makalah tentang menulis

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Tidak banyak orang yang suka menulis. Di antara penyebabnya ialah karena orang merasa tidak berbakat serta tidak tahu bagaimana dan untuk apa menulis. Alasan itu sebenarnya tak terlepas dari pengalaman belajar yang dialaminya di sekolah. Lemahnya guru, kurangnya model, dan kekeliruan dalam belajar menulis yang melahirkan mitos-mitos tentang menulis, memperparah keengganan orang untuk menulis. Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, orang tidak perlu menunggu menjadi penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Frekuensi pelatihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis. Oleh karenanya, perlu kita pelajari seberapa penting keterampilan menulis itu sendiri dan juga tahapan-tahapan yang perlu dilalui dalam kegiatan menulis terutama bagi pembelajar menulis. 1

description

pengertian menulis

Transcript of makalah tentang menulis

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMenulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Tidak banyak orang yang suka menulis. Di antara penyebabnya ialah karena orang merasa tidak berbakat serta tidak tahu bagaimana dan untuk apa menulis. Alasan itu sebenarnya tak terlepas dari pengalaman belajar yang dialaminya di sekolah. Lemahnya guru, kurangnya model, dan kekeliruan dalam belajar menulis yang melahirkan mitos-mitos tentang menulis, memperparah keengganan orang untuk menulis.Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, orang tidak perlu menunggu menjadi penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Frekuensi pelatihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis.Oleh karenanya, perlu kita pelajari seberapa penting keterampilan menulis itu sendiri dan juga tahapan-tahapan yang perlu dilalui dalam kegiatan menulis terutama bagi pembelajar menulis.

B. Rumusan Masalaha. Bagaimana konsep dasar menulis kaitannya dalam bahasa Indonesia?b. Bagaimana keterkaitan logika bahasa dalam keterampilan menulis?c. Bagaimana uraian mengenai tahap-tahap dalam proses menulis?

C. Tujuan a. Mengetahui konsep dasar dan hakikat menulis dalam bahasa Indonesia.b. Mengetahui adanya keterkaitan antara logika bahasa dan keterampilan menulis.c. Dapat menguraikan tahap-tahap proses menulis dimana proses menulis tersebut merupakan kegiatan yang bersifat nonlinear.BAB IILANDASAN TEORIA. Konsep MenulisMenulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis.Sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi. Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa tak dapat dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengalaman dan masukan yang diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi berharga dalam menulis. Begitu pula sebaliknya, apa yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga corak kemampuan berbahasa lainnya. Namun demikian, menulis memiliki karakter khas yang membedakannya dari yang lainnya. Sifat aktif, produktif, dan tulis dalam menulis, memberikannya ciri khusus dalam hal kecaraan, medium, dan ragam bahasa yang digunakannya.

B. Logika Bahasa dalam Keterampilan MenulisKeterampilan menulis memerlukan latihan yang cukup banyak serta perhatian yang cukup besar terhadap logika yang dianut bersama di antara penulis dan pembaca. Kalau kita menerima teori heliosentrik dari Kopernikus bahwa bumi yang mengelilingi matahari, maka seharusnya kita tidak menerima kata matahari terbit karena kata matahari terbit tidak sesuai dengan logika teori heliosentrik dari Kopernikus. Tetapi kalau penulis dan pembaca menganut logika yang sama tentang matahari terbit, maka kata matahari terbit adalah sah saja. Demikian pula dengan sederetan idiom dan pepatah yang telah dikenal di antara penulis dan pembaca bahasa Indonesia. Mereka tetap dipahami oleh penulis dan pembaca selama penggunaannya dilakukan secara tepat dan menurut kebiasaan yang berlaku.Logika di dalam menulis berkenaan dengan logika sintaksis dan logika semantik. Namun kedua logika ini tidak terpisah sama sekali. Ketimpangan pada logika sintaksis dapat saja melahirkan ketimpangan pada logika semantik dan sebaliknya. Bahasa Indonesia yang tidak mengenal ubahan bentuk kata ketika berfungsi sebagai nomina atau sebagai adjektiva sangat peka terhadap ketimpangan. Tanpa kehati-hatian, kita dapat saja menulis kalimat yang memiliki interpretasi ganda dan hal ini membingungkan pembaca (menteri negara peranan wanita berunding dengan menteri negara lainnya; ulang tahun SMU Negeri ke-7). Karena itu, keterampilan menulis mencakup juga kepekaan penulis terhadap ketimpangan seperti ini. Diperlukan penyuntingan berulang-ulang dan, kalau mungkin, melalui tenggang waktu, untuk menghasilkan tulisan yang baik dan benar. Dan dalam hal ini, munculnya pengolah kata pada komputer dengan kemudahan penyuntingan merupakan anugerah yang luar biasa besar bagi keterampilan menulis.Tampaknya tidak ada jalan pintas bagi keterampilan menulis. Keterampilan menulis dirintis melalui dua cara yang umum. Cara pertama adalah banyaknya latihan atau praktek menulis. Cara kedua adalah perhatian yang serius yang ditujukan kepada logika kalimat di dalam tulisan. Di dalam penyuntingan, kalimat dapat saja diubah atau diperbaiki. Termasuk di dalam perbaikan itu adalah juga pemindahan letak kata di dalam kalimat sehingga tidak timbul interpretasi ganda. Kedua cara ini perlu kita perhatikan dan, kalau masih ada semangat, di sini dapat kita tambahkan lagi cara ketiga. Cara ketiga adalah perhatian penulis kepada keindahan kalimat yang ditulisi dan disuntingnya.

C. Menulis Sebagai Sebuah ProsesUntuk menambah wawasan tentang keterampilan menulis, setiap penulis perlu mengetahui penulis yang terampil dan penulis yang tidak terampil. Tujuannya adalah agar dapat mengikuti jalan pikiran (penalaran) mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya. Jadi pada tahap ini kita menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu dengan realitas social, budaya, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.Berdasarkan hasil penelitian yang dihadapkan terhadap tulisan mahasiswa, Flower dan Hayes (lewat Tompkins 1990:71) mengembangkan model proses menulis. Proses menulis dapat dideskripsikan sebagai proses pemecahan masalah yang kompleks, yang mengandung tiga elemen, yaitu lingkungan tugas, memori jangka panjang penulis adalah pengetahuan mengenai topik, pembaca dan cara menulis. Ketiga, proses menulis meliputi tiga kegiatan, yaitu: (1) merencanakan (menentukan tujuan untuk mengarahkan tulisan), (2) mewujudkan (menulis sesuai dengan rencana yang sudah dibuat), dan (3) merevisi (mengevaluasi dan merevisi tulisan yang telah dibuat).Ketiga kegiatan tersebut tidak merupakan tahap-tahap yang linear, karena penulis terus-menerus memantau tulisannya dan bergerak maju mundur (Zuchdi 1997:6). Peninjauan kembali tulisan yang telah dihasilkan ini dapat dianggap sebagai komponen keempat dalam proses menulis. Hal inilah yang membantu penulis dapat mengungkapkan gagasan secara logis dan sistematis, tidak mengandung bagian-bagian yang kontradiktif. Dengan kata lain, konsistensi (keajegan) isi gagasan dapat terjaga.Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Tompkins (1990:73) menyajikan lima tahap, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Tompkins juga menekankan bahwa tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinear, artinya merupakan putaran berulang. Kelima tahap tersebut diuraikan berikut ini.1) Tahap PramenulisPada tahap pramenulis, pembelajar menulis melakukan kegiatan sebagai berikut.a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri.b. Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis.c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis.d. Megidentifikasi tujuan kegiatan menulis.e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan.2) Tahap Pembuatan DraftKegiatan yang dilakukan oleh pembelajar menulis pada tahap ini adalah sebagai berikut.a. Membuat draft kasarDengan berbekal apa-apa yang telah dipersiapkan pada tahap pramenulis, pembelajar mulai menuliskan gagasan. Pada saat menuliskan gagasan pembelajar menulis perlu menentukan target waktu yang akan dipergunakan untuk menulis. Selama waktu yang telah ditentukan, pembelajar harus terus menulis dan menulis. Jangan sekali-kali berhenti menulis untuk melakukan koreksi, baik ejaan, pilihan kata, kalimat, maupun penataan gagasan. Lakukan kegiatan mencurahkan gagasan dengan disiplin dan spontan. Pembuatan draft dapat dilakukan tahap demi tahap sampai semua gagasan yang diinginkan dapat tercurahkan.b. Lebih menekankan isi daripada tata tulisPada tahap penyusunan draft, penulisan lebih ditekankan pada pencurahan gagasandan kelengkapan isi tulisan. Pengaturan tata tulis dan penggunaan bahasa hendaknya diabaikan kecuali yang muncul secara spontan.3) Tahap MerevisiYang perlu dilakukan oleh pembelajar menulis pada tahap merevisi adalah sebagai berikut.a. Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok).b. Berpatisipasi secara konstruktif dalam diskusi dalam diskusi tentang tulisan teman-teman sekelompok atau sekelas.c. Mengubah tulisan dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik dari pengajar maupun teman.d. Membuat perubahan yang subtantif pada draft pertama dan draft berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir.4) Tahap MenyuntingPada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pambelajar menulis adalah sebagai berikut.a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan sendiri, mulai penggunaan ejaan, pilihan kata, penggunaan kalimat, sampai pengembangan paragraf.b. Membetulkan kaidah tata tulis yang meliputi kaidah penulisan paragraf, penulisan judul, penomoran, kaidah pengutipan, dan kaidah-kaidah lain yang diatur secara teknis.c. Mengoreksi dan menata kembali isi tulisan, baik dari segi sistematika, kelogisan, ketajaman pembahasan, kelengkapan isi,. Bila perlu dapat mengurangi sebagian atau menambahkan bagian lain hingga tulisan lengkap dan lebih mendalam.d. Berbagi dengan teman untuk saling memberikan koreksi.Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada dua tahap yang harus dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan penyajian. Kedua, penyuntingan bahasa dalam tulisan agar sesui dengan sasaran. (Rifai 1997:105-106). Penyuntingan tahap pertamaakan berkaitan dengan masalah komunikasi. Tulisan diolah agar isinya dapat dengan jelas diterima oleh pembaca. Pada tahap ini, sering kali penyunting harus mereorganisasi tulisan karena penyajiannya dianggap kurang efektif. Ada kalanya, penyunting terpaksa membuang beberapa paragraf atau sebaliknya, harus menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf untuk memperlancar hubungan gagasan.Kerangka tulisan merupakan ringkasan sebuah tulisan. Melalui kerangka tulisan, penyunting dapat melihat gagasan, tujuan, wujud, dan sudut pandang penulis. Dalam bentuknya yang ringkas itulah, tulisan dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, dan tidak secara lepas-lepas (Keraf 1989:134). Penyunting dapat memperoleh keutuhan sebuah tulisan dengan cara mengkaji daftar isi tulisan dan bagian pendahuluan.Berdasarkan kerangka tulisan tersebut dapat diketahui tujuan penulis. Selanjutnya, berdasarkan pengetahuan atas tujuan penulis, dapat diketahui bentuk tulisan dari sebuah naskah (tulisan). Pada umumnya, tulisan dapat dikelompokkan atas empat macam bentuk, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.Bentuk narasi dipilih jika penulis ingin bercerita kepada pembaca. Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, narasi juga dapat ditulis berdasarkan pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yabg disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Bentuk tulisan deskripsi dipilih jika penulisingin menggambarkan bentuk, sifat, rasa, corak dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga dilakukan untuk melukiskan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya. Penggambaran itu mengandalkan panca indra dalam proses penguraiannya. Deskripsi yang baik harus didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunan yang tepat. Tujuan deskripsi adalah membentuk, melalui ungkapan bahasa, imajinasi pembaca agar dapat membayangkan suasana, orang, peristiwa dan agar mereka dapat memahami suatu sensasi atau emosi.Bentuk tulisan eksposisi dipilih jika penulis ingin memberikan informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman. Berita merupakan bentuk tulisan eksposisi karena memberikan informasi. Tulisan dalam majalah juga merupakan bentuk tulisan eksposisi. Buku teks pun merupakan salah satu bentuk eksposisi. Pada dasarnya, eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau table, serta mengulas sesuatu.Tulisan berbentuk argumentasi bertujuan meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pembaca agar pendapat pribadi penulis dapat diterima. Bentuk tulisan tersebut erat kaitannya dengan eksposisi dan ditunjang oleh deskripsi. Bentuk argumentasi dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan fakta-fakta yang tepat sebagai alasan untuk menunjang kalimat topik. Kalimat topik biasanya merupakan sebuah pernyataan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam sebuah majalah atau surat kabar, misalnya, argumentasi ditemui dalam kolom opini / wacana / gagasan / pendapat.Kendatipun keempat bentuk tulisan tersebut memiliki cirri masing-masing, mereka tidak secara ketat terpisah satu sama lain. Dalam sebuah kolom, misalnya, dapat ditemukan berbagai bentuk tulisan tersebar di dalam paragraf yang membangun kerangka tersebut oleh karena itu, penyunting berfungsi untuk mempertajam dan memperkuat pembagian paragraf. Pemberian paragraf terdiri atas empat pembuka, paragraf penghubung atau isi, dan paragraph penutup sering kali tidak diketahui oleh penulis. Masih sering ditemukan tulisan yang sulit dipahami karena pemisahan bagian-bagian atau pokok-pokoknya tidak jelas.Pemeriksaan atas kalimat merupakan penyuntingan tahap pertama juga. Pada tahap ini pun, sebaiknya penyunting berkonsultasi dengan penulis. Penyunting harus memiliki pengetahuan bahasa yang memadai. Dengan demikian, penyunting dapat menjelaskan dengan baik kesalahan kalimat yang dilakukan oleh penulis.Penyuntingan tahap kedua berkaitan dengan masalah yang lebih terperinci, lebih khusus. Dalam hal ini, penyunting berhubungan dengan masalah kaidah bahasa, yang mencangkupi perbaikan dalam kalimat, pilihan kata (diksi), tanda baca, dan ejaan. Pada saat penyunting memperbaiki kalimat dan pilihan kata dalam tulisan, ia dapat berkonsultasi dengan penulis atau langsung memperbaikinya. Hal ini bergantung kepada keluasan permasalahan yang harus diperbaiki. Sebaliknya, masalah perbaikan dalam tanda baca dan ejaan dapat langsung dikerjakan oleh penyunting tanpa memberitahukan kepada penulis. Perbaikan dalam tahap ini bersifat kecil, namun sangat mendasar.5) Tahap BerbagiTahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, pembelajar menulis dapat melakukan hal-hal berikut.a. Memublikasikan (memajang) tulisan dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, ataub. Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan dalam forum diskusi atau seminar.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanKeterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa biasanya paling akhir dikuasai oleh seseorang. Menulis berarti mengungkapkan buah pikiran, perasaan, pengalaman, dan hal lain melalui tulisan. Perwujudan menulis bisa menghasilkan berbagai jenis tulisan, misalnya berupa surat, laporan, proposal kegiatan, berita acara, redaksi iklan, pengumuman, dan sebagainya. Kegiatan menulis paling sederhana adalah menulis lambang-lambang bunyi berupa huruf yang kemudian berupa wujud menjadi kata dan kalimat. Yang menjadi perhatian dalam pembahasan ini adalah menulis secara utuh, yang terkadang disejajarkan dengan istilah mengarang.B. SaranPara mahasiswa sering mendapat tugas dari dosennya untuk membuat tulisan berupa makalah atau meresume (meringkas) bahan bacaan atau buku sebagai bagian tugas dalam mengikuti perkuliahan. Bahkan, menjelang akhir studi (untuk jenjang strata 1), mahasiswa harus membuat karya ilmiah berupa skripsi, mahasiswa strata 2 harus membuat tesis, dan mahasiswa strata 3 (program dokter) harus membuat disertasi. Karena itulah, mahasiswa dituntut untuk mampu menulis. Metode dan teknik mengajar yang tepat bisa memberikan hasil yang baik terhadap materi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Musaba, Zulkifli. 2014. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja PressindoRifai, Mien A. 1997. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Soedjito dan Mansur Hasan. 1991. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Rosda Karya.Tompkins, Gail E. 1990. Teaching Writing Balancing Pocess and Product. New York: Macmillan Publishing CompanyZuchdi, Darmiyati. 1997. Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Proses. Makalah disajikan dan dibahas pada Senat Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Yogyakarta tanggal 15 November 1996 (tidak dipublikasikan).

1