Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Dalam islam sebenarnya terdapat lebih dari satu aliran teologi ada aliran yang bersifat Liberal, ada yang bersifat tradisional, ada pula yang mempunyai sifat antara Liberal dan Tradisional. Hal ini mungkin ada hikmahnya. Bagi orang yang bersifat tradisional, mungkin lebih sesuai dengan jiwanya teori tradisonal, sedangkan orang yang bersifat liberal dalam pikirannya, lebih dapat menerima teori-teori liberal dalam pemikirannya. Dalam soal fatalisme dan free will, umpamanya, orang yang bersifat liberal tidak dapat menerima paham fatalisme. Baginya free will yang terdapat dalam teori liberal lebih sesuai dengan jiwanya. Semua aliran juga berpegang kepada wahyu. Dalam hal ini perbedaan yang terdapat antara aliran-aliran itu hanyalah perbedaan dalam imprementasi mengenai teks ayat-ayat Al Qur’an dan Hadist. Perbedaan dalam hal interpretasi inilah yang sebenarnya menimbulkan aliran- aliran yang berlainan itu. Hal ini tidak ubahnya sebagai hal yang terdapat dalah hukum islam atau fiqih. Disana juga, perbedaan inerpretasilah yang melahirkan madzab- madzab seperti yang dikenal sekarang, yaitu Madzab Hanafi, Madzab Mailiki, Madzab Syafi’i, dan Madzab Hanafi. 1

Transcript of Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

Page 1: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Dalam islam sebenarnya terdapat lebih dari satu aliran teologi ada aliran

yang bersifat Liberal, ada yang bersifat tradisional, ada pula yang mempunyai sifat

antara Liberal dan Tradisional. Hal ini mungkin ada hikmahnya. Bagi orang yang

bersifat tradisional, mungkin lebih sesuai dengan jiwanya teori tradisonal,

sedangkan orang yang bersifat liberal dalam pikirannya, lebih dapat menerima teori-

teori liberal dalam pemikirannya. Dalam soal fatalisme dan free will, umpamanya,

orang yang bersifat liberal tidak dapat menerima paham fatalisme. Baginya free will

yang terdapat dalam teori liberal lebih sesuai dengan jiwanya.

Semua aliran juga berpegang kepada wahyu. Dalam hal ini perbedaan yang

terdapat antara aliran-aliran itu hanyalah perbedaan dalam imprementasi mengenai

teks ayat-ayat Al Qur’an dan Hadist. Perbedaan dalam hal interpretasi inilah yang

sebenarnya menimbulkan aliran-aliran yang berlainan itu. Hal ini tidak ubahnya

sebagai hal yang terdapat dalah hukum islam atau fiqih. Disana juga, perbedaan

inerpretasilah yang melahirkan madzab-madzab seperti yang dikenal sekarang, yaitu

Madzab Hanafi, Madzab Mailiki, Madzab Syafi’i, dan Madzab Hanafi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk – bentuk Aliran –aliran Islam dalam ilmu Akhlak ?

2. Bagaimana fungsi Aliran-aliran tersebut dalam Islam ?

1.3 Tujuan

1. Mengaji tentang adanya perbedaan aliran di dalam Islam.

2. Merujukan adanya perbedaan tersebut terhadap pandangan Islam.

1

Page 2: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

BAB II

PEMBAHASAN

Sebagai akibat dari paerbedaan paham yang terdapat dalam aliran-aliran teologi

islam mengenai soal kekuatan akal, fungsi wahyu dan kebebasan serta kekuatan manusia

atas kehendak dan perbuatannya, terdapat pula perbedaan paham tentang kekuasaan dan

kehendak Tuhan. Bagi aliran yang berpendapat bahwa akal mempunyai daya besar, dan

manusia bebas dan berkuasa atas kehendak dan perbuatannya, kekuasaan dan kehendak

Tuhan pada hakekatnya tidak lagi bersifat mutlak semutlak-mutlaknya. Dengan

demikian bagi kaum Asy'ariah Tuhan berkuasa dan berjehendak mutlak sedangkan bagi

kaum Mu’tazilah, kekuasaan dan kehendak Tuhan tidak lagi bersifat mutlak semutlak-

mutlaknya.

Tuhan adalah pencipta alam semesta, termasuk didalamnya manusia sendiri.

Selanjutnya Tuhan bersifat Mahakuasa dan mempunyai kehendak yang bersifat mutlak.

Dari sini timbullah pertanyaan sampai dimanakah manusia sebagai ciptaan Tuhan

bergantung pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan

hidupnya? Diberi Tuhankah manusia kemerdekaan dalam mengatur hidupnya? Ataukah

manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan?

Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah memang pernah untuk sesaat mengharu biru

dunia Islam, setidaknya untuk kurun waktu tertentu di wilayah tertentu. Namun

alhamdulillah keduanya sudah mati karena tidak ada pengikutnya. Kematian kedua

ajaran ekstrim dan fatalis itu tidak lain karena memang tidak sesuai dengan nurani dan

logika berpikir yang sehat. Selain tentunya memang tidak sesuai dengan apa yang Allah

SWT ajarakan di dalam kitab suci-Nya.

2.1 Paham Jabariyah

Kaum Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan

dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada

kehendak mutlak Tuhan. Jadi nama Jabariyah berasal dari kata Jabara yang

mengandung arti memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia

2

Page 3: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam istilah inggris paham ini

disebut fatalisme atau predestination. Perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan dari

semula oleh Qada dan Qadar Tuhan.

Masyarakat arab sebelum islam kelihatannya dipengaruhi oleh paham jabariyah

ini. Bangsa arab, yang pada waktu itu bersifat serba sederhana dan jauh dari

pengetahuan, terpaksa menyesuaikan hidup mereka dengan suasana padang pasir,

dengan panasnya yang terik serta tanah dan gunungnya yang gundul. Dalam dunia yang

demikian, mereka tidak banyak melihat jalan untuk merubah keadaan disekeliling

mereka sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Mereke merasa dirinya lemah dan tek

berkuasa dalam menghadapi kesukaran hidup yang ditimbulkan oleh suasana padang

pasir. Dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak tergantung pada kehendak Nature.

Hal ini membawa mereka pada sikap fatalistis.

Oleh karena itu ketika paham Qadariyah dibawa di kalangan mereka oleh orang-

orang islam yang bukan dari arab padang pasir, hal itu menimbulkan kegooncangan pada

pemikiran mereka, paham Qadariyah itu mereka anggap bertentangan dengan ajaran

islam.

Paham jabariyah muncul karena terpengaruh dengan pemikiran dari aliran

Determinismus dalam Theologis Islam. Paham ini mula-mula timbul di Khurasan

(Persia) dengan pemimpinnya yang pertama bernama Jaham bin Shafwan. Sehingga

aliran sesat ini disebut juga Madzhab Jahamiyah. Jaham bin Shafwan mendirikan aliran

Jabariyah ini belajar dari seorang Yahudi yang masuk Islam bernama Thalud bin

A’sam.

Prinsip kesesatannya adalah bahwa manusia diibaratkan sebagai kapas yang

berterbangan mengikuti tiupan angin. Manusia tidak mempunyai kemampuan memilih

jalan hidupnya. Perbuatan baik atau jahat yang dilakukan manusia sudah ditetapkan

Allah. Untuk lebih keren, paham sesat Jabariyah suka pakai ayat Quran yang dipahami

secara aneh dan keliru, sekedar untuk melegitimasi pendiriannya yang menyimpang.

Misalnya ayat berikut ini:

Sesungguhnya Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. (QS.

Ash-Shaffat: 96)

3

Page 4: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

2.2 Paham Qadariyah

Dalam menentang paham Jabariyah, paham Qadariyah justru secara ekstrim

menyangkal adanya kekuasaan Allah. Manusia sebagai makhluk Allah secara mutlak

dapat menentukan sendiri segala sesuatu dalam hidupnya. Dalam pandangan aqidah

sesat ini, Allah SWT sudah tidak berkuasa lagi setelah mencipta. Tugas Allah SWT

hanya mencipta, setelah itu Allah sudah tidak punya kuasa apa-apa lagi kepada makhluk

yang diciptakan-Nya iut. Kekuasan kemudian ada di tangan manusia. Manusia lah yang

kemudian mengatur dirinya dan alam semesta melalui hukum sebab akibat.

Jelas sekali paham ini dan benar-benar telah jauh menyimpang dari arah aqidah

yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Maka sepakat para ulama akidah untuk

menyebutkan bahwa akidah Qadariyah ini adalah akidah yang sesat dan menyimpang

serta merupakan bid’ah yang sesat.

Tapi biar kelihatan benar, terpaksa para pemuka aliran ini menggunakan ayat

Quran yang ditafsir-tafsrikan sekenanya sebagai dalil. Mumpung banyak umat Islam

yang buta huruf Arab dan tidak mengerti tafsir dengan benar. Dan kenyataannya,

kebodohan umat Islam itu memang sangat efektif untuk membawa mereka ke arah

pengaburan akidah.

Biasanya yang paling sering dipakai dan jadi korbannya adalah ayat berikut ini:

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’ad: 11)

Paham ini tidak lain hanyalah sebuah Indeterminismus Theologis Islam. Tokoh

yang sering disebut-sebut sebagai pelopornya antara lain Ma’bad al-Juhani al-Bisri

dan al-Ja’du bin Dirham, sekitar tahun 70 Hijriah atau 689 Masehi.

Karena memang sangat bertentangan, terkadang terjadi hal yang lucu. Kedua

aliran sesat itu kemudian saling bertikai dengan cara yang memalukan. Tidak jarang

mereka saling mencaci dan memaki, bahkan sampai ke tingkat pertumpahan darah.

Seharusnya hal tersebut tidak perlu terjadi, bilamana masing-masing pihak mengetahui

dan menyadari bahwa paham-paham tadi sebenarnya bersumber dari luar ajaran Islam.

4

Page 5: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

Dua paham fatalis itu sesungguhnya lahir dari kerancuan berpikir pada filsouf

jadul di masa Yunani Kuno. Pada masa penerjemahan besar-besaran terhadap ilmu

pengetahuan dari Eropa ke dalam bahasa Arab, rupanya ada orang-orang yang masih

lemah iman ikut-ikutan mempelajari kerancuan filsafat Eropa itu.

Adalah Thalud bin A’sam, seorang yang asalnya beragama yahudi, lantas

masuk Islam, yang sering disebut-sebut paling bertanggug-jawab dalam masalah

penyebaran aliran ekstrim dan pemikiran fatalis ini.

2.3 Ahlussunah

Kemunculan I’tiqad Ahlussunah merupakan jawaban terhadap gejolak yang

tumbuh dari berbagai paham keagamaan, antara lain paham Mu’tazilah yang mendapat

dukungan dari tiga khalifah Abbasiyah pada abad ke-3 H. yaitu al-Makmun bin Harun

al-Rasyid (198-218 H/813-833 M). Al-Muktashim (218-227 H/833-842 M). dan Al-

Watsiq (227-232 H/842-847 M). Pada pemerintahan al-Makmun paham ini dijadikan

paham resmi negara. Karena paham Mu’tazilah telah menjadi paham resmi negara, maka

kaum Mu’tazilah mulai menyebarkan ajarannya dengan cara paksa, hal ini sampai

berlanjut pada pemaksaan paham aliran melalui jalur kekuasaan.

Akidah Ahlus Sunnah Waljamaah adalah akidah yang diyakini oleh Rasulullah

SAW bersama sahabat-sahabatnya, yang saat itu dikenal dengan akidah Islamiyah.

Sedang golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah golongan yang berpegang

dengan apa-apa yang diyakini dan dikerjakan oleh Rasulullah SAW bersama sahabat-

sahabatnya.

Dasar mereka adalah sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :

واصحابى عليه انا ما هى : الناجية الفرقة

“ Golongan yang selamat dan akan masuk surga adalah golongan yang berpegang

dengan apa-apa yang aku kerjakan bersama sahabat-sahabatku.”

5

Page 6: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

Dasar-Dasar Akidah Ahlussunah

1. Ilmu Ushuluddin

a. Pengertian Ilmu Ushuluddin

Ilmu Ushuluddin atau biasa disebut sebagai Ilmu Kalam, Ilmu Tauhid, Ilmu

‘Aqaid, Ilmu Sifat Dua Puluh, Theologi. Apapun istilah yang dipakai untuk ilmu ini,

maksud dan tujuannya tetap sama yaitu, ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar

keyakinan agama Islam (iman), dan segala hal yang berhubungan dengan iman,

diantaranya sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah, dan sifat wajib jaiz, mustahil bagi

para Rasul dan lain-lain.

b. Manfaat Mempelajari Ilmu Ushuluddin

Sesuai hukum akal sehat, mendalami segala sesuatu yang berupa ilmu, pasti akan

menimbulkan hukum manfaat. Demikian juga dengan ilmu Ushuluddin, mempelajari

ilmu ini, akan memberi manfaat kepada kita berupa :

Pertama, akan membuahkan keyakinan yang mendalam terhadap Allah SWT,

sehingga dapat membebaskan manusia dari belenggu materi yang melalaikan, misalnya

penyembahan terhadap kekuasaan, uang dan lain-lain. Membebaskan belenggu praktek

kepercayaan yang menyesatkan. Seperti praktek sesajen yang diperuntukkan kepada ruh-

ruh yang diyakininya.

Kedua, dengan keyakinan yang mendalam, akan mendorong kita melakukan

kebaikan dan menjauhi larangan. Misalnya, mengerjakan amal ibadah, karena kita yakin

akan adanya hari pembalasan.

2. Iman

a. Pengertian Iman

Iman secara bahasa (lughat) berasal dari bahasa Arab dari kata dasar (Madly)

aamana, yang mengambil bentuk masdar iimaanan yang berarti, membenarkan dan

mempercayakan. Iman secara Istilah berarti, percaya sepenuh hati kepada semua yang

telah disampaikan oleh para Rasulullah, yang berupa hukum, perintah, larangan, khabar

dan janji.

6

Page 7: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

b. Kategori Iman

Iman sebagai bentuk keyakinan yang tulus tidak hanya terbatas kepada

keyakinan kepada Tuhan semata, tetapi iman merupakan bentuk keyakinan yang

meliputi sebagai berikut:

1. Keyakinan terhadap Tuhan yang Esa dengan beberapa kesempurnaan sifat-Nya,

keyakinan ini biasa disebut sebagai I’tiqad Ilahiyyat (I’tiqad Uluhiyyat).

2. Keyakinan yang berhubungan dengan kenabian biasanya disebut sebagai I’tiqad

Nubuwwiyat (I’tiqad Nubuwwat).

3. Keyakinan yang berhubungan dengan Alam Ghaib (metaphysic) disebut sebagai

I’tiqad Ghaibaat.

c. Syarat Sahnya Iman

Adapun syarat sahnya iman dalam ajaran Ahlussunah, dikenal sebagai

penyerahan dengan ketulusan hati terhadap segala ketentuan hukum Allah SWT.

d. Batalnya Iman

Pertama, akan membebaskan manusia dari belenggu materi yang melalaikan dan

Membebaskan belenggu praktek kepercayaan yang menyesatkan. Seperti kepercayaan

animisme, dinamisme, totemisme dan lain-lain.

Kedua, dengan keyakinan yang mendalam, akan mendorong kita melakukan

kebaikan dan menjauhi larangan, Misalnya, mengerjakan amal ibadah, karena keyakinan

akan adanya hari pembalasan.

e. Rukun Iman

Di antara ajaran akidah Ahlussunah yang berhubungan dengan keyakinan (iman)

digariskan dalam 6 rukun diantaranya:

1. Iman kepada Allah

2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah

3. Iman kepada Kitab-kitab Allah

7

Page 8: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

4. Iman kepada Utusan-utusan Allah

5. Iman kepada Hari Kiamat

6. Iman Kepada Qadla dan Qadar Allah.

Beberapa Rukun Iman di atas didasarkan kepada Hadis Nabi Muhammad SAW:

“Maka beritahulah kami (ya Rasulullah) mengenai iman. Nabi menjawab: engkau mesti

percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari

Akhir (Qiamat) dan Qadar (nasib baik dan buruk dari Allah)”. (HR. Imam Muslim).

1. Iman Kepada Allah

Iman kepada Allah, merupakan dasar keyakinan absolut (mutlak) bagi kehidupan

setiap muslim. Dengan percaya dan yakin kepada Allah swt. Kita akan selalu percaya

diri dalam berpijak, karena kita merasa dinangi dalam limpahan kasih-sayang-Nya. Serta

kita tidak merasa sombong dengan hasil-hasil yang kita usahakan, karena semuanya

tidak terlepas dari limpahan Rahmat-Nya. Adapun bentuk iman kepada Allah kita mesti:

a. Mengakui Adanya Allah

b. Mengakui ke-Esaan Allah

c. Mengakui ke-Sempurnaan Allah

Menyakini adanya Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, dapat kita

buktikan dengan melihat alam seisinya. Tak mungkin keberagaman alam terwujud

dengan sendirinya tanpa ada yang mewujud-kan, dan satu-satunya yang mewujudkan

adalah Allah. Jadi keberadaan alam semesta ini menunjukkan kepada keberadaan alam

semesta ini menunjukan kepada keberadaan Allah.

8

Page 9: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

2.4 Syiah dan Kaum Mu’tazilah

Orang-orang Mu’tazilah ini pada mulanya adalah kaum Syiah yang patah

semangat, karena menyerahnya khalifah Hasan bin Ali bin Abi Thalib kepada khalifah

Muawiyah dari Bani Umayah pada tahun 40 H.

Paham Mu’tazilah yang biasa dikenal sebagai paham rasional dan liberal ini

(lebih mengedepankan akal dan kebebasan) biasanya dalam melahirkan fatwa, lebih

memilih jalur mendahulukan akal dari pada al-Qur’an dan al-Hadits. Dalam arti lain,

paham ini tidak menjadikan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber utama secara

mutlak.

Sebagian orang Mu’tazilah menolak kebenaran al-Qur’an dan al-Hadits. Jika

tidak dapat diterima oleh akal sehat. Misalnya, mereka tidak menerima bahwa

Rasulullah SAW. Melakukan Isra’ Mi’raj dengan jasadnya. Paham ini juga dikenal

sebagai penganut paham Qodariyah atau paham yang mengajarkan ajaran free will, free

act (bebas berkehendak dan berbuat).

Gerakan Mu’tazilah muncul di Basyrah (Irak) yang dipimpin oleh Wasil bin

Atho’ (80-131 H) dan Umar bin Ubaid (w. 144 H). Pada permulaan abad ke-3

Mu’tazilah muncul di Baghdad (Irak) yang dipelopori oleh Basyar bin Muktamar.

Basyar merupakan salah satu pimpinan Mu’tazilah di Basyrah yang pindah ke Baghdad.

Seperti disebutkan di atas Mu’tazilah pernah memaksakan paham alirannya.

Kasus ini terjadi pada penyiksaan ulama penganut Madzab Syafi’i diantarnya,

penyiksaan Syaikh Buathi, Pemenggalan leher Imam Ahmad bin Nashir al-Khuza’I;

penyiksaan Imam Ahmad bin Hanbal (Pendiri Mazhab Hanbali) dipenjarakan dan

dicambuk, Isa bin Dinar dipenjarakan selama 20 tahun; Imam Bukhari lari karena

menghindari fitnah dan kejaran penguasa Mu’tazilah. Peristiwa tersebut tercatat dalam

sejarah sebagai “Tragedi Qur’an Mahluk”.

Menghadapi tantangan yang sangat menggoncangkan sendi-sendi I’tiqad Islam,

maka lahirlah dua ulama dalam bidang Ushuluddin bernama Syaih Abu Hasan Al Asy-

ari (260 H/935 M) di Basyrah (Irak) dan Syaih Abu Mansur al-Maturidi (238 H/852 M.)

lahir di Maturid, dekat Samarkand (Asia Tengah).

9

Page 10: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

Kemudian dua tokoh inilah yang dikenal sebagai pembangun Paham Ahlussunah.

Dengan ajarannya yang lebih mengedepankan dalil naqli daripada dalil aqli. Paham

inilah yang kemudian merespon (mencoba meluruskan) bentuk pemahaman aliran-aliran

pada waktu itu.

Syiah adalah aliran sempalan dalam Islam dan Syiah merupakan salah satu dari

sekian banyak aliran-aliran sempalan dalam Islam.

Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran

yang ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya

yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut

Ahli Bid’ah.

Selanjutnya oleh karena aliran-aliran Syiah itu bermacam-macam, ada aliran

Syiah Zaidiyah ada aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah ada aliran Syiah Ismailiyah

dll, maka saat ini apabila kita menyebut kata Syiah, maka yang dimaksud adalah aliran

Syiah Imamiyah Itsna Asyariah yang sedang berkembang di negara kita dan berpusat di

Iran atau yang sering disebut dengan Syiah Khumainiyah.

Hal mana karena Syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya

keresahan dan permusuhan serta perpecahan didalam masyarakat, sehingga mengganggu

dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa kita.

Tokoh-tokoh Syiah inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat

Islam dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara Ahlussunnah

Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) dianggap sekedar

dalam masalah khilafiyah Furu’iyah, seperti perbedaan antara NU dengan

Muhammadiyah, antara Madzhab Safi’i dengan Madzhab Maliki.

Karenanya dengan adanya ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah, mereka

berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Selanjutnya

mereka berharap, apabila antara NU dengan Muhammadiyah sekarang bisa diadakan

pendekatan-pendekatan demi Ukhuwah Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni

tidak dilakukan ?.

10

Page 11: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

Oleh karena itu, disaat Muslimin bangun melawan serangan Syiah, mereka

menjadi penonton dan tidak ikut berkiprah. Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak

lain dikarenakan minimnya pengetahuan mereka mengenai aqidah Syiah Imamiyah Itsna

Asyariyah (Ja’fariyah). Sehingga apa yang mereka sampaikan hanya terbatas pada apa

yang mereka ketahui.

Semua itu dikarenakan kurangnya informasi pada mereka, akan hakikat ajaran

Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Disamping kebiasaan berkomentar,

sebelum memahami persoalan yang sebenarnya.

Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya bersumber dari tokoh-tokoh Syiah

yang sering berkata bahwa perbedaan Sunni dengan Syiah seperti perbedaan antara

Madzhab Maliki dengan Madzahab Syafi’i.

Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi’i, hanya

dalam masalah Furu’iyah saja. Sedang perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah

dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah), maka perbedaan-perbedaannya

disamping dalam Furuu’ juga dalam Ushuul.

Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman kita, rukun Islamnya juga

berbeda, begitu pula kitab-kitab hadistnya juga berbeda, bahkan sesuai pengakuan

sebagian besar ulama-ulama Syiah, bahwa Al-Qur'an mereka juga berbeda dengan Al-

Qur'an kita (Ahlussunnah).

Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan bahwa Al-

Qur'annya sama, maka dalam menafsirkan ayat-ayatnya sangat berbeda dan berlainan.

Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah mengatakan : Bahwa

Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) adalah satu agama tersendiri.

11

Page 12: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada hakikatnya semua aliran tersebut, tidaklah keluar dari islam, tetapi tetap

dalam islam. Dengan demikian tiap orang islam bebas memilih dari aliran-aliran

teologi tersebut, yaitu aliran mana yang sesuai dengan jiwa dan pendapatnya. Hal ini

tidak ubahnya pula dengan kebebasan tiap orang islam memilih madzab fiqih mana

yang sesuai dengan jiwa dan kecenderungannya. Disinilah kelihatan hikmah nabi

Muhammad SAW: ” Perbedaan Paham dikalangan umatku membawa rahmat”.

Memang rahmat besarlah kalau kaum terpelajar menjumpai islam dalam aliran-

aliran yang sesuai dengan jiwa dan pembawanya, dan kalau pula kaum awam

memperoleh dalamnya aliran-aliran yang dapat mengisi kebutuhan-kebutuhan

rohaninya.

12

Page 13: Makalah Tasawuf Aliran-Aliran Islam

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun. 2008. Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan.

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Abdullah, M Yatimin.2006.Studi Islam Kontemporer.Jakarta : Sinar Grafika Offset

http://islam.dagdigdug.com/memahami-takdir-dan-kehendak-allah/

http://matematika.1free.ws/Tasawwuf.pdf

13