makalah steril

17
TUGAS STERIL “Pembuatan Sediaan Steril Dengan Teknik Sterilisasi Akhir” Disusun Oleh: Novianti Dian Lestari (G1F012020) Catherine Bernadia (G1F012050) Rizky Akbar (G1F012082) KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

description

dsafdsafcsav

Transcript of makalah steril

TUGAS STERILPembuatan Sediaan Steril Dengan Teknik Sterilisasi Akhir

Disusun Oleh:Novianti Dian Lestari(G1F012020)Catherine Bernadia(G1F012050)Rizky Akbar (G1F012082)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN FARMASIPURWOKERTO2014A. PENDAHULUAN1. SterilisasiSteril adalah suatu kondisi absolut di mana bebas dari mikroorganisme hidup yang dapat muncul dari metode, wadah dan rute pemberian dengan suatu pembatasan, kemungkinan tersebut tidak lebih 1 bagian non-steril dalam sejuta bagian steril (Turco,1974). Sterilisasi adalah proses untuk mencapai keadaan steril dan itu dikarenakan proses tersebut memindahkan/menghancurkan semua bentuk kehidupan, berupa bakteri (termasuk spora bakteri), jamur, virus, riketsia, dan mikoplasma (Aulton,1988). Terdapat dua metode sterilisasi yang digunakan untuk pembuatan sediaan steril, yaitu:a) Sterilisasi akhirMetode sterilisasi akhir dibagi menjadi dua, yaitu:1) Overkill MethodMetode sterilisasi ini menggunakan pemanasan dengan uap panas pada suhu 121oC selama 15 menit yang mampu memberikan reduksi minimal setingkat log 12 dari mikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1 menit. Metode ini dapat digunakan untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Metode ini merupakan pilihan utama karena lebih efisien, cepat, dan aman dibandingkan metode lainnya. Karakteristik yang digunakan adalah probabilitas survival tidak lebih dari satu mikroorganisme dalam 106 unit. Pada overkill method, monitoring hanya dilakukan pada formula akhir (Lucas, 2006).2) Bioburden SterilizationMetode sterilisasi ini memerlukan monitoring ketat dan terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang dipersyaratkan SAL 106. Metode ini umumnya digunakan untuk bahan yang dapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi, seperti zat organik. Proses sterilisasi ini memerlukan suatu siklus yang dapat menghancurkan mikroorganisme namun tanpa menimbulkan degradasi produk. Siklus didapat dari studi-studi yang memastikan jumlah dan ketahanan mikroorganisme terhadap panas dalam produk yang akan disterilkan. Nilai D (D value) biasa ditentukan dengan menggunakan bakteri dalam bentuk spora yang didapat dari lingkungan produksi atau diisolasi dari produk. Jika organisme yang tahan panas telah diketahui, siklus sterilisasi dapat ditentukan untuk mendapatkan tingkat jaminan sterillisasi kurang dari satu organisme dalam 106 unit. Dengan demikian, isolat yang paling tahan panas digunakan sebagai indikator biologis.Perbedaan kedua metode tersebut adalah pada titik awal (starting point). Apabila menggunakan pendekatan overkill, maka pemanasan dengan uap 121oC selama 15 menit, sedangkan pendekatan bioburden dilihat dari pencapaian tingkat sterilisasi yang diminta, yakni SAL 106. Sterilisasi akhirpr harus menjadi pilihan utama dan sedapat mungkin digunakan apabila produk tahan terhadap panas. Cara sterilisasi yang dipilih tergantung pada bahan, zat aktif, pelarut, dan bahan kemas yang digunakan (Lucas, 2006).b) Teknik aseptisTeknik aseptis adalah metode pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan ke dalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, perlatan, dan petugas telah terkontrol sedemikian rupa sehingga kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima (acceptable) dalam clean zone (Lucas, 2006).2. InfusInfus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar. Diameter fase dalam tidak lebih dari 5 um. Kecuali dinyatakan lain, infus intravena tidak diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk infus intravenus, setelah dikocok, harus homogen dan tidak menunjukkan pemisahan fase (Depkes RI, 1979).Cairan infus intravena merupakan kelompok injeksi yang terkarakterisasi oleh metode pemberian. Ini termasuk sediaan yang digunakan sebagai nutrisi dasar, seperti injeksi dextrose, untuk penyimpanan keseimbangan elektrolit, seperti injeksi ringer mengandung ion natrium, kalium, dan kalsium, untuk penggantian cairan, kombinasi seperti injeksi dextrose dan NaCl, dan untuk beberapa kegunaan lain, seperti hiperalimentasi parenteral (Turco,1974).Sediaan infus mempunyai beberapa persyaratan diantaranya :1. Pelarut pembawa harus memenuhi kemurnian khusus dan memenuhi standar-standar lain yang menjamin keadaan obat suntik.1. Penggunaan zat-zat penambah sebagai dapar, penstabil, dan pengawet antimikroba mengikuti petunjukpetunjuk khusus, penggunaan dan dilarang pada produk parenteral tertentu, penggunaan zat warna dilarang keras.1. Produk parenteral selalu disterilkan dan harus bebas pirogen.1. Larutan parenteral harus bebas dari partikel-partikel.Produk parenteral harus dibuat dalam daerah lingkungan yang diawasi, memenuhi standar sanitasi yang ketat, dan oleh pekerja yang khusus dilatih dan memakai pakaian khusus untuk mempertahankan standar sanitasi (Parrot,1971).B. ISI1. Preformulasi Infus Ringer LaktatInfus ringer laktat atau Ringeris Lactatis Injectio adalah larutan steril dari Kalsium Klorida, Kalium Klorida, Natrium Klorida, dan Natrium Laktat dalam air untuk injeksi. Monografi untuk masing-masing bahan tersebut adalah sebagai berikut.a) Natrium Klorida (NaCl)BM : 58,44Natrium Klorida mengandung tdak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% NaCl dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Tidak mengandung zat tambahan.Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin.Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol.(Depkes RI, 1995)pH : 7Titik didih : 1413oCTitik leleh : 801oCStabilitas : StabilInkompatibilitas : Reaktif dengan agen pengoksidasi, logam, dan asam.Reaktivitas : Higroskopik. Bereaksi dengan logam seperti baja atau besi, material bangunan (seperti semen). Cepat bereaksi dengan bromin triflorida. Bereaksi kuat dengan litium.(MSDS NaCl)b) Kalium Klorida (KCl)BM : 74,55Kalium Klorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% KCl dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.Pemerian : Hablur bentuk memanjang, prisma atau kubus, tidak berwarna, atau serbuk granul putih; tidak berbau; rasa garam; stabil di udara; larutaan bereaksi netral terhadap lakmus.Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih; tidak larut dalam etanol.(Depkes RI, 1995)Titik didih : 1420oCTitik leleh : 770oCStabilitas : StabilInkompatibilitas : Reaktif dengan agen pengoksidasi dan asam.Reaktivitas : Higroskopik. Inkompatibel dengan KmnO4, H2SO4, BrF3, dan BrCl3. Mungkin bereaksi kuat dengan BrF3.(MSDS KCl)c) Kalsium Klorida (CaCl2)BM : 147,02Kalsium Klorida mengandung sejumlah CaCl2 setara tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,0% CaCl2.2H2O.Pemerian : Granul atau serpihan, putih, keras; tidak berbau.Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam etanol mendidih; sangat mudah larut dalam air panas.(Depkes RI, 1995)pH : 9Titik didih : 1670oCTitik leleh : 772oCStabilitas : StabilInkompatibilitas : Reaktif dengan lingkungan lembab.Reaktivitas : Higroskopik. Bereaksi kuat dengan air, menghasilkan panas. Membentuk gas yang mudah terbakar dan meningkatkan hidrogen ketika bereaksi dengan zink. Larutannya dapat merusak beberapa logam. Menghasilkan panas dan terjadi polimerisasi ketikadicampurkan dengan methyl vinyl ether. Bereaksi kuat dengan bromin triflorida.(MSDS CaCl2)d) Natrium Hidroksida (NaOH) BM : 40,00Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% alkali jumlah, dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 3,0%.Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rappuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab.Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam etanol.(Depkes RI, 1995)pH : 13,5Titik didih : 1388oCTitik leleh : 323oCStabilitas : StabilInkompatibilitas : Sangat reaktif dengan logam. Reaktif dengan agen pengoksidasi, agen pereduksi, asam, basa, lingkungan lembab.Reaktivitas : Higroskopik. Menghasilkan panas ketika dlarutkan dalam air sehingga untuk proses ini harus diunakan air dingin. Reaktif dengan air, asam, asam, karbamat, ester, senyawa organik terhalogenasi, isosianat, keton, asam klorida, basa kuat, agen perngoksidasi kuat, agen pereduksi kuat, cairan yang nudah terbakar.(MSDS NaOH)e) Asam Laktat (C3H6O3)BM : 90,08Asam Laktat terdiri dari campuran asam laktat dan hasil kondensasinya seperti laktoil-asam laktat, yang jika diencerkan dengan air, perlahan-lahan menjadi asam laktat. Mengandung tidak kurang dari 87,5% C3H6O3.Pemerian : Cairan kental; tidak berwarna atau agak kuning, tdak berbau atau berbau lemah, tidak enak; larutan encer berasa asam; higroskopik.Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter.(Depkes RI, 1979)pH : 0,3Titik didih : 122oCStabilitas : StabilInkompatibilitas : Bereaksi dengan substansi alkali. Jika kontak dengan logam reaktif dapat membentuk hidrogen yang dapat membentuk campuran yang eksplosif.(MSDS Asam Laktat)Berdasarkan data sifat-sifat fisiko-kimia tiap-tiap bahan yang digunakan dalam pembuatan infus ringer laktat, ditemukan bahwa tidak ada inkompatibilitas. Senyawa-senyawa yang tidak stabil dalam kondisi asam maupun basa dapat diatasi dengan adanya komponen asam dan basa sehingga pada akhirnya sediaan akan memiliki sifat netral dengan rentang pH antara 7,4-7,6. Rentang pH tesebut dipilih berdasarkan profil pH darah manusia yang berkisar pada nilai tersebut sehingga dapat meminimalisir rasa nyeri yang terjadi ketika dilakukan pemberian infus. Pembuatan infus dikerjakan dengan menggunakan teknik sterilisasi akhir sebab semua bahan-bahan yang digunakan dapat tahan dan tetap stabil dalam kondisi tekanan dan suhu tinggi. Pemilihan sterilisasi akhir ini dapat mengefisienkan waktu yang diperlukan dalam proses pembuatan infus.2. Formulasi Infus Ringer LaktatFormula Standar :Tiap 500 ml menggandung :R/ NaCl 3 g NaOH575 mgKCl200 mgCaCl2135 mgAsam Laktat1.2 mlAqua Pro Ijection add 100 mg(Depkes RI, 1978)Formula AkhirSediaan dibuat 1000 ml, maka formula menjadi:NaCl3 g/500 ml = x/1000 mlx = 6 gNaOH575 mg/500 ml = x/1000 mlx= 1150 mgx= 1.15 gKCl200 mg/ 500 ml = x mg/ 1000 mlx = 400 mgx = 0.4 gCaCl2 135 mg/ 500 ml = x mg/ 1000 mlx = 270 mgx= 0.27 gAsam Laktat1.2 ml/500 ml = x/ 1000 mlx= 2.4 mlJadi tiap 1000 ml menggandung:R/ NaCl 6 gNaOH1.15 g KCl 0.4 g CaCl2 0.27 gAsam Laktat2.4 ml Aqua Pro Injectionadd 1000 ml

M osmol/ L total = (26.64+ 205.33 + 53.28 + 10.72 +57.7) M osmol/ liter = 353.67 M osmol/liter M osmol/ L normal dalam tubuh adalah 270- 300 m osmol/ L. Osmolaritas kurang dari 270 m osmol/l dikatakan hipotonis sedangkan, osmolaritas di atas 300 m osmol/l dikatakan hipertonis (Crawford, 2011). Hasil M osmol total sebesar 353.67 M osmol/liter maka larutan ringer laktat 1000 ml adalah larutan hipertonis. Infus ringer laktat 1000 ml digunakan sebelum operasi untuk menangani keseimbangan elektrolit dan digunakan 8 jam sebelum operasi (Mario, 2009).

3. Cara Pembuatan Infus Ringer LaktatCara pembuatan infus ringer laktat adalah sebagai berikut:a) Mula-mula semua alat dan bahan disiapkan. Perlatan yang digunakan sebisa mungkin dalam keadaan steril.b) NaOH dilarutkan dalam 500 ml Aqua Pro Injectio kemudian ditambahkan asam laktat.c) NaCl, KCl, dan CaCl dilarutkan dalam 500 ml Aqua Pro Injectio.d) Kedua larutan dicampurkan kemudian dicek nilai pH dari campuran tersebut. Apabila terlalu asam dapat ditambahkan NaOH dan jika terlalu basa dapat ditambahkan HCl hingga pH larutan berada pada rentang 7,0-7,6.e) Larutan dipanaskan pada suhu 50-70oC dengan diberi karbon aktif 0,1% untuk menyerap spora bakteri.f) Larutan difiltrasi kemudian dimasukkan ke dalam botol infus.g) Infus disterilkan dengan cara sterilisasi A, yaitu dengan menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 15 menit.(Depkes RI, 1978)C. PENUTUPInfus ringer laktat mengandung bahan yang tidak inkompatibilitas dan sterilisasi dapat dilakukan dengan sterilisasi akhir. Sterilisasi akhir dilakukan pada infus ringer laktat karena infus ringer laktat mengandung bahan yang stabil dalam tekanan dan suhu. Selain itu sterilisasi akhir infus ringer laktat dapat mengefisienkan waktu sterilisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aulton, M.E., 1988, Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design, Churcill Livingstone, London.Crawford, Ann. I.V. Fluids What Nurses. 2011; 33.Depkes RI, 1978, Formularium Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.Mario, Chonca, Veronica, Mertz. The Volume of Lactated Ringers Solution Required toMaintain Preload and Cardiac Index During Open and Laparoscopic Surgery. 2009;917 Vol. 108Lukas,Stefanus, 2006,Formulasi Steril, Andi Offset, Yogyakarta.Material Safety Data Sheet, Calcium Chloride (CaCl2), Science Lab.com.Material Safety Data Sheet, Lactic Acid, Science Lab.com.Material Safety Data Sheet, Potassium Chloride (KCl), Science Lab.com.Material Safety Data Sheet, Sodium Chloride (NaCl), Science Lab.com.Material Safety Data Sheet, Sodium Hydroxide (NaOH), Science Lab.com.Parrot, L. Eugene, 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Minnepolis: Burgess Publishing Co, University of Lowa.Turco, Salvabore dan King Robert, 1974, Sterile Dosage Form, Lea and Febigger, Philadelphia.Turco, Salvabore dan King Robert, 1974, Sterile Dosage Form, Lea and Febigger, Philadelphia.