. 2. Luka Tembak KeluarBila tidak ditemukan cincin memar disekitar lubang luka, maka ini merupakan patokan sebagai luka keluar. Pada luka keluar bisa didapati jaringan lemak menghadap keluar, walaupun kadang-kadang sulit memastikannya. Bentuk dan besar luka keluar beragam, tergantung posisi peluru keluar dan kecepatan menembus kulit. Lebih mudah memastikan bila didapati serpihan tulang apalagi bila dibantu foto rontgent.(Amir, 2005)Beberapa kemungkinan dapat terjadi:1.1 Luka tembak masuk lebih kecil dari luka keluarIni lebih sering karena waktu keluar, daya tembus mengebor dari peluru berkurang oleh adanya hambatan jaringan, sehingga membuat luka lebih besar. Apalagi bila serpihan tulang ikut melukai.1.2 Luka masuk dan keluar sama besar Terjadi bila daya tembus peluru masih tinggi dan hanya mengenai jaringan lunak.1.3 Luka masuk lebih besar dari luka keluar.Dapat terjadi dimana sesuadah peluru menembus masuk ke tubuh, daya tembusnya sangat berkurang dan tenaga peluru keluar hanya cukup untuk menembus kulit. (Amir, 2005)3. Jarak Luka TembakPeluru yang menembus tubuh bisa ditembakkan dari berbagai jarak. Untuk kepentingan medikolegal penentuan jarak luka tembak ini sangat penting, jarak luka tembak ini dibagi atas 4 yaitu:

Luka tembak tempelTerjadi bila laras senjata menempel pada kulit. Luka masuk biasanya berbentuk bintang (stellate). Pada luka didapati jejas laras yaitu bekas ujung laras yang ditempelkan pada kulit. Gas dan mesiu yang tidak terbakar didapati dalam jaringan luka. Didapati kadar CO yang tinggi dalam jaringan luka. Luka tembak tembel biasanya didapati pada kasus bunuh diri. Oleh karena itu sering didapati adanya kejang mayat (cadaveric spasme). Luka tembak tempel sering ditemui dipelipis, dahi atau dalam mulut. (Amir, 2005) Luka tembak sangat dekatLuka tembak masuk jarak sangat dekat (close wound) sering disebabkan pembunuhan. Dengan jarak sangat dekat ( 15 cm), maka akan didapati cincin memar, tanda-tanda luka bakar, jelaga dan tatto disekitar lubang luka masuk. (Amir, 2005) Luka tembak dekatLuka dengan jarak dibawah 70 cm akan meninggalkan lubang luka, cincin memar dan tatu di sekitar luka masuk. Biasanya karena pembunuhan.(Amir, 2005) Luka tembak jauhDisini tidak ada kelim tatto, hanya ada luka tembus oleh peluru dan cincin memar. Jarak penembakan sulit atau hampir tdk mungkin ditentukan secara pasti. Tembakan dari jarak lebih dari 70 cm dianggap sebagai tembakan jarak jauh, karena partikel mesiu biasanya tidak mencapai sasaran lagi. (Amir, 2005)3. Luka Termis (suhu)a. Terpapar Suhu Panas1. Heat Cramps (Kram karena panas)Adalah kejang otot hebat akibat keringat berlebihan, yang terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas.Heat cramps disebabkan oleh hilangnya banyak cairan dan garam ( termasuk natrium, kalium dan magnesium ) akibat keringat yang berlebihan, yang sering terjadi ketika melakukan aktivitas fisik yang berat. Jika tidak segera diatasi, Heat Cramps bisa menyebabkan Heat Exhaustion. Gejalanya kram yang tiba tiba mulai timbul di tangan, betis atau kaki. Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk dikendurkan, terasa sangat nyeri. (Afandi, 2010)2. Heat Exhausion (Kelelahan karena panas)Adalah suatu keadaan yang terjadi akibat terkena atau terpapar panas selama berjam jam, dimana hilangnya banyak cairan karena berkeringat menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan.Jika tidak segera diatasi, Heat Exhaustion bisa menyebabkan Heat Stroke. Gejalanya kelelahan, kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup karena berkeringat, jika berdiri penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai yang melebar akibat panas. Denyut jantung menjadi lambat dan lemah. Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab. Penderita menjadi linglung atau bingung terkadang pingsan. (Afandi, 2010)3. Heat StrokeHeat Stroke adalah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal, yang terjadi akibat terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, dimana penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika tidak segera diobati, Heat Stroke bisa menyebabkan kerusakan yang permanen atau kematian. Suhu 41 Celsius adalah sangat serius, 1 derajat diatasnya seringkali berakibat fatal. (Afandi, 2010)Kerusakan permanen pada organ dalam, misalnya otak bisa segera terjadi dan sering berakhir dengan kematian. Gejalanya sakit kepala, Perasaan berputar ( vertigo ), kulit teraba panas, tampak merah dan biasanya kering. Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-180 kali/menit ( normal 60-100 kali / menit ). Laju pernafasan juga biasanya meningkat, tetapi tekanan darah jarang berubah.Suhu tubuh meningkat sampai 40 41 Celsius, menyebabkan perasaan seperti terbakar.Penderita bisa mengalami disorientasi ( bingung ) dan bisa mengalami penurunan kesadaran atau kejang. (Afandi, 2010)b. Benda Panas1. Luka bakarLuka bakar terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi. Kerusakan kulit yang terjadi bergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai 66 derajat celcius, sedangkan pada ledakan bensin dalam waktu singkat mencapai suhu 47 derajat Celcius. Luka bakar sudah dapat terjadi pada suhu 43-44 derajat celcius bila kontak terjadi cukup lama. Luka bakar dapat dikategorikan menjadi 4 derajat yaitu : Derajat I eritema Derajat II vesikel dan bullae Derajat III nekrosis koagulatif Derajat IV karbonisasiKematian pada luka bakar dapat terjadi melalui berbagai mekanisme : Syok neurogen, commotio neuro-vascularis Gangguan permeabilitas akibat pelepasa histmin dan kehilangan NaCl kulit yang cepat (dehidrasi). (Budiyanto, 1997)c. Terpapar suhu dinginKekerasan oleh benda bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh yang terbuka; seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau hidung.Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah superfisial sehingga terlihat pucat, selanjutnya akan terjadi paralise dari vasomotor kontrol yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat dapat menjadi gangren.4. Luka kimiawiTrauma kimia sebenarnya hanya merupakan efek korosi dari asamkuat dan basa kuat. Asam kuat sifatnya mengkoagulasikan protein sehingga menimbulkan luka korosi yang kering, keras seperti kertas perkamen, sedangkan basa kuat bersifat membentuk reaksi penyabunan intra sel sehingga menimbulkan luka yang basah, licin dan kerusakan akan terus berlanjut sampai ke dalam. Karena biasanya bahan kimia asam atau basa terdapat dalam bentuk cair (larutan pekat), maka bentuk luka biasanya sesuai dengan mengalirnya bahan cair tersebut. 5. Luka Listrik dan PetirSengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Besarnya pengaruh listrik pada jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus (ampere), besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau basah), lamanya kontak serta luasnya daerha terkena kontak.Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan lapisan kulti dengan tepi agak menonjol dan disekitarnya terdapat daerah pucat dikelilingi daerah hiperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi.Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukannya luka. Bahkan kadang-kadang bagian dari baju atau sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar. Kematian dapat terjadi akibat fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan atau pusat pernapasan. Sedang faktor yang sering memperngaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang akan adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya.Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya dapat mencapai 10 mega Volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-luka karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik, panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan akibat persentuhan dengan benda tumpul.Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan syaraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena efek ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya. Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark (percabangan pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari logam yang dipakai, magnetisasi benda-benda dari logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.Luka akibat radiasi dan trauma akustik sangat jarang terjadi dan umumnya tidak berkaitan dengan ilmu kedokteran forensik.C. Derajat Kualifikasi LukaPengertian kualifikasi luka disini semata-mata pengertian Ilmu Kedokteran Forensik sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XX pasal 351 dan 352 serta Bab IX pasal 90.Pasal 351(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 352(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.Pasal 90Luka berat berarti:(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut(2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;(3) Kehilangan salah satu pancaindera;(4) Mendapat cacat berat;(5) Menderita sakit lumpuh;(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.D. Konteks peritiwa penyebab lukaLatar belakang terjadinya luka dapat disebabkan peristiwa permbunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan. (Dahlan, 2007)a. PembunuhanCiri-ciri lukanya adalah : Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu di daerah mematikan maupun tidak mematikan Lokasi tersebut didaerah yang dapat dijangkau maupun yang tidak dapat dijangkau oleh korban Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata Dapat ditemukan luka tangkisan (defensive wounds), yaitu pada korban yang sadar ketika mengalami serangan. Luka tangkisan tersebut terjadi akibat refleks menahan serangan sehingga letak luka tangkisan biasanya pada lengan bawah bagian luar.b. Bunuh diri Ciri-ciri lukanya adalah: Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata Ditemukan luka-luka percobaan (tentative wounds)Luka percobaan dapat terjadi karena yang bersangkutan massih ragu-ragu atau karena sedang memilih letak senjata yang pas sambil mengumpulkan keberaniaaannya, sehingga ciri-ciri luka percobaan adalah : Jumlahnya lebih dari satu Lokasinya disekitar luka yang mematikan Kualitas lukanya dangkal Tidak mematikanc. Kecelakaan Jika ciri-ciri luka yang ditemukan ridak menggambarkan pembunuhan atau bunuh diri maka kemungkinannya adalah akibat kecelakaan. Untuk lebih memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan di tempat kejadian.E. Waktu terjadinya kekerasan Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi keperluan penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum terdakwa serta untuk penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus informasi tentang waktu terjadinya kekerasan akan dapat digunakan sebagai bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal, teerutama yang berkaitan dengan alibi seseorang. Masalahnya ialah, tidak seharusnya seseorsng dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia berada di tempat yang jauh dari tempat kejadian perkara.Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti akan dapat ditentukan : Luka terjadi ante mortem atau post mortem Umur lukaa. Luka ante mortem atau post mortem Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaannya ialah luka itu terjadi sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dicari ada tidaknya tanda-tanda intravital. Jika ditemukan berarti luka terjadi sebelum mati dan demikian pula sebaliknya.Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang menunjukkan bahwa :1. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan hidup ketika terjadi trauma antara lain :a. Retraksi jaringanTerjadi karena serabut-serabut elastis di bawah kulit terpotong dan kemudian mengkerut sambil menarik kulit di atasnya. Jika arah luka memotong serabut secara tegak lurus maka bentuk luka akan menganga, tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut elastis maka bentuk luka tidak begitu menganga.b. Retraksi vaskuler.Bentuk retraksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :1. Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa: Eritema (kulit berwarna kemerahan), Vesikel atau bulla.2. Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravital berupa : Kontusio atau memar.c. Reaksi mikroorganisme (infeksi)Jika tubuh dari orang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa : Kenaikan kadar serotinin (kadar maksimal terjadi 10 menitsesudah trauma). Kenaikan kadar histamine (kadar maksimal terjadi 20-30 menit sesudah trauma). Kenaikan kadar enzime yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari mekanisme pertahanan jaringan.

2. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi traumaJika organ dalam (jantung atau paru) masih dalam keadaan berfuungsi ketika terjadi trauma maka tanda-tandanya antara lain :a. Perdarahan hebat (profuse bleeding)Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan yang banyak sebab jantung masih bekerja terus-menerus memompa darah lewat luka.Berbeda dengan trauma yang terjadi sesudah mati sebab keluarnya darah secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga jumlah lukanya tidak banyak.Perdarahan pada luka intravital dibagi 2, yaitu :- Perdarahan internal Mudah dibuktikan karena darah tertampung dirongga badan (rongga perut, rongga panggul, rongga dada, rongga kepala dan kantong perikardium) sehingga dapat diukur pada waktu otopsi.- Perdarahan eksternalDarah yang tumpah di tempat kejadian, yang hanya dapat disimpulkan jika pada waktu otopsi ditemukan tanda-tanda anemis (muka dan organ-organ dalam pucat) disertai tanda-tanda limpa melisut, jantung dan nadi utama tidak berisi darah.b. Emboli udaraTerdiri atas emboli udara venosa (pulmoner) dan emboli udara arterial (sistemik). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena yang terpotong tidak mengalami kolap karena terfiksir dengan baik, seperti misalnya vena jugularis eksterna atau subclavia. Udara akan masuk ketika tekanan di jantung kanan negatif. Gelembung udara yang terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju ke daerah paru-paru sehingga dapat mengganggu fungsinya.Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara venosa pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat dari tindakan pneumotorak artifisial atau karena luka-luka yang menembus paru-paru. kematian dapat terjadi akibat gelembung udara masuk pembuluh darah koroner atau otak.c. Emboli lemakEmboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai jaringan berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang panjang. Akibatnya jaringan jaringan lemak akan mengalami pencairan dan kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena yang pecah menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat terus menuju daerah paru-parud. PneumotorakJika dinding dada menderita luka tembus atau paru-paru menderita luka, sementara paru-paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru-paru akan masuk ke rongga pleura setiap inspirasi.Semakin lama udara yang masuk ke rongga pleura semakin banyak yang pada akhirnya akan menghalangi pengembangan paru-paru sehingga pada akhirnya paru-paru menjadi kolaps.e. Emfisema kulitJika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk pau-paru maka pada setiap ekspirasi udara, paru-paru dapat masuk ke jaringan ikat di bawah kulit. Pada palpasi akan terasa ada krepitasi disekitar daerah trauma. Keadaan seperti ini tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang meninggal.b) Umur LukaUntuk mengetahui kapan kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur luka. Tidak ada satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu kekerasan (baik pada korban hidup atau mati) dilakukan mengingat adanya faktor individual, penyulit (misalnya infeksi, kelainan darah, atau penyakit defisiensi).Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakannya, yaitu dengan melakukan :1. Pemeriksaan MakroskopikPemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiran dihitung dari saat trauma sampai saat diperiksa dan pada korban mati, mulai dari saat trauma sampai saat kematiannya.Pada kekerasan dengan benda tumpul, umur luka dapat diperkirakan dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Mula-mula akan terlihat pembengkakan akibat ekstravasai dan inflamasi, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5 hari warna tersebut berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi kekuningan. Pada luka robek atau terbuka dapat diperkirakan umurnya dengan mengamati perubahan-perubahannya. Dalam selang waktu 12 jam sesudah trauma akan terjadi pembengkakan pada tepi luka. Selanjutnya kondisi luka akan didominasi oleh tanda-tanda inflamasi dan disusul tanda penyembuhan.2. Pemeriksaan mikroskopikPerlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati. Selain berari guna bagi penentuan intravitalitas luka, juga dapat menentukan umur luka secara lebih teliti dengan mengamati perubahan-perubahan histologiknya.Menurut Walcher, Robertson dan hodge, infiltrasi perivaskular dari lekosit polimorfnuklear dapat dilihat dengan jelas pada kasus dengan periode-periode survival sekitar 4 jam atau lebih. Dilatasi kapiler dan marginasi sel lekosit mungkin dapat lebih dini lagi, bahkan beberapa menit sesudah trauma.Pada trauma dengan iinflamasi aseptik, proses eksudasi akan mencapai puncaknya dalam waktu 48 jam.Epitelisasi baru terjadi hati ketiga, sedang sel-sel fibroblas mulai menunjukkan perubahan reaktif sekitar 15 jam sesudah trauma. Tingkat proliferasi tersebut serta pembentukan kapiler-kapiler baru sangat variatif, biasanya jaringan granulasi lengkap dengan vaskularisasinya akan terbentuk sesudah 3 hari. Serabut kolagen yang baru juga mulai terbentuk 4 atau 5 hari sesudah trauma.Pada luka-luka kecil, kemungkinan jaringan parut tampak pada akhir minggu pertama. Biasanya sekitar 12 hari sesudah trauma, aktivitas sel-sel epitel dan jaringan di bawahnya mengalami regresi. Akibatnya jaringan epitel mengalami atrofi, vaskularisasi jeringan di bawahnya juga berkurang diganti serabut-serabut kolagen. Sampai beberapa minggu sesudah penyembuhannya, serabut elastis masih lebih banyak dari jaringan yang tidak kena trauma.Perubahan histologik dari luka sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya infeksi karena infeksi akan menghambat proses penyembuhan luka3. Pemeriksaan histokemikPerubahan morfologik dari jaringan hidup yang mendapat trauma adalah akibat dari fenomena fungsional yang sejalan dengan aktifitas enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi biologik.Pemeriksaan histokemik ini didasarkan pada reaksi yang dapat dilihat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menambahkan zat-zat tertentu. Mula-mula luka atau bagian dari luka dipotong dengan menyertakan jaringan di sekitarnya, kira-kira setengah inci. Separo dari potongan itu difiksasi dengan mengunakan formalin 10% di dalam refrigerator dengan suhu 4 derajat celcius sepanjang malam untuk membuktikan adanya aktifitas esterase dan fosfatase. Separonya lagi dibekukan dengan isopentane dengan menggunakan es kering guna mendeteksi adanya adenosine triphosphatase dan aminopeptidase.Peningkatan aktifitas adenosine triphosphatase dan esterase dapat dilihat lebih dini setengah jam setelah trauma. Peningkatan aktifitas aminopeptidase dapat dilihat sesudah 2 jam, sedang peningkatan acid phosphatase alkali phophatase sesudah 4 jam.4. Pemeriksaan biokemikMeskipun pemeriksaan histokemik telah banyak menolong, tetapi reaksi trauma yang ditunjukkan masih memerlukan waktu yang relatif panjang, yaitu beberapa jam sesudah trauma. Padahal yang sering terjadi, korban mati beberapa saat sesudah trauma sehingga belum dapat dilihat reaksinya dengan metode tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan biokemik. Histamin dan serotinin merupakan zat vasoaktif yang bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi akut, terutama pada stadium awal trauma. Penerapannya bagi kepentingan forensik telah diplubikasikan pertama kali pada tahun 1965 oleh Vazekas dan Viragos-Kis. Mereka melaporkan adanya kenaikan histamin bebas pada jejas jerat antemortem pada kasus gantung. Oleh peneliti lain kenaikan histamin terjadi 20-30 menit sesudah trauma, sedang serotonin naik setelah 10 menit,

BAB IIIPENUTUPLuka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian terpenting. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka bisa terjadi akibat kekerasan mekanik, kekerasan fisik, & kekerasan kimiawi. Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu akibat kekerasan benda tumpul, akibat benda tajam, akibat tembakan senjata api, akibat benda yang muda pecah, akibat suhu/temperatur, akibat trauma listrik, akibat petir, dan akibat zat kimia korosif.Selain itu, dari luka bisa diketahui waktu terjadinya kekerasan, apakah luka terjadi antemortem atau postmortem. Terkadang dari luka kita bisa mengetahui umur luka. Walaupun belum ada satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu kekerasan dilakukan mengingat adanya berbagai macam faktor yang mempengaruhinya; seperti faktor infeksi, kelainan darah, atau penyakit defisiensi. Dari deskripsi luka dokter juga dapat membantu pihak hukum untuk menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab XX pasal 351 dan 352 serta Bab IX pasal 90. Yang pada tindak pidana untuk menentukan hukuman yang diberikan kepada pelaku kekerasan dengan melihat deskripsi luka yang kita buat. Oleh karena itu diharapkan kita sebagai calon dokter yang nantinya sebagai dokter di masyarakat umum akan banyak menemukan kasus kekerasan atau penganiayaan yang menyebabkan luka baik pada korban hidup maupun korban mati, bisa mendeskripsikan luka sebaik-baiknya dalam Visum et Repertum.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi. 2010. Visum et Repertum pada Korban Hidup. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal: FK UNRI

Amir, Prof. Dr. Amri. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Percetakan Ramadhan: Medan.

Budiyanto A, Widiatmaka W, sudiono S, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia: Jakarta

Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang : 2003.

Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar [online]. 2010. Available at:http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-memar_rev.pdf. [cited : 06 agustus 2014].

Idries, Dr. Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Binapura Aksara: Jakarta Barat.. 26