Makalah Terorisme Klp VI
-
Upload
imanuel-tumanggor -
Category
Documents
-
view
32 -
download
2
description
Transcript of Makalah Terorisme Klp VI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan
teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada
tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak
serta seringkali merupakan warga sipil dan orang orang yang berbeda ideology atau pikiran.
Terorisme sekarang hangat di bicarakan di media media pemberitaa baik nasional maupun
media internasional walaupunTerorisme yang ada di dunia saat ini bukanlah merupakan hal baru,
namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,
Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, dikenal sebagai “September Kelabu”, yang
memakan 3000 korban. Serangan dilakukan melalui udara, tidak menggunakan pesawat tempur,
melainkan menggunakan pesawat komersil milik perusahaan Amerika sendiri, sehingga tidak
tertangkap oleh radar Amerika Serikat.Tiga pesawat komersil milik Amerika Serikat dibajak, dua
diantaranya ditabrakkan ke menara kembar Twin Towers World Trade Centre dan gedung Pentagon.
lalu Tragedi bom Bali I, tanggal 12 Oktober 2002 yang merupakan tindakan teror, menimbulkan
korban sipil terbesar di dunia, yaitu menewaskan 184 orang dan melukai lebih dari 300 orang. Lalu
bom bunuh diri di hotel jw marriots kuningan yang menyebabkan situasi di Indonesia kala itu menjadi
tidak kondusif dan.selanjutnya bom bunuh diri marak terjadi di berbagai daerah terutama Negara
timur tengah.
Kejadian ini merupakan isu global yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan diseluruh
negara-negara di dunia, sehingga memutuskan untuk memerangi Terorisme sebagai musuh
internasional.untuk Indonesia tindak pidana terorisme telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) nomor 1 tahun 2002, yang pada tanggal 4 April 2003 disahkan
menjadi Undang-Undang dengan nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme. Undang undang ini di buat Karena terorisme sangatlah menyimpang dengan nilai- nilai
pancasila dan ajaran moral pancasila
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas perkuliahan adalah
sebagai berikut,
1. Mengetahui apa yang disebut dengan terorisme.
2. Mengetahui hubungan antara terorisme dengan nilai-nilai pancasila.
3. Mengetahui penyimpangan terorisme terhadap nilai-nilai pancasila.
4. Sebagai referensi mata kuliah pancasila.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan terorisme?
2. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari terorisme bagi indonesia maupun dunia?
3. Apakah ada hubungan antara terorisme dan nilai-nilai pancasila?
4. Mengapa masih ada terorisme di indonesia, padahal ada pancasila sebagai landasan ideologi
bangsa?
BAB II
ISI
2.1 Istilah Terorisme
Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan untuk penggunaan
kekerasan terhadap penduduk sipil/non kombatan untuk mencapai tujuan politik, dalam skala lebih
kecil daripada perang. Dari segi bahasa, istilah teroris berasal dari Perancis pada abad 18. Kata
Terorisme yang artinya dalam keadaan teror ( under the terror ), berasal dari bahasa latin
”terrere”yang berarti gemetaran dan ”detererre” yang berarti takut.
Istilah terorisme pada awalnya digunakan untuk menunjuk suatu musuh dari sengketa
teritorial atau kultural melawan ideologi atau agama yang melakukan aksi kekerasan terhadap publik.
Istilah terorisme dan teroris sekarang ini memiliki arti politis dan sering digunakan untuk
mempolarisasi efek yang mana terorisme tadinya hanya untuk istilah kekerasan yang dilakukan oleh
pihak musuh, dari sudut pandang yang diserang. Polarisasi tersebut terbentuk dikarenakan ada
relativitas makna terorisme yang mana menurut Wiliam D Purdue ( 1989 ), the use word terorism is
one method of delegitimation often use by side that has the military advantage.
Sedangkan teroris merupakan individu yang secara personal terlibat dalam aksi terorisme.
Penggunaan istilah teroris meluas dari warga yang tidak puas sampai pada non komformis politik.
Aksi terorisme dapat dilakukan oleh individu, sekelompok orang atau negara sebagai
alternatif dari pernyataan perang secara terbuka. Negara yang mendukung kekerasan terhadap
penduduk sipil menggunakn istilah positif untuk kombatan mereka, misalnya antara lain paramiliter,
pejuang kebebasan atau patriot. Kekerasan yang dilakukan oleh kombatan negara, bagaimanapun
lebih diterima daripada yang dilakukan oleh ” teroris ” yang mana tidak mematuhi hukum perang dan
karenanya tidak dapat dibenarkan melakukan kekerasan. Negara yang terlibat dalam peperangan juga
sering melakukan kekerasan terhadap penduduk sipil dan tidak diberi label sebagai teroris. Meski
kemudian muncul istilah State Terorism, namun mayoritas membedakan antara kekerasan yang
dilakukan oleh negara dengan terorisme, hanyalah sebatas bahwa aksi terorisme dilakukan secara
acak, tidak mengenal kompromi , korban bisa saja militer atau sipil , pria, wanita, tua, muda bahkan
anak-anak, kaya miskin, siapapun dapat diserang.
Kebanyakan dari definisi terorisme yang ada menjelaskan empat macam kriteria, antara lain
target, tujuan, motivasi dan legitmasi dari aksi terorisme tersebut. Pada Bulan November 2004 , Panel
PBB mendifinisikan terorisme sebagai :
” Any action intended to cause death or serious bodily harm to civilians, non combatans, when the
purpose of such act by is nature or context, is to intimidate a population or compel a government or
international organization to do or to abstain from doing any act”
Yang dalam terjemahan bebasnya adalah: segala aksi yang dilakukan untuk menyebabkan
kematian atau kerusakan tubuh yag serius bagi para penduduk sipil, non kombatan dimana tujuan dari
aksi tersebut berdasarkan konteksnya adalah untuk mengintimidasi suatu populasi atau memaksa
pemerintah atau organisasi internasional untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Dapat dikatakan secara sederhana bahwa aksi-aksi terorisme dilatarbelakangi oleh motif –
motif tertentu seperti motif perang suci, motif ekonomi, motif balas dendam dan motif-motif
berdasarkan aliaran kepercayaan tertentu. Namun patut disadari bahwa terorisme bukan suatu ideologi
atau nilai-nilai tertentu dalam ajaran agama. Ia sekedar strategi , instrumen atau alat untuk mencapai
tujuan . Dengan kata lain tidak ada terorisme untuk terorisme, kecuali mungkin karena motif-motif
kegilaan (madness).
2.2 Faktor-faktor terjadinya terorisme di indonesia
Menurut sebagian besar aktifis yang tergabung dalam kelompok Tanzim al-Qaidah di Aceh,
faktor-faktor pendorong terbentuknya radikalisme dan terorisme di Indonesia bukanlah semata-mata
untuk kepentingan individu. Sebab, apabila dimotivasi untuk kepentingan individu, maka semestinya
hal tersebut apa yang dilakukannya dan tindakannya tidak menyakitkan baik itu diri sendiri maupun
orang lain. Adapun faktor-faktor yang mendorong terbentuknya terorisme:
1. Faktor ekonomi
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi merupakan motif utama bagi para
terorisme dalam menjalankan misi mereka. Keadaan yang semakin tidak menentu dan kehidupan
sehari-hari yang membikin resah orang untuk melakukan apa saja. Dengan seperti ini pemerintah
harus bekerja keras untuk merumuskan rehabilitasi masyarakatnya. Kemiskinan membuat orang gerah
untuk berbuat yang tidak selayaknya diperbuat seperti; membunuh, mengancam orang, bunuh diri,
dan sebagainya.
2. Faktor sosial
Orang-orang yang mempunyai pikiran keras di mana di situ terdapat suatu kelompok garis
keras yang bersatu mendirikan Tanzim al-Qaidah Aceh. Dalam keseharian hidup yang kita jalani
terdapat pranata social yang membentuk pribadi kita menjadi sama. Situasi ini sangat menentukan
kepribadian seseorang dalam melakukan setiap kegiatan yang dilakukan. Sistem social yang dibentuk
oleh kelompok radikal atau garis keras membuat semua orang yang mempunyai tujuan sama
dengannya bisa mudah berkomunikasi dan bergabung dalam garis keras atau radikal.
3. Faktor Ideologi
Faktor ini yang menjadikan seseorang yakin dengan apa yang diperbuatnya. Perbuatan yang
mereka lakukan berdasarkan dengan apa yang sudah disepakati dari awal dalam perjanjiannya. Dalam
setiap kelompok mempunyai misi dan visi masing-masing yang tidak terlepas dengan ideologinya.
Dalam hal ini terorisme yang ada di Indonesia dengan keyakinannya yang berdasarkan Jihad yang
mereka miliki.
2.3 Dampak-dampak terorisme terhadap pertahanan Negara
Terorisme mempunyai dampak positif dan dampak negative, antara lain:
1. Dampak Positif Terorisme
Semua kegiatan terorisme yang merusak tatanan kesejahteraan penduduk bangsa ini mau
tidak mau sudah kita rasakan pengaruhnya, entah itu pengaruh positif ataupun pengaruh negatif.
Pengaruh tersebut secara tidak langsung mulai masuk kedalam gaya kehidupan berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat dari seluruh rakyat Indonesia. Aksi dan tidakan para pelaku teror membuat rakyat
takut dan mulai mewaspadai kejahatan terorisme di dalam kehidupan nasional Indonesia.
Berbagai pengaruh positif bagi kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dari
timbulnya masalah terorisme di Negara ini memanglah sedikit, namun pada hakekatnya setiap
masalah yang muncul dari Negara ini pasti akan membawa hikmah yang baik bagi kehidupan
nasional. Adanya serangan teroris yang sering muncul dan menghantui rakyat Indonesia dalam satu
dekade terakhir membuat masyarakat Indonesia mengerti apa sebetulnya deefinisi dari kata “jihad”
yang selalu menjadi alasan bagi para teroris untuk terus melakukan aksinya. Masyarakat awampun
juga sudah mulia mengerti bahwa jihad yang sebenarnya bukan seperti jihad yang dilakukan oleh para
teroris.
Selain itu keamanan Negara juga mulai ditingkatkan oleh para aparat militer, semua itu
dilakukan demi mengatasi masalah teroris yang mengancam keamanan Negara ini. Semakin hari
kesiapan aparat penegak hukum untuk mengatasi masalah terorisme terus ditingkatkan.Setidaknya hal
tersebut juga menjanjikan sedikit rasa aman bagi masyarakat Indonesia yang resah akan adanya
kegiatan terorisme di Negara ini.
Berhasil ditumpasnya beberapa teroris yang sudah menjadi incaran dari kepolisian
internasional juga memberikan sedikit rasa bangga terhadap rakyat Indonesia akan prestasi yang
diraih oleh aparat penegak hukum dari republik ini. Keberhasilan POLRI menangkap beberapa teroris
dan membunuh beberapa teroris kawakan dalam beberapa tahun terkhir menunjukan bahwa
kemampuan dan ketrampilan terdapat peningkatan yang cukup baik ditengah menurunnyacitra polisi
di mata masyarakt Indonesia.
2. Apa dampak negatif dari kegiatan terorisme di Indonesia?
Pengaruh negatif yang timbul akibat adanya masalah terorisme di dalam bangsa ini cenderung
sangat banyak sekali, dari mulai nasionalisme, rasa was-was akan adanya kejahatan terorisme, rasa
saling tidak percaya antar umat beragama, pengaruh psikologis bagi para anak muda Indonesia yang
masih labil emosinya, dan lain-lain. Semua pengaruh negatif tersebut secara langsung mengganggu
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Belum lagi adanya kelompok-kelompok yang ingin
mengganti ideologi bangsa menjadi ideologi yang berlandaskan Islam yang dilakukan secara
sembunyi-sembunyi.
Adanya rasa saling tidak percaya antar umat beragama yang diawali dari aksi teror yang
mengatas namakan agama menjadikan citra salah satu agama menjadi buruk di mata umat beragama
lain. Dari hal tersebut yang dikhawatirkan adalah menurunnya rasa saling menghormati antar umat
beragama di Indonesia yang selanjutnya dapat mengurangi rasa kesatuan dan persatuan dari rakyat
Indonesia. Kemudian dari segi keamanan dan kenyamanan yang terusik akibat adanya aksi terorisme.
Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang sudah terkenal sampai ke manca Negara dan
kemungkinan sudah menjadi incaran para teroris untuk melakukan aksinya. Maka, banyak wisatawan
yang mengurungkan niatnya untuk mengunjungi tempat-tenpat wisata tersebut. Adanya hal
tersebutlah yang membuat penduduk Indonesia menjadi was-was untk melaksanakan aktifitasnya.
Selain itu, hal tersebut juga berpengaruh terhadap pendapatan Negara dari wisatawan-wisatawan asing
yang berkunjung ke Indonesia menjadi berkurang karena takut akan adanya aksi terorisme yang ada di
Negara ini.
Rasa nasionalisme yang menurun akibat adanya masalah terorisme tergambar dari begitu
mudahnya para pelaku bom bunuh diri yang sebagaian besar adalah anak muda Indonesia yang mudah
terpengaruh oleh doktrin-doktrin yang mengarah pada separatisme. Begitu mudahnya mereka terjebak
dan tertipu akan “iming-iming” yang dijanjikan para teroris yang mendoktrin mereka agar mereka
bersedia menjadi pelaku teror yang menghancurkan bangsanya sendiri, ini menunjukan rasa
nasionalisme mereka sangat rendah terhadap Negara ini hal tersebutpun juga dapat mengganggu
keyakinan penduduk lain akan kedaulatan bangsa ini. Seharusnya hal tersebut dapat dihindari apabila
generasi muda dari bangsa ini lebih mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi yang benar-benar
dipupuk sejak dini.
Menurunnya rasa nasionalisme juga berkaitan erat dengan pengaruh psikologis terhadap
generasi muda dari bangsa ini. Labilnya emosi para remaja membuat doktrin-dotrin tentang
separatisme menjadi lebih mudah dimasukan kedalam pikiran mereka. Adanya ajaran-ajaran baru
yang negatif yang sampai saat ini membuat para generasi muda semakin kebingungan untuk
menentukan jalan hidup mereka, karena para remaja cenderung memilih segala sesuatu dengan proses
yang cepat dan mudah “cepat dan mudah untuk masuk surga”
2.4 Potensi Terorisme di Indonesia
Indonesia memiliki potensi terorisme yang sangat besar dan perlu langkah antisipasi yang
ekstra cermat. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang kadang tidak dipahami oleh orang tertentu cukup
dijadikan alasan untuk melakukan teror. Berikut ini adalah potensi-potensi terorisme tersebut :
Terorisme yang dilakukan oleh negara lain di daerah perbatasan Indonesia. Beberapa kali negara
lain melakukan pelanggaran masuk ke wilayah Indonesia dengan menggunakan alat-alat perang
sebenarnya adalah bentuk terorisme. Lebih berbahaya lagi seandainya negara di tetangga sebelah
melakukan terorisme dengan memanfaatkan warga Indonesia yang tinggal di perbatasan dan
kurang diperhatikan oleh negera. Nasionalisme yang kurang dan tuntutan kebutuhan ekonomi
bisa dengan mudah orang diatur untuk melakukan teror.
Terorisme yang dilakukan oleh warga negara yang tidak puas atas kebijakan negara. Misalnya
bentuk-bentuk teror di Papua yang dilakukan oleh OPM. Tuntutan merdeka mereka
ditarbelakangi keinginan untuk mengelola wilayah sendiri tanpa campur tangan pemerintah.
Perhatian pemerintah yang dianggap kurang menjadi alasan bahwa kemerdekaan harus mereka
capai demi kesejahteraan masyarakat. Terorisme jenis ini juga berbahaya, dan secara khusus
teror dilakukan kepada aparat keamanan.
Terorisme yang dilakukan oleh organisasi dengan dogma dan ideologi tertentu. Pemikiran sempit
dan pendek bahwa ideologi dan dogma yang berbeda perlu ditumpas menjadi latar belakang
terorisme. Bom bunuh diri, atau aksi kekerasan yang terjadi di Jakarta sudah membuktikan
bahwa ideologi dapat dipertentangkan secara brutal. Pelaku terorisme ini biasanya menjadikan
orang asing dan pemeluk agama lain sebagai sasaran.
Terorisme yang dilakukan oleh kaum kapitalis ketika memaksakan bentuk atau pola bisnis dan
investasi kepada masyarakat. Contoh nyata adalah pembebasan lahan masyarakat yang
digunakan untuk perkebunan atau pertambangan tidak jarang dilakukan dengan cara yang tidak
elegan. Terorisme bentuk ini tidak selamanya dengan kekerasan tetapi kadang dengan bentuk
teror sosial, misalnya dengan pembatasan akses masyarakat.
Teror yang dilakukan oleh masyarakat kepada dunia usaha, beberapa demonstrasi oleh
masyarakat yang ditunggangi oleh provokator terjadi secara anarkis dan menimbulkan kerugian
yang cukup besar bagi perusahaan. Terlepas dari siapa yang salah, tetapi budaya kekerasan yang
dilakukan oleh masyarakat adalah suatu bentuk teror yang mereka pelajari dari kejadian-kejadian
yang sudah terjadi.
2.5 Hubungan antara Terorisme dan Ideologi Pancasila
Keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa yang dapat menjadi filter bagi masuknya
berbagai ancaman dari luar dirasa kurang berhasil, apa sebabnya? Keberhasilan membuat perangkat
hukum yang baik belum tentu memberikan dampak positif dalam mewujudkan maksud dan tujuan
hukum. Sebagus apapun produk hukum formal yang ada tidak akan ada artinya tanpa disertai
penerapan yang baik. Ironisnya, Indonesia dipandang sebagai negara yang pandai membuat perangkat
hukum namun masih lemah penerapannya. Hal ini jika dibiarkan akan mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap hukum itu sendiri.
Mengapa terorisme masih tetap berlanjut di Indonesia, padahal Indonesia memiliki Pancasila
sebagai ideologi? kehadiran terorisme seakan menggerus ideologi Pancasila yang selama ini dijadikan
landasan hidup bagi masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.
Sumber pokok kesalahan tidak terletak pada Pancasila. Tak ada yang salah dengan Pancasila
karena isi Pancasila tidak melenceng dari nilai-nilai yang ada. Kesalahan yang sesungguhnya terletak
pada penerapan Pancasila sebagai ideologi. Hal itu terjadi karena banyaknya orang Indonesia tidak
dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan benar. Terlebih para teroris, mereka adalah orang-
orang yang tidak konsisten dalam melaksanakan isi Pancasila. Mereka mengerti dan memahami
Pancasila namun tidak menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Pertanyaan muncul dibenak kita: kenapa segelintir bangsa Indonesia menjadi “rusak”
sehingga kehilangan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang pernah muncul dengan nama harum di
dunia, antara lain sebagai pemersatu Negara-Negara dunia ke-tiga, penggagas Konfrensi Asia-Afrika,
duta perdamaian dan banyak lagi contoh yang lain. Bahkan sekarang julukan yang tidak enak
didengar mampir ditelinga kita, sebagai Negara sarang teroris.
Terorisme di Indonesia muncul di saat yang sama dengan dekade, di mana bangsa ini
melupakan Pancasila. Tidak pernah lagi Pancasila benar-benar dihayati dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Padahal para pendiri NKRI sejak awal menyatakan bahwa penyelamat,
pemersatu, dan dasar Negara kita adalah Pancasila.
Bung Karno tegas-tegas berkata: “Bila bangsa Indonesia melupakan Pancasila, tidak
melaksanakan dan mengamalkannya maka bangsa ini akan hancur berkeping-keping” juga dinyatakan
bahwa barang siapa, atau kelompok manapun yang hendak menentang atau membelokkan Pancasila,
niscaya akan binasa.
Tapi itulah yang terjadi sekarang. Pancasila hanya diucapkan dibibir saja. Diajarkan di
sekolah-sekolah hanya sebagai suatu pengetahuan. Sebagai sebuah sejarah, bahwa dahulu Bung Karno
pernah mendengung-dengungkan Pancasila sebagai dasar Negara. Para siswa hafal dengan urutan
sila-sila dari Pancasila, tetapi tidak paham artinya, filosofinya, dan hakekat manfaatannya bagi
kehidupan berbangsa dan bertanah air satu, NKRI.
Terorisme di Indonesia tumbuh subur karena didukung oleh perilaku sebagian masyarakat
yang bertentangan dengan filosofi Pancasila. Setiap sila telah diselewengkan: Ketuhanan Yang Maha
Esa yang memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk memeluk agama menurut keyakinan dan
kepercayaannya, telah diracuni oleh pemikiran-pemikiran salah yang hanya mengistimewakan agama
tertentu saja.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, berupa penghargaan akan harkat dan martabat
kemanusiaan, yang diwujudkan dengan penghargaan terhadap hak azasi manusia diabaikan.
Ideologi Pancasila menjunjung tinggi persatuan bangsa dengan menempatkan terwujudnya
persatuan bangsa itu di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan. Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, kini tercabik-cabik ditarik
ke sana kemari demi kepentingan politik praktis.
Dan terakhir, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tinggal slogan kosong karena
adanya jurang pemisah yang amat dalam antara si-kaya dan si-miskin, yang menimbulkan
kecemburuan sosial.
Namun sebagai sebuah bangsa yang besar, kita wajib menyadari bahaya ini. Jika dibiarkan,
tak ayal bangsa Indonesia akan terpecah-pecah dan akhirnya musnah. Belum terlambat benar untuk
berbenah. Kembali pada kekeramatan Pancasila.
Selanjutnya, bagaimana cara menghapuskan terorisme dari bumi Indonesia? Hal ini
nampaknya sulit untuk dilakukan karena masyarakat Indonesia belum satu hati menyikapi terorisme.
Masih ada sebagian kecil kelompok masyarakat tertentu yang justru membela dan melindungi
terorisme dengan opini-opini yang menyesatkan. Padahal, semua negara di belahan bumi mana pun
sudah mendeklarasikan bahwa terorisme adalah musuh bersama.
Dari aspek kualitas ancaman, terorisme berpotensi merusak segala-galanya, mulai dari jiwa manusia
(korban maupun pelaku), otak dan nurani (pelaku), bangunan fisik serta bangunan ideologi bangsa
kita. Mereka bekerja sangat rahasia dan radikal, dengan menolak sebagian besar premis yang
melandasi lembaga-lembaga yang sudah ada dalam masyarakat. Bahkan pemerintah pun dianggap
sebagai pemasung rakyat. Karena itu terorisme digolongkan ke dalam jenis kejahatan luar biasa.
2.6 Penyimpangan terorisme terhadap nilai-nilai pancasila
2.6.1 Ketuhanan yang Maha Esa
Terorisme yang ada di dunia terutama di Indonesia sangatlah bertentangan dengan nilai-nilai
yang harus diamalkan dalam sila pertama pancasila ini ,walaupun para teroris umumnya mereka
melakukan aksi terror berlandaskan suatu agama dan alasan membela agama sangatlah
bertentangan karena dalam nilai dari sila pertama ini setiap warga Negara bebas memilih agama dan
kepercayaannya masing-masing, tapi yang terjadi saat ini sangatlah jauh berbeda dari nilai-nilai
pancasila.apalagi saat ini teroris berani melakukan bom bunuh diri demi membunuh orang-orang yang
dianggap tidak sepaham atau seagama.dengan alasan mereka melakukan bom bunuh diri adalah jalan
jihad(dijamin masuk surga) padahal dalam ajaran yang sebenarnya bunuh diri itu merupakan dosa
besar yang tidak akan di ampuni oleh yang maha kuasa.lalu dilanjutkan dengan penyimpangan
terhadap sila ke-2.
2.6.2 Kemanusiaan yang adil dan beradab
Nilai yang bisa diambil dari sila kedua ini sangatlah banyak.makanya orang yang melakukan
aksi teror sangatlah menyimpang pada sila ini..mereka yang melakukan terorisme pastinya di cap
sebagai pembunuh jadi hubungan penyimpangannya sangatlah nyata.dalam sila ini di ajarkan supaya
menjadi manusia yang adil dan beradab tapi kenyataannya para terorisme tidaklah beradab.mereka
tega mengambil HAM(hak asasi manusia) mereka dengan keji membunuh sasaran atau target,jika
dipikir dengan logika mereka tak ubahnya seperti hewan yang tega membunuh mangsanya. Masih
pantaskah teroris kita sebut sebagaia manusia? Mungkin jawabannya tidak dan yang penting lagi
mereka juga bukan orang yang beradab mungkin biadab, mereka tak ada kata segan dengan korban
yang di hadapinya,mereka perpedoman kalau korban tidak mati maka aku dan korban akan mati
bersamaan. Seperti kasus bom bunuh diri.Tapi, terlepas dari ini jika kita kaji lebih dalam ternyata
antara sila ke -1 dan ke-2 ada hubungan yang sangat signifikan yaitu antara tuhan dan manusia.
Tuhan memerintahkan manusia untuk saling mengasihi dan menyayangi walaupun berbeda
pandangan,adat ,ras dll. Jadi teroris itu masih menganggap dirinya manusia adalah salah
besar.selanjutnya terorisme juga menyimpang terhadap nilai-nilai pancasila yang terkandung di sila
ke-3 yaitu:
2.6.3 Persatuan indonesia
Mengapa sila ke-3 ini masuk juga dalam pembahasan terorisme? Tentu saja masuk jika
terorisme di biarkan maka lama kelamaan persatuan yang susah payah di bangun pastinya runtuh
makanya terorisme juga menyimpang nilai dari sila ke-3. Terorisme memilik dampak yang buruk bagi
persatuan apalagi bagi Indonesia terlebih karena bangsa Indonesia terdiri dari berbagai pula jadi
mudah dalam pemecahannya misalnya seperti GAM(Gerakan Aceh merdeka) dan papua. ini juga
merupakan aksi terorisme juga bahkan terorisme terbaru melakukan penjajahan seperti ISIS mereka
menyerang daerah-dareah dan menguasainya. Ya walaupun bukan terjadi di Indonesia tapi tetaplah
harus di waspadai karena semakin hari anggota ini semakin menjalar kemana-mana bahkan terdengar
kabar banyak orang Indonesia bekerja menjadi teroris.tentunya ini akan menjadi pekerjaan rumah bagi
para pemerintah karena jika tidak segera di tumpas pasti akan menyebabkan perpecahan di Indonesia
terlebih Indonesia memiliki ras,adat istiadat,kepercayaan yang berbeda-beda maka semakin mudahlah
mereka(teroris) untuk memecah belah bangsa ini.dan akhirnya terorisme akan berdampak pada
keadilan dan kesejahteraan rakyat .
2.6.4 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Terorisme sangat berdampak langsung pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat, karena
jika terjadi aksi terorisme maka perekonomian di sekitar wilayah itu akan lumpuh dan akan
berdampak pada kesejahteraan rakyat,lumpuhnya perekonomian bukan hanya di bidang
perdagangan,pertanian saja tapi juga perwisataan.dan akhinya akan membuat rakyat menderita dan
mengalami ketakutan.sedangkan nilai yang terkandung dalam sila ke-5 pancasila itu adalah
memberikan keadilan,kesejahteraan bagi seluruh rakyat tapi jika terjadi terorisme maka keadilan dan
kesejateraan tidak akan di dapat oleh rakyat. Adapun yang didapat oleh rakyat adalah kesengsaraan
dan ketakutan maka dari itu kita bersama-sama dengan pemerintah harus saling bekerja sama agar
tidak terjadi terorisme yang akhirnya akan merugikan kita dan bangsa kita tercinta ini yaitu
Indonesia.dan akhirnya untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan maka pemerintah
harus segera melakukan tindakan-tindakan pencegahan,pemberantasan hingga mengadili pelaku
dengan jerat hukuman yang sepadan dengan yang sudah diperbuat.adapun upaya pencegahan
pemerintah dalam bidang ini sudah terlihat nyata seperti melakukan operasi-operasi di berbagai
daerah yang di tenggarai sebagia daerah rawan terorisme,melakukan penyuluhan-penyuluhan ke
masyarakat agar tidak terbujuk oleh para teroris supaya mengikuti jejaknya,untuk pemberantasan
rupanya pemerintah di Indonesia tidak segan-segan, pemerintah bergerak dengan cepat dan di bantu
oleh densus 88 untuk menghabisi para teroris.
Pemerintah rupanya mempunyai pedoman untuk menangkap para teroris baik hidup atau
mati. Untuk teroris yang tertangkap dalam keadaan masih hidup maka akan di jerat dengan pasal-
pasal yang telah di buat oleh pemerintah.adapun pasal yang dibuat untuk mengatur tentang terorisme
adalah sebagai berikut: Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme pada ayat 6 dan 7 yang berisi tentang hukum pidana bagi teroris.Adapun Pasal 6 berbunyi
“Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan
suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan
hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun.”dan Pasal 7 berbunyi “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang
secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan
atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau
kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik,
atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup”.
Selain undang-undang diatas masih ada undang-undang yang lain untuk memperkuat hokum
yang ada pada undang-undang diatas seperti: UU No. 39 Tahun 2002 tentang Hak Asasi
Manusia., pasal 28 i ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa terorisme sangatlah berbahaya
bagi suatu Negara khususnya dan bagi dunia umumnya.Aksi terorisme terjadi pasti ada sebab
atau faktor-faktornya yaitu mulai dari perbedaan ideologi, ekonomi, social budaya bahkan
sampai aksi balas dendam. Tentunya jika aksi terorisme ini dibiarkan maka dapat
menyebabkan kesengsaraan, penderitaan perpecahan yang tentunya sangatlah bertentangan
dengan nilai-nilai pancasila mulai dari sila 1,2,3,5 dan amalannya.Terorisme ini jika dibiarkan
maka akan mempercepat hancurnya suatu bangsa maka dari itu pemerintah Indonesia
melakukan tindak lanjut untuk pelaku dan mengadilinya sesuai dengan undang-undang yang
berlaku yang berorientasikan dengan nilai-niali pancasila yang telah dibuat
pemerintah/presiden bersama DPR dan telah di uji oleh pengadilan.
3.2 Saran
Sebagai warga Negara yang baik kita harus berani melawan tindak terorisme dan
bekerja sama dengan pemerintah untuk bersama-sama mencegah dan memberantas tindakan
terorisme yang akan meresahkan warga, karena tindak terorisme tidaklah sesuai dengan nilai
nilai yang harus diamalkan dalam pancasila. Selain itu tindak terorisme nantinya akan
berdampak buruk bagi kita khususnya dan bagi Negara serta dunia umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bgazacha. “Dampak terorisme terhadap pertahan”. http://bgazacha.blogspot.com/2012/06/dampak-
terorisme-terhadap-pertahanan.html Di akses tanggal 16 oktober 2015.
Dr. Indrianto SenoAdjie , SH, MH, “Terorisme” Perpu No. 1 Tahun 2002 dalam perspektif hukum
pidana, Hal 45 , Buku OC Kaligis & Associates, Terorisme : Tragedi Umat Manusia , Jakarta, April
2003.
Wikipedia.“History and causes of terrorism “ hhtp://en.wikipedia.org/wiki/terrorism. Diakses tanggal
16 oktober 2015 .
Robert A Pape, “ The Strategic Logic of Sucide Terorism”, hal 14-15, American Political Science
Review, Washington ,14 Juli 2003.
Sugito, A.T. dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Semarang: UNNES Press.
Wikipedia.“History and causes of terrorism “ hhtp://en.wikipedia.org/wiki/terrorism. Diakses tanggal
16 oktober 2015 .