MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN TEORI · PDF filemakalah strategi pembelajaran teori belajar dan...

24
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN OLEH: WIDYA WATI DOSEN PEMBIMBING: Prof. FESTIYED, MS KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010

Transcript of MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN TEORI · PDF filemakalah strategi pembelajaran teori belajar dan...

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

OLEH:

WIDYA WATI

DOSEN PEMBIMBING:

Prof. FESTIYED, MS

KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2010

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

teori belajar dan pembelajaran yang dibimbing oleh ibu Prof. Dr Festiyed, M.Si.

Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai teori belajar dan

pembelajaran. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber

baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber

yang ada tersebut.

Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu

penulis dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai

dihadapan pembaca pada saat ini.

Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih

banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk

menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah

yang lebih baik.

Padang, September 2010

Widya Wati

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 3

BAB II TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ............................................ 4

1.1 TEORI BELAJAR ..................................................................................... 4

1.1.1 Teori Behaviorisme ............................................................................ 4

1.1.2 Teori Kognitivisme ............................................................................ 9

1.1.3 Teori Konstruktivisme ..................................................................... 11

1.1.4 Teori Belajar Humanistik ................................................................. 14

1.1.5 Teori Belajar Kecerdasan Ganda ..................................................... 16

1.2 TEORI PEMBELAJARAN ..................................................................... 18

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 21

Kesimpulan ......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23

3

BAB I PENDAHULUAN

Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana

manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang

kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu

Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama

dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama,

ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana,

atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan.

Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk

diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan

lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran.

Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang

mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Bruner dalam Degeng (1989)

mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif, sedangkan teori

belajar adalah deskriptif. Preskriptif artinya, tujuan teori pembelajaran adalah

menetapkan metode/strategi pembelajaran yang cocok supaya memperoleh hasil

optimal. Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan dengan upaya

mengontrol variabel-variabel yang spesifi k dalam teori belajar agar dapat

memudahkan belajar. Sedangkan deskriptif artinya, tujuan teori belajar adalah

menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada bagaimana

seseorang belajar.

4

BAB II TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1.1 TEORI BELAJAR

Teori belajar berpangkal pada pandangan hakikat manusia, yaitu hakikat

manusia menurut pandangan john locke yaitu manusia merupakan organisme yang

pasif. Locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi

apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya. Dari pandnagan ini

muncul aliran belajar behavioristik-elementeristik.

Sedangkan menurut Leibnitz pandangan mengenai hakikat manusia adalah

organism yang aktif. Manusia merupakan sumber daripada semua kegiatan. Pada

dasarnya manusia bebas untuk berbuat, manusia bebas untuk membuat pilihan

dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri. Dari

pandangan ini muncul aliran belajar yaitu belajar kognitif-holistik.

1.1.1 Teori Behaviorisme

Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah

pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan

kecemderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons (R-S).

belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respons sebanyak-

banyaknya.

Teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok behavioristik diantaranya:

1. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike

2. Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop

5

3. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner

4. Systematic behavior, yang dikembangkan oleh hull

5. Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie

Tokoh-tokoh penting yang mengembangkan teori belajar behavioristik,

dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Thorndike

Teori koneksionisme yang dipelopori oleh Thorndike, memandang bahwa yang

menjadi dasar terjadinya belajar adalah adanya asosiasi antara kesan panca

indera (sense of impression) dengan dorongan yang muncul untuk bertindak

(impuls to action) (Mukminan, 1997 : 8). Ini artinya, toeri behaviorisme yang

lebih dikenal dengan nama contemporary behaviorist ini memandang bahwa

belajar akan terjadi pada diri anak, jika anak mempunyai ketertarikan terhadap

masalah yang dihadapi. Siswa dalam konteks ini dihadapkan pada sikap untuk

dapat memilih respons yang tepat dari berbagai respons yang mungin bisa

dilakukan

Menurut Thorndike, belajar akan berlangsung pada diri siswa jika siswa

berada dalam tiga macam hukum belajar, yaitu : 1) The Law of Readiness (hokum

kesiapan belajar), 2) The Law of Exercise (hukum latihan), dan 3) The Law of

Effect (hokum pengaruh). Hukum kesiapan belajar ini merupakan prinsip yang

menggambarkan suatu keadaan si pembelajar (siswa) cenderung akan

mendapatkan kepuasan atau dapat juga ketidakpuasan.

2. Pavlov

Konsep teori yang dikemukakan oleh Ivan Petrovitch Pavlov ini secara garis

besar tidak jauh berbeda dengan pendapat Thorndike. Jika Throndike ini

6

menekankan tentang hubungan stimulus dan respons, dan di sini guru

sebaiknya tahu tentang apa yang akan diajarkan, respons apa yang diharapkan

muncul pada diri siswa, serta tahu kapan sebaiknya hadiah sebagai

reinforcement itu diberikan; maka Pavlov lebih mencermati arti pentingnya

penciptaan kondisi atau lingkungan yang diperkirakan dapat menimbulkan

respons pada diri siswa.

3. E.R Guthrie

Pendapat Thorndike dan Pavlov ini ditegaskan lagi oleh Guthrie, di mana ia

menyatakan dengan hukumnya yaitu “The Law of Association”, yang

berbunyi : “A combination of stimuli which has accompanied a movement

will on its recurrence tend to be followed by that movement” (Guthrie, 1952

:13). Secara sederhana dapat diartikan bahwa gabungan atau kombinasi suatu

kelas stimuli yang menyertai atau mengikuti suatu gerakan tertentu, maka ada

kecenderungan bahwa gerakan itu akan diulangi lagi pada situasi/stimuli yang

sama.

Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S)

dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi

siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan

stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons

secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai

reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena

teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap

binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang

7

harus diperhatikan. Menurut Mukinan (1997: 23), beberapa prinsip tersebut

adalah:

1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan

tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang

bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.

2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya

stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang

terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.

3. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons,

merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila

reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.

Jika yang menjadi titik tekan dalam proses terjadinya belajar pada diri

siswa adalah timbulnya hubungan antara stimulus dengan respons, di mana hal ini

berkaitan dengan tingkah laku apa yang ditunjukkan oleh siswa, maka penting

kiranya untuk memperhatikan hal-hal lainnya di bawah ini, agar guru dapat

mendeteksi atau menyimpulkan bahwa proses pembelajaran itu telah berhasil. Hal

yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa yang tepat untuk diberikan

kepada siswa.

2. Guru juga mengerti tentang jenis respons apa yang akan muncul pada diri

siswa.

3. Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukkan siswa ini benar-benar

sesuai dengan apa yang diharapkan, maka guru harus mampu :

a. Menetapkan bahwa respons itu dapat diamati (observable)

8

b. Respons yang ditunjukkan oleh siswa dapat pula diukur (measurable)

c. Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya dapat dinyatakan secara

eksplisit atau jelas kebermaknaannya (eksplisit)

d. Agar respons itu dapat senantiasa terus terjadi atau setia dalam

ingatan/tingkah laku siswa, maka diperlukan sekali adanya semacam

hadiah (reward).

Aplikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk

memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan tingkah

laku / kompetensi sebagaimana telah dirumuskan), guru perlu menyiapkan dua

hal, sebagai berikut:

a. Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa

b. Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan

Sedangkan langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan

teori behaviorisme dalam proses pembelajaran adalah :

1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.

2. Melakukan analisis pembelajaran

3. Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar

4. Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.

5. Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll)

6. Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan waktu)

7. Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas, tes dan

sejenisnya)

8. Mengamati dan menganalisis respons pembelajar

9. Memberikan penguatan (reinfrocement) baik posistif maupun negatif, serta

9

10. Merevisi kegiatan pembelajaran (Mukminan, 1997: 27).

1.1.2 Teori Kognitivisme

Pada teori belajar kognitivisme, belajar adalah pengorganisasian aspek-

aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh pemahaman. Tujuan dan

tingkahlaku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi selama

proses belajar.

Teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif holistic di

antaranya:

1. Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan Wetheimer

2. Teori Medan (field theory), dengan tokohnya lewin

3. Teori organismik yang dikembangkan oleh wheeler

4. Teori humanistic, dengan tokohnya maslow dan rogers

5. Teori konstruktivistik, dengan tokohnya jean piaget

Menurut peaget (dalam Hudoyono,1988:45) Manusia berhadapan dengan

tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya

secaca kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema

pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan

menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu,

pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut

meliputi:

1 Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang

beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya

10

dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk

mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.

2 Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap

mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.

3 Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal

sudah tidak cocok lagi.

4 Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga

seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya

(skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari

disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila

disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik

hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik,

yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan

tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta

didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan

menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif

Piaget dalam pembelajaran adalah :

1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu

guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir

anak

2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan

dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan

lingkungan sebaik-baiknya.

11

3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara

dan diskusi dengan teman-temanya.

Empat tahap perkembangan kognitif:

1. Tahap sensorik motorik ( 0-2 tahun)

2. Tahap preoperasional (2-6 tahun)

3. Tahap operasional kongkrit (6-12 tahun)

4. Tahap formal yang bersifat internal (12-18 tahun)

Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu diluar kemampuan kognitifnya.

Adapun Akomodasi adalah proses menstruktur kembali mental sebagai akibat

adanya informasi dan pengalaman baru (Hudoyono,1988:47) .Jadi belajar tidak

hanya menerima informasi dan pengalaman lama yang dimiliki anak didik untuk

mengakomodasikam informasi dan pengalaman baru .Oleh kerena itu,yang perlu

diperhatikan pada tahap operasi kongkret adalah pembelajaran yang didasarkan

pada benda-benda kongkret agar mempermudah anakdidik dalam memahami

kosep-konsep matemtika.

1.1.3 Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah integrasi prinsip yang diekplorasi melalui teori

chaos, network, dan teori kekompleksitas dan organisasi diri. Belajar adalah

proses yang terjadi dalam lingkungan samar-samar dari peningkatan

elemenelemen inti- tidak seluruhnya dikontrol oleh individu. Belajar

(didefinisikan sebagai pengetahuan yang dapat ditindak) dapat terletak di luar diri

12

kita (dalam organisasi atau suatu database), terfokus pada hubungan serangkaian

informasi yang khusus, dan hubungan tersebut memungkinkan kita belajar lebih

banyak dan lebih penting dari pada keadaan yang kita tahu sekarang.

Konstruktivisme diarahkan oleh pemahaman bahwa keputusan didasarkan

pada perubahan yang cepat. Informasi baru diperoleh secara kontinu, yang penting

adalah kemampuan untuk menentukan antara informasi yang penting dan tidak

penting. Yang juga penting adalah kemampuan mengetahui kapan informasi

berganti (baru). Prinsip-prinsip konstruktivisme sebagaimana yang diungkapkan

Siemens (2005) adalah:

Belajar dan pengetahuan terletak pada keberagaman opini.

Belajar adalah suatu proses menghubungkan (connecting)sumber-sumber

informasi tertentu.

Belajar mungkin saja terletak bukan pada alat-alat manusia.

Kapasitas untuk mengetahui lebih banyak merupakan hal yang lebih

penting dari pada apa yang diketahui sekarang.

Memelihara dan menjaga hubungan-hubungan (connections) diperlukan

untuk memfasilitasi belajar berkelanjutan.

Kemampuan untuk melihat hubungan antara bidang-bidang, ide-ide, dan

konsep merupakan inti keterampilan.

Saat ini (pengetahuan yang akurat dan up-to-date) adalah maksud dari

semua aktivitas belajar konektivistik.

Penentu adalah proses belajar itu sendiri. Pemilihan atas apa yang

dipelajari dan makna dari informasi yang masuk nampak melalui realita

yang ada.

13

Konstruktivisme juga menyatakan tantangan yang dihadapi dalam

pengelolaan aktivitas. Pengetahuan yang dibutuhkan dihubungkan (to be

connected) dengan orang yang tepat dalam konteks yang tepat agar dapat

diklasifikasikan sebagai belajar. Behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme

tidak menyatakan tantangan-tantangan dari pengetahuan organisasional dan

pergantian (transference).

Aliran informasi dalam suatu organisasi merupakan elemen penting dalam

hal efektifitas secara organisasi. Aliran informasi dianalogikan sama dengan pipa

minyak dalam sebuah indusri. Menciptakan, menjaga, dan memanfaatkan aliran

informasi hendaknya menjadi kunci aktivitas organisasional. Aliran pengetahuan

dapat diumpamakan sebagai sebuah sungai yang berliku-liku melalui ekologi

suatu organisasi. Di daerah tertentu meluap dan di tempat lain airnya surut.

Sehatnya ekologi belajar dari suatu organisasi tergantung pada efektifnya

pemeliharan aliran informasi.

Analisis jaringan sosial merupakan unsur-unsur tambahan dalam

memahami model-model belajar di era digital. Art Kleiner (2002) menguraikan

quantum theory of trust milik Karen Stephenson yang menjelaskan tidak hanya

sekadar bagaimana mengenal kapabelitas kognitif kolektif dari suatu organisasi,

tetapi bagaimana mengolah dan meningkatkannya.

Starting point konstruktivisme adalah individu. Pengetahuan personal

terdiri dari jaringan, yang hidup dalam organisasi atau institusi, yang pada

gilirannya memberi umpan balik pada jaringan itu, dan kemudian terus menerus

member pengalaman belajar kepada individu. Gerak perkembangan pengetahuan

14

(personal ke jaringan ke organisasi) memungkinkan pebelajar tetap mutakhir

dalam bidangnya melalui hubungan (connections) yang mereka bentuk.

1.1.4 Teori Belajar Humanistik

Mazhab humanis pula berpendapat pembelajaran manusia bergantung

kepada emosi dan perasaannya. Seorang ahli mazhab ini, Carl Rogers menyatakan

bahawa setiap individu itu mempunyai cara belajar yang berbeza dengan individu

yang lain. Oleh itu, strategi dan pendekatan dalam proses pengajaran dan

pembelajaran hendaklah dirancang dan disusun mengikut kehendak dan

perkembangan emosi pelajar itu. Beliau juga menjelaskan bahawa setiap individu

mempunyai potensi dan keinginan untuk mencapai kecemerlangan kendiri. Maka,

guru hendaklah menjaga kendiri pelajar dan member bimbingan supaya potensi

mereka dapat diperkembangkan ke tahap optimum.

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan

manusia. \proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha

agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori

belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,

bukan dari sudut pandang pengamatnya

Tujuan utama teori humanistik adalah pendidik membantu siswa untuk

mengembangkan dirinya, untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia

yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri

mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah

:

1. Proses pemerolehan informasi baru,

15

2. Personalia informasi ini pada individu

Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain

adalah:

1. Arthur Combs (1912-1999)

2. Maslow

3. Carl Rogers

Implikasi Teori Belajar Humanistik

a. Guru Sebagai Fasilitator

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang

berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai

kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa

guidenes(petunjuk):

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,

situasi kelompok, atau pengalaman kelas

2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan

perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat

umum.

3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk

melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan

pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar

yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu

mencapai tujuan mereka.

5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel

untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan

menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan

mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual

ataupun bagi kelompok

16

7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur

dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang

anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang

individu, seperti siswa yang lain.

8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya

dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan,

tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau

ditolak oleh siswa

9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan

adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba

untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri

1.1.5 Teori Belajar Kecerdasan Ganda

Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh

Howard Gardner – seorang professor psikologi dari Harvard University – akan

dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu.

Pada dasarnya siswa adalah individu yang unik. Setiap siswa memiliki

potensi dan kemempuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tidak

semua individu memilki profil intelegensi yang sama. Setiap individu juga

memilki bakat dan minat belajar yang berbeda-beda.

Terdapat tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :

1. Kecerdasan Bahasa

2. Kecerdasan Matematis/Logis

3. Kecerdasan Spasial

4. Kecerdasan Kinestetik

5. Kecerdasan Musikal

17

6. Kecerdasan Interpersonal

7. Kecerdasan Naturalis

Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori

kecerdasan ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai

hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :

Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa

Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara

proporsional.

Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh

siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan

dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak

cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang

dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka

akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat

kecerdasan siswa.

Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah

berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004)

mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam

mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :

30 % pembelajaran langsung

30 % belajar kooperatif

30% belajar independent

18

Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru

bukan lagi berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai

manajer kegiatan pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda,

sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu

membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki.

Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus

mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa

yang memiliki kecerdasan musikal.

1.2 TEORI PEMBELAJARAN

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses

pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di

manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks

pendidikan , guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi

pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga

dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek

psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai

19

pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga

menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Berbicara mengenai teori pembelajaran tentu pula harus dibicarakan

mengenai teori belajar. Bruner dalam Degeng (1989) mengemukakan bahwa teori

pembelajaran adalah preskriptif, sedangkan teori belajar adalah deskriptif.

Preskriptif artinya, tujuan teori pembelajaran adalah menetapkan metode/strategi

pembelajaran yang cocok supaya memperoleh hasil optimal. Teori pembelajaran

menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar

terjadi proses belajar.Ada beberapa teori pembelajaran, yaitu:

1. Teori pembelajaran pengondisian klasik adalah jenis pengondisian di

mana individu merespons beberapa stimulus yang tidak biasa dan

menghasilkan respons baru. Teori ini tumbuh berdasarkan eksperimen

untuk mengajari anjing mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap bel

yang berdering, dilakukan pada awal tahun 1900-an oleh seorang ahli

fisolog Rusia bernama Ivan Pavlov

2. Teori pembelajaran pengondisian operant adalah jenis pengondisian di

mana perilaku sukarela yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau

mencegah sebuah hukuman. Kecenderungan untuk mengulang perilaku

seperti ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan dari

konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku. Dengan

demikian, penegasan akan memperkuat sebuah perilaku dan meningkatkan

kemungkinan perilaku tersebut diulangi. Apa yang dilakukan Pavlov

untuk pengondisian klasik, oleh psikolog Harvard, B. F. Skinner,

dilakukan pengondisian operant. Skinner mengemukakan bahwa

20

menciptakan konsekuensi yang menyenangkan untuk mengikuti bentuk

perilaku tertentu akan meningkatkan frekuensi perilaku tersebut

3. Teori pembelajaran sosial adalah pandangan bahwa orang-orang dapat

belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Meskipun teori

pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengondisian operant -teori ini

berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi- teori ini

juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan

pentingnya persepsi dalam pembelajaran

21

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Teori Belajar

1. Teori belajar behavoritisme

Belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang

ditangkap panca indra dengan kecemderungan untuk bertindak atau hubungan

antara stimulus dan respons (R-S).

2. Teori belajar kognitif

Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk

memperoleh pemahaman. Tujuan dan tingkahlaku sangat dipengaruhi oleh proses

berfikir internal yang terjadi selama proses belajar

3. Teori belajar konstruktivisme

Belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang

memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang

dihadapi

4. Teori belajar humanistik

Teori belajar yang didasari pada pembelajaran manusia bergantung kepada

emosi dan perasaannya.

5. Teori belajar kecerdasan ganda

Tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu: Kecerdasan Bahasa, Kecerdasan

Matematis/Logis, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Kinestetik, Kecerdasan

Musikal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Naturalis.

22

Teori Pembelajaran

1. Teori Pembelajaran pengkondisian klasik

2. Teori pembelajaran pengkondisian operant

3. Teori pembelajaran sosial

23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010. Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget. D:\Pasca sarjana

UNP\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan

Pembelajaran\piaget

Anonim. 2010. Teori Belajar. D:\Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran

fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan Pembelajaran\2teori

Anonim. 2010. Teori dan Model Pengajaran dan Pembelajaran. D:\Pasca sarjana

UNP\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan

Pembelajaran\Teori&model P&P

Coachdie. 2009. Teori Belajar Yang Melandasi Proses Pembelajaran. D:\Pasca

sarjana UNP\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan

Pembelajaran\ Teori Belajar Yang Melandasi Proses Pembelajaran

Fajar. 2010. Teori Belajar. Universitas Negeri Surabaya. D:\Pasca sarjana

UNP\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan

Pembelajaran\TEORI BELAJAR

Kwartolo, Yuli. 2009. Sembilan Peristiwa Belajar Gagne. Jakarta: Tabloid

Penabur. D:\Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\02

Teori Belajar dan Pembelajaran\09_0

Muflihin, Hizbul. 2009. Aplikasi Dan Implikasi Teori Behaviorisme Dalam

Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan. D:\Pasca sarjana UNP\Strategi

pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan Pembelajaran\11

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Bandung: San Grafika

Sunaryo. 2010. Aplikasi Teori Pembelajaran. D:\Pasca sarjana UNP\Strategi

pembelajaran fisika\BAHAN\02 Teori Belajar dan Pembelajaran\Aplikasi

Teori Pembelajaran