Makalah Supervisi pendidikan
description
Transcript of Makalah Supervisi pendidikan
SUPERVISI DAN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Di susun Oleh :
Candra Arif Subekti 12104244041
Ela Destiyana 12104244052
Sharif Bagus P 12104244053
Rizal Bayu Efendi 12104244054
Niken Tria Pratiwi 12104244055
Psikologi Pendidikan Bimbingan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai
yang berkembang dalam kehidupan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan
pengetahuan dan pemahaman peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan
sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik, mengingat perkembangan komunikasi,
informasi dan kehadiran media cetak maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh
positif bagi peserta didik.
Tugas pendidik dalam konteks ini membantu mengkondisikan pesera didik pada
sikap, perilaku atau kepribadian yang benar, agar mampu menjadi agents of modernization
bagi dirinya sendiri, lingkungan, masyarakat dan siapa saja yang dijumpai tanpa harus
membedakan suku, agama, ras dan golongan. Pendidikan diarahkan pada upaya
memanusiakan manusia, atau membantu proses hominisasi dan humanisasi, maksudnya
pelaksanaan dan proses pendidikan harus mampu membantu peserta didik agar menjadi
manusia yang berbudaya tinggi dan bernilai tinggi (bermoral, berwatak, bertanggungjawab
dan bersosialitas). Untuk mewujudkan capaian tersebut, implementasikan pendidikan harus
didasarkan pada fondasi pendidikan yang memiliki prinsip learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together.
Guna mencapai semua itu maka dalam pelaksanaan tugas pendidik perlu adanya
supervise, maksud dari supervisi di sini adalah agar pendidik mengetahui dengan jelas
tujuan dari pekerjaannya dalam mendidik, mengenai apa yang hendak dicapai dari
pelaksanaan pendidikan tersebut. Serta mengetahui pula fungsi dari pekerjaan yang
pendidik lakukan. Ini tidak lain membantu pendidik agar lebih fokus pada tujuan yang ingin
dicapai dalam pendidikan dan menghindarkan dari pelaksanaan pendidikan yang tidak
relevan dengan tujuan pendidikan.
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau
supervisi. Pengawasan bertanggung jawab terhadap keefektifan program itu. Oleh karena
itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Setelah kita mengetahui realita yang terjadi seperti
yang sudah tersebut di atas, maka diperlukan sebuah penjelasan secara rinci dan mendetail
tentang supervisi pendidikan agar para pendidik dapat memahami betapa perlu dan
pentingnya supervisi pendidikan itu.
B. Rumusan Masalah
1. Pengantar dan Pengertian Supervisi?
2. Sejarah Supervisi Pendidikan?
3. Perkembangan konsep supervisi?
4. Tujuan dan prinsip-prinsip supervisi?
5. Tekhnik-tekhnik supervisi?
6. Bidang garapan supervisi?
7. Kompetensi dasar supervisor dan pendekatan supervisi?
8. Langkah-langkah supervisi?
9. Instrument pengamatan pada proses belajar mengajar?
10. Supervisi dalam manajemen berbasis sekolah?
11. Peran supervisi dalam evaluasi program pendidikan?
12. Kepemimpinan Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGANTAR DAN PENGERTIAN SUPERVISI
Beberapa istilah yang sama pengertiannya akan tetapi berbeda tujuannya adalah
inspeksi, penilikan, pengawasan pemeriksaaan dengan supervisi. Keempat istilah pertama
yang sama penekanannya. Inspeksi mengandung arti “memeriksa dengan melihat
kekurangan dan kesalahan”. Penilikan hampir sama dengan “pemeriksaan” yaitu melihat
suatu kegiatan agar diketahui sebagaimana apakah telah mencapai tujuan. “pengawasan”
mengandung arti “melakukan pengamatan agar pekerjaan yang dilakukan dari apa yang
telah ditentukan”. Oarang-orang yang melakukannya disebut korektor, pengawas dan penilik.
Supervisi merupakan istilah baru yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi lebih
manusiawi. Dalam kegiatan ini pelaksanaannya bukan mencari kesalahan akan tetapi lebih
banyak mengandung unsur pembinaan agar pekerjaan yang diawasi diketahui kekurangan-
nya, bukan semata-mata kesalahannya, tetapi diberi tahu bagaimana cara meningkatkan-
nya, dan membicarakan bersama bagaimana mengatasi kekuarangan tersebut.
Ada banyak keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki guru menyebabkan kualitas
layanan menjadi rendah. Latar belakang pendidikan, tidak dapat dipungkiri ada banyak
kasus di sekolah guru yang mengampu suatu mata pelajran yang bukan vaknya,
keterbatasan fisik, kondisi psikologis guru, pengalaman/pemahaman tentang lembaga,
pengalaman bekerja, kekurangmampuan melakukan adaptasi dengan adanya perubahan
(metode, kebijakan, teknologi) menyebabkan kualitas layanan menjadi rendah.
Jangan sampai tercipta suatu kondisi dimana sekolah hanyalah merupakan lembaga
formalitas, bukan sebagai agen pembaharu, transmitter dan mandiri. Melihat perkembangan
lingkungan yang semakin cepat lingkungan harus senantiasa up to date dalam menyikapi
perubahan-perubahan.
Supervisi bertujuan meningkatkan kualitas dan kinerja. Dengan bimbingan dan
bantuan, kualitas professional guru dan lembaga akan senantiasa bisa dijaga dan
ditingkatkan. Jadi dalam hal ini, peran supervisi dalam proses pengelolaan pendidikan
menduduki peran yang penting.
Supervisi merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin /
supervisor berkaitan dengan peran kepemimpinan yang diembannya dalam rangka menjaga
kualitas produk yang dihasikan lembaga. Supervisi terjadi di semua level pendidikan, di
tingkat pusat, regional, sampai dengan unit satuan terkecil. Kalau dikomparasikan dengan
proses pendidikan itu sendiri, supervisi terjadi di segmen input, proses dan output.
Kata supervise di lapangan kurang begitu popular untuk didefinisikan makna dan
pengertiannya, kita sudah sedemikian familiar dengan kata pengawas, mandor, atau
inspektur. Dan akibatnya, implementasi supervisi di ranah pendidikanpun terjangkiti makna
pengawas, mandor dan inspeksi tadi. Memang fenomena di atas tidak bisa diingkari, karena
trend jargon supervisi itu sendiri memerlukan banyak waktu untuk bisa familiar di tengah-
tengah masarakat.
Ada 7 jenis konsep supervisi yang bisa kita temukan sampai dengan abad 20 lalu,
yaitu :
1. Supervisi yang berpajan (berfokus) pada administrasi.
2. Supervisi yang berpajan pada kurikulum.
3. Supervisi yang berpajan pada pengajaran.
4. Supervisi yang berpajan pada human relation.
5. Supervisi yang berpajan pada manajemen..
6. Supervisi yang berpajan pada kepemimpinan.
Piet A. Sehertian mendefinisikan supervisi sebagai suatu usaha layanan kepada
guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki
pengajaran (2000:19). Jelaslah bahwa dala penerapannya, supervisi merupakan suatu
bentuk bimbingan professional dalam rangka perbaikan suasana belajar mengajar melalui
guru.
Supervisi berjalan ketika pertama kali guru direkrut sampai dengan ia dipensiunkan.
Berawal dari proses orientasi pegawai bam, guru dikenalkan denngan segala bentuk
informasi yang berkaitan dengan kelembagaan, pekerjaan dan pengembangan diri. Ketika ia
sudah melewati masa orientasi, masuk ke tahapan bekerja yang sesungguhnya, proses
supervise terus dilakukan. Kinerja dan semua sepak-terjang guru dipantau, dinilai dan
ditindaklanjuti, dan dikembangkan sampai akhirnya ia sampai ke fase klimaks pekerjaa
pensiun.
Supervisi klinis yaitu suatu bentuk supervise yang difokuskan pada peningkatan
mengajar melalui sarana siklus yang sistematik dalam perencanaan, pengamatan serta
analisis yang intensif yang cermat tantang penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan
mengadakan penumbuhan dengan cara yang rasional. Menurut arti katanya, istilah “klinis”
dikaitkan dengan “klinik” dalam kedokteran, yaitu tempat orang sakit yang datang ke dokter
minta diobati. Dalam supervise klinis guru disamakan dengan orang sakit, karena
mempunyai masalah yang harus dicari penyelesaiannya, sedangkan pengawas disamakan
dengan dokter yang dapat memberikan obat. Dalam pelaksanaan supervise klinis ini person
guru yang merasakan adanya masalah, aktif menyampaikan masalah kepada kepala
sekolah atau pengawas. Ketika mendengarkan masalah tersebut, baik kepala sekolah
maupun pengawas bertindak sebagai “orang tua atau yang dituakan”, mendengar dengan
baik keluhan guru tersebut. Perlu diinggat oleh kepala sekolah maupun pengawas bahwa
penting untuk menjaga dengan baik terciptanya situasi tentram dan santai sehingga
hubungan akrab antar mereka tetap baik.
Perbedaan dokter dan pengawas adalah jika pengawas memberikan kesempatan
kepa guru untuk meencoba mencari alternative penyelesaian masalahnya sendiri yang
disimpulkan dan dikonsultasi dengan pengawas yang menjadi pembinanya, tidak seperti
dokter yang langsung memberikan obat.Melalui diskusi itulah pengawas memberikan
pembimbingan. Dengan demikian guru dipandang sebagai individu mandiri yang mampu
memecahkan masalahnya sendiri setelah mendapatkan bantuan dari pengawas. Sehingga
supervise klinis diaartikan sebagai berikut :
Supervisi adalah suatu proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian
(kesenjangan) antara tingkah laku pengajar yang nyata dengan tingkah laku
mengajar yang ideal
Selanjunya pendapat ini digabungkan dengan pengertian supervise menurut R. Walter
diperoleh pengertian supervise klinis sebagai berikut :
Supervisi klinis adalah proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan
membantu pengembangan professional seoraang guru (juga guru yang sudah
dalam tugas mengajar), khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan
observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk
perubahan tingkah laku mengajar tersebut.
B. SEJARAH SUPERVISI PENDIDIKAN
Pemaknaan istilah supervisI dan peran yang harus diperankan oleh supervisor
pendidikan telah berkembang lama. Selama itu supervisi sekolah beorientasi pada guru
(teacher oriented) dan fungsi administrative. Selama abad 18 dan 19-an, supervisi berbentuk
inspeksi. Sekolah yang mempeloporinya adalah sekolah-sekolah di Amerika. Badan ini terdiri
dan dari perwakilan masyarakat. Proses pengawasan oleh masyarakat itu diilhami oleh
ditempatkannya suatu dewan perkembangan di gereja untuk mengawasi pengelolaan
keagamaan dan berkembang menjadi control dan inspeksi masyarakat. Hubungan antara
inspektur dengan guru terkesan kaku dan menghukum dengan adanya kegiatan yang
bersifat telling, directing dan judging. Kadang bisa mengakibatkan guru dipecat.
Pada perkembangan berikutnya peran dan fungsi supervisor sebagai wakil dan
bekerja langsung di sekolah, dewan sekolah dan akhirnya hanya beorientasi pada hal yang
umum seperti konstruksi bangunan dan pendapatan sekolah.
Di awal abaad ke-20an, inspeksi sekolah hanya dilakukan untuk mensupervisi guru
dikelas. Supervisor masuk kelas, melihat proses belajar mengajar dan memeriksa perispan-
persiapan mengajar.
Supervisi sekolah pada tahun 1940 sampai dengan pertengahan decade berikutnya
lebih berpajan pada proses daripada produk. Supervisor lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk membantu para guru bukannya sebagai peneliti kinerja guru. Di awal tahun
1960-an supervisor menjadi ahli bidang mata pelajaran. Tugas supervisor adalah
menginterpretasikan kurikulum dan mengorganisir material, mmelibatkan guru dalam
menghasilkan program sekolah, serta berperan sebagai resource peson bagi guru-guru di
kelas. Di akhir 1960-an tujuan sekolah-sekolah
1850-1910 Inspeksi dan Peningkatan
1910-1920 Supervisi Saitifik
1920-1930 Supervisi Birokratis
1930-1955 Supervisi Kooperatif
1955-1965 Supervisi sebagai pengembangan kurikulum
1965-1970 Supervisi Klinis
1970-1980 Supervisi sebagai manajemen
1980- Pengelolaan pengajaran
C. PERKEMBANGAN KONSEP SUPERVISI
Istilah supervise berasal dari bahasa inggris super artinya “diatas” dan vision artinya
“melihat”, secara keseluruhan artinya “melihat dari atas”. Maka supervisi diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan oleh pengawas sebagai pejabat yang berkedudukan di atas atau
lebih tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru. Dalam pengertian lain,
supervise merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang berkonotasi mencari-cari
kesalahan. Kesan seperti itu sangat kurang tepat dan tidak sesuai dengan jaman reformasi.
Supervisi adalah kegiatan mengamati, mengidentifikasi mana hal-hal yang sudah benar,
mana hal-hal yang belum benar dan mana yang tidak benar dengan maksud agar bisa
mencapai tujuannya, yaitu memberikan pembinaan baik kepada guru maupun kepalaa
sekolah.
Inti supervise adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan
guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran dapat meningkat. Dampak meningkatnya
kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkat pula kualitas belajar siswa dan itu berarti
meningkatlah kualitas lulusan sekolah itu. Ditinjau dari objek yang diamati dapat dibedakan
menjadi tiga macam supervisi, yaitu :
1. Supervisi akademik yang menitikeratkan pada masalah akademik, langsung berkaitan
dengan lingkup pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses belajar.
2. Supervisi administrasi yang menitikberatkan pada aspek-aspek admisitrasi yang
berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran. Karena yang menjadi titik
berat pencatatan dan layanan itulah maka lebih tepat jika disebut supervise administrasi.
3. Supervisi lembaga, yang menitikberatkan pengamaatan pada seluruh sekolah sebagai
lebuh lembga pendidikan. Lingkupnya bukan tertuju langsung pada mutu layanan
adinistrasi saja tetapi pada mutu lembaga, pada nama baik seluruh sekolah tersebut.
Dari no 1, 2, 3 diatas seluruhnya disebut supervise pendidikan. Dengan memahami
pengertian tersebut maka pertanggungjawaban supervise akademik guru, penanggungjawab
supervise administrasi adalah tenaga administrasi, sedangkan penanggungjawab supervise
lembaga adalah kepala sekolah dan para wakilnya. Makna pertanggungjawaban di sini
bukan berarti bahwa yang disupervisi untuk setiap jenis kegiatan supervise hanya
pertanggungjawabannya, tetapi mempunyai makna bahwa pihak yang mempunyai
tanggungjawab tersebut memikul beban terberat bagi terciptanya kualitas masing-masing
lingkup. Untuk supervise akademik tanggungjawab terberat terletak pada guru, supervise
administrasi pada kepala kantor tata usaha, supervise lembaga ada pada kepala sekolah.
Ada kegiatan lain yang mengarahkan kepada seluruh aspek yaitu “akreditasi”. Objek
keduanya sama yaitu semua aspek diseluruh lembaga.
Yang membedakan antara supervise dan akreditasi adalah pelaku dan waktu
pelaksanaannya. Supervisi dilakukan oleh orang yang ada di dalam madrasah dan dari luar
yaitu pengawas secara terus-menerus. Sedangkan akreditasi dilakukan oleh tim dari luar
dan dalam waktu tertentu. Tujuannya sama, yaitu meningkatkan kualitas lembaga baik
parsial maupun keseluruhan. Dengan kata lain, yang menjadi objek supervisi akademik,
supervisi administrasi, supervise lembaga dan akreditasi sama, tetapi lingkup dan harapan
berbeda.
Objek supervise dan akreditasi adalah sama, meliputi enam macam, yaitu :
1. Siswa
2. Ketenagaan
3. Kurikulum
4. Sarana dan prasarana
5. Pengelolaan
6. Lingkungan dan situasi umum.
Berikut adalah bagaimana perbedaan dalam penerapan dan contohnya :
1. Komponen siswa
a. Supervisi akademik
1) Perhatian siswa dalam pembelajaran
2) Cara siswa menjawab pertanyaan guru
b. Supervisi administrasi
1) Daftar hadir siswa
2) Denah pengurus kelas
c. Supervisi lembaga dan akreditasi
1) Perbandingan banyaknya siswa yang mendaftar dengan yang diterima
2) Prestasi siswa dalam lomba olah raga antar kabupaten
2. Komponen ketenagaan
a. Supervisi akademik
1) Gaya mengajar guru ketika melakukan demonstrasi IPA
2) Kemampuan guru dalam memberikan contoh
b. Supervisi administrasi
1) Kualitas persiapan mengajar
2) Ketepatan waktu guru hadir di kelas
d. Supervisi lembaga dan akreditasi
1) Kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru dengan mataa pelaajaaran
yang diajarkan
2) Banyaknya guru tetap bantuan pemerintah dan guru honorer yang ada di
sekolah tersebut
3. Komponen kurikulum
a. Supervisi akademik
1) Keteptan metode dan pokok bahasan
2) Urutan materi yang disajikan kepaada siswa
b. Supervisi administrasi
1) Pengisian buku catatan pelaksanaan pembelajaran
2) Jadwal pelajaran untuk kelas tertentu
c. Supervisi lembaga dan akreditasi
1) Keberadaan buku perangkat kurikulum
2) Jadwal pelajaran untuk seluruh kelas di sekolah
4. Kmponen sarana dan prasarana
a. Supervisi akademik
1) Pemanfaatan alat peraga dalam proses pembelajaran
2) Banyak buku sumber penunjang pokok bahasan tertentu
b. Supervisi administrasi
1) Kenyamanan ruang kelas
2) Banyak judul buku per bidang studi
c. Supervisi lembaaga dan akreditasi
1) Banyaknya ruang kelas dibandingkan degan rombongan belajar
2) Keberadaan gedung dan pengaturan barang simpanaan
5. Komponen pengelolaan
a. Supervisi akademik
1) Pengaturan tempat duduk siswa di kelas
2) Pengelompokan siswa dalam mengerjakan tugas
b. Supervisi administrasi
1) Penunjukan wali kelas
2) Jadwal pelajaran kelas tertentu
c. Supervisi lembaga dan akreditasi
1) Keeratan hubunngan kepala sekolah dengan guru
2) Keteraturan siswa ketika melaksanakan praktikum
6. Komponen lingkungan dan situasi umum
a. Supervisi akademik
1) Ketertiban siswa selamaa mengikuti pembelajaran
2) Keteraturan siswa selama melaksanakan praktikum
b. Supervisi administrasi
1) Suasana di luar kelas ketika berlangsung ulangan umum
2) Kenyamanan ruang ujian
c. Supervisi lembaga dan akkreditasi
1) Kehidupan halaman sekolah
2) Suasana keagamaaan sekolah
Catatan :
1. Dalam komponen kurikulum dan komponen pengelolaan terdapat contoh yang sama,
yaitu :
a. Jadwal pelajaran kelas tertentu
b. Jadwal pelajaran kelas seluruh sekolah
Kedua contoh tersebut menunjukan bahwa satu aspek mengandung dua hal.
Pengaturan pelaksanaan elajaran yang berupa jadwal pelajaaran, ditinjau dari materi
yang diatur adalaah pelaksanaan kurikulum, tetapi ditinjau dari kegiatannya, yaitu
pengatura dalam aspek pengelolaaan.Kejadian seperti itu bukan hanya yang
dicontohkan. Beberapa aspek lain mungkin terjaadi demikian, yaitu dapat ditinjau dari
dua atau lebih komponen.
2. Contoh supervise lembaga dan akreditasi disajikan menjadi satu. Cara seperti itu
menunjukan bahwa memang objek supervise lembaga dan akreditasi sama tetapi
perilaku kegiatannya berbeda
a. Supervisi lembaaga dilakukan oleh pengawas, kepaa dan staf sekkolah yang lain.
Pelaksanaannya dapat kapan saja, rutin atau berkala, sesuai dengan kebutuhan
lembaga.
b. Akreditasi dilakukan oleh tim dari luar lembaga. Pelaksanaannya sudah ditentukan
waktunya, yaitu beberapa tahun seklai secara berkala.
D. TUJUAN DAN PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI
Dalam pembelajaran ini akan difokuskan pada guru sehingga seperti difokuskan
dalam buku pedoman administrasi dan supervise disebutkan bahwa :
Tujuan supervisi adalah mengambangkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi belajar.
Sesuai tujuan di atas maka dalam tataran praktis, supervise dilakukan untuk :
1. Menginternalisasikan tujuan pendidikan yang diselenggarakan
2. Mengintroduksi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan siswa
3. Peningkatan etos, produktivitas, dan efisiensi kerja
4. Peningkatan profesionalisme
5. Demokratisasi
Menilik dari tujuannya adalah mengembangkan situasi belajar mengajar melalui
pembinaan maka kegiatan ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Ilmiah (scientific) yaitu :
a. Sistematis, artinya dilakukan secara teratur, berencana dan kontinyu
b. Objektif, artinya bukan didasarkan atas prasangka tetapi atas data yang objektif
c. Menggunakan instrument yang baik untuk mengumpulkan data atau informasi
yang diteliti atau dicermati
2. Demokratis, yaitu atas dasar musyawarah, mengandung jiwa kekeluargaan yang kuat
serta sanggup menerima pendapat orang lain
3. Kooperatif, yaitu dilakukan dalam situasi kerjasama, bertujuan mengembangkan
usaha bersama untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik
4. Konstruktif dan kreatif, yaitu membina inisiatif guru serta mendorong untuk aktif
dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang baik
5. Terbuka, yaitu bahwa kegiatan supervise dilakukan tanpa mengandung unsur
“sembunyi-sembunyi”, tetaapi dilakukan dengan terbuka dan terus terang dengan
pemberitahuan terlebih dahulu
6. Komprehensif, yaitu sarana yang lengkap mulai dari kepala sekolah, guru-guru, tata-
usaha, (ditinjau dari pelaksanannya) dan meliputi semua aspek yaitu kurikulum,
sarana, ketatalaksanaan, keuangan, kesiswaan dan humas
Kegiatan dalam supervise dengan prinsip-prinsip yang telah disetujukan ini
didalam praktek seringkali terdapat penyimpangan-penyimpangan antara lain ;
Supervisi dilaksanakan seperti pekerjaan evaluasi semata-mata, sehingga sering
tidak disukai oleh personil-personil yang disupervisi, bahkan cenderung ditolak
(walapun tidak langsung)
Titik tolak supervise tidak dimulai dari personil yang disupervisi tetapi mulai dari
keinginan supervisor sehingga personil tersebut kurang merasakan manfaatnya
Terdapat “celah” antara supervisor dengan personil yang disupervisi dalam arti
bahwa supervisor masih kelihatan seperti “atasan” yang sedang melakukan penilaian
terhadap kecakapan mengajar personil yang disupervisi tersebut
Sasaran pengamatan masih terlalu umum atau jika diberikan tidak dilakukan dengan
segera
Bentuk umpan balik diberikan (jika ada) bukan merupakan saran-saran kebaikan
tetapi merupakan celaan-celaan yang ditemukan oleh supervisor tanpa melibatkan
personil yang disupervisi
Aliran baru yang mengemukakan kegiatan supervise klinis, mengaju prinsip-
prinsip yang merupakan ciri-cirinya sebagai berikut :
o Dalam supervise klinis terdapat hubungan yang intim (kolegial) antara supervisor
dan personil yang disupervisi
o Prakarsa kegiatan supervise dapat dating dari personil yang disupervisi apabila
personiol tersebut merasa butuh untuk meninggalkan kemampuan
profesionalnya
o Sebelum kegiatan supervise dimulai, “klien” mengajukan keinginannya mengenai
aspek yang ingin ditingkatkan, misalnya cara mengajukan pertanyaan kepada
siswa yang lambat di kelas. Cara menyampaikan jawaban siswa kepada siswa
lain, cara memimpin diskusi kelas, cara menutup pelajaran dan sebagainya
Pengamatan dilakukan oleh supervisor dengan teliti dengan secara langsung (bukan
melalui rekaman video) dan menggunakan instrument pengamatan yang sudah
disepakati bersama diatas klien
Data hasil pengamatan didiskusikan dengan klien segera setelah klien tersebut
setelah selesai menjalankan praktek sehingga kelemahan-kelemahan yang dilakukan
dapat segera diketahui dan dianalisis sebab-sebab serta cara menanganinya
Umpan balik diberikan dalam bentuk nasehat atau saran yang dikemukakan
dengancara kekeluargaan, bukan secara instruktif.
E. TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI
Walaupun supervisi klinis sudah diketemukan dan sangat baik (ideal) namun hal
tersebut sukar dilakukan karena memerlukan keahlian tersendiri serta tenaga secara khusus
yang tentu saja akan memakan banyak waktu. Oleh karena itu, adapun teknik-teknik yang
dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Kunjungan kelas (classroom visitation) dibedakan atas :
a. Kunjungan yang dilakukan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada guru
yang akan disupervisi.
b. Kunjungan insidental yang dilakukan tanpa memberitahukan terlebih dahulu.
c. Kunjungan yang dilakukan dengan memberikan undangan dari guru yang
bersangkutan.
2. Observasi kelas (classroom observation) yaitu kegiatan yang dilakukan dengan cara
menunggu guru (calon guru) yang sedang mengajar di kelas mulai dari awal hingga
akhir pelajaran. Observasi kelas inilah kegiatan supervisi yang paling sistematis dan
teliti karena semua gerak-gerik guru yang sedang mengajar tidak ada yang terlewat
untuk diamati.
3. Percakapan pribadi (individual conference) yaitu diskusi yang dilakukan oleh
sekelompok guru (pada umumnya guru yang memegang bidang studi yang sama),
baik yang terencana maupun incidental. Manfaat dari diskusi ini antara lain :
a. Saling tukar menukar pengalaman tentang cara-cara mengatasi kesulitan dalam
mengajar.
b. Saling tukar menukar informasi tentang cara-cara baru yang mereka peroleh agar
pengajaran dapat berlangsung lebih efektif.
c. Saling melengkapi sumber bahan mengajar, alat pelajaran atau sarana lain.
d. Mengurangi keragu-raguan guru dalam menghadapi kelasnya.
e. Mempercepat korps guru.
f. Menyamakan pengertian mereka tentang kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh
pemerintah
4. Saling berkunjung-mengunjungi (intervisitation)
a. Calon guru atau guru baru menunggu guru yang sedang memberikan pelajaran,
contoh : les.
b. Seorang guru yang menemui kawannya yang sedang mengajar untuk menambah
pengalaman mengajarnya.
5. Musyawarah atau pertemuan
Pertemuan yang diadakan oleh atasan atau atas prakarsa para guru sendiri.
Sejak tahun 1979 Pusat Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan
Pengembangan ( BALITBANGDIKBUD) mencoba supervisi yang disebut dengan
proyek supervisi di Cianjur. Ada dua hal yang menonjol dalam proyek ini :
a. Adanya keikutsertaan secara simultan antara guru, kepala sekolah dan penilik
sekolah dalam penataan atau dalam penyampaian informasi tentag kebijakan
pemerintah sehingga semua komponen tersebut memiliki pemahaman yang
sama.
b. Adanya pertemuan rutin antara guru, kepala sekolah dan penilik tersebut untuk
membicarakan masalah-masalah yang sedang dihadapi dan cara
pemecahannya. Pertemuan ini dinamakan kelompok kerja guru (KKG) yang terdiri
dari 7 atau 8 sekolah dan mengadakan pertemuan setiap minggu. Apabila dalam
pertemuan tersebut ada masalah yang tidak dapat dipecahkan bersama, maka
masalah tersebut dibawa ke pertemuan yang lebih luas cakupannya yaitu PKG
(Pertemuan Kerja Guru) yang diadakan setiap 4 bulan dan dihadiri oleh 3 atau 4
KKG.
6. Supervisi yang dilakukan dengan media, dengan tujuan pengalaman mereka
khususnya menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran. Medianya
dapat berupa brosur, pengumuman, bulletin, edaran, kaset, majalah dan sebagainya.
7. Pusat sumber belajar (learning resource center) adalah suatu lembaga yang
menangani persediaan, pelayanan semua jenis pelajaran bukan hanya meminjamkan
tetapi juga membuatkan, memberi bimbingan dalam mempelajari cara mengajar,
membuat persiapan tertulis, perekaman dan sebagainya.
8. Validasi teman sejawat adalah salah satu jenis supervisi yang dilakukan oleh teman
sejawat (sesama guru, lembaga, dan orang-orang yang telah berkecimpung didalam
profesi ke pendidikan). Jenis kegiatan supervisi ini telah dicobakan di Indonesia sejak
tahun 1979 dan saat ini telah dilaksanakan di sekolah pendidikan guru.
F. BIDANG GARAPAN SUPERVISI
Implementasi di lapangan yang harus dilakukan oleh supervise dalam rangka
perbaikan situasi belajar untuk menciptakan kualitas belajar adalah :
1. Memfasilitasi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Manusia sebagai modal lembaga dalam mencapai tujuan perlu dipelihara dan
diberdayakan dengan baik.Berharganya sumber daya manusia diukur dari kinerja
yang dihasilkannya. Salah satu penentu level kinerja manusia adalah pengetahuan,
ketrampilan, dan nilai yang ia miliki. Dalam hal ini, supervisi sebagai suatu upaya
layanan professional dalam bidang pendidikan, harus berupaya mampu menciptakan
suatu kondisi yang kondusif bagi pengembangan sumber daya manusia.
Ada banyak bentuk upaya pengembangan sumber daya manusia pendidikan
yang bias digunakan untuk memberdayakan sumber daya manusia. Mulai dari yang
sifatnya pendidikan dan latihan, sampai dengan pendidikan moral dan motivasi serta
perlakuan humanis bias digunakan dalam upaya pengembangan manusia. Dalam hal
ini, seorang supervisor harus mampu mempersiapkan dan memilih upaya yang efektif
dalam mengembangkan sumber daya manusia dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan.
2. Mendesain dan mengembangkan kurikulum
Kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan layanan dan produksi pendidikan
memiliki peranan yang penting dalam penciptaan produk pendidikan yang
berkualitas, marketable, kompatibel, inovatif, kompetitif, dan produktif. Upaya
supervisi diharapkan harus mampu memberikan jalan yang lurus untuk pencapaian
hal tersebut dengan cara mendesain dan mengembangkan kurikulum secara baik
dan benar.
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas
Seorang supervisor ditantang untuk melakukan perubahan-perubahan
proporsional dan inovatif dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran yang
diselenggarakan guru.Ia harus bersedia memfasilitasi bahan dan sarana/prasarana
pembelajaran sampai quality control layanan pendidikan. Semua aktivitas supervisi
harus condong ke upaya peningkatan kualitas pembelajaran.
4. Menggairahkan interaksi humanis
Interkasi yang humanis dituntut tercipta di lingkungan sekolah. Suasana yang
harmonis dan humanis diantara staf akan mendukung produktivitas, efektivitas, dan
evisiensi capaian. Dalam hal ini, seorang pengawas harus berupaya menciptakan
kondisi yang ideal dan diharapkan ia tidak melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan upaya tersebut. Seorang supervisor jangan menjadi sumber konflik diantara
staf.Jika suasana tidak harmonis tercipta di antara staf sekolah, maka supervisor
harus berupaya untuk menciptakan jembatan-jembatan kesenjangan komunikasi
humanis di antara staf sekolah dan harus memiliki inisiatif untuk menciptakan jalinan
komunikasi yang efektif dan humanis di antara warga sekolah.
5. Melaksanakan fungsi-fungsi administratif
Pada intinya, peran supervise built in dengan kepemimpinan. Supervisi
merupakan mesin yang menggerakkan semua aspek-aspek administratif pencapaian
tujuan. Mulai dari merencanakan, mengorganisir, sampai dengan pengawasan harus
ia jalankan. Seorang pemimpin harus memiliki peran supervisi.Ia memiliki otoritas
dan kewenangan untuk melakukan upaya-upaya supervisi.
G. KOMPETENSI DASAR SUPERVISOR DAN PENDEKATAN SUPERVISI
Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh supervisor dalam melaksanakan
tugasnya, yakni :
1. Human Relation
2. Administrasi
3. Evaluasi
Kunci sukses pembimbingan dan bantuan profesional kepada guru-guru terletak
pada proses interaksi antar sesama. Komunikasi efektif merupakan media ketrampilan
human relations.Pesan perlakuan profesional sehebat apapun tidak akan sampai jika pesan
tersebut tidak sampai secara efektif ke guru-guru. Pesan akan sampai ke communican jika
proses interaksi (baik langsung maupun tidak langsung) terjadi.
Kemampuan administratif adalah alat penting dalam mengelola lembaga agar bisa
berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan pendidikan.Seorang supervisor harus memiliki
kemampuan bagaimana merencanakan, mengorganisir personel dan sumber daya lainnya,
menggerakkannya serta mengawasi. Supervisor adalah seorang pemimpin, dia harus tahu
apa yang harus dilakukan untuk membawa orang-orang dan lembaga dalam rangka
pencapaian tujuan. Kepemimpinan dan administrasi bagaikan ruh dan jasadnya.
Kemampuan evaluasi diperlukan berkaitan dengan peran supervisor sebagai
pembimbing dan pembantu pertumbuhan profesionalitas guru-guru.Untuk itu diperlukan
informasi dan bahan-bahan yang tepat mengenai akar permasalahan yang ditemui guru-
guru.
Dalam pelaksanaannya, proses supervisi meliputi banyak pendekatan yaitu :
1. Supervisi artistik. Menurut pandangan ini, proses supervisi merupakan suatu hal yang
tidak bisa dijelaskan secara rasional. Kreativitas supervisor memiliki peran yang
dominan di dalam memperbaiki kualitas pelayanan pendidikan.
2. Supervisi saintifik. Proses supervisi yang dilaksanakan haruslah berdasarkan
empirical evidence, sistematis dan ilmiah. Segala hal harus berdasarkan fakta dan
data. Dalam implementasinya, segala aktivitas supervisi harus berdasarkan atas hasil
penelitian.
3. Supervisi klinis. Pendekatan ini mengajarkan bagaimana guru dikenalkan dengan
ilmu dan ketrampilan didaktik-metodik yang baik dan benar, mengadministrasi
pengajaran. Supervisi klinis diterjemahkan sebagai suatu proses bimbingan dan
bantuan yang diberikan dalam rangka memperbaiki ketrampilan guru dalam mengajar
di kelas.
H. LANGKAH-LANGKAH SUPERVISI
Supervisi dalam arti sempit yaitu supervisi yang dilakukan terhadap dan untuk
meningkatkan ketrampilan mengajar, baik dilakukan kepada calon guru (biasanya di dalam
program micro-teaching) atau guru-guru yang sudah bekerja. Untuk dapat memperoleh hasil
yang maksimal maka dilalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pertemuan pendahuluan
Adapun yang dilakukan dalam pertemuan pendahuluan ini adalah :
a. Menciptakan suasana kekeluargaan yang intim antara guru dengan supervisor
(establish rapport) agar komunikasi selama kegiatan dapat berlangsung secara
efektif.
b. Membuat kesepakatan (contract) antara guru dengan supervisor tentang aspek
proses belajar mengajar yang akan dikembangkan dan ditinggalkan, misalnya
khusus ketrampilan bertanya, cara memotivasi siswa dan sebagainya.
Jadi dalam pertemuan pendahuluan ini disepakati bersama mengenai :
1. Sasaran atau ketrampilan mengajar yang akan diamati secara cermat oleh
supervisor.
2. Strategi observasi yang akan dilaksanakan.
3. Panduan atau instrument observasi yang akan digunakan.
4. Kriteria atau tolak ukur yang akan digunakan dalam pengisian observasi.
2. Perencanaan oleh guru dan supervisor
Pada langkah kedua dibuat perencanaan pelaksanaan observasi dan dirundingkan
beberapa hal yaitu :
a. Persiapan mengajar tertulis yang sudah dibuat terlebih dahulu untuk dibicarakan
kekurangan-kekurangan yang mungkin masih perlu dibenahi serta membicarakan
bagian dari persiapan tertulis tersebut yang akan mendapat perhatian khusus.
b. Persiapan media atau alat-alat pelajaran yang akan digunakan sekaligus strategi
penggunaannya.
c. Cara-cara mencatat atau perekaman data yang akan digunakan oleh supervisor
serta arah pengambilan data.
3. Pelaksanaan latihan mengajar dan observasi
Pada waktu ini guru mengajar dan supervisor melakukan pengamatan secara
cermat dengan menggunakan instrument observasi. Ada beberapa cara dalam
melakukan observasi yaitu :
a. Pengamatan dilakukan secara terus menerus selama guru mengajar, tetapi
hanya menekankan dan mencatat bagian yang menjadi sasaran saja, sedangkan
kegiatan lain dicatat kesan umumnya saja.
b. Pengamatan intensif dilakukan setiap selang beberapa menit dan dalam jangka
waktu tertentu. Beberapa alternatif yang bisa dilakukan adalah :
1. Periode 5 menit, yaitu mengamati 5 menit, berhenti 5 menit, mengamati lagi 5
menit, berhenti lagi 5 menit dan seterusnya.
2. Periode 10-5, yaitu mengamati 10, berhenti 5 menit, mengamati 10 menit lagi,
berhenti 5 menit dan seterusnya.
3. Periode 15-5, yaitu mengamati 15 menit, berhenti 5 menit, mengamati 15
menit, lalu berhenti 5 menit dan seterusnya.
4. Mengamati terus menerus tetapi pencatatan dilakukan setiap 2 menit atau 4
menit.
*catatan : dalam menggunakan periodisasi ini apabila ada aspek yang
ditekankan, harus dimuati secara terus menerus agar tidak kehilanganjejak.
4. Mengadakan analisis data
Dalam hal ini, supervisor mengajak guru untuk mendiskusikan apa yang telah
dilaksanakan oleh guru saat mengajar. Suasana kekeluargaan sangat diperlukan
dalam diskusi ini agar tidak mudah timbul “suasana mengadili” terhadap guru. Hal-hal
yang perlu didiskusikan adalah :
a. Kesenjangan antara apa yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya
b. Hasil rekaman baik yang dituliskan dalam instrument observasi maupun dalam
kaset (apabila rekaman dilakukan dengan foto atau film tentu saja belum dapat
diikutkan untuk didiskusikan saat ini).
c. Cara atau strategi yang digunakan dalam penyampaian umpan balik. Apabila
disepakati bahwa umpan balik disampaikan secara tertulis agar
terdokumentasikan dengan baik maka setelah selesai diskusi analisis data
rekaman, supervisor menuliskan kesimpulan akhir untuk umpan balik kepada
guru dan jika secara lisan, perlu diatur waktu penyampaian serta siapa saja yang
akan diundang.
5. Diskusi memberikan umpan balik
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan umpan balik yang dilakukan oleh supervisor
kepada guru yang sedang berlatih meningkatkan ketrampilan mengajarnya.Tujuan
kegiatan supervisi adalah memberikan bimbingan agar guru yang disupervisi
mendapat peningkatan dalam hal ketrampilan mengajarnya.
Sehubungan dengan pemberian umpan balik ada rambu-rambu sebagai berikut :
a. Sesudah latihan selesai, (calon) guru diminta untuk mengungkapkan persepsi
(kesan) mengenai kegiatan mengajar yang dia lakukan.
b. Supervisor bersama-sama dengan guru menganalisis kegiatan tersebut dan
melengkapinya dengan data data hasil pengamatan supervisor. Yang terpenting
adalah melatih guru agar dapat melakukan penelitian terhadap diri sendiri.
c. Dalam mengidentifikasi hal-hal yang sudah baik dan kekurangan dalam latihan,
supervisor tidak boleh menunjuk dengan tegas dank eras secara langsung tetapi
melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali dan mengorek kelemahan
sendiri sehingga akhirnya guru menyadari kekurangannya.
d. Hal yang tidak boleh dilupakan oleh supervisor bahwa sekali-kali memberikan
ulasan positif, pujian, penguatan, penghargaan terhadap guru agar ada perasaan
puas dan bangga kemudian akan tumbuh dengan sendirinya kemauan keras
untuk memperbaiki dirinya.
Pada akhir diskusi, supervisor bersama guru menarik kesimpulan dari latihan yang
baru saja dilakukan yaitu mengenai hal-hal yang sudah berhasil dilakukan dan memperbaiki
hal-hal lain yang kurang pada kesempatan berikutnya.
I. INSTRUMEN PENGAMATAN PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR
Apabila pengamatan terhadap proses belajar mengajar dilakukan dengan lengkap,
maka kegiatan di lakukan dari tahap persiapan yaitu penyusunan persiapan mengajar
(satuan pelajaran), dilanjutkan dengan kegiatan di kelas sejak awal sampai saat terakhir
guru meninggalkan ruang kelas, bahkan sampai guru mengoreksi pekerjaan siswa, baik
tugas biasa, maupun hasil tes.
Kegiatan supervisi bukan hanya dilakukan terhadap keterampilan mengajar saja,
tetapi juga kemampuan lainnya yakni sikap professional guru. Supervisi yang dilakukan
secara terus menerus tentu akan menghasilkan kemajuan sekolah. Hal ini harus dituju
adalah adanya kemampuan dan kesanggupan dari para guru untuk mengadakan penilaian
terhadap diri sendiri secara terus menerus.
J. SUPERVISI DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (SCHOOL-BASED
MANAGEMENT)
Managemen Berbasis Sekolah (MBS) mulai dipopulerkan sejak tahun 1994-an, dan
dicobakan di Indonesia sejak tahun 1998. Dalam pelaksanaanya, MBS banyak
diterjemahkan seperti juga implementasi otonomi daerah, daerah bisa mengelola semua hal
terlepas dari intervensi pusat. Sekolah bebas menentukan standar mutu, kurikulum dan
kebijakannya lainnya.
Dalam konteks MBS, sekolah dituntut untuk kreatif mencari pola kerja yang efektif
dan berusaha mencapai tujuan pendidikan secara bersama-sama dengan para stake holder.
Dalam proses pengelolaan sekolah, semua potensi yang dimiliki sekolah diberdaya-
kan secara optimal. Peran supervisor sebagai konduktor pengelolaan menduduki peran
penting. Ia harus mampu meraih semua personal yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dengan prooses pendidikan ikut terlibat dalam proses pengelolaan pendidikan.
Kaitannya dengan SBM, supervisor harus mengupayakan kondisi sekolah berkinerja tinggi
dengan tingkat perlibatan semua unsur terkait secara optimal. Dalam hal ini, siupervisor
adalah sebagai katalisator dan fasilitator pemberdayaan sekolah sebagai pusat pembuatan
keputusan pendidikan.
Supervisi yang dilakukan harus mampu menjaga kualitas program yang diusulkan
sekolah relevan dengan tujuan pendidikan rassional, rasional dan mendidik. Selain
mengawasi implementasi kebijakan-kebijakan yang diturunkan dari pusat, seorang
supervisor haarus menjaga relevansi operasionalisasi kurikulum di lapangan, mengawasi
pengelolaan sumber-sumber daya dan proses kerjasama sekolah.
Dalam SBM, ada beberapa sumber penting yang bias digunakan oleh para pengelola
yang seharusnya diperhatikan oleh supervisi-dalam menerapkan pendekatan SBM, yaitu :
Kekuasaan, Informasi, Pengetahuan dan Keterampilan, Imbalan. (Diadopsi dari Albers 1994)
K. PERAN SUPERVISI DALAM EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN
Efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan bias diketahui, diperbaiki, dan
dikembangkan apabila sebelumya dilakukan evaluasi. Tercapai atau tidaknya program
pendidikan yang diselenggarakan akan bisa diketahui jika dilakukan evaluasi. Hasilnya, akan
menghasilkan keputusan perbaikan dan peningkatan kualitas hasil program pendidikan yang
dilaksanakan.
Sesuai dengan fungsinya, evaluasi, proses supervisi meliputi penelitian, penilaian,
perbaikan dan peningkatan (Ametembum, 1981:25) atas upaya pendidikan yang dilaksana-
kan. Hasil evaluasi akan menunjukan efektif atau efisiennya suatu program pendidikan.
Dalam melakukan tugas, seorang supervisor melakukan dua macam evaluasi,
formatif dan sumatif. Bentuk evaluasi formatif ditandai dengan adanya kegiatan evaluasi
yang duilakukan supervisor untuk melihat sustainabitas suatu rangkaian kegiatan dengan
kegiatan sebelum dan sesudahnya dan tingkat ketercapaiannya, apakah sudah mengaju
ketujuan utama? Dalam kegiatan sumatif, supervisor melakukan evaluasi global kegiatan,
tidak sekuensial. Semua segmen kegiatan ia evaluasi di akhir kegiatan.
Dalam aktivitas mengevaluasi, ada tiga kegiatan besar yang biasanya dilakukan
supervisor yaitu :
1. Identifikasi tujuan evaluasi
2. Penyusunan desain dan metodologi evaluasi
3. Pengukuran
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh oleh supervisor dalam melaksana-
kan proses evaluasi yaitu :
1. Komprehensif,
2. Kooperatif,
3. Kontinyu dan relevan dengan kurikulum,
4. Objektif,
5. Humanis,
6. Aman
Aspek-aspek yang dievaluasi oleh seorang supervisor meliputi tiga hal yaitu :
1. Personel, mengacu kepada kemampuan professional, dimensi social, dan individual.
2. Material, berkaitan dengan substansi bahan ajar dan variable pendukungnya.
3. Operasional, berkaitan dengan implementasi proses belajar mengajar dikelas.
L. KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Dasar – Dasar Kepemimpinan Pendidikan
1. Pemimpin dan Kepemimpinan
Masalah kepemimpinan akan selalu hidup dan digali pada setiap zaman, dari
generasi ke generasi guna mencari formulasi sistem kepemimpinan yang actual dan tepat
untuk diterapkan pada zamannya. Hal ini mengindikasikan bahwa paradigma kepemimpinan
adalah sesuatu yang sangat dinamis dan memiliki kompleksitas yang tinggi.
Ada tiga aliran yang sesuai dengan teori lahirnya kepemimpinan.Pertama, teori
Genetis yang berpendapat bahwa pemimpin adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat
kepemimpinan sejak lahir yang diperoleh secara genetik dari orangtuanya.Kedua, teori sosial
yang berpendapat pemimpin tidak dilahirkan, tidak ada bakat pemimpin.Pemimpin dibentuk
melalui pendidikan dan pengalaman.Ketiga, teori ekologis yang berusaha menggabungkan
kedua teori ekstrim di atas (teori genetis dan sosial, sehingga aliran ini berpendapat untuk
menjadi pemimpin yang berhasil jika memiliki bakat yang dibawa sejak lahir dan
pengetahuan serta ketrampilan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang
intensif.
Term kepemimpinan lahir sebagai suatu konsekuensi logis dari perilaku dan budaya
manusia yang terlahir sebagai individu yang memiliki ketergantungan sosial (zoon politicon)
yang sangat tinggi dalam memenuhi berbagai kebutuhannya (homo sapiens). Istilah
pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata “pimpin”.Namun
demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu peran
dalam system tertentu, karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki
ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.Adapun istilah
kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat
pengaruh yang dimiliki seseorang.Oleh sebab itu, kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang
yang bukan “pemimpin”. Sedangkan istilah “memimpin” digunakan dalam konteks hasil
penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain
dengan berbagai cara.
Berikut beberapa definisi kepemimpinan yang dipandang dapat mewakili substansi
konsep kepemimpinan :
a. Kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing dan
mengarahkan orang lain agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan
bersama.
b. Kesiapan dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam proses
mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang
lain (anggota kelompok) agar mereka dengan suka rela menyumbangkan
kemampuannya secara maksimal demi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c. Kemampuan dan ketrampilan seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain
untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia
memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan bersama yang telah
ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang
atau kelompok orang untuk berpikir dan bertindak melalui perilaku yang positif dalam rangka
mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
2. Tinjauan Singkat Perkembangan Teori Kepemimpinan
Teori yang paling tua dalam kajian yang multi dimensi adalah The Trait Theory atau
disebut teori pembawaan. Teori ini berkembang pada tahun 1940-an, bertitik tolak dari dasar
pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh karakteristik.Karakteristik
tersebut dengan memusatkan pada karakteristik pribadi seorang pemimpin meliputi bakat-
bakt bawaan, cirri-ciri pemimpin, factor fisik, kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan
berkomunikasi.Menurut teori sifat, untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi dan harus mempunyai sifat yang seharusnya ada pada
seorang pemimpin. Sifat-sifat yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin antara lain :
betaqwa, berwibawa, jujur, cerdas, tegas, tanggap, simpatik, ramah, sopan, berprakarsa,
bijaksana, berani, sederhana, berjiwa besar, bertanggung jawab, terpercaya, adil, dan ikhlas.
Pada kenyataannya, tidaklah mungkin seorang pemimpin memiliki secara lengkap
semua sifat-sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin.Oleh karenanya, sifat-sifat
tersebut lebih tepat sebagai tipe ideal seorang pemimpin.Pada akhirnya teori ini ditinggalkan,
karena tidak banyak ciri konklusif yang dapat membedakan antara pemimpin dan bukan
pemimpin serta tidaklah mungkin sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang
efektif berlaku untuk segala organisasi dalam segala situasi.
Teori perilaku atau biasa disebut dengan behaviorist theories. Teori ini lebih terfokus
pada tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin daripada memperhatikan atribur yang
melekat pada diri seorang pemimpin karena itu akan mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan pemimpin. Gaya bersikap dan bertindak akan nampak dari cara mempengaruhi
orang lain. Dengan demikian pendekatan ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa
kepemimpinan sangat erat dengan fungsi utama kepemimpinan, yaitu menggerakkan orang
lain untuk mencapai tujuan.
Ada dua kecenderungan perilaku kepemimpinan yaitu perilaku yang cenderung
bersifat konsiderasi dan perilaku yang cenderung bersifat inisiasi.Perilaku kepemimpinan
konsiderasi adalah perilaku pemimpin yang berorientasi pada anak buah. Sifat perilaku
konsiderasi : ramah tamah, membela bawahan, memikirkan kesejahteraan anak buah, dan
lain-lain. Perilaku kepemimpinan inisiasi adalah perilaku pemimpin yang sangat berorientasi
dan mementingkan tercapainya tujuan organisasi. Sifat-sifat perilaku kepemimpinan struktur
tugas : selalu mengkritik bawahan, selalu memerintah, selalu memberi tahu, standar
pekerjaan keras, dan selalu mengawasi anak buah. Perilaku kepemimpinan tenggang rasa
dan inisiasi tidak saling bergantung, artinya pelaksanaan perilaku yang satu tidak
mempengaruhi pelaksanaan perilaku yang lain.
Dari teori ini lahirlah konsep tentang Managerial Grid oleh Robert Blake dan Hani
Mouton. Di dalam Managerial Grid terdapat empat gaya kepemimpinan yaitu : (1)
Impoverished Management, (2) Country-Club Management, (3) Autocratic Task Managers,
dan (4) Team Managers. Impoverished Management atau gaya miskin/tandus yaitu
manajemen yang paling rendah (minim) terhadap pekerjaan yang harus dikerjakan dan
semangat kerja para bawahan yang bekerja. Country-Club Management atau gaya
perkumpulan yaitu manajemen yang penuh perhatian terhadap kebutuhan orang-orang
sehingga suasana organisasi menjadi bersahabat dan menyenangkan namun yang terkait
dengan pelaksanaan tugas rendah (rileks). Autocratic Task Managers atau gaya tugas
adalah manajemen yang sangat menekankan pada pelaksanaan tugas sehingga efektivitas
dan efisiensi dapat dicapai namun sedikit perhatian pada unsure manusianya. Team
Managers atau gaya tim adalah manajemen yang sekaligus memperhatikan dua unsur yaitu
produksi dan manusia, pencapaian tujuan diwujudkan dengan memberikan kepercayaan dan
kemerdekaan terhadap orang-orang lewat regulasi tertentu (standar yang ditetapkan).
Pada masa berikutnya teori perilaku dianggap tidak lagi relevan dengan situasi dan
kondisi zaman.Timbullah pendekatan Situsional Theory dengan tokoh utamanya Fiedler.
Teori ini berpandangan bahwa ada dua hal esensial yang perlu diperhatikan dalam
kepemimpinan, yaitu : (1) situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku
kepemimpinan yang berbeda, dan (2) menentukan gaya kepemimpinan yang paling tepat
untuk situasi tertentu. Dengan demikian pemimpin yang baik menurut teori ini adalah
pemimpin yang dapat mengubah gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi yang ada dan
memperlakukan bewahan sesuai kondisi bawahan yang memiliki karakteristik dan kebutuhan
yang berbeda-beda.
Salah satu gaya kepemimpinan yang sangat terkenal dihasilkan dari studi
kepemimpinan kontingensi ini yang dikemukakan oleh Hersey dan Balanchart berikut ini:
a. Tingkat kematangan rendah yaitu bawahan yang tidak mempunyai kemampuan
bekerja dan tidak ada kemauan atau kurang yakin terhadap apa yang akan
dikerjakan.
b. Tingkat kematangan rendah ke sedang, yaitu bawahan yang tidak mempunyai
kemampuan bekerja, tetapi memiliki kemauan untuk melaksanakan tugas (bekerja)
memiliki keyakinan terhadap apa yang akan dikerjakan.
c. Tingkat kematangan sedang ke tinggi, yaitu bawahan yang mempunyai kemampuan
bekerja, akan tetapi tidak memiliki kemauan atau merasa kurang yakin terhadap apa
yang akan dikerjakan.
d. Tingkat kematangan tinggi, yaitu bawahan yang di samping mempunyai kemampuan
juga memiliki kemauan atau merasa untuk bekerja.
Perkembangan teori-teori di atas sesungguhnya adalah sebuah pencarian formulasi
sistem kepemimpinan yang aktual dan tepat untuk diterapkan pada zamannya.Dalam
perkembangan terakhir muncul pendekatan kepemimpinan transformasional yang menjadi
lawan kepemimpinan transaksional.
3. Kepemimpinan khas Indonesia
Beberapa konsep kepemimpinan khas Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Hasta Brata
Ajaran kepemimpinan Hasta Brata berasal dari India yang kemudian dikembangkan
oleh orang Indonesia. Ajaran ini berisi delapan wejangan atau nasehat Prabu Ramawijaya
dari Kerajaan Ayodya kepada Raden Wibisono yang akan memimpin Kerajaan Alengka.
Secara singkat, ajaran Hasta Brata adalah pengejawantahan (manifestasi) dari Tuhan Yang
Maha Esa di alam semesta ini yaitu sifat-sifat tanah, api, angin, air, angkasa, bulan,
matahari, dan bintang. Uraian dari ke delapan unsure alam semesta ini sebagai berikut :
1. Tanah
Sifat tanah adalah murah dan senantiasa memberi, dalam arti apa saja yang ditanam
tumbuh berbuah berlipat ganda bagi yang menanam. Bahkan, kekayaan yang terkandung di
dalam tanah jika diolah akan menambah kesejahteraan pengolahnya. Tanah juga memiliki
sifat teguh dan kuat, sabar dan menerima segalanya, tidak pernah mengeluh dibebani
apapun dan tidak membeda-bedakan, serta menerima apa saja yang jatuh di atasnya,
apakah sesuatu yang baik, buruk, berbau, suci, sedap dan lain-lain. Watak dan perilaku
pemimpinnya seyogiyanya mencontoh tanah ini, yakni teguh dan sabar serta tidak cengeng.
2. Api
Api mempunyai sifat panas tetapi suci. Sifat pemimpin yang mencontoh api ini
seharusnya berani “membakar” kekurangan-kekurangan dan memperbaiki kembali serta
“menggodok” yang baru dan lebih baik sesuai keperluan. Tampil berwibawa dan berani
menegakkan hokum dan kebenaran secara tegas dan tuntas tanpa pandang bulu.
3. Angin
Angin selalu berada di segala tempat, tanpa membedakan dataran tinggi atau rendah,
daerah kota ataupun pedesaan, orang kaya atau miskin. Mencontoh angin, seorang
pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat atau anak buah tanpa membedakan
derajat dan martabatnya, sehingga secara langsung dapat mengetahui keadaan dan
keinginan rakyat atau anak buahnya.
4. Air
Sifat air adalah warata maratani.Artinya, air itu dapat rata dan bersimbah kemana-mana
secara seimbang.Demikian pula seorang pemimpin wajib mengusahakan meratanya
kemakmuran, keselamatan dan kesejahteraan anak buahnya. Menempatkan semua anak
buahnya pada derajat dan martabat yang sama di hatinya.
5. Angkasa
Keberadaan angkasa mempunyai kekuasaan yang tak terbatas sehingga mampu
menampung apa saja yang dating padanya. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai
keluasan batin dan kemampuan mengendalikan diri yang kuat sehingga dengan sabar
mampu menampung pendapat anak buahnya yang bermacam ragam sesuai keperluan,
prestasi, dan posisi masing-masing.Bahkan pemimpin harus mampu menampung berita
apapun mengenai dirinya, baik yang positif maupun negative tanpa kehilangan pengamatan
diri, sabar, dan tawakal.
6. Bulan
Sifat bulan adalah memberikan sinar terang pada waktu malam.Seorang pemimpin wajib
memberikan sinar yang menimbulkan semangat serta rasa percaya dan terlindung dari anak
buahnya dalam situasi pada suatu saat mengalami krisis, kesusahan lahir-batin.
7. Matahari
Matahari merupakan sumber energi yang menopang kehidupan di bumi yang membuat
semua makhluk hidup tumbuh dan berkembang.Seorang pemimpin hendaknya mampu
mendorong dan menumbuhkan daya hidup rakyat atau anak buahnya untuk membangun
lembaganya dengan memberikan bekal lahir dan batin untuk mampu berkarya.
8. Bintang
Sebagai benda langit, dalam kurun waktu yang lama, bintang senantiasa mempunyai
tempat yang tetap di langit sehingga dapat menjadi pedoman arah. Seorang pemimpin
hendaknya menjadi teladan rakyat atau anak buahnya, tidak ragu menjalankan keputusan
yang telah disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang diduga akan
menyesatkan.
Apabila seorang pemimpin mampu mendalami dan melaksanakan ajaran di atas,
maka akan tercipta kepemimpimpinan yang kuat dan dapat menjadi pemimpin yang efektif
dalam mengembangkan dan menggerakkan organisasi yang dipimpinnya menuju kemajuan
dan keberhasilan mencapai tujuannya.
b. Kepemimpinan Pancasila
Kepemimpinan pancasila secara substansi mengambil ajaran yang dicetuhkan oleh
tokoh pendidikan nasional KI Hajar Dewantara, yang terdiri dari tiga kalimat, yaitu : (1) ing
ngarso sung tuladha, (2) ing madyo mangun karso, (3) tut wuri handayani. Penjelasannya
sebagai berikut :
1. Ing Ngarso Sung Tuladha
Didepan memberikan teladan.Seorang pemimpin harus mampu lewat tutur kata, sikap
dan perbuatan menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan (modeling) orang-orang yang
dimpimpinnya.
2. Ing Madya mangun Karsa
Ditengah membangun karsa atau inisiatif. Seorang pemimpin harus mampu
membangkitkan semangat berswakaarsa atau berinisiatif dan berkreasi pada oraang-
orang yang dipimpinnya.
3. Tut Wuri Handayani
Mengikuti dari belakang dengan memberikan bimbingan. Seorang pemimpin harus
mampu mendorong orang-orang yang dipimpinnya agar berani berjalan di depan dan
bertaanggungjawab.
Norma-norma kepemimpinan lainnya yang relefan dan sangat mendukung ketiga
prinsip kepemimpinan tadi dan yang juga sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila adalah :
1. Berwibawa (karena integrasi pribadinya yang dijiwai oleh nilai-nilai pancasila)
2. Jujur
3. Terpercaya
4. Bijaksana
5. Mengayomi
6. Berani mawas diri
7. Mampu melihat jauh ke depan
8. Berani dan mampu mengaataasi kesulitan
9. Bersikap wajar
10. Tegas dan bertanggungjawab atas keputusan yang diambil
11. Sederhana
12. Penuh pengabdian kepada tugas
13. Berjiwa besar
14. Mempunyai sifat ingin tahu (suatu pendorog untuk kemajuan)
Satu lagi kepemimpina khas Indonesia, Angkatan Bersenjata republic Indonesia
(ABRI) sekarang tentara Nasional Indonesia (TNI) telah berhasil menemukan rumusan gaya
kepemimpinan yang lengkap dan sistematis. TNI telah menetapkan Sebelas Asas
Kepemimpinan, yang juga mencakup Trilogi kepemimpina Ki Hajar Dewantara. Sebelas
Asas Kepemimpina sebagai berikut :
1. Taqwa
Berarti iman dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa disertai taatenjalankan
perintahNya dan menjauhi laranganNya.
2. Ing Ngarso Sung Tulodho
Di depan untuk memberikan teladang yang positif kepada anak buahnya.
3. Ing Madya mangun Karsa
Ikut bergiat dan menggugah semangat untuk berkreasi di tengah-tengah anak
buahnya
4. Tut Wuri Handayani
Memberikan dorongan dari belkng agar anak buah maju terus dengan kesanggupan
bertanggungjawab
5. Waspada Purbawasesa
Waspada purbawasesa maknanya adalah waspada disertai kemampuan
mengendalikan akan buah secara bijaksana sesuai dengan kewenangannya.
6. Ambeg Paramarta
Berarti mampu memilih secara tepat mana yang lebih dulu harus diutamakan atau
mampu menyusun skala prioritas
7. Prasaja
Berperilaku sederhana atau bersahaja, tidak berlebih-lebihan
8. Satya
Loyal kepada atasan, teman sejawat, dan bawahan
9. Gemi Nastiti
Mampu membatasi pengeluaran hanya pada yang bermanfaat atau mendesak, tidak
hidup boros
10. Blaka
Terbuka dan berani bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan
11. Legawa
Tunduk pada saatnya menyerahkan jabatan atau tanggungjawab kepada generasi
yang lebih muda.
Meskipun Sebelas Asas Kepemimpinan tersebut khusus untuk kalangan, namun
karena lengkap dan berlandaskan nilai-nilai dari Pancasila, maka sangat patut dijadikan
pedoman bagi para pemimpin non-TNI (pemimpin sipil).Kesebelas asas tersebut dijadikan
tolak ukur untuk menilai seorang pemimpin.Pemimpin yang baik adalah yang didalam tutur
kata, sikap dan perbuatan merefleksikan sebelas asas tersebut. Semakin banyak asas yang
dilaksanakan , semakin tinggi nilai kepemimpinannya.
4. Kepemimpina Pendidikan yang Efektiff
Untuk memahami kepemimpinan efektif, William D. Hitt (1993) sebagaimana dikutip
oleh Nursya’bani Purnama (200: 115-129), menyajikan berbagai ide atau gagassan dari
sejumlah tokoh mengenai kepemimpinan yang efektif, sebagai berikut :
Plato Para pemimpin yang efektif adalah philosopher aja
Machavelli
Para pemimpin yang efektif adalah power-wielders, individu yang
mengguakan manipulasi eksploitasi, dan tipu daya untuk mencapai
tujuan mereka sendiri
Weber
Para pemimpin yang efektif memiliki karisma bahwa kualitas spiritual
kekuatan khusus pribadi yang memberikan pengaruh individu terhadap
banyak orang
Taylor Para pemimpin yang efektif melihat manajemen sebagai ilmu
DePree Para pemimpin yang efektif melihat manajemen sebagai seni
DruckerPara pemimpin yang efektif mampu melaksanakan fungsi manajemen :
pelaksanaan, pengorganisasian, mengarahkan dan pengukuran.
AppleyPara pemimpin yang efektif telah menguasai seni menyelesaikan
sesuatu yang lain trought
McGregor Para pemimpin yang efektif memahami sisi manusia dari perusahaan
Likert Para pemimpin yang efektif mampu membangun system manajemen
yang efektif
Blake and
Mouton Lacocca
Para pemimpin yang efektif memilih gaya kepemimpinan yang
mencerminkan kepedulian terhadap produksi dan orang
Bradford and
Coken
Para pemimpin yang efektif berfokus pada tiga “P”, produk orang dan
laba dalam urutan itu
Block Para pemimpin yang efektif adalah mengembangkan orang-orang
Kanter Para pemimpin yang efektif adalah memberdayakan orang lain
Bennis and
Nanus
Para pemimpin yang efektif adalah master perubahan
BurnsPara pemimpin yang efektif mempunyai misi dan mampu
menerjemahkan visi ke dalam tindakan
Deming
Para pemimpin yang efektif mampu mengangkat pengikut kedalam diri
mereka lebih baik. Para pemimpin yang efektif membantu orang lain
melakukan pekerjaan yang berkualitas
Sumber: Hitt, William D. (1993), “The Model of Leader: A Fully Functioning
Person”, Leadership & Organization Deevelopment Journal, Vol. 14 No. 7.
Karakteristik kepemimpinan yang efektif, menurut Tannenbaum and Schmidt (1958)
dalam sofiati (1995) meliputi :
1. Mengambangkan, melatih dan mengayomi bawahan
2. Berkomunikasi secara efektif ddengan bawahan
3. Memberi informasi kepaada bawahan mengenai apa yang diharapkan perusahaan
dari mereka
4. Menetapkan standar hasil kerja yang tinggi
5. Mengenali bawahan beserta kemampuannya
6. Memberi peran kepada para bawahan dalam proses pengambilan keputusan
7. Selalu memberi informasi kepada bawahan mengenai kondisi perusahaan
8. Waspada terhadap konsisi moral perusahaan dan selalu berusaha untuk
meningkatkannya
9. Bersedia melakukan perubahan dalam melakukan sesuatu, dan
10. Menghargai prestasi bawahan
Untuk menjadi pemimpin yang efektif organisasi masa depan, menurut Quirke (1995)
dalam Mulyadi (1998), 5 tahap berikut harus dilalui, yaitu awareness (kesadaran),
understanding (pemahaman), support (dukungan), involvement (keterlibatan), dan
commitment (komitmen).
Operasionalisasi upaya peningkaatan keefektifan kepemimpinan, organisasi dapat
mengadopsi strategi yang disebut “Creative Strategies for Imploving Leadership
Effectiveness” sebagaimana disampaikan oleh Evi Sofiati (1995: 20-25), mencakup
menciptakan sustitusi dan mengambangkan arahan dan daya dukung pemimpin.
a. Menciptakan substanis untuk arahandan daya dukung pemimpin, mencakup :
1) Mengambangkan system kolegial bimbingan
a) Penilaia rekan untuk meningkatkan penerimaan umpan balik oleh
bawaahan
b) Lingkaran kualitas untuk meningkatkan control staf terhadap kualitas
produksi
c) Jaringan dukungan rekan: system mentor
2) Meningkatkan organisasi berorientasi kinerja
a) Sistem panghargaan organisasi secara otomatis
b) Program kelompok manajemen berdasarkan sasaran (MBO)
c) Pernyataan misi perusahaan dank ode etik
3) Meningkatkan ketersediaan staf administrasi
a) Peatihan personil yang terspesialisasi
b) Pemecahan masalah untuk permasalahan hubungan manusia
c) Penasehat teknis ntuk membantu operator produksi
4) Meningkatkan profesionalisme bawahan
a) Pengaruh staf berdasarkan profesionalisme karyawan
b) Pengembangan rencana untuk meningkatkan kemampuan dan
pengalama karyawan
c) Mendorong partisipasi aktif dalam asosiasi professional
5) Mendesain ulang pekerjaan untuk meningkatkan
a) Umpan balik kinerja dari tugas
b) Memperhatikan ideology untuk pekerjaan
6) Memulai kegiatan tim-building untuk mengambangkan
a) Memecahkan masalah berkaitan dengan pekerjaan sendiri
b) Menyelesaikan konflik interpersonal diantara anggota
c) Memberikan dukugan interpersonal kepaada anggota
b. Menciptakan pengembangan arahan dan daya dukung pemimpin
1) Meningkatkan npersepsi bawahan terhadap pengaruh pemimpin/kealian
a) Menyediakan hal terbaik yang terlihat pada pemimpin
b) Berikan pentingnya tanggungjawab pemimpin dalam organisasi
c) Membangun citra pemimpin melalui publikasi in-house dan sarana lainnya
2) Membangun iklim organisasi
a) Hadiah terhadap kemenangan kecil untuk meningkatkan kepercayaan
bawahan
b) Tekankan upacara dan mitos untuk mendorong keterpaduan dan kinerja
tinggi
3) Meningkatkanketergantugan bawahan pada pemimpin
a) Membuat krisis yang membutuhkan tindakan segera
b) Kenaikan centrality pemimpin dalam memberikan informasi
c) Hilangkan pendekatan one-over-one
4) Meningkatkan daya posisi pemimpin
a) Perubahan arah untuk meningkatkan status
b) Meningkatkan daya hadiah
c) Hilangkan sumber daya dasar
5) Buat kelompk kerja kohesif dengan norma kinerja tinggi
a) Menyediakan pengaturan fisik konduktif untuk kinerja tim
b) Mendorong partisipasi bawahan dalam pemecahan masalah kelompok
c) Menngkatkan staatu kelompok
d) Mebuat persaingan atar golongan.
Dalam kaitannya denga persekolahan, Direktorat Jendral PMPTK (2007)
menyebutkan bahwa kepala sekolah efektif harus mampu mengetahui, yaitu : (a) mengapa
pendidikan yang baik diperlukan di sekolah? (b) apa yang diperlukan untuk meningkatkan
mutu sekolah? (c) bagaimana mengelola sekolah untuk mencapai prestasi terbaik?.
Kemampuan untuk menguasai jawaban atas ketiga pertanyaan di atas dapat dijadikan
standar kelayakan apakah seseorang dapat menjadi kepalaa sekolah atau tidak?
Secara umum ciri dan perilaku kepala sekolah efektif dapat dilihat dari tiga hal pokok,
yaitu : (a) kemampuannya berpegang pada citra atau visi dalam menjalankan tugas (2)
menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah, (c)
menfokuskan aktifitasnya kepa pembelajaran dan kinerja guru di kelas (Greenfield, 1987;
Manasse, 1985).
Atas dasar hasil riset tersebut, dapat dijelaskan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kepala Sekolah efektif memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya dan ia
mendorong semua staf untuk mewujudkan visi tersebut
b. Kepala Sekolah efektif memiliki harapan tinggi terhadap prestasi siswa dan kinerja
staf
c. Kepala Sekolah efektif tekun mengamati para guru di kelas dan memberikan balik
yang positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki
pembelajaran
d. Kepala Sekolah efektif mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan merancang
langkah-langkah untuk meminimalisasi kekacauan
e. Kepala Sekolah efektif mampu memamnfaatkan sumber-sumber material dan
personil secara kreatif
f. Kepala Sekolah efektif memantau prestasi siswa secara individual dan kolektif dan
memanfaatkan informasi untuk mengarahkan perencanaan instruksional.
Ciri-ciri kepemimpinan efektif Kepala Sekolah di abad 21, menurut (Reinhart &
Beach, 2004) adalah sebagaai berikut :
a. Kepemimpinan yang jujur, membela kebenaran dan memiliki pengetahuan nilai-nilai
utama
b. Kepemimpinan yang mau dan mampu mendengarkan suara guru, tenaga
kependidikan, siswa, orang tua, dll
c. Kepemimpinan yang menciptakan “surplus of vision” sebagai milik kita semua
d. Kepemimpinan yang hanya percayaan pada data yang benar
e. Kepemimpinan yang memulai kepemimpinannya dengan introspeksi dan refleksi
f. Kepemimpinan yang memberdayakan diri kita semua dan berbagi informasi,
mengambil keputusan bersama
g. Kepemimpinan yang melibatkan pengidentifikasian, berkenaan dengan hambatan-
hambatan personal untuk berubah baik secara personal maupun organissional
Kepala Sekolah yang tidak efektif biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (martin &
Millower, 1981; Willower & Kmezt, 1982)
a. Membatasi perannya sebagai maanajer sekolah dan anggaran
b. Menjaga dokumen, sangat disiplin
c. Berkomunikasi dengan setiap orang sehingga memboroskan waktu dan tenaga
d. Membiarkan guru mengajar di kelas tanpa ada pengawasan dan pembinaan
e. Memanfaatkan waktu hanya sedikit untuk urusan kurikulum dan pembelajaran
Indikator mutu kepemimpinan efektif untuk Kepala Sekolah adalah sebagi berikut :
a. Pengambilan keputusan diambil secara partisipatif
b. Pemngambilan keputusan bersifat objektif sesuai dengan kebutuhan di lapangan
c. Pemngambilan keputusan relevan dengan kondisi siswa
d. Terjadi keakraban antara Kepala sekoah, Guru, Staf dan siswa di sekolah
e. Kepala sekolah terbuka menerima kritik dansaran
f. Kepala sekolah terbuka terhaadap pembaharuan-pembaharuan dalam system
pendidikan
g. Ada kejelasan pendelegasian tugas antara Kepala sekolah, Guru dan Staf
h. Kepala sekolah memberi kesepatan yang sama kesemua guru dan staf untuk
mengembangkan diri
i. Kepaala seklah mempunyai visi, misi dan tujuan kedepan yang jelas (kepala sekolah
harus visioner)
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang M, dkk. 2011. Manajemen Pendidikan. UNY Press : Yogyakarta
Suharsami Arikunto, Lia Yuliana. 2012. Manajemen Pendidikan. Aditya Media : Yogyakarta