Makalah Standardisasi
-
Upload
rionanphotograpaldo -
Category
Documents
-
view
91 -
download
5
description
Transcript of Makalah Standardisasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada bertambahnya kebutuhan
manusia yang semakin beragam. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen serta mengambil keuntungan financial dari hasil penjualan atas produk
yang dihasilkan, baik berupa barang ataupun jasa. Seiring dengan perkembangan zaman,
kebutuhan manusia akan kepraktisan merupakan alasan yang mendorong timbulnya
ketergantungan akan pemenuhan kebutuhan dari berbagai produk siap pakai yang ada di
pasaran. Hal tersebut mendorong berdirinya berbagai perusahaan dengan berbagai inovasi
produknya.
Mengingat banyaknya pihak yang terlibat dalam segala kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan maka dibutuhkan suatu standar yang menjadi acuan bagi perusahaan dalam
menjalankan berbagai kegiatan, termasuk dari awal pendirian perusahaan. Standar tersebut
bertujuan untuk menjamin keamanan dan keselamatan konsumen, pekerja perusahaan, dan
lingkungan sekitar. Dalam hal ini, tentu membutuhkan keterlibatan pemerintah sebagai
perumus, penetap, dan pengawas jalannya kebijakan tersebut.
Untuk mengetahui bagaimana standar yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam
menjalankan segala kegiatannya, maka penulis mengangkat judul “ Standardisasi Pendirian
Perusahaan ” dalam penulisan makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pada makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana standardisasi sarana dan prasarana dalam pendirian perusahaan?
2. Bagaimana standardisasi keorganisasian dalam pendirian perusahaan?
3. Bagaimana standardisasi keselamatan karyawan dalam pendirian perusahaan?
4. Bagaimana standardisasi pengelolaan lingkungan sekitar oleh perusahaan?
1.3 Pembatasan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dibatasi hanya mengenai standardisasi
pendirian perusahaan.
1.4 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah standardisasi semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
2. Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai standardisasi pendirian perusahaan.
3. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya standardisasi dalam hal pendirian perusahaan
pada masyarakat luas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prosedur Pendiriaan Perusahaan
Berikut ini akan dipaparkan terkait prosedur yang berlaku saat akan mendirikan
sebuah perusahaan.
1. Membuat Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Gangguan (HO)
Surat Izin Tempat Usaha (SITU) merupakan pemberian izin tempat usaha yang
kepada seseorang atau badan usaha yang tidak menimbulkan gangguan atau
kerusakan lingkungan di lokasi tertentu. Sedangkan Surat Izin Gangguan (HO)
adalah pemberian izin tempat usaha kepada perusahaan atau badan di likasi
tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, gangguan, atau kerusakan lingkunagan.
Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Gangguan (HO/Hinder
Ordonantie) harus diperpanjang atau dadaftar setiap lima tahun sekali.
Langkah-langkah buntuk mendapatkan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat
Izin Gangguan (HO), yaitu sebagai berikut.
1. Membuat surat izin tetangga
2. Membuat surat keterangan domisili perusahaan
Dokumen yang diperlukan untuk membuat Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan
Surat Izin Gangguan (HO), antara lain :
1. Fotocopy KTP permohonan
2. Foto permohonan ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 buah
3. Formulir isian lengkap dan sudah ditandatangani
4. Fotocopy pelunasan PBB tahun berjalan
5. Fotocopy IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
6. Fotocopy sertifikat tanah atau akta tanah
7. Denah lokasi tempat usaha
8. Surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga (Izin Tetangga)
9. Izin sewa atau kontrak
10. Surat keterangan domisili perusahaan
11. Fotocopy akta pendirian perusahaan dari notaris
12. Berita acara pemeriksaan lapangan
2. Membuat Nomor Rekening Perusahaan
Sebelum membuat akta pendirian perusahaan, notaris akan menanyakan berapa
presentase saham masing-masing pemilik. Oleh sebab itu harus melakukan hal berikut
ini:
1. Membuat nomor rekening atas nama perusahaan
2. Melakukan setoran modal
3. Menyerahkan bukti setoran
3. Membuat Nama Logo dan Merek Perusahaan
Anda harus merancang dan mendesign identitas dari usaha terlebih dahulu, yang
meliputi:
1. Nama perusahaan
2. Logo perusahaan
3. Alamat perusahaan
4. Kartu nama dan tag line (slogan)
5. Kop surat dan dokumen-dokumen lainnya
6. Stempel perusahaan
7. Maksud dan tujuan usaha
8. Jumlah usaha
9. Susunan direksi dan komisaris (khusus untuk PT)
Gambar 1.1 SISMINBAKUM, untuk mendaftarkan nama perusahaan
4. Membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Sudah menjadi ketetapan pemerintah bahwa setiap wajib pajak baik individu maupun pemilik
perusahaan harus mempunyai Nomor Induk Wajib Pajak (NPWP). Apabila omset penjualan
mulai berkembang dan terus meningkat dalam jumlah tertentu diwajibkan mendaftarkan
perusahaan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan akan diberikan Nomor Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (NPPKP). Wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan
Pajak akan dikenakan sanksi pidana sesuai pasal 39 Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajaknnya.
Gambar 1.2 Contoh kartu NPWP
5. Membuat Akta Pendirian Perusahaan
Kesepakatan tersebut dituangkan dalam akta pendirian perusahaan yang dibuat
dihadapan notaries. Hal ini bertujuan untuk :
1. Menghindari terjadinya perselisihan
2. Memberikan penjelasan status kepemilikan perusahaan
3. Mencantumkan nilai saham (Presentase kepemilikan)
4. Mengetahui besarnya modal
Surat perizinan yang hanya ditandatangani diatas materai oleh RT/RW dianggap
kuarang sah dihadapan hukum. Untuk membuat akta pendirian perusahaan diperlukan
dokumen-dokumen berikut :
1. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) para pendiri
2. Fotocopy Kartu Keluaraga (KK)
3. Fotocopy NPWP penanggung jawab
4. Foto penenggumng jawab pwerusahaan ukuran 3 x 4
5. Fotocopy lunas PBB tahun terakhir
6. Fotocopy surat kontrakan/ sewa kantor
7. Surat ketarangan domisili dari pengelola gadung
8. Surat keterangan domisili dari RT/RW
9. Foto kantor tampak depan, tampak dalam (ruangan berisi meja, kursi, dan komputer)
Gambar 1.3 Contoh Akta Pendirian Perusahaan (dalam hal ini PT)
Setelah mendapatkan akta pendirian perusahaan, harus mendaftarkan dan mengesahkan
perusahaan ke kementrian terkait, yaitu :
1. Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
2. Kementrian tenaga Kerja
3. Kementrian Perindustrian dan Kementrian Perdagangan
4. Kementrian Pekerjaan Umum
6. Membuat Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Berdasarkan peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
36/M-DAG/PER/9/2007 tantang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan, Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk dapat melakukan kegiatan usaha
perdagangan yang dikeluarakan instansi Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan
Perdagangan sesuai dengan tempat/domisili perusahaan. SIUP dapat di berikan kepada
para wirausaha baik perseorangan, CV, PT, BUMN, Firma, ataupun koperasi.
1. Pengklasifikasian SIUP
SIUP dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. SIUP Kecil
2. SIUP Menengah
3. SIUP Besar
2. Prosedur permohonan SIUP
1) Permohonan SIUP menengah dan SIUP kecil
2) Permohonan SIUP besar
3. Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP)
Perusahaan baik PT, CV, Koperasi maupun Perseorangan harus membawa
dokumen yang lengkap beserta copynya untuk pengurusan SIUP ke Dinas
Perindustriandan Perdagangan kota/ kabupaten. Dokumen yang diperlukan antara
lain:
1. Fotocopy akta notaris pendirian perusahaan
2. Fotocopy SK Pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
3. Fotocopy NPWP
4. Fotocopy KTP pemilik
5. Fotocopy Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
6. Fotocopy KK
7. Fotocopy surat keterangan domisili perusahaan
8. Fotocopy surat kontrak/ sewa
9. Foto direktur utama/ pimpinan perusahaan ukuran 3 x 4
10. Neraca perusahaan
Gambar 1.4 Contoh SIUP
7. Membuat Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah daftar catatatan resmi sebagai bukti bahwa
perusahaan/ badan usaha talah melakukan wajib daftar perusahaan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tantang wajib daftar. Berdasarkan pasal 38 KUHD
(Kitab Undang-Undang Hukum Dagang), akta pendirian perusahaan yang memuat
anggaran dasar yang sudah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Munusia Republik Indonesia, harus didaftarkan di Panitera Pengadilan Negara sesuai
domisili perusahaan, kemudian diumumkan melalui Berita Negara.
1. Hal-hal yang perlu di daftarkan
1) Akta pendirian perusahaan
2) Akta perubahan anggaran dasar dan laporan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia
3) Akta perubahan anggaran dasar dan surat persetujuan Mentri Hukum dan hak Asasi
Manusia Republik Indinesia.
2. Prosedur permohonan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
1) Permohonan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang berupa PT dan yayasan harus
mendapatkn pengesahaan dan persetujuan akta pendirian perusahaan dari Menteri
Hukum dan hak Asai Manusia terlebih dahulu.
2) Perusahaan mengambil formulir permihonan permohonan TDP
3) Perusahaan membayar biaya administrasi pendaftaran TDP sesuai dangan Surat
Keputusan Menteri Perdagangan No.286/Kep/II/85.
4) Petugas kantor pendaftaran perusahaan
3. Dokumen-dokmen yang diperlukan untuk pengurusan Tanda Daftar Perusahaan
(TDP).
Dokumen yang diperlukan untuk pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), antara
lain:
1) Untuk Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Komanditer (CV)/ Firma (Fa) dan
Koperasi adalah sebagai berikut :
1. Formulir Isian
2. Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan
3. Fotocopy Pengesahaan Akta
4. Asli dan Fotocopy Pengesahaan Akta Pendirian
5. Fotocopy Surat Keterangan Domisili Perusahaan
6. Fotocopy Surat Izin Tempat Usaha
7. Nomor Pokok Wajib Pajak
8. Fotocopy SIUP
9. Fotocopy KTP
10. Fotocopy akta Pendirian dan Pengesahan
11. Fotocopy KTP penanggung jawab koperasi
12. Bukti setor biaya administrasi
13. Fotocopy paspor jika pemilik WNA
2) Perusahaan Perorangan (PO)
1. Formulr Isian
2. Fotocopy Surat Keterangan Domisili Perusahaan
3. Fotocopy SIUP
4. Fotocopy KTP penanggung jawab
5. Fotocopy NPWPFotocopy Surat Izin Tempat Usaha (SIUP)
Gambar 1.5 contoh TDP
2.2 Sarana dan Prasarana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah segala sesuatu yang
dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana
adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses.
Mengacu pada salah satu dimensi kualitas pelayanan yaitu Tangibles, atau bukti fisik
yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak
eksternal. Berupa penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan
keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh
pemberi jasa. Sarana-prasarana ini meliputi :
1. fasilitas fisik (gedung, dan lain sebagainya),
2. perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta
3. penampilan pegawainya
Setelah meninjau beberapa referensi, tidak ada satu pun referensi yang membahas
secara terperinci spesifikasi tentang standar sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh
sebuah perusahaan, secara umum untuk sarana dan prasarana harus memadai, kemudian
harus dilakukan perbaikan terus-menerus yaitu dengan sistem pengelolaan yang baik.
Berbagai kegiatan dalam pengelolaan sarana dan prasarana perusahaan:
1. Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiatan menyediakan sarana dan prasarana untuk
menunjang pelaksanaan tugas.
2. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menampung barang yang
bertujuan untuk menjaga agar barang tidak cepat rusak, tidak terjadi kehilangan
barang, agar mudah dalam pencarian, memudahkan dalam pengawasan dan
memudahkan dalam analisis barang.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan terus-menerus untuk mengusahakan agar barang
tetap dalam keadaan baik dan siap untuk dipakai.
4. Inventarisasi
Inventarisasi adalah semua kegiatan dan usaha untuk memperoleh data yang
diperlukan mengenai sarana dan prasarana yang dimiliki.
(Mulyani, Sri dkk. 2008: Hal 58-59)
Fungsi Sarana dan Prasarana
1) Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menghemat waktu.
2) Meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa.
3) Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin.
4) Lebih memudahkan/sederhana dalam gerak para pengguna/pelaku.
5) Ketepatan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin.
6) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan.
7) Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan yang
mempergunakannya.
Sarana kerja/fasilitas kerja yang ditinjau dari segi kegunaan menurut
Moenir ( 2000 : 120) membagi sarana dan prasarana sebagai berikut :
1. Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung
sebagai alat produksi untuk menghasilkan barang atau berfungsi
memproses suatu barang yang berlainan fungsi dan gunanya.
2. Perlengkapan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi
sebagai alat pembantu tidak langsung dalam produksi,
mempercepat proses, membangkit dan menambah kenyamanan
dalam pekerjaan.
3. Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda yang
berfungsi membantu kelancaran gerak dalam pekerjaan, misalnya
mesin ketik, mesin pendingin ruangan, mesin absensi, dan mesin
pembangkit tenaga.
2.3.1 Karyawan
A. Pengertian
Setiap orang membutuhkan pekerjaan. Pekerjaan tidak hanya untuk memperoleh
penghasilan bagi seseorang guna memenuhi kebutuhan hidup bagi diri dan
keluarganya, akan tetapi juga dapat dimaknai sebagai sarana untuk
mengaktualisasikan diri sehingga seseorang merasa hidupnya menjadi lebih bermakna
bagi diri sendiri, keluarga dan sekitarnya.
Di dalam UUD 45 secara normatif dijamin hak setiap warga negara untuk
memperoleh pekerjaan (Pasal 27 ayat (2)). Hal ini dipertegas kembali dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil amandemen kedua) Bab XA tentang
Hak Asasi Manusia (Pasal 28A-28J). Pasal 28 D mengamanatkan bahwa “setiap
orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja”. Selanjutnya dalam Pasal 28 I ayat (4) menegaskan
bahwa perlindungan (protection), pemajuan (furtherance), penegakan (enforcement)
dan pemenuhan (fulfilment) hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara
terutama pemerintah.
Setiap perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan jasa dan/atau barang baik
nasional maupun multinasional dalam menjalankan manajemen dan operasionalnya
sehari-hari yang berkaitan dengan ketenagakerjaan pastinya membutuhkan suatu
peraturan kepegawaian yang berlaku dan dipatuhi oleh seluruh karyawan dan
pengusaha itu sendiri agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Terlebih dalam suatu lembaga atau perusahaan atau yang lebih
umum disebut dunia kepegawaian tidak semua pekerja atau pegawai mempunyai
status kepegawaian yang sama, sehingga muncul hak maupun kewajiban yang
berbeda-beda pula.
Kehadiran Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK)
atau sering disebut dengan UU Naker menjawab akan kebutuhan tersebut. UUK
merupakan pokok dasar hukum dalam pembuatan peraturan-peraturan kepegawaian
dalam suatu perusahaan. UUK ini bisa dikatakan sebagai kompilasi dari ketentuan
Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, sehingga memudahkan para pihak yang
berkepentingan (steakholders) untuk mempelajarinya
Menurut Drs. F.X. Soedjadi, M.PA. manajemen/administrasi kepegawaian ialah
proses kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap pemimpin agar tercapainya tujuan
organisasi seimbang dengan sifat, hakikat dan fungsi organisasi serta sifat dan hakikat
para karyawan/anggotanya.
Society for Personal Administration di Amerika Serikat memberikan pengertian
personal manajemen sebagaimana dikutip oleh Paul Pigors dan Charles A. Myerse
dalam hubungan personal administrasion sebagai berikut: manajemen kepegawaian
adalah seni mencari, mengembangkan, dan mempertahankan tenaga kerja yang cakap
dengan cara sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dan efisiensi kerja dapat
tercapai semaksimum mungkin.
Menurut Drs. M. Manullang pengertian manajemen kepegawaian adalah seni atau
ilmu perencanaan, pelaksanaan, dan pengontrolan tenaga kerja untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan meninggalkan keputusan hati pada diri
pekerja. Atau dengan kata lain manajemen kepegawaian adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana memberikan fasilitas untuk mengembangkan kemampuan
dan rasa partisipasi pekerja dalam suatu kesatuan aktifitas demi tercapainya tujuan.
B. Sistem Kepegawaian
Pegawai merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan baik
perusahaan negara maupun perusahaan swasta. Walaupun sedimikian canggaihnya
tehnologi saat ini, tanpa kehadiran pegawai semua itu belum mempunyai arti apa-apa.
Karena sangat pentingnya pegawai dalam suatu perusahaan, maka untuk ini dapat
digunakan berbagai sistem kepegawaian, antara lain sistem kawan, sistem kecakapan,
dan sistem karier.
1. Sistem Kawan (Patronage System)
Sistem kawan merupakan suatu sistam kepegawaian yang bersifat subyektif,
artinya pengangkatan seorang pegawai berdasarkan atas hubungan pribadi antara
pihak yang mengangkat dengan yang diangkat.
2. Sistem Kecakapan (Merit System)
Berbeda dengan sistem kawan, sistem kecakapan bersifat obyektif.
Pengangkatan seorang pegawai didasarkan pada kecakapan yang dimiliki.
Ukuran awal untuk mengetahui kecakapan seorang calon pegawai antara lain
adalah ijazah yang dimiliki atau hasil tes yang dicapainya.
Dalam praktek kepegawaian, sistem ini bukan saja dipergunakan pada
pengangkatan pertama seorang pegawai, tetapi juda pada proses kepegawaian
berikutnya, antara lain untuk menentukan kenaikan gaji, kenaikan tingkat, dan
sebagainya.
3. Sistem Karier (Career System)
Menurut sistem karier ini seseorang diterima menjadi pegawai karena
pertimbangan kecakapan. Kesempatan untuk mengembangkan bakat serta
kecakapan terbuka selama pegawai mampu bekerja. Pangkatnyapun dapat
dinaikkan setinggi mungkin. Sistem ini merupakan konsekuensi logis dari sistem
kepegawaian yang berdasarkan kecakapan.
C. Sistem Penggajian
Penggajian merupakan suatu hal yang wajib diberikan kepada pekerja baik
sebelum maupun setelah pekerjaan diselesaikan. Tanpa adanya gaji atau upah
manusia tidak akan mau disuruh untuk bekerja. Karena, pada hakikatnya manusia
hidup di dunia ini adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu salah satunya
dengan bekerja yang pada akhirnya mendapatkan gaji untuk melangsungkan
kehidupannya. Adapun dasar-dasar dalam penentuan gaji ialah:
1. Gaji yang sama harus diberikan untuk pekerjaan yang sama pula (equel
pay for equel work).
2. Gaji atau upah minimum harus mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
pekerja atau pegawai beserta keluarganya.
3. Perbedaan yang mencolok antara gaji dikantor-kantor pemerintah dan gaji
di perusahaan-perusahaan swasta atau perusahaan negara harus
dihindarkan sebab perbedaan yang mencolok itu akan menimbulkan
kegoncangan-kegoncangan dan tendensi larinya pegawai ketempat-tempet
yang memberi gaji lebih tinggi.
Bentuk dan Komposisi Upah atau Gaji
Upah atau gaji yang dijumpai dalam sistem pengupahan di berbagai perusahaan
adalah:
1. Dalam bentuk uang
Upah atau gaji dalam bentuk uang selain mempunyai kelebihan juga
mempunyai kekurangan. Kelebihan dari uang ialah mudah ditukar-tukar dengan
materi lain dan mudah dibawa kemana-mana. Sedangkan kekurangannya tampak
pada saat terjadinya inflasi, yaitu nilai real dari upah itu merosot.
2. Dalam bentuk barang
Upah dalam bentuk barang biasanya banyak dijumpai di daerah pedesaan.
Biasanya upah ini berbentuk barang kebutuhan pokok atau kebutuhan sehari-hari.
Biasanya dalam bentuk makanan.
3. Dalam bentuk uang dan barang
Pengupahn dalam bentuk ini biasanya dilakukan diperusahan-perusahaan
perkebunan. Hal ini di maknudkanuntuk membantu para pekerja dalam
memperoleh barang-barang perkebunan terdsebut, karena barang-barang itu tidak
dapat di beli di daerah perkebunan.
4. Dalam bentuk kesempatan untuk menikmati suatu faktor produksi
Upah ini biasanya dijumpai di daerah-daerah pedesaan. Biasanya pamong desa
mendapat upah seperti ini, yaitu berupa tanah garapan. Tetap, sesuai dengan
perkembangan sistem pemerintahan dan demi pembangunan nasional dewasa ini
berangsur-angsur ditiadakan.
D. Proses Penerimaan Tenaga Kerja
1. Penarikan Tenaga Kerja
Apabila suatu perusahaan memerlukan tenaga kerja baru, maka akan
diusahakan untuk menarik atau mencari tenaga yang di hararapkan dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Langkah ini sebenarnya merupakn langkah
kedua, sedangkan langkah pertama ialah menentukan keadaan dan sifat pekerjaan
yang lowong serta keadaan dan sifat atau kecakapan orang/tenaga kerja yang
diharapkan sanggup melakukan pekerjaan itu. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa sesungguhnya pencarian atau penarikan tenaga kerja di lakukan setelah
diketahui kualifikasi yang harus dimiliki tenaga kerja yang akan dicari, antara lain
menyangkut pengetahuan, pengalaman, kepribadiannya dan sebagainya.
2. Sumber-sumber Tenaga Kerja
Setelah perusahaan mengetahui kualifikasi yang perlu dimiliki oleh seseorang
untuk memangku suatu jabatan, maka selanjutnya pihak perusahaan dalam hal ini
adalah manajer kepegawaian berusaha mendapatkan tenaga kerja atau calon
pegawai/pekerja yang dibutuhkan. Dalam hal ini pihak perusahaan dapat memilih
tenaga kerja dari dua macam sunber, yaitu dari dalam dan dari luar perusahaan
tersebut. Sumber tenaga dari dalam yaitu berasal dari pegawai perusahaan
tersebut.
Pada umumnya apabila dalam suatu perusahaan tersebut tidak ada pegawai
yang dirasa cocok dengan pekerjaan itu, baru kemudian pihak perusahaan
mengangkat atau mencari sumber dari luar, antar lain:
a. Teman-teman Pegawai Perusahaan
b. Badan-badan Penempatan Tenaga
c. Lembaga Pendidikan
3. Seleksi dan Orientesi
Setelah pihak memperoleh calon pekerja atau pegawai selanjutnya perusahaan
menyelanggarakan seleksi yang kemudian diteruskan dengan orientasi. Seleksi ini
dimaksudkan untuk memilih bibit-bibit unggul. Tetapi pada umumnya seleksi
dilaksanakan apabila pendaftar lebih dari jumlah lowongan yang tersidia dalam
perusahaan yang bersangkutan.
Selanjutnya, setelah pekerja baru yang telah lolos seleksi pada umunya harus
mengikuti orientasi. Orientasi ini bertujuan untuk menyesuaikan pekerja/pegawai
baru kepada lingkungan perusahaan yang bersangkutan. Sehingga diharapkan
pekerja/pegawai baru ini bisa bekerja dengan nyaman.
2.4 Keorganisasian
1. Perseroan Terbatas (PT)
Keorganisasian dalam perseroan terbatas (PT) terkait dengan pembagian
wewenang dalam perseroan. Karena perseroan merupakan organisasi bisnis berbadan
hukum, maka selain kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik modal terpisah, juga
ada pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan. Pengelolaan
perusahaan dapat diserahkan kepada tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya.
Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Modal dasar
perseroan paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Pemegang saham
mempunyai tanggung jawab yang terbatas pada jumlah nominal dari saham yang
dimilikinya.Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
perseroan melebihi saham yang dimiliki. Saham merupakan sertifikat atau surat
berharga yang menunjukkan tanda bukti bahwa seseorang pernah menyetorkan modal
ke dalam sebuah perseroan dan menjadi pemilik perseroan tersebut. PT Tbk merupakan
perseroan terbatas yang melakukan penawaran saham terbuka secara umum untuk pihak
lain.
Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat
dalam bahasa Indonesia. Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain
berkaitan dengan pendirian perseroan. Perubahan anggaran dasar ditetapakan oleh Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) dan harus mendapat persetujuan Menteri.Anggaran
dasar memuat sekurang-kurangnya:
a. nama dan tempat kedudukan perseroan;
b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;
c. jangka waktu berdirinya perseroan;
d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap
klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap
saham;
f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;
g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota direksi dan dewan
komisaris;
i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.
Akan tetapi, anggaran dasar tidak boleh memuat ketentuan tentang penerimaan bunga
tetap atas saham dan ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau
pihak lain. Sedangkan keterangan lain memuat sekurang-kurangnya:
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat
lengkap serta nomor dan tanggal keputusan menteri mengenai pengesahan badan
hukum dari pendiri Perseroan;
b. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota direksi dan dewan komisaris yang pertama kali
diangkat;
c. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah
saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.
Dalam pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan
surat kuasa.
Perseroan tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh
perseroan lain atau sama pada pokoknya dengan nama perseroan lain; bertentangan
dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan; sama atau mirip dengan nama lembaga
negara, lembaga pemerintah, atau lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari
yang bersangkutan; tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau
menunjukkan maksud dan tujuan Perseroan saja tanpa nama diri; terdiri atas angka atau
rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang tidak membentuk kata; atau
mempunyai arti sebagai perseroan, badan hukum, atau persekutuan perdata. Nama
perseroan juga harus didahului dengan frase “Persekutuan Terbatas” atau disingkat PT.
Untuk memperoleh keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum
perseroan, pendiri bersama-sama mengajukan permohonan melalui jasa teknologi
informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri. Menteri
adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan hak asasi
manusia. Permohonan tersebut harus diajukan paling lambat 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai
dokumen pendukung.
Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan
didirikan. Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya
keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan. Setelah perseroan
memperoleh status badan hukum dan pemegang saham menjadi kurang dari 2 (dua)
orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut
pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada
orang lain atau perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain. Apabila setelah
6 bulan pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham
bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan, dan atas
permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan
perseroan tersebut. Ketentuan yang mewajibkan perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang
atau lebih tidak berlaku bagi persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara atau
perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam undang
undang tentang pasar modal.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas,
struktur organisasi perseroan terbatas terdiri dari :
1) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang
berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang
berhubungan denganmata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan
Perseroan. Semua pemegang saham, direksi, komisaris, serta pihak-pihak lain
yang berkompeten dalam menjalankan perusahaan wajib menghadiri RUPS.RUPS
pertama harus diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam
puluh) hari setelah perseroanmemperoleh status badan hukum.
RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya. RUPS tahunan wajib
diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku
berakhir.RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk
kepentingan perseroan.
Dalam RUPS, semua pemegang saham sebesar atau sekecil apapun
sahamnya memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. RUPS membahas
masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan kebijakan
perusahaan yang harus dilaksanakan segera. Bila pemegang saham berhalangan,
dia bisa melempar suara miliknya ke pemegang lain yang disebut proxy. Hasil
RUPS biasanya dilimpahkan ke komisaris untuk diteruskan ke direksi untuk
dijalankan.Isi dari RUPS adalah sebagai berikut :
a) Menentukan direksi dan pengangkatan dewan komisaris
b) Memberhentikan direksi atau dewan komisaris
c) Menetapkan besar gaji direksi dan dewan komisaris
d) Mengevaluasi kinerja perusahaan
e) Memutuskan rencana penambahan atau pengurangan saham perusahaan
f) Menentukan kebijakanperusahaan
g) Mengumumkan pembagian laba (dividen)
2) Direksi
Direksi merupakan badan pengurus tertinggi, berhak dan berwenang untuk
menjalankan perusahaan.Dalam perseroan, para pemegang saham melimpahkan
wewenangnya kepada direksi untuk menjalankan dan mengembangkan
perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan. Dalam kaitan
dengan tugas tersebut, direksi berwenang untuk mewakili perusahaan,
mengadakan perjanjian dan kontrak, dan sebagainya. Apabila terjadi kerugian
yang amat besar (diatas 50 %), maka direksi harus melaporkannya
kepemegang saham untuk kemudian dirapatkan. Direksi mewakili perseroan di
dalam maupun di luar perusahaan dengan kewenangan tidak terbatas dan tidak
bersyarat, kecuali ditentukan di anggaran dasar atau berdasarkan keputusan
RUPS. Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan
Perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama Perseroan
melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat
kuasa.
Berdasarkan Pasal 100, direksi wajib membuat daftar pemegang saham,
daftar khusus, risalah RUPS; risalah rapat Direksi; membuat laporan tahunan dan
dokumen keuangan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang
Dokumen Perusahaan; dan memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen
keuangan.
Direksi terdiri atas satu orang anggota atau lebih, namun untuk perseroan
yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana
masyarakat, perseroanyang menerbitkan surat pengakuan utang kepada
masyarakat, atau perseroanTerbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang
anggota Direksi. Berdasarkan UU Nomor 40 tentang Perseroan Terbatas, yang
dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap
melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatannya pernah dinyatakan pailit, menjadi anggota direksi atau anggota
dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan
dinyatakan pailit, atau dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Anggota
direksi tersebut diangkat oleh RUPS dan dapat diberhentikan sewaktu-waktu
berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya.
3) Dewan Komisaris
Dewan Komisaris melakukan tugas mengawasi kebijakan direksi dalam
menjalankan tugas dan keberlangsungan perusahaan, serta memberikan nasihat
kepada direksi. Pengawasan dan pemberian nasihat tersebut ditujukan untuk
kepentingan perusahaan. Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab
secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau
lalai menjalankan tugasnya. Atas nama perseroan, pemegang saham yang
mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara dapat menggugat anggota dewan komisaris yang karena
kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke pengadilan
negeri.
Dewan komisaris terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau lebih. Perseroan
yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana
masyarakat, menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau
Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota dewan
komisaris.
Berdasarkan pasal 120, anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya 1
(satu) orang atau lebih Komisaris Independen dan 1 (satu) orang Komisaris
Utusan. Komisaris independen diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak
yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi dan/atau
anggota dewan komisaris lainnya, sedangkan komisaris utusan merupakan
anggota dewan komisaris yang ditunjuk berdasarkan keputusan rapat dewan
komisaris. Tugas dan wewenang komisaris utusan ditetapkan dalam anggaran
dasar perseroan dengan ketentuan tidak bertentangan dengan tugas dan wewenang
dewan komisaris dan tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan direksi.
Yang dapat diangkat menjadi anggota dewan komisaris adalah orang
perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5
(lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:
1) dinyatakan pailit;
2) menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau
3) dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara
dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.
Anggota dewan komisaris diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali
pengangkatan anggota dewan komisaris dilakukan oleh pendiri dalam akta
pendirian. Anggota dewan komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan
dapat diangkat kembali. Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan,
penggantian, dan pemberhentian anggota dewan komisaris serta dapat juga
mengatur tentang pencalonan anggota dewan komisaris.Dalam hal terjadi
pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota dewan komisaris, direksi
wajib memberitahukan perubahan tersebut kepada Menteri untuk dicatat dalam
daftar Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.
Pembubaran perseroaan terbatas bisa berdasarkan keputusan RUPS; waktu
perijinan telah habis; penetapan oleh Pengadilan Negeri karena melanggar
kepentingan umum atau melanggar peraturan perundangan, adanya cacat hukum
dalam akta pendirian, dan permohonan pemegang saham, direksi atau dewan
komisaris karena alasan perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan; pencabutan
kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan;
karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan
insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; dan karena dicabutnya izin usaha
Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Direksi, dewan komisaris atau 1 (satu)
pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh)
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul
pembubaran perseroan kepada RUPS.
2. Perusahaan Perorangan
Perusahaan perseorangan merupakan badan usaha yang kepemilikannya
perseorangan. Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk
mendirikannya. Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya
jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja yang sedikit dan penggunaan alat
produksi teknologi sederhana.
Pada perusahaan perorangan tidak terdapat pemisahan antara kekayaan pribadi
pemilik dengan kekayaan perusahaan sehingga utang perusahaan berarti pula utang
pemiliknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh hartakekayaan pemilik
menjadi jaminan bagi semua utang perusahaannya.Oleh karena itu, pemilik perusahaan
perorangan memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas.
3. Firma
Firma merupakan sebuah bentuk persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua
orang atau lebih dengan memakai nama bersama. Pemilik firma terdiri dari beberapa
orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan kekayan
pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan. Anggota firma terdiri
dari anggota aktif saja, yaitu sekutu yang selalu menanam modal, juga melakukan
usaha.
Firma biasanya didirikan oleh beberapa anggota yang bertujuan untuk
memperluas usaha masing-masing atau untuk memperoleh tambahan laba. Para anggota
yang mendirikan firma dapat terdiri dari beberapa kemungkinan sebagai berikut:
a. Firma didirikan oleh para anggota yang semuanya belum memiliki usaha (semua
anggota baru)
b. Firma didirikan oleh anggota yang sudah memiliki usaha sebelumnya dan anggota
yang belum punya usaha
c. Firma didirikan oleh para anggota yang semuanya sudah memiliki usaha
sebelumnya
Karena adanya beberapa kemungkinan para anggota pendiri, ada 2 metode akuntansi
yang dapat digunakan untuk mencatat pendirian firma, yaitu:
a. Pembukuan firma menggunakan buku baru
b. Pembukuan firma melanjutkan milik salah seorang anggota firma yang sudah
memiliki usaha
Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin. Seorang anggota
tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota yang lainnya.
Keanggotaan tersebut melekat dan berlaku seumur hidup. Seorang anggota
mempunyai hak untuk membubarkan firma. Pendirian firma tidak memerlukan akte
pendirian.
4. Perseroan Komanditer (CV)
CV adalah suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang
berbeda-beda di antara anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha secara aktif
yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan modal saja tanpa
harus melibatkan harta pribadi ketika krisis finansial. Yang aktif mengurus perusahaan
CV disebut sekutu aktif yang nantinya akan bergelar Direktur, dan yang hanya
menyetor modal disebut sekutu pasif. Tidak terdapat jumlah minimal modal untuk
membentuk CV.
2.5 Lingkungan
Letak perusahaan sering pula disebut tempat kediaman perusahaan,yaitu tempat
dimana perusahaan melakukan kegiatannya sehari-hari. Sedangkan istilah tempat
kedudukan perusahaan dapat diartikan sebagai tempat kantor pusat perusahaan. Memilih
lokasi bisnis yang tepat dan strategis untuk kegiatan usaha adalah sangat menentukan
keberhasilan dan kegagalan bisnis untuk masa depan. Sehingga pemilihan lokasi usaha
adalah faktor yang paling penting.
Disini ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan letak
perusahaan.
1. Dekat dengan bahan baku
2. Dekat dengan pasar
3. Dekat dengan pemasok tenaga kerja
4. Dekat dengan penyedia sumber tenaga/energy
5. Iklim
6. Ongkos transport
7. Dekat dengan konsumen
8. Kemudahan pengangkutan fasilitas dan transportasi.
9. Sikap masyarakat sekitar serta sesuai dengan Peraturan Pemerintah.
Selain memilih lokasi yang tepat dan strategis, juga harus diperhatikan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL merupakan salah satu syarat utama
dalam pendirian suatu usaha atau perusahaan, karena berkaitan dengan lingkungan sekitar
tempat usaha berdiri. Tujuan AMDAL adalah mewujudkan pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana.
1) Ketentuan Umum.
Yang mendasari perlunya AMDAL dalam mendirikan usaha adalah :
a) UU No 4 Th 1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup.
b) UU No 5 Th 1990 tentang konservasi SDA hayati dan ekosistemnya.
c) UU No 24 Th 1992 tentang penataan ruang.
d) Peraturan pemerintah No 20 Th 1990 tentang pengendalian pencemaran air.
e) Peraturan Pemerintah No 51 Th 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
f) Surat Menteri Negara Lingkungan Hidup No B. 2335/MNLH/12/93, No B.
2347/MENLH/12/93 tentang konsep criteria kegiatan wajib AMDAL.
2) Tujuan diberlakukan AMDAL :
a.Memberikan masukan erhadp penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
b. Memberikan informasi kepada masyarakat
c.Bahan informasi bagi perencanaan pembangunan wilayah.
d. Membantu proses pengambilan kerutusan
e.Memberikan masukan terhadap penyusunandesain
3) Bidang usaha yang wajib memiliki AMDAL :
a) Bidang Pertambangan dan Energi.
b) Bidang kesehatan
c) Bidang Pekerjaan Umum
d) Bidang Pertanian
e) Bidang Postel
f) Bidang Transmigrasi dan Pemukiman.
g) Bidang Perindustrian.
h) Bidang Perhubungan
i) Bidang Perdagangan
j) Bidang Pertahanan dan Keamanan
k) Bidang Pengembangan Tenaga Nuklir
l) Bidang Kehutanan
m) Bidang Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun
n) Bidang Kegiatan Terpadu atau Multi Sektor.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari penulisan makalah ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prosedur pendirian perusahaan secara umum adalah Membuat Surat Izin
Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Gangguan (HO), Membuat
Nomor Rekening Perusahaan, Membuat Nomor Rekening Perusahaan,
Membuat Akta Pendirian Perusahaan, Membuat Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP), Membuat Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
2. Sarana dan prasarana yang harus dimiliki sebuah perusahaan adalah fasilitas
fisik (gedung, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang
digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.
3. Sistem Pengelolaan Karyawan pada saat akan mendirikan perusahaan
meliputi tahapan Analisa kualifikasi jabatan yang dibutuhkan, Melakukan
rekrutmen, Melakukan seleksi dan orientasi.
4. Keorganisasian pada perusahaan secara umum berupa Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), Direksi, Dewan Komisaris, Anggota Aktif dan
Anggoa pasif (pada CV dan Firma)
5. Poin terhadap kondisi Lingkungan yang harus diperhatikan oleh perusahaan
adalah Dekat dengan bahan baku, Dekat dengan pasar, Dekat dengan
pemasok tenaga kerja, Dekat dengan penyedia sumber tenaga/energy, Iklim,
Ongkos transport,Dekat dengan konsumen,Kemudahan pengangkutan
fasilitas dan transportasi,Sikap masyarakat sekitar serta sesuai dengan
Peraturan Pemerintah dan Analisis Dampak Lingkungan akibat kinerja
usaha Perushaan tersebut (jika dibutuhkan)
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani,Sri,dkk.2008.Modul Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi
Perkantoran.Jakarta:Erlangga.
Handayani Rika. 2013.http://rikahandayani374.blogspot.com/2013/01/prosedur-
mendirikan-perusahaan.html. diunduh pada taggal 17 November 2013
____________. 2012.http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/06/prosedur-dan-
persyaratan-pendirian-perusahaan-atau-perseroan-terbatas/. Dunduh pada tanggal 17
November 2013