MAKALAH TERAPI

19
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami ( Roesli, 2000), Lawrence (1994) dalam Roesli (2001), menyatakan bahwa menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Hal tersebut sejalan dengan Suryaatmaja dalam Soetjiningsih (1997), yang mengatakan menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang ibu. Pada proses menyusui, pemberian beberapa obat (misalnya ergotamin) untuk perawatan si ibu dapat membahayakan bayi yang baru lahir, sedangkan pemberian digoxin sedikit pengaruhnya. Beberapa obat yang dapat menghalangi proses pengeluaran ASI antara lain misalnya estrogen. Keberhasilan dalam menyusui menurut San Diego Lactacion clinic dalam Soetjiningsih (1997) dipengaruhi adanya dukungan keluarga, informasi yang jelas dan profesi FARMAKOTERAPI Page 1 “ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

description

breast feeding pharmacotherapy

Transcript of MAKALAH TERAPI

Page 1: MAKALAH TERAPI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada

bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan

menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang

keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang

mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan

tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama

suami ( Roesli, 2000), Lawrence (1994) dalam Roesli (2001),

menyatakan bahwa menyusui adalah pemberian sangat berharga yang

dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin,

sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat

menyelamatkan kehidupan bayi. Hal tersebut sejalan dengan

Suryaatmaja dalam Soetjiningsih (1997), yang mengatakan menyusui

adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang ibu.

Pada proses menyusui, pemberian beberapa obat (misalnya

ergotamin) untuk perawatan si ibu dapat membahayakan bayi yang

baru lahir, sedangkan pemberian digoxin sedikit pengaruhnya.

Beberapa obat yang dapat menghalangi proses pengeluaran ASI

antara lain misalnya estrogen.

Keberhasilan dalam menyusui menurut San Diego Lactacion

clinic dalam Soetjiningsih (1997) dipengaruhi adanya dukungan

keluarga, informasi yang jelas dan profesi atau tenaga kesehatan.

Pendidikan ibu dan keluarga , nutirisi yang adekuat juga akan

mempengaruhi proses dalam menyusui. Bayi sesegera mungkin

disusukan setelah lahir dan pemberian ASI tidak dijadwal sesuai

keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara setiap

menyusui secara bergantian, dan istirahat yang cukup. Begitu juga

FARMAKOTERAPI Page 1“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 2: MAKALAH TERAPI

menurut Sidi (2001), keberhasilan pemberian ASI atau menyusui

memerlukan dukungan dari berbagai macam faktor, antara lain

payudara sebagai perangkat pemberian ASI, perlu diperhatikan apakah

cukup mampu menghasilkan ASI dan kondisi putingnya memadai bagi

bayi untuk bisa menyusui dengan mudah. Bayi dibiasakan menyusui

sejak dini , yaitu segera setelah dilahirkan, ibu siap mental untuk

menyusui bayinya, petugas kesehatan siap membantu ibu agar dapat

menyusui dengan mudah, suami siap mendukung ibu untuk menyusui

dengan baik. Misalnya dengan menyediakan menu makanan yang

memenuhi keperluan ibu menyusui, membuat pikiran ibu tenang, mau

berbagi dengan ibu dalam melaksanakan pekerjaan di rumah.

2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui perubahan farmakokinetik obat dalam tubuh ibu menyusui

2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi obat pada ibu menyusui

terhadap bayi

3. Dapat mengetahui obat-obat yang aman di gunakan bagi ibu menyusui

FARMAKOTERAPI Page 2“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 3: MAKALAH TERAPI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Farmakokinetika dan Farmakodinamik ibu menyusui

2.1.1 Farmakokinetika Ibu Menyusui

Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui

terdeteksi didalam ASI , untungnya konsentrasi obat di ASI

umumnya rendah. Konsentrasi obat dalam darah ibu adalah

faktor utama yang berperan pada proses transfer obat ke ASI

selain dari faktor-faktor fisiko-kimia obat. Volume darah/cairan

tubuh dan curah jantung yang meningkat pada kehamilan akan

kembali normal setelah 1 bulan melahirkan. Karena itu

pemberian obat secara kronik mungkin memerlukan

penyesuaian dosis. Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar

dan yang tidak terion akan mudah melewati membran sel alveoli

dan kapiler susu. Obat yang ukurannya kecil (< 200 Dalton) akan

mudah melewati pori membran epitel susu. Obat yang terikat

dengan protein plasma tidak dapat melewati membran, hanya

obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya. Plasma relatif

sedikit lebih basa dari ASI. Karena itu obat yang bersifat basa

FARMAKOTERAPI Page 3“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 4: MAKALAH TERAPI

lemah di plasma akan lebih banyak dalam bentuk tidak

terionisasi dan mudah menembus membran alveoli dan kapiler

susu. Sesampainya di ASI obat yang bersifat basa tersebut akan

mudah terion sehingga tidak mudah untuk melewati membran

kembali ke plasma. Fenomena tersebut dikenal sebagai ion

trapping.

Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1- 3 jam sesudah

ibu meminum obat. Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk

tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus

meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk sementara

ASI tidak diberikan tetapi tetap harus di pompa. ASI dapat diberikan kembali

setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan

setelah 5 kali waktu paruh obat.

2.1.2 Farmakokinetika Bayi

Absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi pada bayi berbeda nyata

dengan orang dewasa. Kecepatan absorpsi lewat saluran cerna lebih rendah,

misalnya absorpsi fenobarbital, fenitoin, asetaminofen dan Distribusi obat

juga akan berbeda karena rendahnya protein plasma, volume cairan tubuh

yang lebih besar dari orang dewasa. Metabolisme obat juga rendah karena

aktivitas enzim yang rendah . Ekskresi lewat renal pada awal kehidupan masih

rendah dan akan meningkat dalam beberapa bulan.

Selain banyaknya obat yang diminum oleh bayi melalui ASI, juga kinetika

obat pada bayi menentukan akibat yang ditimbulkan oleh obat. Yang perlu

diperhatikan adalah bila efek yang tidak diinginkan tidak bergantung dari

banyaknya obat yang diminum, misalnya reaksi alergi, maka sedikit atau

banyaknya ASI yang diminum bayi menjadi tidak penting, tetapi apakah si

bayi meminum atau tidak meminum ASI menjadi lebih penting.

FARMAKOTERAPI Page 4“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 5: MAKALAH TERAPI

2.1.3 Farmakodinamika

Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda.

Sedangkan farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari.

Kemungkinan sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai contoh,

dari hasil penelitian bahwa sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada bayi

2.2 Obat yang digunakan pada ibu menyusui

- Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika

pengobatan memang diperlukan, perbandingan manfaat/risiko harus

dipertimbangkan pada ibu maupun bayinya.

- Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak

Membahayakan

- Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko

lebih besar terhadap paparan obat melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh

fungsi ginjal dan hati yang belum berkembang, sehingga berisiko

terjadi penimbunan obat

- Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan

jumlah kadar obat terkecil yang sampai pada bayi

- Hindari atau hentikan sementara menyusu

- Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau

secara cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi

- Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki sedikit data

Daftar obat – obat yang dipertimbangkan kontraindikasi selama

menyusui:

OBAT / GOL.

OBAT

EFEK PADA BAYI

Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat

menyebabkan iritasi, dan pola tidur yang

FARMAKOTERAPI Page 5“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 6: MAKALAH TERAPI

jelek

Antineoplastik Potensial menekan sistem imun, efek

sitotoksik obat pada bayi belum diketahui

Bromokriptin Menekan laktasi

Cocain Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi

karena CNS stimulan dan intoksikasi

Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah, diare,

dan kejangg telah dilaporkan

Etanol Kontraindikasi masih kontroversial

intake yang tinggi pada ibu dapat

menyebabkan bayi yang disusui : sedasi,

diaforesis, deep sleep, lemah,

menghambat pertumbuhan dan berat

badan abnormal. Paparan yang kronik

juga menimbulkan keterlambatan

perkembangan psikomotor. Bayi dari ibu

alkoholik menyebabkan risiko yang

potensial hipoprotombin berat,

pendarahan, dan pseudo cushing

sindrome, AAP mengklarifikasikan

compatible (dapat diterima), tapi harus

dipertimbangkan kontraindikasinya. Satu

review menyarankan untuk menunggu 1-

2 hari setelah minum sebelum menyusui.

Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya

mencukupi

Immunosupresan Potensial menekan sistem imun

Lithium Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-

rata 40 % dari konsentrasi serum plasma

ibu menyebabkan reaksi toksik yang

potensial, kontraindikasi.

FARMAKOTERAPI Page 6“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 7: MAKALAH TERAPI

Asam liserat

disetilmida ( LSD )

Kemungkinan diereksikan dalam ASI

Mariyuana Diekskresikan dalam ASI

Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi

kontraindikasi karena potensial terjadi

diare berat pada bayi

Nicotin Kontraindikasi masih kontroversial,

absorpsi melalui perokok pasif lebih

tinggi dari pada melalui ASI. Merokok

secara umum tidak direkomendasikan

selama menyusui, menurunkan produksi

ASI.

Pensiklidin Potensial bersifat halusinogenik

Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraindikasi

Beta - blocker Amati pada bayi tanda – tanda blokade

seperti hipotensi, bradikardi, asebutol,

atenolol dan nadolol terkonsentrasi

dalam ASI

Bromfeniramin Amati gejala pada bayi: iritasi, gangguan

pola tidur

Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraindikasi

Pensiklidin Potensial bersifat halusinogenik

Cimetidin Dapat terakumulasi dalam ASI, potensial

menekan asam lambung,

menghambat metabolisme obat, dan CNS

stimulan. Compatible

Diazepam Letargin dan kehilangan berat badan

dilaporkan, amati akumulasi pada

bayi, pertimbangkan penggunaannya

Aspirin Satu kasus terjadi keracunan salisilat

berat potensial terjadi gangguan fungsi

FARMAKOTERAPI Page 7“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 8: MAKALAH TERAPI

platet dan rash, AAP merekomendasikan

penggunaannya dengan perhatian.

Beberapa jenis obat hanya boleh diminum oleh ibu menyusui jika ibu

berhenti menyusui selama beberapa hari atau beberapa minggu. Agar produksi ASI

tetap terjaga, selama ibu berhenti menyusui, ibu bisa memompa ASI dan

membuangnya, sementara bayinya bisa meminum ASI yang sebelumnya telah

dibekukan atau minum susu formula.

Obat-obatan radioaktif yang digunakan untuk pemeriksaan diagnostik tertentu

(misalnya Gallium-69, Iodine-125, Iodine-131 atau Technetium-99m) bisa

digunakan asalkan untuk sementara waktu ibu berhenti menyusui.

Obat-obatan yang sebaiknya tidak diminum oleh ibu menyusui adalah:

Bromokriptin (obat untuk penyakit Parkinson, juga menyebabkan berkurangnya

pembentukan ASI)

Sebagian besar obat-obat kemoterapi untuk kanker (obat ini membunuh sel-sel

di dalam tubuh ibu sehingga bisa melukai bayinya)

Ergotamin (untuk sakit kepala migren, karena menyebabkan muntah, diare dan

kejang pada bayi)

Litium (untuk penyakit manik-depresif, karena dikeluarkan melalui ASI)

Metotreksat (untuk artritis, karena bisa menekan sistem kekebalan bayi)

Obat-obatan yang disalahgunakan.

Beberapa jenis obat, seperti kokain dan PCP, bisa menimbulkan keracunan pada

bayi. Amfetamin, heroin dan marijuana bisa menyebabkan iritabilitas, pola tidur

yang buruk, tremor dan muntah. Bayi juga menjadi ketagihan terhadap obat-

obat tersebut.

Ibu menyusui sebaiknya tidak merokok. Nikotin bisa menyebabkan muntah,

FARMAKOTERAPI Page 8“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 9: MAKALAH TERAPI

diare dan gelisah pada bayi; juga akan mengurangi pembentukan ASI. Ibu

menyusui yang merokok aktif maupun pasif, bisa meningkatkan resiko

terjadinya sudden infant death syndrome (SIDS, sindroma kematian bayi

mendadak) dan infeksi saluran pernafasan dan telinga.

2.3 Keuntungan

2.3.1 Keuntungan Menyusui bagi bayi

ASI menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung

protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh

kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau

lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3

nutrisi atau lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan

perlindungan terhadap infeksi dan penyembuhan yang lebih cepat

dari infeksi. Imunoglobulin A terdapat dalam jumlah yang banyak di

dalam kolostrum sehingga memberikan bayi tersebut kekebalan

tubuh pasif terhadap infeksi. Terdapat faktor bifidus di dalam air susu

ibu yang menyebabkan pertumbuhan dari Lactobacillus bifidus yang

dapat menurunkan kumpulan bakteri patogen (menyebabkan penyakit

pada manusia) penyebab diare. Berdasarkan penelitian di negara

maju, ASI dapat menurunkan angka infeksi saluran pernapasan

bawah, otitis media (infeksi pada telinga tengah), meningitis bakteri

(radang selaput otak), infeksi saluran kemih, diare, dan necrotizing

enterocolitis.

Karena protein yang terdapat pada ASI adalah protein yang

spesifik untuk manusia, maka pengenalan lebih lama terhadap protein

asing atau protein lain yang terdapat di dalam susu formula, dapat

mengurangi dan memperlambat terjadinya alergi

2.3.2 Keuntungan bagi Ibu menyusui

FARMAKOTERAPI Page 9“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 10: MAKALAH TERAPI

Hormon oksitosin dilepaskan selama menyusui yang

menyebabkan peningkatan kontraksi rahim, mencegah involusi

rahim, dan menurunkan angka kejadian perdarahan setelah

melahirkan. Wanita yang menyusui, menurunkan angka kejadian

kanker indung telur dan kanker payudara setelah menopause sesuai

dengan lamanya waktu dia menyusui. Wanita yang menyusui juga

dapat mengurangi angka kejadian osteoporosis dan patah tulang

panggul setelah menopause, serta menurunkan kejadian obesitas

karena kehamilan. Meyusui dapat menciptakan ikatan antara ibu

dengan bayi yang juga dapat mengurangi biaya dibandingkan dengan

pemakaian susu formula. Menyusui memperlambat ovulasi (keluar

dan matangnya sel telur) setelah melahirkan sehingga menjadi suatu

bentuk KB alamiah.

2.4 Hal yang harus diperhatikan ketika menyusui

Beberapa hal yang membuat menyusui tidak diperkenankan adalah :

Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol dalam

jumlah berlebihan

Bayi dengan galaktosemia

Ibu dengan penyakit HIV/AIDS

Ibu dengan penyakit Tuberkulosis (TBC) yang tidak diobati dan masih

aktif. Wanita tersebut dapat memberikan ASI kepada bayinya apabila

pengobatannya sudah menujukkan keberhasilan terapi

Ibu dengan penyakit varisela (cacar). Apabila bayi sudah diberikan

Imunoglobulin virus varisela zoster, maka bayi tersebut dapat disusui

apabila tidak terdapat luka di puting. Dalam waktu 5 hari setelah

lenting-lenting muncul, antibodi ibu dibentuk, dan menyusui pada saat

ini dapat memberikan kekebalan pasif bagi bayi

Herpes yang aktif pada payudara

FARMAKOTERAPI Page 10“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 11: MAKALAH TERAPI

Menyusui dapat dilakukan pada keadaan :

Infeksi Cytomegalovirus (CMV) bawaan atau didapat pada bayi yang

sehat. Bayi tersebut sebaiknya disusui karena ASI mengandung

antibodi

Ibu dengan penyakit Hepatitis B, apabila bayi sudah diberikan

Imunoglobulin Hepatitis B serta vaksin Hepatitis B (wanita dengan

Hepatitis B yang sedang aktif sebaiknya tidak menyusui)

Ibu dengan penyakit Hepatitis A, apabila bayi sudah menerima

Imunoglobulin Hepatitis A serta vaksin Hepatitis A

Masih merupakan kontroversi wanita dengan Hepatitis C dapat

menyusui atau tidak

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI)

kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk

mendapatkan dan menelan ASI.

Konsentrasi obat dalam darah ibu adalah faktor utama yang

berperan pada proses transfer obat ke ASI selain dari faktor-

faktor fisiko-kimia obat.

Obat yang ukurannya kecil (< 200 Dalton) akan mudah

melewati pori membran epitel susu. Obat yang terikat dengan

protein plasma tidak dapat melewati membran, hanya obat

yang tidak terikat yang dapat melewatinya.

Beberapa jenis obat, seperti kokain dan PCP, bisa menimbulkan

keracunan pada bayi. Amfetamin, heroin dan marijuana bisa menyebabkan

FARMAKOTERAPI Page 11“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 12: MAKALAH TERAPI

iritabilitas, pola tidur yang buruk, tremor dan muntah. Bayi juga menjadi

ketagihan terhadap obat-obat tersebut.

Ibu menyusui sebaiknya tidak merokok. Nikotin bisa menyebabkan

muntah, diare dan gelisah pada bayi; juga akan mengurangi pembentukan ASI.

Ibu menyusui yang merokok aktif maupun pasif, bisa meningkatkan resiko

terjadinya sudden infant death syndrome (SIDS, sindroma kematian bayi

mendadak) dan infeksi saluran pernafasan dan telinga.

DAFTAR PUSTAKA

Australian Drug Evaluation Committee (1989) Medicine in

Pregnancy.

Australian Goverment Publishing Service, Canberra.

Pediatric Pharmacotherapy ( 2010 ) Drugs in Pregnancy

and Lactation .

Marcia L. Buck, Pharm.D., FCCP, FPPAG

Harman, J.G et al ( 1996) Goodman and Gilman’s The

Pharmacological Basic of Therapeutics. 9th ed McGraw Hill

FARMAKOTERAPI Page 12“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “

Page 13: MAKALAH TERAPI

Brody, T.M. Larner, J. Minneman, K.P. and Neu, H.C

( 1994 ) Human Pharmacology : Molecular to Clinical. 2nd

ed. Mosby year Book Inc. St. Louis, Missouri

FARMAKOTERAPI Page 13“ Terapi Untuk Ibu Menyusui “