makalah SSS

39
BAB I PENDAHULUAN Sistem saraf perifer terdiri dari serat –serat saraf yang membawa informasi antara SSP dan bagian – bagian lain tubuh. Divisi aferen system saraf perifer mengirim informasi mengenai lingkungan internal dan eksternal ke SSP.Informasi aferen mengenai lingkungan internal, misalnya konsentrasi CO2 di cairan tubuh, tidak pernah mencapai kesadaran, tetapi masukan ini penting untuk menentukan keluaran eferen yang sesuai untuk mempertahankan homeostasis. Masukan eferen yang tidak mencapai tingkat kesadaran dikenal sebagai masukan sensorik dan mencakup sensasi somatik (sensasi somatik dan propiosepsi) dan indera khusus ( penglihatan, pendengaran , pengecapan, dan penghidu). Pada makalah ini akan dibahas lebih jauh tentang indera pendengaran yaitu telinga. Pendengaran sangat dibutuhkan oleh manusia untuk melakukan berbagai kegiatan seperti berbicara dengan orang lain, memanggil orang, bertukar informasi, bahkan untuk memberikan ketenangan bila kita mendengar musik. Untuk dapat mendengar, kita memiliki indera yang disebut telinga. Telinga melaksanakan dua fungsi yang berbeda 1

description

makalah ini berisi tentang anatomi dan histologi telinga, fisiologi pendengaran dan keseimbangan serta otitis media

Transcript of makalah SSS

Page 1: makalah SSS

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem saraf perifer terdiri dari serat –serat saraf yang membawa informasi

antara SSP dan bagian – bagian lain tubuh. Divisi aferen system saraf perifer

mengirim informasi mengenai lingkungan internal dan eksternal ke SSP.Informasi

aferen mengenai lingkungan internal, misalnya konsentrasi CO2 di cairan tubuh, tidak

pernah mencapai kesadaran, tetapi masukan ini penting untuk menentukan keluaran

eferen yang sesuai untuk mempertahankan homeostasis. Masukan eferen yang tidak

mencapai tingkat kesadaran dikenal sebagai masukan sensorik dan mencakup sensasi

somatik (sensasi somatik dan propiosepsi) dan indera khusus ( penglihatan,

pendengaran , pengecapan, dan penghidu). Pada makalah ini akan dibahas lebih jauh

tentang indera pendengaran yaitu telinga.

Pendengaran sangat dibutuhkan oleh manusia untuk melakukan berbagai

kegiatan seperti berbicara dengan orang lain, memanggil orang, bertukar informasi,

bahkan untuk memberikan ketenangan bila kita mendengar musik. Untuk dapat

mendengar, kita memiliki indera yang disebut telinga. Telinga melaksanakan dua

fungsi yang berbeda yaitu mendengar dan sensasi keseimbangan. Apabila telinga

mengalami kelainan maka fungsinya akan terganggu. Ada banyak penyakit yang

terdapat di telinga dan dapat menyebabkan gangguan pendengaran seperti barotrauma,

obstruksi tuba, otosklerosis, otitis eksterna, otitis media dll. Otitis media adalah

peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum

mastoid dan sel – sel mastoid. Otitis media merupakan masalah utama sebelum

antibiotik ditemukan pada pertengahan 1930-an dan sampai sekarang masalah otitis

media masih sering muncul di negara kita.

Oleh karena itu, penulis akan menjabarkan secara sistematis tentang telinga

dan otitis media yang dimulai dari anatomi dan histologi telinga, fisiologi

pendengaran dan keseimbangan, otitis media.

1

Page 2: makalah SSS

BAB II

PEMICU

F, laki – laki, 18 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan

telinga kanan berair dan berbau busuk, sejak 3 bulan yang lalu.Telinga berair dialami

sejak masa kanak – kanak, bersifat hilang timbul dam selama ini F dibawa berobat ke

puskesmas dan diberikan obat tetes telinga. F juga mengeluh kurangnya pendengaran

pada telinga kanan dan disertai hoyong atau pusing berputar.

Apa yang terjadi pada F?

2

Page 3: makalah SSS

BAB III

MORE INFO

Status lokalisata

Pada pemeriksaan :

Otoskopi telinga kanan : pada liang telinga dijumpai secret mukopurulen,

berbau busuk dan tampak jaringan granulasi. Membran timpani kana tidak

tampak.

Otoskopi telinga kiri : liang telinga normal, membrane timpani utuh, refleks

cahaya (+). Pemeriksaan rinoskopi anterior, rinoskopi posterior dan

laringoskopi indirek normal.

Tes pendengaran sederhana :

Telinga kanan : rinne test (-), weber lateralisasi ke kanan, Schwabach

memanjang.

Telinga kiri : rinne test (+), Schwabach memanjang sama dengan pemeriksa.

Tes fistula : nystagmus (+)

Pemeriksaan kutur dan sensitivitas secret telinga : Pseudomonas aeroginosa.

Pemeriksaan radiologi ( foto polos mastoid kanan – posisi schuller)

Tampak perselubungan di liang telinga kanan. Pneumatisasi mastoid kanan

Menghilang. Tampak bayangan radioluscent pada mastoid kanan.

Kesan : dijumpai kolesteatoma pada mastoid kanan.

Pemeriksaan audiometri nada murni :

Telinga kanan : tuli campur sedang

Telinga Kiri : ambang dengar normal

Apa kesimpulan anda mengenai penyakit F sekarang?

.

3

Page 4: makalah SSS

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Anatomi dan Histologi Telinga

4.1.1 An at omi Telinga

Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar , tengah dan dalam. Telinga

luar terdiri dari pinna ( bagian daun telinga, aurikula), meatus auditorius eksterna dan

membrane timpani. Pinna adalah suatu lempeng tulang rawan terbungkus kulit,

mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran tengah luar.Pintu

masuk ke kanalis telinga ( saluran telinga ) dijaga oleh rambut – rambut halus. Kulit

yang melapisi saluran telinga mengandung kelenjar – kelenjar keringat termodifikasi

yang menghasilkan serumen , suatu sekresi lengket yang menangkap partikel –

partikel asing yang halus. Rambut halus dan serumen tersebut membantu mencegah

partikel asing masuk ke dalam telinga dan mencederai telinga. Membran timpani

adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke

medial. Membran timpani umumnya bulat.

Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai kotak dengan 6

sisi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut

berbentuk baji. Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fossa kranii

media. Pada bagian atas dinding posterior terdapat auditus ad antrum tulang mastoid

dan dibawahnya adalah saraf fasialis. Dasar telinga tengah adalah atap bulbus

jugularis yang di sebelah superolateral menjadi sinus sigmoideus dan lebih ke tengah

menjadi sinus transverses.Dinding lateral telinga tengah adalah tulang epitimpanium

dibagian atas, membrane timpani, dan dinding tulang hipotimpanum di bagian

bawah.Bagian yang paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang

menutup lingkaran koklea pertama. Rongga mastoid berbentuk seperti pyramid

bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal.Pada telinga tengah dapat kita jumpai

tulang – tulang pendengaran yaitu maleus, incus, dan stapes.Maleus melekat pada

membrane timpani sedangkan stapes melekat pada jendela oval. Maleus dan incus

dipersarafi oleh saraf trigeminus dan nervus mandibularis dan diikat oleh m.tensor

timpani sedangkan stapes dipersarafi oleh nervus fasialis dan diikat m.stapedius. Tuba

4

Page 5: makalah SSS

eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Bagian lateral

tuba eustachius adalah yang bertulang sementara dua pertiga bagian medial bersifat

kartilaginosa. Tuba dalam keadaan normal tertutup , tetapi ndapat dibuat terbuka

dengan gerakan mengunyah, menguap atau menelan.

Telinga dalam, bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga

disebut sebagai labirin. Derivat vesikel otika membentuk suatu rongga tertutup yaitu

labirin membrane yang terisi endolimfe, satu – satunya cairan ekstraselluler dalam

tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran dikelilingi oleh cairan

perilimfe ( tinggi natrium, rendah kalium) yang terdapat dalam kapsul otika bertulang.

Labirin tulang dan membrane memiliki bagian vestibular dan bagian koklear. Bagian

vestibular ( pars superior) berhubungan dengan keseimbangan, sementara bagian

koklearis (pars inferior) merupakan organ pendengaran kita.

Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu setengah putaran.

Aksis dari spiral tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf dan suplai

arteri dari arteri vertebralis.Rongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh

duktus koklearis yang panjangnya 35 mm dan berisi endolimfe. Bagian atas dalah

sakala vestibule, berisi perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrane

Reissner yang tipis. Bagian bawah adalah skala timpani juga mengandung perilimfe

dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrane basiliaris. Perilimfe pada kedua

skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah ujung buntu duktus

koklearis melalui celah yang dikenal sebagai helikotrema.Terletak diatas membrane

basiliaris dari basis ke apeks adalah organ corti, yang mengandung organel – organel

penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ korti terdiri dari satu

barisan sel rambut dalam dan tiga baris sel rambut luar. Sel – sel ini menggantung

lewat lubang – lubang lengan horizontal dari suatu jungkat jangkit yang dibentuk oleh

sel – sel penyokong.Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah

rambut. Pada permukaan sel – sel rambut terdapat streosilia yang melekat pada suatu

selubung diatasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikenal

sebagai membrane tektorial.

5

Page 6: makalah SSS

Bagian vestibulum telinga dalam bentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis

semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung macula yang diliputi oleh sel – sel

rambut. Menutupi sel – sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus

oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan

dengan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe.Karena pengaruh gravitasi,

maka gaya dari otolit akan membengkokkan silia sel – sel rambut dan menimbulkan

rangsangan pada sel reseptor.

Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang

juga merupakan saluran menuju endolimfatikus.Makula utrikulus terletak pada bidang

yang tegak lurus terhadap macula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara

pada utrikulus. Masing – masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar

membentuk ampula dan mengandung sel – sel rambut Krista. Sel – sel rambut

menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Pembuluh darah telinga ada dua yaitu arteri

temporalis superior dan arteri auricularis superior. (gambar 1, lampiran)

4.1. 2 Histologi Telinga

Telinga luar, aurikula (pinna) terdiri atas tulang rawan elastin, yang ditutupi

kulit disemua sisinya. Meatus auditorius eksterna terdiri atas epitel berlapis skuamosa,

terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa. Satu pertiga

dinding luarnya terdiri atas tulang rawan elastin dan dua pertiga dinding dalam terdiri

atas tulang temporal. Membran timpani terdiri atas dua bagian yaitu pars flaksida dan

pars tensa. Pars flaksida merupakan lapisan epidermis dan terdiri dari epitel selapis

kuboid. Pars tensa adalah lapisan epidermis dan terdiri dari epitel selapis kuboid.

(gambar 2, lampiran)

Telinga tengah, dilapisi oleh selapis epitel gepewng. Di dekat tuba

eustachius berangsur berubah menjadi epitel bertingkat silindris bersilia. Tulang –

tulang pendengaran ( maleus, incus, dan stapes) memiliki sendi synovial dan dilapisi

oleh epitel selapis gepeng.

6

Page 7: makalah SSS

Telinga dalam, sakulus dan utrikulus terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi

gepeng. Makula, daerah kecil pada dinding sakulus dan utrikulus dengan sel – sel

neuroepitel.Makula terdiri atas 2 jenis reseptor dan sel penyokong. Sel reseptor ( sel

rambut) terdiri atas satu kinosilium dan streosilia. Sel penyokong berada di antara sel

– sel rambut berbentuk silindris. Otolit, endapan kristal di permukaan dan terdiri atas

kalsium karbonat. Duktus semisirkularis, daerah reseptor di dalam ampula berbentuk

tabung panjang dan disebut sebagai krista ampularis.Kupula berbentuk kerucut dan

tidak ditutupi otolit. Duktus koklearis terbagi menjadi tiga ruangan yaitu skala

vestibularis, media, dan timpani. Sria vaskularis adalah epitel vascular yang terletak

pada dinding lateral duktus koklearis dan bertanggungjawab atas komposisi ion di

endolimfe. Organ korti mengandung sel rambut sel rambut yang berespons terhadap

berbagai frekuensi suara. Sel rambut terdapat pada membrane basiliaris. Barisan

streosilia berbentuk w pada bagian luar dan berbentuk v atau linier pada bagian

dalam.Tidak terdapat kinosilium. Ujung streosilia terbenam dalam membrane

tektorial. (gambar 3 dan 4, lampiran)

4.2 Fisiologi Pendengaran dan Keseimbangan

4.2.1 Fisiologi Pendengaran

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara

adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah – daerah bertekanan

tinggi karena kompresi (pemadatan) molekul – molekul udara yang berselang seling

dengan daerah – daerah bertekanan rendah karena penjarangan (rarefaction) molekul

tersebut.Suara ditandai oleh nada, intensitas, dan timbre. Nada, suatu suara ditentukan

oleh frekuensi getaran. Semakin tinggi frekuensi maka semakin tinggi nada. Telinga

manusia dapat mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi dari 20 – 20000 siklus

per detik, tetapi paling peka terhadap frekuensi antara 1000 – 4000 siklus per detik.

Intensitas atau kepekakan suatu suara bergantung pada amplitude gelombang suara,

atau perbedaan tekanan antara daerah pemampatan yang bertekanan tinggi dan daerah

penjaranganyang bertekanan rendah.Kepekakan dinyatakan dalam desibel(dB).

Timbre atau kualitas suara bergantung pada nada tambahan yaitu frekuensi tambahan

yang menimpa nada dasar.

7

Page 8: makalah SSS

Proses pendengaran dimulai dari masuknya gelombang suara melalui pinna

lalu dibawa ke dalam meatus auditus eksterna hingga mencapai membran timpani.

Gelombang suara yang mencapai membrane timpani akan menggetarkan membran

timpani. Telinga tengah akan memindahkan gerakan bergetar membrane timpani ke

cairan telinga dalam. Perpindahan ini dipermudah dengan adanya rantai yang terdiri

dari tulang – tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes) yang berjalan melintasi

telinga tengah. Ketika membran timpani bergetar maka rantai tulang tersebut akan

melanjutkan gerakan dengan frekuensi yang sama ke jendela oval.Tekanan di jendela

oval akibat setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan getaran seperti gelombang

pada cairan telinga dalam frekuensi yang sama dengan frekuensi gelombang suara

semula. Namun, karena dibutuhkan tekanan yang lebih besar untuk menggerakkan

cairan terdapat dua mekanisme yang berkaitan dengan system tulang pendengaran

untuk memperkuat tekanan gelombang suara dari udara untuk menggetarkan cairan di

koklea. Pertama, karena luas permukaan membran timpani jauh lebih besar

dibandingkan luas permukaan dari jendela oval, terjadi peningkatan tekanan ketika

gaya yang bekerja di membrane timpani disalurkan ke jendela oval.(tekanan = gaya /

luas permukaan). Kedua, efek pengungkit tulang – tulang pendengaran menghasilkan

keuntungan mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama – sama meningkatkan

gaya yang timbul pada jendela oval sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang suara

yang langsung mengenai jendela oval.

Stapes yang bergetar oleh karena gelombang suara akan menggetarkan

jendela oval lalu cairan perilimfe akan bergerak menuju jendela bundar melewati

helikotrema dan pada saat stapes tertarik dari jendela oval maka cairan akan kembali

menuju jendela oval dari jendela bundar. Gelombang tekanan frekuensi yang

berkaitan dengan penerimaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di

skala vestibule akan menembus membrane Reissner masuk ke dalam duktus koklearis

dan kemudian melalui membrane basiliaris ke skala timpani, tempat gelombang

tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar masuk bergantian. Perbedaan

utama jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang tekanan melalui membran

basiliaris menyebabkan membrane ini bergerak naik turun. Pada saat membran

basiliaris bergerak naik, maka akan membuka saluran – saluran ion gerbang mekanis

di sel – sel rambut terbuka sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+ masuk ke

8

Page 9: makalah SSS

dalam sel sehingga terjadi depolarisasi sedangkan pada saat membran basiliaris

bergerak turun, maka akan menutup saluran – saluran ion gerbang mekanis di sel –

sel rambut tertutup sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+ tidak dapat masuk ke

dalam sel sehingga terjadi hiperpolarisasi.Adanya gerakan naik turun dari membran

basiliaris akan menyebabkan depolarisasi hiperpolarisasi secara bergantian sehingga

timbullah aksi potensial berjenjang pada sel – sel reseptor yang akan menghasilkan

neourotansmitter yang bersinaps pada ujung – ujung serat saraf aferen yang

membentuk saraf koklearis. Saraf koklearis akan bergabung dengan saraf vestibularis

menjadi saraf vestibulokoklearis( N.VII), dari sini aksi potensial akan disalurkan

sebagian ke inferior kollikulus dan sebagian lagi diteruskan ke medulla oblongata lalu

ke lemniskus lateralis selanjutnya ke mesensefalon dan terakhir ke korteks

pendengaran pada lobus temporalis area broadman 41. Di lobus temporalis, informasi

dari saraf akan diterjemahkan menjadi persepsi suara.

4.2.2 Fisiologi Keseimbangan

Aparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur yang terletak di dalam

tulang temporalis dekat koklea yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit ( sakulus

dan utrikulus). Fungsi dari apparatus vestibularis adalah untuk memberikan informasi

yang penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan – gerakan

kepala dengan gerakan mata dan postur tubuh.

Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan

pergerakan endolimfe sehingga kupula ikut bergerak. Selain itu, adanya Akselerasi

atau deselerasi juga akan menimbulkan endolimfe mengalami kelembaman dan

tertinggal bergerak ketika kepala mulai berotasi sehingga endolimfe yang sebidang

dengan gerakan kepala akan bergeser ke arah berlawanan dengan arah gerakan kepala

( contoh seperti efek membelok dalam mobil). Hal ini juga menyebabkan kupula

menjadi condong ke arah berlawanan dengan arah gerakan kepala dan sel – sel rambut

di dalam kupula ikut bergerak bersamaan dengan kupula. Apabila gerakan kepala

berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama maka endolimfe yang awalnya diam

tidak ikut bergerak (lembam) akan menyusul gerakan kepala dan sel rambut – rambut

akan kembali ke posisi tegak. Ketika kepala melambat dan berhenti akan terjadi hal

sebaliknya.

9

Page 10: makalah SSS

Sel rambut pada aparatus vestibularis terdiri dari satu kinosilium dan 20 50

streosilia. Pada saat streosilia bergerak searah dengan kinosilium akan meregangkan

tip link , yang menghubungkan streosilia dengan kinosilium. Tip link yang teregang

akan membuka saluran – saluran ion gerbang mekanis di sel – sel rambut sehingga

akan menyebabkan Ca2+ dan K+ masuk ke dalam sel sehingga terjadi depolarisasi

sedangkan pada saat streosilia bergerak berlawanan arah dengan kinosilium maka tip

link tidak teregang dan saluran – saluran ion gerbang mekanis di sel – sel rambut akan

tertutup sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+ tidak dapat masuk ke dalam sel

sehingga terjadi hiperpolarisasi. Sel rambut akan bersinaps pada ujung saraf aferen

dan akan masuk ke dalam saraf vestibular. Saraf ini akan bersatu dengan saraf

koklearis menjadi saraf vestibulokoklearis dan akan dibawa ke nukleus vestibularis di

batang otak. Dari nukleus vestibularis akan ke serebellum untuk pengolahan

koordinasi, ke neuron motorik otot – otot ekstremitas dan badan untuk pemeliharaan

keseimbangan dan postur yang diinginkan, ke neuron motorik otot – otot mata untuk

control gerakan mata, dan ke SSP untuk persepsi gerakan dan orientasi.

Pada sakulus dan utrikulus, sel – sel rambut di organ otolit ini juga menonjol

ke dalam satu lembar gelatinosa diatasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan

posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial di sel tersebut. Proses ini sama

dengan paa kanalis semisirkularis hanya saja pada sakulus dan utrikulus terdapat

otolith yang mengakibatkan gerakan akan menjadi lebih lembam.Utrikulus berfungsi

dalam posisi vertikal dan horizontal sedangkan sakulus berfungsi dalam kemiringan

kepala menjauhi posisi horizontal.

4.3 Otitis Media

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel – sel mastoid. Etiologi dari otitis

media yaitu bakteri dimana Streptokokkus pneumonia dan Haemophillus influenza

merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan otitis media.Streptokokkus

pneumonia adalah bakteri berbentuk kokkus biasanya berpasangan dan berselubung,

gram positif tetapi pada perbenihan tua tampak sebagai gram negatif. H.Influenza

10

Page 11: makalah SSS

adalah bakteri gram -, nonmotil, bentuk batang. Selain Streptokokkus pneumonia dan

Haemophillus influenza terdapat bakteri lain seperti Stafilokokkus aureus yang

merupakan bakteri gram +, bentuk bulat seperti anggur, dan non motil. E.coli yang

merupakan bakteri berbentuk batang, gram -, fakultatif anaerob. Proteus vulgaris yang

merupakan bakteri bentuk batang, gram –. Pseudomonas aeroginosa yang merupakan

bakteri gram -, aerob, bentuk batang, motil.Moraxella catarrhalis yang merupakan

bakteri gram -, aerob, diplokokkus. Selain bakteri otitis media juga dapat disebabkan

oleh virus yaitu rhinovirus yang merupakan virus ss RNA, non envelope, bentuk

icosahedral, adenovirus yang merupakan virus ds DNA, non envelope, bentuk

icosahedral, influenza virus yang merupakan virus RNA, parainfluenza virus yang

merupakan virus RNA virus, RSV atau respiratory Syncitial virus yang merupakan

virus ss DNA, famili paramyxoviridae , CMV yang merupakan virus ds DNA, bentuk

icosahedral. Jamur juga dapat menyebabkan otitis media yaitu Candida dan

aspergillus.

Faktor resiko terjadinya otitis media adalah umur :yaitu bayi dan anak lebih

banyak terkena, infeksi saluran pernafasan terpapar dengan iritan , allergen dari

lingkungan yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan, tidak diberi ASI,

menggunakan dot, defisiensi imun, GERD, riwayat keluarga terjadinya recurrent

OMA, abnormalitas kraniofasial.

Otitis dapat dibagi menjadi dua yaitu otitis eksterna dan otitis media. Otitis

eksterna dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Otitis eksterna akut dapat dibagi

menjadi difus dan sirkumskripta. Otitis media dapat dibagi menjadi otitis media

supuratif dan nonsupuratif. Otitis media supuratif dapat dibagi menjadi akut, sub akut,

dan kronik. Otitis media supuratif akut dapat dibagi menjadi lima stadium yaitu oklusi

eustachius, hiperemis, supurasi, perforasi, dan resolusi. Otitis media supuratif kronik

dapat dibagi menjadi benigna dan maligna. Otitis media supuratif kronik benigna

dapat dibagi menjadi tenaang dan aktif. Otitis media nonsupuratif dapat dibagi

menjadi akut dan kronik.

11

Page 12: makalah SSS

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang

disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Otitis eksterna sirkumskripta

( furunkulosis) adalah infeksi yang terbatas pada 1/3 pars kartilago meatus auditus

eksterna. Otitis eksterna difus ( swimmer’s ear) adalah infeksi yang mengenai kulit

meatus auditus eksterna 2/ 3 dalam. Otitis media adalah peradangan sebagian atau

seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel – sel

mastoid.Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh

mukoperiosteum telinga tengah, tuba, mastoid ( 3 minggu sampai 1 bulan). Otitis

media kronik (OMSK) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukoperiosteum

telinga tengah, tuba, mastoid ( 1 – 2 bulan). Otitis media supuratif kronik yaitu infeksi

kronik di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar

dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul > 2 bulan. Otitis media

supuratif kronik tipe tubotimpanal ( jinak) , ditandai dengan perforasi sentral atau

subtotal pada pars tensa, sekret mukoid tidak berbau dan gangguan pendengaran

ringan sampai sedang. Tipe ini juga dibagi atas aktif yaitu sekret keluar dari cavum

timpani secar terus menerus, dan tidak aktif yaitu pada pemeriksaan telinga dijumpai

perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat.Otitis media

supuratif kronik tipe atikoantral (ganas) dimana perforasi total, marginal, atau

perforasi atik dengan secret yang berbau busuk akibat nekrosis jaringan telinga

tengah, menyebabkan erosi tulang. Terdapat kolesteatoma dan jaringan granulasi.

Gangguan pendengaran bervariasi dari tuli ringan sampai tuli total. Otitis media non

supuratif adalah peradangan non bakterial mukosa telinga tengah dengan kavum

timpani utuh yang ditandai dengan terkumpulnyacairan yang tidak purulen. Otitis

media non supuratif akut dimana terbentuknya secret di telinga secara tiba – tibayang

disebabkan gangguan fungsi tuba, disertai rasa nyeri dan secret cairan serosa. Otitis

media non supuratif kronik dimana secret terbentuk secara bertahap tanpa nyeri

dengan sekret kental.

Patogenesis terjadinya otitis media adalah adanya infeksi oleh virus dan

bakteri akan menyebabkan terjadinya proses inflamasi ; meningkatkan produksi dan

viskositas sekret dari telinga tengah.Adanya inflamasi akan menyebabkan mukosa

tuba eustachius edema sehingga tuba menjadi tersumbat dan tekanan di telinga tengah

12

Page 13: makalah SSS

akan menjadi negatif. Oleh karena tekanan negatif ini maka akan terjadi transudasi

cairan dan terjadilah efusi.Bakteri juga dapat menghasilkan eksotoksin yang akan

menyebabkan paralisis silia pada mukosa tuba eustachius sehingga terjadi gangguan

pembersihan sekret. Hal ini bersama dengan peningkatan produksi dan viskositas

sekret dari telinga tengah akan menimbulkan efusi. Pada keadaan ini terjadi otitis

media akut. Selanjutnya, adanya efusi akan merangsang degenerasi lapisan fibrosa di

membran timpani sehingga membran timpani melemah sehingga timbul perforasi.

Perforasi yang timbul dapat sembuh sendiri, dapat gagal sehingga bakteri dapat

langsung mengkontaminasi telinga tengah dari lingkungan eksternal lalu timbul

infeksi dan diikuti dengan reaksi inlamasi. Perforasi pada keadaan gas cushion tidak

ada akan menyebabkan refluks sekret dari nasofaring ke telinga tengah sehingga akan

meningkatkan paparan bakteri patogen dari nasofaring ke telinga tengah, hal ini akan

menyebabkan infeksi yang semakin parah. Adanya obstruksi pada tuba eustachius

dapat menyebabkan retraksi pars flaksida dan terjadi akumulasi keratin debris, inilah

yang akan menyebabkan terbentuknya kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista

epitelial yang berisi deskuamasi sel epitel (keratin). Teori – teori yang dikemukakan

tentang patogenesis kolesteatoma adalah teori migrasi, teori implantasi,

teoriinvaginasi, dan teori metaplasia.

Gejala klinis otitis media akut adalah sesuai dengan stadium. Pada stadium

oklusi tuba eustachius, dijumpai gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya

tekanan negatif di dalam telinga tengah. Kadang – kadang membran timpani tampak

normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat

dideteksi. Stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran

timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemi serta edema. Sekret bersifat

eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.Stadium supurasi, membran timpani

menonjol ke arah liang telinga luar akibat edema hebat pada mukosa telinga tengah,

hancurnya sel epitel superfisial dan terbentuknya eksudat yang purulen. Pasien

tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, rasa nyeri di telinga bertambah hebat.

Apabila tekanan nanah di kavum timfani tidak berkurang maka terjadi iskemia,

trombophlebitis vena kecil – kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Apabila tidak

dilakukan miringotomi maka akan terjadi perforasi membran timpani sehingga nanah

13

Page 14: makalah SSS

akan keluar. Stadium perforasi, ruptur membran timpani sehingga nanah keluar

mengalir ke liang telinga luar, anak menjadi tenang, suhu badan turun dan dapat tidur

nyenyak. Stadium resolusi, membran timpani utuh maka pendengaran akan normal

kembali tetapi bila membran timpani ruptur maka sekret akan berkurang dan akhirnya

kering.

Gejala klinis otitis media supuratif kronik bila aktif maka kita akan melihat

sekret keluar dari kavum timpani secara aktif sedangkan otitis media supuratif kronik

tenang maka kavum timpani akan terlihat basah atau kering. Pada otitis media

supuratif kronik ini dapat terjadi gangguan pendengaran dan vertigo.

Pemeriksaan dimulai dengan anamnesis, penyakit OMSK biasanya terjadi

perlahan – lahan dan penderita seringkali datang dengan gejala – gejala penyakit yang

sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya

sekret di liang telinga dimana pada tipe tubotimpanal biasanya sekretnya lebih banyak

dan mukous, umumnya tidak berbau busuk dan intermitten sedangkan pada tipe

atikoantral sekretnya lebih sedikit, berbau busuk,kadangkala disertai pembentukan

granulasi atau polip,maka sekret yang keluar dapat bercampur darah.Ada kalanya

penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.

Pemeriksaan otitis media dengan tes penala (kualitatif) yaitu tes rinne untuk

membandingakan hantaran udara dengan tulang pada telinga yang diperiksa, tes

weber untuk membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan

pemeriksa, tes bing dan tes stenger. Tes berbisik adalah tes semikualitatif dengan nilai

normal 5/6 – 6/6.

Tes rinne Tes weber Tes Schwabach Diagnosis

+ Tidak ada lateralisasi Sama dengan

pemeriksa

Normal

- Lateralisasi ke telinga Memanjang Tuli konduktif

14

Page 15: makalah SSS

yang sakit

+ Lateralisasi ke telinga

yang sehat

memendek Tuli sensorineural

Audiometri nada murni untuk menentukan telinga mana yang mengalami

gangguan, jenis ketulian, dan derajat ketulian. Dengan audiogram dapat dilihat apakah

pendengar normal atau tuli. Derajat ketulian dihitung dengan menggunakan indeks

fletcher yaitu

Ambang dengar = AD 500 Hz + AD 1000 Hz +AD 2000 Hz

3

Menurut kepustakaan terbaru frekuensi 4000 Hz berperan penting untuk

pendengaran, sehingga perlu diperhitungkan, sehingga derajt ketulian dihitung dengan

menambahkan ambang dengar 4000 Hz dengan ketiga ambang dengar di atas,

kemudian dibagi 4.

Dapat dihitung ambang dengar hantaran udara (AC) atau hantaran tulang

(BC). Dalam menyatukan derajat ketulian yang dihitung hanya ambang dengar

hantaran udaranya (AC) saja.Derajat ketulian ISO adalah 0 – 25 dB adalah normal,

>25 – 40dB adalah tuli ringan, >40 – 55 dB adalah tuli sedang, >55 – 70 dB adalah

tuli sedang berat, >70 – 90 dB adalah tuli berat, dan > 90 dB adalah tuli sangat berat.

Selain pemeriksaan diatas dapat kita lakukan pemeriksaan radiologi dengan

posisi Schuller, Owen dan Chausse III, otoskopi untuk menginspeksi kanalis

eksternus, membran timpani dan mobilitas., dan kultur sekret untuk tes sensitivitas.

Diagnosa banding otitis media adalah otitis eksterna dan mastoiditis. Otitis

eksterna telah dijelaskan diatas. Mastoiditis adalah segala prose peradangan pada sel –

15

Page 16: makalah SSS

sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Etiologinya adalah bakteri gram

negatif, Staphyllococcus aureus, serta S.pnemunia. Gejala klinisnya adalah keluarnya

cairan dari dalam telinga lebih dari tiga minggu, demam yang biasanya hilang timbul,

nyeri di bagian belakang telinga yang parah pada malam hari, dan hilangnya

pendengaran.

Penatalaksaan OMA, pada stadium oklusi berikan antibiotik bila perlu dan

berikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% untuk anak – anak <12 tahun dan HCl

efedrin1% untuk > 12 tahun dan dewasa. Tujuannya untuk membuka kembali tuba

eustachius sehingga tekanan negatif hilang. Stadium presupurasi ( hiperemis), berikan

antibiotik first line adalah amoxcillin 75mg/kgBB/hr atau 90 mg/kgBB/hr dalam 2

dosis, second line adalah cefroxil, cefuroxime, cefriaxone, azithromycin, dan

clarithomycin, dan third line adalah amoxicillin dengan asam clavulanate. Selain itu,

berikan tetes hidung dekongestan yang mengandung phenylephrin dan analgesik.

Stadium supurasi, segera rawat bila ada fasilitas perawatanlalu berikan antibiotik

amoxicillin dosis tinggi parenteral selama 3 hari. Apabila ada perbaikan lanjutkan

antibiotik oral selama 14 hari. Miringotomi atau timpanosentesis dapat dilakukan

pada stadium ini.Stadium perforasi, bersihkan sekret telinga dengan obat cuci telinga

H2O2 3% selama 3 – 5 hari dan antibiotik adekuat selama 14 hari. Stadium resolusi,

bila perforasi menetap antibiotik dilanjutkan sampai 3 minggu. Jika sekret tetap keluar

maka kemungkinan otitis media supuratif subakut dan bila menetap samapi 1,5 bulan

maka kemungkinan OMSK.

Penatalaksaan OMSK, pada OMSK benigna tenang tidak memerlukan

pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek – ngorek telina, air jangan

masuk ke dalam telinga dan dilarang berenang.Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya

dulakukan miringoplasti atau timpanoplasti untuk mencegah infeksi berulang serta

gangguan pendengaran. OMSK benigna aktif, prinsip pengobatan yaitu pertama,

pembersihan telinga dan kavum timpani (toilet telinga) dengan tujuan membuat

lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret

telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.Kedua

16

Page 17: makalah SSS

pemberian antibiotik topikal dapat berupa bubuk atau tetes telinga. Bubuk telinga

yang dgunakan adalah boric acid dengan atau tanpa iodin, terramycin,boric acid 2,5 g

dicampur dengan kloromisetin 250 mg. Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi

neomisin, polimiksin, dan hidrokortison.Antibiotik yang bersifat ototiksik disarankan

untuk menggunakannya tidak lebih dari 1 minggu. Ketiga, pemberian antibiotik

sistemik, bila pseudomonas diberikan aminoglikosida dengan atau tanpa karbenesid,

klebsiella dengan sefalosporin atau aminoglikosida, E.coli dengan ampisillin atau

sefalosporin, dan stafillokokkus dan streptokokkus dengan penisilin, sefalosporin,

eritromisin, dan aminoglikosida. Pengobatan OMSK ganas adalah operasi yaitu

mastoidektomi sederhana, mastoidektomi radikal, mastoidektomi radikal dengan

modifikasi, miringoplasti, timpanoplasti, dan pendekatan ganda timpanoplasti.

Komplikasi otitis media adalah intatemporal yaitu mastoiditis, paresis nervus

fasialis, labrinitis, petrositis, otitis media adhesiva, intrakranial yaitu abses

intrakranial ( abses otak, abses subdural, abses ekstradural), meningitis,

trombophlebitis sinus lateralis, dan hidrosefalus otikus.

Beberapa keadaan yang memerlukan rujukan pada ahli THT adalah

1. dengan episode OMA yang sering. Definisi sering adalah lebih ari 4 kali

episode dalam 6 bulan.Sumber lain menyatakan “sering” adalah lebih dari 3

kali dalam 6 bulan atau lebih dari 4 kali dalam satu tahun.

2. Dengan efusi selama 3 bulan atau lebih, keluarnya cairan dari telinga atau

berlubangnya gendang telinga.

3. Dengan kemungkinan komplikasi serius seperti kelumpuhan saraf wajah atau

mastoiditis.

4. Anak dengan kelainan kraniofasial : sindrom drown, sumbing atau

keterlambatan bicara

5. OMa dengan gejala sedang berat yang tidak memberi respon terhadap dua

antibiotik.

Otitis eksterna termasuk dalam standar kompetensi 4, Otitis media akut

(OMA) termasuk dalam standar kompetensi 3a, otitis media serosa ) termasuk dalam

17

Page 18: makalah SSS

standar kompetensi 3a dan otitis media kronik ) termasuk dalam standar kompetensi

3a.

Edukasi pasien harus meliputi hal berikut ini yaitu, mencegah faktor resiko,

penggunaan antibiotik yang adekuat, pengertian tentang resistensi antibiotik oleh

bakteri pada otitis media, pada anak –anak dapat diberikan imunisasi , jangan

mengorek telinga tertlalu kasar, jika ada benda asing yang masuk ke dalam liang

telinga pergilah ke dokter, lidungi telinga dari kerusakan yang tidak diinginkan

dengan memakai pelindung apabila terdapat suara yang amat keras, lindungi telinga

selam dalam masa penerbangan dengan cara mengunyah permen karet saat pesawat

lepas landas dan mendarat, dll.

BAB V

18

Page 19: makalah SSS

ULASAN

Ada beberapa hal masih belum jelas dalam hal, Apakah tes schwabach,

rinne, dan weber tidak dapat mendeteksi tuli campuran? Setelah mendapat penjelasan

dari pakar, ketiga tes tersebut hanya bisa membedakan tuli konduktif atau

sensorineural tetapi tidak untuk tuli campuran. Tuli campuran bisa dideteksi dengan

audiometri.

Mengapa obat tetes telinga dapat dirasakan di mulut? Karena adanya tuba

eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring.Mengapa

terbentuk jaringan granulasi? Karena terjadinya inflamasi.

Mengapa nistagmus dapat terjadi pada kasus ini? Apabila pada otitis media

yang sudah melibatkan labirin maka kita dapat menjumpai adanya nistagmus. Selain

itu, adanya rasa pusing berputar (vertigo) itu menandakan sudah terjadinya labirinitis.

Apabila jaringan granulasi menutup labirin maka bisa kita jumpai adanya fistula sign.

Apakah kolesteatoma kongenital dapat menjadi otitis media? Bisa. Kortek

cerebri tempat persepsi pendengaran terletak di area broadmann 39, 40 atau 41 , 42,

karena terdapat perbedaan area tersebut dalam literatur? Setelah mendapat penjelasan

dari pakar, diketahui area broadman 41 dan 42.

Kenapa pada OMSK tipe jinak sekretnya tidak berbau? Setelah mendapat

penjelasan dari pakar, diketahui tidak semua OMSK tipe jinak sekretnya tidak berbau,

hal ini sangat tergantung pada higiene perseorangan.

Apa beda posisi Schuller, Owen dan Chausse III? posisi Schuller arah

pengambilan radiologi 30 derajat lateral mastoid cephalocaudal, posisi Owen arah

19

Page 20: makalah SSS

pengambilan radiologi lateral 30 – 40 derajat cephalocaudal, posisi Chausse III arah

pengambilan radiologi 10 – 15 derajat frontal, ruang media.

BAB VI

KESIMPULAN

20

Page 21: makalah SSS

Tuan F mengalami otitis media supuratif kronik dan diindikasikan untuk rujuk ke

dokter spesialis THT.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: makalah SSS

Adam, George L, Lawrence R.Boies, dan Peter A.Higler. Embriologi, Anatomi dan

Fisiologi Telinga dan Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid.Harjanto Effendi dan

R.A.Kuswidayati Santoso. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. . Jakarta : EGC.1997. 28-

35, 95-113.

Djaafar, Zainul A., Helmi, Ratna D.Restuti. Kelainan Telinga Tengah. Efiaty Arsyad

Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, dan Ratna Dwi Restuti. Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher edisi

keenam.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007.64-76.

Ganong, William F.Pendengaran dan Keseimbangan.H.M.Djauhari Widjjajakusumah.

Buku ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20. Jakarta: EGC.2002.165-178.

Junqueira,Luiz Carlos dan Jose Carneiro.Pendengaran : sistem Audioreseptor.dr.Frans

Dany(eds).Histologi Dasar Teks dan Atlas edisi 10.Jakarta: EGC.2007.464-470.

Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter.Ear , Nose and Throat.

Jakarta. 2006.

McPhee, Stephen J, Maxine A. Papadakis, dkk.Ear, Nose, and Throat Disorders.

Current Medical Diagnosis and Treatment 2009. San Fransisko : McGraw-Hill

Companies.2009.

McPhee,Stephen J , William F. Ganong dkk.Nervous Sytem disorders.

Pathophysiology. San Fransisko : McGraw-Hill Companies.2006.

22

Page 23: makalah SSS

Sherwood, laura.Telinga : Pendengaran dan Keseimbangan.Beatricia

I.Santoso.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.2001;484-487,176-189.

Syahrurachman, Agus, Aidilfiet Chatim, dkk.Batang Positif Gram, Kokkus Positif

Gram, Batang Negatif Gram. Mikrobiologi Kedokteran. BinaRupa

Aksara.1994.103.112.123.163.180.

LAMPIRAN

Gambar 1

23

Page 24: makalah SSS

24

Page 25: makalah SSS

Gambar 2 pinna gambar 3 koklea, vestibularis dan canalis

semisirkularis

Gambar 4. Organ korti

25