Diare klp 3

50
0 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Pencernaan tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diare dan Konstipasi “. Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahan baik secara moral maupun materil. Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya di sampaikan kepada : 1. Ibu Retno Indarwati. S.kep.,Ns. M.Kep selaku fasilitator mata kuliah Keperawatan Pencernaan. 2. Teman - teman satu kelompok 5 yang bekerjasama dalam membantu menyelesaikan makalah ini. Dari pembuatan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, sehubungan dengan hal tersebut kami sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik sehingga dapat bermanfaat untuk kita semua. Surabaya, Mei 2013

description

fd

Transcript of Diare klp 3

0

KATA PENGANTARDengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Pencernaan tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diare dan Konstipasi .Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahan baik secara moral maupun materil. Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya di sampaikan kepada :

1. Ibu Retno Indarwati. S.kep.,Ns. M.Kep selaku fasilitator mata kuliah Keperawatan Pencernaan.2. Teman - teman satu kelompok 5 yang bekerjasama dalam membantu menyelesaikan makalah ini.

Dari pembuatan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, sehubungan dengan hal tersebut kami sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik sehingga dapat bermanfaat untuk kita semua.

Surabaya, Mei 2013

PenyusunDAFTAR ISI3BAB 1

3PENDAHULUAN

31.1Latar belakang

41.2Tujuan

41.2.1Tujuan umum

41.2.2Tujuan khusus

51.3Manfaat

51.3.1Bagi mahasiswa/mahasiswi

51.3.2Bagi penulis

6BAB 2

6TINJAUAN PUSTAKA

62.1Anatomi dan fisiologi Colon

82.2Konsep Lansia

112.3Definisi

122.4Klasifikasi Diare

132.5Etiologi

152.6Manifestasi Klinis

152.7Patofisiologi

162.8Pemeriksaan Penunjang

162.9Penatalaksanaan

212.10Komplikasi

222.11Pencegahan

222.12Prognosis

222.13WOC

232.14Asuhan Keperawatan

232.14.1Pengkajian

252.14.2Diagnosa Keperawatan

252.14.3Intervensi Keperawatan

31BAB 3

31PENUTUP

313.1Kesimpulan

313.2Saran

32DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( lebih dari 3 kali/hari ), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi (faeces cair). Hal ini biasanya dihubungkan dngan dorongan, ketidaknyamanan perianal, inkontinensia, atau kombinnasi dari faktor faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorbsi mukosal, atau motilitas dapat menimbulkan diare.. Pada kelompok umur, terutama pada lansia, gaya hidup yang cepat, stress yang tinggi, kebiasaan makan yang tidak teratur, masukan serat dan air yang tidak cukup, dan kurangnya latihan sangat berperan dalam masalah ini.Tua atau lansia merupakan proses yang harus di jalani setiap orang dan proses ini merupakan proses yang alamiah. Hal ini berarti, setiap orang sudah melewati tiga tahapan kehidupan yaitu tahap anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang sudah memasuki usia tua akan mengalami penurunan fisik seperti kulit mengendur, gigi mulai ompong, rambut memutih, penglihatan semakin menurun, gerakan yang mulai melambat, dan postur tubuh tidak proporsional. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur angsur mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.

Lambung memiliki berbagai fungsi yakni mencerna makanan yang telah dikunyah mencampurnya dengan enzim dan cairan pencerna serta melepaskan makanan kearah saluran cerna berikutnya. Pada lansia mortilitas lambung menurun hingga pengosongan lambung menjadi lebih lambat, selain itu terjadi atropik gastritis yang menimpa satu dari empat lansia pada usia 60 tahunan dan 40% pada usia 80 tahunan. Di negara berkembang, angka kejadian diare sangat bervariasi sesuai umur penderita. Diare juga merupakan merupakan penyebab kematian yang penting di negara berkembang. Penyakit Gastrointestinal merupakan masalah kesehatan utama, lebih dari 1 milyar penduduk di dunia terkena 1 atau lebih episode diare akut per tahun. Seratus juta orang per tahunnya di Amerika Serikat terkena diare akut dan 3000 diantaranya meninggal dunia. yang menyerang lebih dari 34 juta orang Amerika. Kira-kira 20 juta dari mereka mengalami gangguan kronis dan kira-kira 2 juta mengalami cacat permanen, jumlah yang meninggal tiap tahun karena penyakit gastrointestinal adalah 200 ribu. sBerdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92% (Depkes RI 2005).Dalam hal ini perawat berperan serta dalam mengidentifikasi, memberikan pendidikan kepada masyarakat, pencegahan, penatalaksanaan dan membantu penderita memperbaiki kondisi mereka dan mencegah komplikasi. 1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umumSetelah proses perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan konsep diare serta dapat melakukan pendekatan asuhan keperawatan klien diare secara komprehensif.

1.2.2 Tujuan khusus

Mahasiswa diharapkan mampu :

1) Menjelaskan definisi dari diare.2) Menyebutkan etiologi terjadinya diare.3) Menyebutkan tanda dan gejala diare.4) Menjelaskan mekanisme terjadinya diare.5) Menjelaskan penatalaksanaan diare.6) Menyebutkan komplikasi diare.7) Menjelaskan prognosis klien dengan diare .8) Menjelaskan WOC klien dengan diare.9) Memberikan asuhan keperawatan (pengkajian, pemeriksaan fisik, analisa data, menyusun diagnosa, tujuan, serta intervensi) pada klien dengan diare.1.3 Manfaat1.3.1 Bagi mahasiswa/mahasiswi

Makalah ini hendaknya memberikan masukan dalam pengembangan diri untuk pengembangan pengetahuan mahasiswa/ mahasiswi mengenai pentingnya memahami diare secara menyeluruh.

1.3.2 Bagi penulisDengan makalah ini, di harapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih tentang diare.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi Colon

Didalam saluran pencernaan makanan akan mengalami diantaranya adalah proses absorbsi diusus halus. Setelah mengalami absorbsi bahan makanan/ materi bentuk semi cair yang dihasilkan dari pencernaan makanan/chyme masuk kedalam kolon. Didalam kolon chyme masih diabsorbsi lagi. Kira kira 1500 ml chyme setiap harinya masuk kedalam kolon. Didalam kolon juga terdapat berbagai bakteri yang sangat berguna. Terfadi gerakan gerakan didalam kolon diantaranya gerakan mencampur dalam kolon ( haustrasi ) yaitu kontraksi gabungan dari pita otot sirkuler dan longitudinal yang menyebabkan kolon yang tidak terangsang menonjol keluar menyerupai kantung. Selain mencampur kolon juga melakukan gerakan mendorong (Rasidin,2010)

Setelah faeces dalam kolon penuh terjadilah proses defekasi. Adanya suatu reflek defkasi yaitu bila faeces memasuki rectum, peregangan dinding rectum menimbulkan sinyal afferent yang menimbulkan gelombang perstaltik didalam kolon descenden, sigmoid dan rectum, mendorong faeces kearah anus. Ketika gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasioleh sinyal sinyal penghambat dari plexus mesenterica, jika secara bersamaan spincter ani eksternus berelaksasi akan terjadi defekasi (Rasidin,2010)

Faeces normal mengandung 75% air, 25% materi padat. Berwarna coklat yang berasal dari Bilirubin, faktor lain yang mempengaruhi warna faeces adalah bakteri. Misal Escherecia coli.

Motilitas usus menyebabkan terdorongnya isi usus dari lambung ke anus dan pemisahan komponen agar terjadi absorbsi nutrisi. Dorongan dikendalikan oleh mekanisme neural, miogenik, dan homonal yang dimediasi oleh kompleks migrasi motor yaitu gelombang aktivitas neuromuskular terorganisir yang berasal dari lambung bagian distal selama berpuasa dan berpindah secara perlahan ke bawah yaitu ke usus kecil. Motilitas usus dimediasi oleh peristaltik lokal untuk mendorong tinja. Defekasi dipengaruhi oleh relaksasi dari sfingter anal bagian internal sebagai respon terhadap distensi rektum dengan pengendalian yang disadari melalui kontraksi sfingter anal eksternal. (Horrisons, 2009)

Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular beronga yang membentang dari secum hingga canalis ani, dan dibagi menjadi sekum, colon (assendens, transversum, desendens, dan sigmoid), dan rectum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus ke dalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan internus mengotrol keluarnya feses dari kanalis ani.

Usus besar memiliki fungsi, yaitu :

1. Absorbsi

Absorbsi dari cairan dan elektrolit, pengiriman cairan ke saluran gastrointestinal adalah 8-10L/ hari, termasuk 2L/ hari yang dicerna dan sebagian besar diabsorbsi di usu kecil. Absorbsi oleh kolon normalnya 0,05-2 L/hari dengan kapasitas untuk 6 L/hari apabila perlu. Absorbsi air pada usu secara pasif mengikuti transport aktif dai Na, Cl, glukosa dan garam empedu. Absorbsi nutrisi juga dilakukan di usu kecil proksimal yaitu: zat besi, kalsium, folat, lemak (setelah hiisis trigliserida menjadi asam lemak dengan lipase pankreas dan kolipase), protein ( setelah hidrolisis oleh peptidase pankreas dan usus), karbohidrat (setelah hidrolisis oleh amilase dan disakaridase), asam amino dan dipeptidase yang diabsorbsi melalui pembawa khusus, dan gula diabsorbsi oleh transport aktif. (Harrisons, 2009)

2. Proteksi

Colon mengeluarkan sejumlah mucus yang berfungsi :

Melindungi dinding colon terhadap trauma, terutama didaerah distal karena konsistensi feses sudah mulai mengeras dan kering. Menyatukan material feses

Melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri

3. Sekresi

Berfungsi menjaga keseimbangan elektrolit ( K, Cl, H2CO3 )

Ciri khas dari gerakan usus besar adalah pengadukan haustral. Gerakan meremas dan tidak progresif ini menyebabkan isi usus bergerak bolak balik, sehingga memberikan waktu untuk terjadinya absorbsi. Peristaltic mendorong feses ke rectum dan menyebabkan peregangan dinding rectum dan aktivasi refleks defekasi.

Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap defekasi adalah (Siregar,2004):

a. Umur

b. Diet

c. Cairan

d. Tonus otot

e. Faktor psikologi

f. Gaya hidup

g. Obat obatan

h. Prosedur diagnostik

i. Anestesi dan Pembedahan

j. Nyeri

k. Iritan

l. Gangguan saraf sensorik dan motorik2.2 Konsep Lansia Seseorang dikatakan lanjut usia (Lansia) apabila usianya 65 tahun keatas (Setiano,2004).Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang mempunyai ciri penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi. Lansia dalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan denganberbagai penurunan daya kemampuanuntuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Hawari,2001).Perubahan fisik lansia antara lain ( Nugroho,2000) :

1. Sel

Jumlah sel pada lansia akan lebuh sedikit dan ukuran selnya pun akan lebih besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati juga ikut berkurang. Jumlah sel otak akan menurun, mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan otak akan menjadi atrofi.

2. Sistem persarafan

Rata-rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 per detik (pakkenberg dkk, 2003), hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam merespon baik dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya dengan stress, mengecilnya syaraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran

Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membran timpani mengalami atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan keratin, pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.

4. Sistem Penglihatan

Timbulnya sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelam, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru dengan hijau pada skala pemeriksaan.

5. Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinsing aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah mennurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

6. Sistem pengaturan suhu tubuh

Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis 35oC, hal ini diakibatkan oleh metabolism yang menurun, keterbatasan reflex menggigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

7. Sistem Gastrointestinal

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan makksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang, dan penurunan kekuatan otot pernafasan.

8. Sisten Genitourinaria

Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun hingga 50 %, fungsi tubulus berkurang (berakibat pada penurunan kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine, berat jenis urine menurun, proteinuria biasanya 1+), blood urea nitrogen (BUN) meningkat hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Otot-otot kandung kemih (vesicca urinaria) melemah, kapasitasnya menurun hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urin. Pria dengan usia 65 tahun ke atas sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga 75% dari besar normalnya.9. Sistem Endokrin

Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas tiroid, basal metabolic rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta sekresi hormon kelamin seperti progesteron, esterogen dan testosteron.

10. Sistem Integuman

Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebukan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinga, kuku menjadi pudar dan kurang berbahaya.

11. Sistem Muskuloskeletaal

Tulang kehilangan kepadatannya (density) dan semakin rapuh, kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor.2.3 DefinisiDiare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih 3 kali / hari), serta perubahan dalam isi (lebih 200 g/ hari) dan konsistensi (feses cair). Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan, ketidaknyamanan perianal, inkontinensia atau kombinasi dari faktor faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosal, atau motilitas dapat menimbulkan diare. (Burrner & Suddarth, 2002)Diare adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen paralitik (Donna L. Wong 2004).Definisi diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yg abnormal (> 3x/hari), serta perubahan dalam isi (> 200 g/hari) dan konsistensi (faeces cair). Hal ini biasanya dihubungkan dngan dorongan, ketidaknyamanan perianala, inkontinensia, atau kombinnasi dari faktor faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorbsi mukosal, atau motilitas dapat menimbulkan diare. ( Suzanne C. Smelttzer, 2001)Diare adalah defikasi yang meningkat dalam frekuensi, lebih cair, dan sulit dikendalikan. ( Mickey and Patricia, 1999).Diare ditandai dengan peningkatan volume, frekuensi, atau faeces yang encer, yang umumnya terjadi pada lansia. (Jaime and Liz, 2008).2.4 Klasifikasi DiareDiare dapat diklasifikasikan menurut waktu, yaitu:( Harrisons, 2009)

1) Diare akut

Adalah diare yang terjadi dan terlangsung kurang dari 7 hari sampai 14 hari maksimal2) Diare kronisAdalah diare yang berlansung 2 minggu sampai 3 minggu.

Diare juga dapat diklasifikasikan menurut (Burrner & Suddarth, 2002) yaitu:

1) Volume tinggi ;Terjadi bila terdapat lebih dari 1 liter feses cair per hari

2) Volume rendah ;

Terjadi bila kurang dari 1 liter feses cair yang dihasilkan perhari

3) Diare sekresi/ sekretorikSekresi ion aktif pasti menyebabkan hilangnya cairan, diare biasanya berupa air uang seringkali banyak dan tidak dipengaruhi oleh puasa. Diare ini disebabkan oleh infeksi virus seperti rotavirus, protozoa serata kelainan yang disertai AIDS.

4) Diare osmotik

Yaitu diare berupa larutan yang tidak diabsorbsi yang meningkatkan tekanan osmotik intraluminal, sehingga menyebabkan keluarnya air, biasanya berhenti apabila puasa. Diare ini disebabkan oleh defisiensidisakarida (misalnya laktosa), insufisiensi pankreas dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan.

5) Diare eksudatif

Yaitu diare yang terjadi karena adanya inflamasi, nekrosis dan pengelupasan mukosa kolon, yang mungkin meliputi komponen diare sekretorik akibat pelepasan prostaglandin oleh sel inflamasi. Dimana tinja biasanya mengandung lekosit polimorfonuklear juga darah samar atau nyata. Ini disebabkan oleh infeksi bakteri salmonella atau shigella, penyakit Crohn, atau parasit pada kolon.2.5 Etiologi1) Faktor infeksi

(1) Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan yang meliputi : infeksi bakteri (E. coli, vibrio, Salmonella, Shigella,Campylobacter, Aeromonas ), infeksi virus (entero virus, rota virus, adeno virus, astro virus), infeksi parasit ( E. Histolitica, G. Lamblia), jamur ( C. Albican ).(2) Infeksi ParenteralInfeksi diluar sistem pencernaan (OMA, Broncopneumoni, Encephalitis)

2) Faktor usia

Pada lansia di atas 60 tahun, terjadi perubahan pada fungsi sistem pencernaan seperti kehilangan gigi, penurunan indera pengecap, esofagus melebar, asam lambung menurun, sensitivitas lapar menurun, ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga produksi hormon dan enzim pencernaan juga menurun.

Karena adanya penurunan produksi hormon dan enzim pencernaan, maka dapat menyebabkan kemampuan penyerapan makanan juga menurun, sehingga dapat menyebabkan diare.

3) Faktor Mal Absorbsi

(1) Asimilasi nutrisi terjadi pada usus halus. Gluten enteropathy menyebabkan pengecilan villi usus halus sehingga area absorbsi juga berkurang.

(2) Penurunan sekresi asam lambung dan penggunaan antasid dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan peningkatan jumlah bakteri sehingga menyebabkan malabsorbsi.

(3) Pankreatitis kronis karena aliran getah pankreas berkurang sehingga menyebabkan proses absorbsi menurun.

Pada lansia sering mengalami mal absorbsi karbohidrat, disakarida(intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida, intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa.4) Faktor endokrin dan gangguan metabolik (penyakit Addison dan tirotoksitosis).5) Faktor Makanan

Terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun, dan alergi terhadap jenis makanan tertentu serta pemberian makanan per selang/ sonde (NGT).6) Faktor obat-obatanTerjadi oleh pemakaian obat-obatan tertentu seperti: penggantian hormon tiroid, pelunak feses dan laksatif, Antibiotik tertentu, kemoterapi, dan antasida.

Obat-obatan yang Sering Menimbulkan Diare

Obat-obatan Gastrointestinal :

- Antacid yang mengandung

magnesium.

- Laksansia.

- Misoprostol.

- OlsalazinPreparat kemoterapeutik,

Preparat hipolipidemik :

- Klofibrat.

- Gemfibrozil.

- Lovastatin.

- Probukol.

Obat-obatan Jantung :

- Digitalis.

- Quinidin.

- Prokainamid.

- Hidralazin.

- Diuretic.

Obat-obatan neuropsikiatrik :

- Lirium.

- Fluoksetin (Prozac).

- Alprazolam (Xanac).

- Asam valproat.

- Etosuksimid.

- L-Dopa.

Antibiotik :

- Klindamisin.

- Ampisilin.

- Sefalosporin.

- Eritromisin.

Lain-lain :

- Teofilin.

- Hormone tiroid.

- Kolkisin.

- Obat-obatan antiinflamasi

nonsteroid.

Table 2 : Obat-obatan yang Sering Menimbulkan Diare (Sumber : Isselbacher, 1999)7) Faktor Psikologis

Terjadi karena faktor rasa takut dan cemas. (Burrner & Suddarth, 2002)2.6 Manifestasi KlinisTanda dan gejala dari diare adalah: (Burrner & Suddarth, 2002)a) Faeces yang sangat encer

b) Peningkatan frekuensi defekasi.

c) Kram atau nyeri abdomen ( kecuali diare karena DM).

d) Gelisah dan sering ke kamar mandi (BAB).e) Suhu tubuh meningkat akibat infeksi virus, bakteri maupun parasit.f) Nafsu makan menurun atau tidak ada (anoreksia).g) Tinja cair mungkin disertai ledir atau kadang lendir dan darah.h) Timbul iritasi pada sekitar anus pada diare yang lama.i) Gemuruh usus (borborigimus).j) Muntah kadang juga timbul akibat gerakan peristaltic yang kuat sehingga terjadi regurgitasi isi lambung.k) Tanda-tanda deplesi kalium ( kelemahan otot, konfusi, pernafasan dangkal dan tidak teratur serta aritmia jantung).

l) Tanda-tanda deplesi volume ( takikardia, hipotensi postural, turgor kulit buruk dan peningkatan nitrogen urea darah (BUN), serta hematokrit ).2.7 Patofisiologi Diare sekresi biasanya diare dengan volume banyak disebabkan oleh peningkatan produksi sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus didalam lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong didalam usus oleh tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorpsi. Diare campuran disebabkan oleh kerja peristaltik dari usus (biasanya karena peningkatan usus inflamasi). Dan kombinasi peningkatan sekresi atau penurunan absorpsi dalam usus. (Burrner & Suddarth, 2002)Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.2.8 Pemeriksaan Penunjang1) Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikoskopis , pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab an uji resistensi terhadap berbagai antibiotik ( pada diare persisten )2) Pemeriksaan darah ; Darah perifer lengkap, AGD dan elektrolit (Na, K,Ca,dan P serum )( pada diare yang disertai kejang)

3) Pemeriksaan Kadar Ureum dan Kreatinin (mengetahui faal ginjal)4) Duodenal intubation (mengetahui penyebab diare secara kuantitatif dan kualitatif)2.9 Penatalaksanaan

Penanganan diare berfokus pada pemberian dukungan, meredakan gejala, mencegah kerusakan kulit dan mengatasi penyebab. Bergantung pada penyebab, pengobatan seperti anti mikroba, steroid, atau preparat enzim dapat diindikasikan. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar. Obat obat tertentu (mis. Prednison) dapat mengurangi beratnya diare dan penyakit. Untuk diare ringan, cairan oral segera ditingkatkan dan glukosa oral serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehidrasi. Untuk diare sedang akibat sumber non infeksius, obat obatan tidak spesifik seperti difenut silat (Lomotil) dan loperamid (Imodium) juga diberikan untuk menurunkan motalitas. Preparat antimikrobial bila preparat infeksius telah teridentifikasi atau bila diare sangat berat. (Burrner & Suddarth, 2002)Penatalaksanaan diare menurut Zein et all (2004)

1) CairanPenatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar. Aspek yang paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerluan hidrasi intravena yang membahayakan jiwa. Idealnya , cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5g Natrium klorida, 2,5g Natrium bikarbonat, 1,5 Kalium klorida dan 20 g glukosa perliter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak tersedia, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan :1/2 sendok teh garam, sendok teh baking soda, dan 2=4 sdm gula perliter air. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan rehidrasi untuk meng oreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (therapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (therapi rumatan).

Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/ muntah (previous water losses= PWL); ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urine, dan pernapasan (normal water losses=NWL),; jumlah ini juga tergantung derajat dehidrasi.

Keadaan status hidrasi yang buruk dapat menyebabkan konstipasi. Orang lanjut usia perlu diingatkan untuk minum sekurang kurangnya 6-8 gelas sehari (1500 ml perhari) , terkecuali diketemukan adanya kontra indikasi. Asupan cairan dapat dicapai bila tersedia cairan/ minuman yang dibutuhkan didekat pasien, demikian pula cairan yang berasal dari sup, sirup dan es. Asupan cairan (perlu lebih banyak bagi mereka mengkonsumsi diuretik tetapi kondisi jantungnya stabil

Jika terapi intravena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau Ringer Lactate harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor baik dengan memperhatikan tanda tanda vital, pernapasan, dan urine serta penyesuaian infus apabila diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin. BJ Plasma 1,025 x Berat badan (Kg) x 4 ml

0,001

Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis:

- Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% x Kg BB

- Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x Kg BB

- Dehidrasi berat kebutuhan cairan 10% x Kg BB2) Serat

Pada orang lanjut usia, serat berguna menurunkan waktu transit (transit time). Pada orang usia lanjut disarankan agar mengkonsumsi serat sekitar 6-10 gram perhari. Ada juga yang menyarankan mengkonsumsi serat sebanyak 15-20 perhari. Serat berasal dari biji-bijian, sereal, beras merah, buah, sayur, kacang -kacangan. Kacang-kacangan akan memfasilitasi gerakan usus dengan meningkatkan massa tinja dan mengurangi waktu transit usus. Serat juga menyediakan substrat untuk bakteri kolon, dengan produksi gas, dan asam lemak rantai pendek yang meningkatkan gumpalan tinja. Serat tidak efektif tanpa cairan yang cukup, dan dikontraindikasikan pada pasien dengan impaksi tinja (skibala) atau dilatasi kolon. Peningkatan jumlah serat dapat menyebabkan gejala kembung, banyak gas, dan buang air besar tidak teratur, terutama pada 2-3 minggu pertama, yang seringkali menimbulkan ketidakpatuhan obat.3) Bowel training

Pada pasien yang mengalami penurunan sensasi akan mudah lupa untuk buang air besar. Hal tersebut akan menyebabkan rektum lebih mengembang karena adanya penumpukan faeces. Membuat jadwal untuk buang air besar merupakan langkah awal yang baik untuk pasien dan juga baik diterapkan pada pasien lanjut usia yang mengalami gangguan kognitif Pada pasien yang sudah memiliki kebiasaan buang air besar tepat waktu, dianjurkan meneruskan kebiasaan tersebut. Sedangkan pada pasien yang tidak memiliki jadwal teratur untuk buang air besar, waktu yang baik untuk buang air besar adalah setelah sarapan dan makan malam. 4) Latihan jasmani

Jalan kaki setiap pagi adalah bentuk latihan jasmani yang sederhana tetapi bermanfaat bagi orang lanjut usia yang masih mampu berjalan. Jalan kaki satu setengan jam setelah makan cukup untuk membantu. Bagi mereka yang tidak mampu bangun dari tempat tidur, dapat didudukkan atau diberdirikan sekitar tempat tidur. Positioning bagi pasien lanjut usia yang tidak dapat bergerak, meninggalkan tempat tidurnya menuju ke kursi beberapa kali dengan interval 15 menit, adalah salah satu cara untuk mencegah ulkus dekubitus. Tentu saja pasien yang mengalami tirah baring dapat dibantu dengan menyediakan toilet atau komod dengan tempat tidur, jangan diberi bedpan. Mengurut perut dengan hati hati mungkin dapat pula dilakukan untuk merangsang gerakan usus.5) Antibiotik

Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% Kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik diindikasikan pada : pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, faeces berdarah, lekosit pada faeces, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten, atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, teapi terapi antibiotoik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.

OrganismePilihan pertamaPilihan kedua

Campylobacter, Shigella atau Salmonella spp

Vibrio Cholera

Clostridium difficiteCiprofloxacin 500mg/ oral

2 x sehari, 3-5 hari

Tetrasiklin 500mg/ oral

4x sehari, 3 hari

Doksisiklin 300mg/ oral dosis tunggal

Metronidazole 250-500 mg 4x sehari, 7-14 hari oaral atau IVSalmonella/ Shigella :

-Ceftriaxon 1g IM/ IV 1x/hr

Selama 3 hari

Campylobcter spp:

-Azythtromicin 500mg/ oral

2x sehari, Erithtromicin 500

mg/ oral 2x sehari, selama

5 hari

Resisten tetrasiklin :

-Ciproflokxacin 1g? Oral

1x ataua Erithtromicin 250 mg/ Oral 4x sehari selama 3

hari

Vancomicin. 125mg/ oral 4x sehari, 7-14 h1ri

Tabel 2 : Antibiotika empiris untuk diare infeksi Bakteri (Sumber :Zein et all,2004)

Macam-macam obat anti diare

1) Kelompok anti sekresi selektif

Terobosan tewrbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecacodril yang bermanfaat sekali sebagai penghambata enzim nekephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga keaseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini tersedia dibawah nama hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pula digunakan lebih aman terutama pada anak.

2) Kelompok opiat

Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCL serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotif). Penggunaan kodein adalah15-60mg 3x sehari, loperamid 2-4mg/ 3-4x sehari dan lomotif 5mg 3-4x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensai faeces dan mengurangi frekwensi diare. Bila diberikan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.3) Kelompok absorbent

Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin atau smektif diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap bahan infeksius atau toksin toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.

4) Zat Hidrofilik

Ekstrak tumbuh tumbuhan yang berasal dari Plantagooveta, psyllium, Karaya (Sterculia), Ispragula,, coptidis, dan catleya dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi faeces tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan caiaran dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.

5) Prebiotik2.10 KomplikasiMenurut (Burrner & Suddarth, 2002) komplikasi dari diare adalah:1) Dehidrasi

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pada pemasukan air

2) Gangguan keseimbangan asam basa.

Terjadi karena adanya metabolik acidosis. Metabolik acidosis terjadi karena kehilangan Natrium Bicarbonat bersama tinja, penumpukan asam laktat, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, pemindahan ion Natrium dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

3) Hipoglikemia.

Gejalanya dapat berupa badan lemas, apatis, tremor, berkeringat, pucat, shock, kejang sampai koma.

4) Gangguan Sirkulasi

Dapat berupa renjatan atau shock hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, acidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong pasien dapat meninggal.2.11 Pencegahan

Pencegahan primer dapat dilakukan untuk menghindari diare pada lansia, antara lain:

1) Mengurangi penggunaan antasida.

2) Seringkali pada lansia yang mengalami gluten enteropathy, dipertimbangkan dalam penggunaan susu diganti dengan yogurt

3) Evaluasi dan modifikasi stressor yang dapat menyebabkan diare pada lansia

4) Karena penularan diare menyebar melalui jalur fecal oral, penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya mengelolah makanan. Semua bahan makanan harus dicuci bersih dengan air mengalir yang bersih. Semua daging dan ikan harus dimasak. 2.12 PrognosisDengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi anti mikroba jika diindikasikan, prognosis diare hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.2.13 WOC

2.14 Asuhan Keperawatan2.14.1 Pengkajian Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan dan pola diare serta pola eliminasi pasien sebelumnya. Terapi obat obatan saat ini, riwayat medis dan bedah terdahulu, asupan diet harian dan jadwal makan. 1. Identitas Pada lansia sering terjadi pada usia lanjut 60 tahun ke atas 2. Keluhan utama

Hal yang menjadi alasan klien datang untuk meminta pertolongan kesehatan, adalah BAB > 3x sehari, feses sangat encer, disertai kram atau nyeri abdomen 3. Riwayat kesehatan sekarang

Penting diketahui untuk mengetahui penyebab sehingga tepat dalam penangannya. Ditanyakan kapan mulai timbulnya diare, berapa kali dalam sehari, konsistensinya (cair atau berminyak), bau dan warna, jumlahnya, adakah darah dan lendir atau pus dalam faeces. Adakah kram abdomen nyeri. Biasanya klien yang mengalami diare memiliki riwayat gangguan pada usus, setelah mengonsumsi makanan makanan yang menyebabkan diare.4. Riwayat kesehatan dahuluPola defekasi, gaya hidup, pekerjaan, asupan nutrisi dan cairan, riwayat pengonsumsian obat serta stress dan riwayat pembedahan masa lalu.

5. Pengkajian Psikososial

Pengkajian psikososial klien diare memungkinkan perawat untuk memperoleh informasi persepsi klien tentang penyakitnya dan status emosi. Pada klien diare sering ditemui rasa gelisah akibat seringnya BAB cair dan ketakutan akan rasa lemas yang dialami. Penting juga kita gali mekanisme koping yang digunakan klien.6. Pemeriksaan fisikB1 (Breathing)

Kekurangan volume cairan dari kebutuhan tubuh akibat diare dapat menyebabkan terjadinya peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman pernafasan (normal : 16 20 x/mnt), Inspeksi apakah klien mengalami sesak napas, penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekwensi napas. B2 (Blood)Bila terjadi dehidrasi sedang berat, dapat terjadi hipotensi, hipertermia, mata cowong, bibir kering. Peningkatan frekuensi denyut nadi (normal: 60-100 x/mnt), nadi teraba lemah. Kadang terjadi peningkatan suhu tubuh jika diare disebabkan karena infeksi bakteri.B3 (Brain)

Pengkajian tingkat kesadaran (GCS) , pada keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi penurunan kesadaran dari sopor hingga koma, bila terjadi dehidrasi berat.

B4 (Bladder)

Pada pemeriksaan ini akan bisa terjadi penurunan urine yang bisa dijadikan indikator jika klien mengalami dehidrasi. Kaji perasaan haus pada klien, warna urine kuning pekat (bila dehidrasi sedang berat)B5 (Bowel)

Kemungkinan bisa terjadi muntah, napsu makan menurun bahkan hilang sama sekali, bising Usus meningkat, saat perkusi abdomen terdengar hipertimpani, klien merasa nyeri abdomen (mules), faeces cair, BAB lebih dari 3 x sehari.B6 (Bone-integumen)

Pada klien dewasa terutama lansia seringkali dijumpai sensitifitas kulit yang sangat tinggi sebagai akibat penurunan turgor dan penurunan lapisan lemak subkutan. Adanya distensi abdomen, membran mukosa kulit dan turgor apakah terjadi penurunan yang berkaitan dengan status hidrasi, kemungkinan adanya iritasi perianal akibat BAB yang terlalu sering serta badan lemas, turgor kulit menurun jika terjadi dehidrasi sedang-berat.

2.14.2 Diagnosa Keperawatan1. Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan pengiritasi, atau gangguan motilitas usus.

2. Hipertermi b.d dehidrasi3. Resiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasase faeces yang sering dan kurangnya asupan cairan.

4. Anxietas berhubungan dengan eliminasi yang sering dan tidak terkontrol

5. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pasase faeces yang sering atau encer

6. PK Disritmia jantung berhubungan dengan deplesi elektrolit

2.14.3 Intervensi Keperawatan1. Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan pengiritasi, atau gangguan motilitas usus.

NOC :

Diare dapat dikendalikan / dapat dihilangkan Eliminasi defekasi normal

Hidrasi adekuatKriteri hasil :

Eliminasi defekasi yang efektif

Keseimbangan elektrolit dan asam basa

Keseimbangan cairan, hidrasi adekuat

Nyeri kram tidak ada

Kembung tidak ada

Konsistensi BAB kembali normal

NIC:1. Pantau dan catat frekuensi dan karakteristik, jumlah feces dan faktor pencetus serta identifikasi kebiasaan pola defekasiR / Untuk memantau keefektifan penanganan dan membantu membedakan penyakit pasien dan mengkaji beratnya derajat dehidrasi.2. Timbang BB pasien setiap hari

R / Diare yang kronis dapat menurunkan berat badan pasien

3. Tingkatkan tirah baringR / : Untuk menurunkan motilitas usus dan menurunkan laju metabolisme bila terjadi infeksi atau perdarahan.

4. Hindari mengkonsumsi susu,kafein dan makanan tinggi serat selama 1 minggu

R / Untuk menghindari iritasi mukosa usus5. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare.R / Menghindarkan iritan, meningkatkan istirahat usus.

6. Berikan pemasukan cairan peroral dan nutrisi yang adekuat secara bertahap.

R / menggantikan jumlah cairan yang keluar akibat diare7. Berikan privasi dan keamanan bagi pasien selama eliminasi defekasi

R / Privasi dan keamanan lingkungan menurunkan stress yang dapat memicu terjadinya diare

8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyesuaian diet

R / Untuk mencegah diare yang diakibatkan oleh makanan pengiritasi usus.9. Observasi tanda-tanda vital (nadi, suhu, tekanan darah)

R / Untuk mengetahui tanda dehidrasi sedini mungkin 10. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksan laboratorium dan serum elektroli, serta pemberian terapi pengobatan anti diare.R/ Untuk membantu menegakkan diagnosa medis, dan pengobatan.

11. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan dan elektrolitR/ Untuk menggantikan sejumlah cairan dan elektrolit yang banyak keluar akibat diare

2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi

NOC : pasien menunjukkan termoregulasi yang baik dalam waktu 1 x 6 jam

Kriteria hasil

1) Suhu tubuh dalam batas normal (Suhu tubuh 36 37 0C)2) Keseimbangan cairan tetap stabil

3) Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan

4) Tidak terjadi perubahan warna kulit

NIC :

1) Ukur suhu tubuh pasien setiap 4 jam, atau lebih sering diindikasikan untuk mengevaluasi keektifan intervensi.

Rasional : Melakukan perbandingan data yang akurat.2) Berikan antipiretik sesuai anjuran dan catat keektifannya

Rasional : untuk menurunkan demam

3) Pantau TTV minimal tiap jam

Rasional ; peningkatan hasil atau perubahan TTV dari batas normal, menunjukkan adanya gangguan atau respon tubuh diluar nilai normal.

4) Anjurkan klien untuk banyak meminum cairan secara adekuat dan pantau hasil hularan klien

Rasional : Cairan keluar dan masuk harus seimbang

5) Pertahankan suhu lingkungan yang stabil

Rasional : suhu lingkungan membantu dalam proses evaporasi

6) Berikan pakaian yang longgar, tipis dan mudah menyerap keringat

Rasional : Hipertemi dapat lebih cepat teratasi

7) Berikan kompres hangat

Rasional : Terjadi vasodilatasi pembuluh darah, sehingga mempercepat penurunan suhu tubuh

3. Resiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasase faeces yang sering dan kurangnya asupan cairan

NOC :

Keseimbangan elektrolit dan asam basa

Keseimbangan cairan

Hidrasi

Status nutrisi dan cairan

Kriteria evaluasi

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Asupan cairan pasien melebihi haluaran

Pasien menyatakan pemahaman tentang perlunya mempertahankan cairan yang adekuat

NIC :

1) Pantau turgor kulit setiap giliran jaga dan catat penurunannyaR / turgor kulit buruk merupakan suatu tanda dehidrasi

2) Periksa membran mukosa muut setiap giliran jaga.

R / membran mukosa yang kering merupakan tanda dehidrasi

3) Uji berat jenis urine. Pantau nilai laboratorium dan laporkan temuan yang tidak normal

R / peningkatan hematokrit dan HB juga mengindikasikan adanya dehidrasi

4) Pantau TTV setiap 4 jam

R / takikardia,hipotensi,dispneu atau demam dapat mengindikasikan defisit volume cairan

5) Ukur berat badan pasien setiap hari dan catat hasilnya

R / pengukuran berat badan setiap hari dapat memperkirakan status cairan tubuh

6) Simpan cairan oral pada tempat yang mudah dijangkau pasien dan anjurkan pasien untuk minum

R / memudahkan pasien mengontrol asupan cairan dan tambahan asupan cairan

7) Catat intake dan output dari cairan

R / untuk membantu perkiraan keeimbangan cairan pasien

8) Berikan dan pantau cairan parenteral sesuai anjuran

R / untuk mengembalikan kehilangan cairan4. Ansietas berhubungan dengan respon parasimpatis: nyeri abdomen akibat diare

NOC : ansietas berkurangKriteria hasil :

Tidak menunjukkan perilaku agresif

Mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepatNIC :

1) Dorong pasien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpam balik tentang mekanisme koping yang tepat.

Rasional: Membuat hubungan terapeutik, dan membantu pasien dalam menyatakan masalah yang menyebabkan stress.

2) Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu menurunkan ansietas.

3) Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.

Rasional: Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa aman dan membantu menurunkan ansietas.

4) Bantu pasien untuk mengatasi tingkat kecemasaniRasional: Menurunkan tingkat kecemasan.

5) Libatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan klien.Rasional: Dukungan keluarga, pasien merasa nyaman. 5. Risiko kerusakan integritas kulit, berhubungan dengan peningkatan frekwensi eliminasi

NOC : Kerusakan integritas kulit tidak terjadiKriteria Hasil ;

Pasien tidak mengalami kerusakan kulit

Pasien mempertahankan sirkulasi kulit yang adekuat

Pasien dan anggota keluarga mampu melakukan perawatan kulitNIC :

1) Gunakan alat perawatan kulit preventif sesuai kebutuhan Rasional ; Untuk mencegah ketidaknyamanan dan kesukan kulit

2) Pertahankan kulit pasien tetap bersih dan kering

Rasional ; untuk mencegah kulit kering dan kenyamanan, sehingga mengurangi resiko iritasi dan kerusakan kulit

3) Pantau asupan nutrisi pasien dan pertahankan hidrasi yang adekuat

Rasional ; Hidrasi mampu mempertahankan integritas kulit

4) Berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kulit preventive dan anggota keluarga

Rasional Tindakan tersebut mendorong kepatuhan terhadap program perawatan kulit.

6. PK Disritmia jantung berhubungan dengan deplesi elektrolit

NOC: Tidak terjadi disritmia karena kekurangan elektrolit

NIC:

1) Kaji tanda-tanda adanya disritmia

R / sebagai data dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya

2) Lakukan perekaman EKG dan catat adanya kelainan irama jantung

R/ gambaran EKG akan berubah apabila terjadi kekurangan kalium

3) Kolaborasi pemberian cairan parenteral sesuai indikasi

R / cairan parenteral untuk meningkatkan kebutuhan elektrolit akibat diare

4) Kolaborasi penanganan disritmia sesuai algoritma penanganan disritma

R / penanganan disritmia yang tepat sesuai algoritma dapat menyelamatkan pasien dari ancaman kematian.

BAB 3PENUTUP3.1 KesimpulanLansia merupakan proses ynag harus dijalani setiap orang dan prosess ini merupakan proses yang alamia.menua bukan lah suatu penyakit tetapi merupakan proses yang berangsur angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif merupakan proses menurun nya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih 3 kali / hari), serta perubahan dalam isi (lebih 200 g/ hari) dan konsistensi (feses cair). Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan, ketidaknyamanan perianal, inkontinensia atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosal, atau motilitas dapat menimbulkan diare.Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti penggantian hormon tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik, kemoterapi, dan ansatida, pemberian makan personde, gangguan metabolik dan endokrin serta proses virus/ bakteri.Frekuensi defekasi meningkat bersamaan dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses, pasien mengeluh kram perut, distensi, gemuruh usus, anoreksia dan haus. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar. Obat-obatan tertentu misalnya prednison dapat mengurangi beratnya diare dan penyakit.3.2 SaranLansia hendaknya lebih memperhatikan kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat serta memperhatikan kebersihan lingkungan. Keluarga memiliki peran penting untuk memberikan dukungan dan mengingatkan lansia untuk menjaga kesehatan. Pertimbangkan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh.DAFTAR PUSTAKACarpenito, Lynda Juall, 2009, Diagnosis Keperawatan, Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth.J, 2008, Buku Saku Patofisiologi,Jakarta: EGC

Harrisons, 2009, Manual Kedokteran : Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam jilid satu, Tangerang: Karisma publishing group

Kowalak, J.P. et al, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Jakarta : EGC

Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta

NANDA, 2012, Diagnosa Keperawatan 2012-2014, Jakarta, EGC

Price, Sylvia A, 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis proses-proses Penyakit. Ed 6, Jakarta : EGC

Potter, Patricia A, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan praktik. Ed 4, Jakarta: EGC

Stanley, Mickey dkk,.2007.Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.Jakarta:EGCSudoyo, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Smeltzer, Suzanne.C, 2002, Buku Ajar Medikal-Bedah edisi 8,Jakarta: EGC

Wong, Donna. L, 2009, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Ed 6 Vol 1, Jakarta: EGCBerlangsung dalam waktu lama&sering

Kulit lecet pada anus & sekitarnya

BAB >3x/hari

Feses cair

Volume > 200gr/hari

Berlendir/darah

DIARE

Gangguan proses absorbsi makanan

Pe hormon&enzim pencernaan

kompensasi hipersekresi permeabilitas usus

di fagosit oleh bakteri di usus

menghasilkan toksin

Microorganisme berkembang cepat

Lolos barier asam lambung

Masuk saluran cerna

Permeabilitas usus

Sekresi air&elektrolit pindah ke dalam rongga usus

Tekanan osmotic usus

Pemakaian antasida jangka panjang

Faktor makanan & obat-obatan

Faktor malabsorbsi (Pe fungsi usus)

Faktor Usia:

Pe indera pengecap

Kehilangan gigi

Lansia>60thn

Esofagus melebar

HCL

Sensitivitas lapar

Fungsi organ aksesori

Enzim pencernaan

Faktor Infeksi:

1. Infeksi Bakteri

2. Infeksi Virus

3. Infeksi Parasit

4. Jamur

Nyeri akut

Ansietas

MK:Kerusakan integritas kulit

Kehilangan cairan&elektrolit >>

Dehidrasi

Hipertermi

Cairan extraseluler hilang dengan cepat

Ketidakseimbangan elektrolit

Cairan intraseluler hilang

Volume sirkulasi

Deplesi elektrolit Na+. K+

PK: Disritmia Jantung

MK:Resiko deficit volume cairan & elektrolit