MAKALAH SKENARIO 2marasmus

21
MAKALAH SKENARIO 2 “Malnutrisi” Kelompok 3 : Ardi Siswanto I1D111003 Retno Septiana A. I1D111018 Nita Herlina I1D111019 Putri Sri Hartini I1D111021 Anis Belinda Z. I1D111022 Seri Septiani I1D111024 Virgi Agustia P. I1D111032 Ariska Endariantari I1D111037 M. Nur Rizky I1D111043 Melinda Hairi I1D111214 Novie Aprianti I1D111215 Tutor : drg. Beta Widya Oktiani UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Transcript of MAKALAH SKENARIO 2marasmus

Page 1: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

MAKALAH SKENARIO 2

“Malnutrisi”

Kelompok 3 :

Ardi Siswanto I1D111003

Retno Septiana A. I1D111018

Nita Herlina I1D111019

Putri Sri Hartini I1D111021

Anis Belinda Z. I1D111022

Seri Septiani I1D111024

Virgi Agustia P. I1D111032

Ariska Endariantari I1D111037

M. Nur Rizky I1D111043

Melinda Hairi I1D111214

Novie Aprianti I1D111215

Tutor : drg. Beta Widya Oktiani

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGIBANJARMASIN

2013

Page 2: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, Puji syukur kehadirat Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa , karena atas

segala bimbingan dan petunjuk-Nya , serta berkat rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga

kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan tutorial yang berjudul ”Malnutrisi”.

Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami materi.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. drg.Beta Widya Oktiani yang telah memberi kami kesempatan dan bimbingan untuk lebih

mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial ini.

2. Teman-teman kelompok tutorial 3 yang telah berperan aktif dalam pembuatan laporan

tutorial ini.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak kekurangan,baik dari

segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan karena

kami masih dalam proses pembelajaran. Kami juga berharap laporan tutorial yang telah kami

buat ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman yang lain.

Banjarmasin, Januari 2013

Kelompok 3

Page 3: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

DAFTAR ISI

Judul…………………………………………………………………………….... i

Kata Pengantar........................................................................................................ ii

Daftar Isi……………………………………………………………………..…… iii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………. 4

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 5

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………... 5

1.4 Metode Penulisan…………………………………………………….. 5

Bab II Pembahasan

2.1 Malnutrisi………………………………........….………………........ 6

2.1.1 Definisi Malnutrisi......................................................................... 6

2.1.2 Klasifikasi Malnutrisi.................................................................... 6

2.1.3 Definisi Marasmus dan Kwashiorkor............................................ 7

2.1.4 Manifestasi Klinis Marasmus dan Kwashiorkor............................ 8

2.1.5 Etiologi Malnutrisi......................................................................... 10

2.1.6 Epidemiologi Malnutrisi................................................................. 11

2.1.7 Komplikasi Malnutrisi…………………………………………… 11

2.1.8 Pengobatan dan Pencegahan Malnutrisi......................................... 12

Bab III Penutup

Kesimpulan……………………………………………………............... 14

Daftar Pustaka ………………………………………….………….…… 14

Page 4: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Malnutrisi adalah kekurangan gizi akibat jumlah kandungan mikro/ makronutriens yang

tidak mencukupi. Kondisi ini dapat diakibatkan malabsorbsi atau ketidakmampuan untuk

mengkonsumsi nutriens (Brooker, 2009).

Malnutrisi disebut juga dengan gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) yang

merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara – negara

berkembang. Malnutrisi pada negara berkembang merupakan penyebab utama dari terjadinya

kematian terhadap ibu hamil dan anak – anak (Krisnansari, 2010).

Malnutrisi biasanya disebabkan oleh kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang

dikonsumsi, ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan dan juga faktor

lain yaitu, kemiskinan., pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh

karena itu, untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor (Krisnansari, 2010).

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi

buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan

produktifitas, menghambat pertumbuhan sel - sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan

keterbelakangan. Berbagai masalah yang timbul akibat gizi buruk antara lain tingginya angka

kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang disebabkan jika ibu hamil

menderita KEP (Krisnansari, 2010).

Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan

pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang

ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan

dengan anak yang sehat. Sedangkan, gizi buruk berat memberi gejala yang kadang – kadang

berlainan, tergantung dari dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi dan kepadatan penduduk

(Krisnansari, 2010).

Gizi buruk berat dapat dibedakan tipe kwashiorkor, tipe marasmus, dan tipe marasmik-

kwashiokor. Tipe kwashiorkor ditandai dengan gejala tampak sangat kurus, ada edema pada

punggung kaki sampai seluruh tubuh, rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung,

Page 5: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok, wajah membulat dan sembab, dan juga gejala lainnya.

Tipe marasmus ditandai dengan gejala tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua,

cengeng, rewel, kulit keriput, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga

tampak jelas, dan juga gejala lainnya. Sedangkan, tipe marasmik-kwashiokor merupakan

gabungan beberapa gejala klinik kwashiorkor – marasmus (Krisnansari, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan defenisi Malnutrisi

2. Menyebutkan Klasifikisasi Malnutrisi

3. Menjelaskan MK marasmus dan Kwashiorkor

4. Menjelaskan etiologi malnutrisi

5. Menjelaskan epidemiologi malnutrisi

6. Menjelaskan komplikasi dari malnutrisi

7. Menjelaskan pengobatan dan pencegahan malnutrisi

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi, klasifikasi, manifestasi klinis, etiologi, epidemiologi dan

komplikasi dari malnutrisi

2. Mengetahui cara menegakkan diagnosa, pencegahan dan penatalaksanaan dari

malnutrisi

1.4 Metode Penulisan

Metode Literatur

Penyusun melakukan metode literatur dengan berpedoman pada buku-buku

kedokteran dan buku-buku kesehatan lainnya seeta jurnal kedokteran yang relevan

dengan topik.

Metode Teknologi

Penyusun mengambil sebagian bahan dari internet dengan sumber yang valid

Page 6: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1 Definisi malnutrisi

Malnutrisi adalah kekurangan gizi akibat jumlah kandungan mikro/maronutriens

yang tidak mencukupi. Kondisi ini dapat diakibatkan malabsorbsi atau ketidakmampuan

untuk mengkonsumsi nutriens (Brooker, 2009).

Malnutrisi khususnya Kurang Energi Protein (KEP) adalah gangguan gizi yang

disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan

kekurangan zat gizi lain. Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) mendefinisikan

kekurangan gizi sebagai “ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi

dan kebutuhan tubuh bagi mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan

fungsi tertentu.” Kurang Energi Protein (KEP) berlaku untuk sekelompok gangguan

terkait yang termasuk marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.

2.1.2 Klasifikasi malnutrisi

Klasifikasi malnutrisi (Pickett,2008) :

Undernutrisi yang terjadi akibat konsumsi makanan yang kuantitasnya tidak memadai

selama periode waktu yang lama. Marasmus dan inanisi yang sinonim dengan

undernutrisi yang parah. Kelaparan menyiratkan hamper tidak adanya makanan sama

sekali

Defisiensi spesifik, yang terjadi akibat kekurangan relative atau mutlak suatu nutrien

yang spesifik. Dengan perkecualian defisiensi asam askorbat dan vitamin D pada bayi,

kondisi defisiensi spesifik tidak lazim dalam malnutrisi

Overnutrisi, yang terjadi akibat konsumsi makanan yang berlebihan selama periode

waktu yang lama

Ketidakseimbangan, yang terjadi akibat ketidakseimbangan antarnutrien esensial,

dengan atau tanpa defisiensi mutlak akan nutrient tertentu yang dibutuhkan dalam diet

yang secara teoritis seimbang

Page 7: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

Klasifikasi malnutrisi menurut kekurangan energi protein (Emiralda,2007) :

KEP ringan dan sedang apabila tidak ditangani maka akan berlanjut ke status gizi yang

lebih buruk

KEP berat yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor

2.1.3 Definisi Marasmus dan Kwarsiokor

Berikut ialah definisi Marasmus menurut para ahli,

- Marasmus adalah MEP berat yangdisebabkan oleh defisiensi makanan sumberenergi

(kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan

sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama makanan

anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.( Mochtar, 2001).

- Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein

(Suriadi, 2001:196).

- Marasmus adalah suatu adaptasi fisiologis terhadap kterbatasan energi dari makanan

dengan tanda fisik diantaranya berkurangnya jumlah jaringan lemak dan subkutan.

(Gibney, 2009)

- Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering

ditemui pada balita penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat

kurang, infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta

kesehatan lingkungan.

- Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan

kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan

mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).

Page 8: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

- Definisi Kwashiorkor :

Kwashiorkor adalah kumpulan klinis gejala edema dan gizi kurang yang

biasanya terjadi pada balita disertai dengan anoreksia, serta ulserasi pada kulit dan

iritabilits (emiralda, 2007).

Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar atau HO. Penampilan

anak-anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang

menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Edema stadium berat

maupun ringan biasanya menyertai penderita ini.

2.1.4 Manisfestasi klinis marasmus & kwarshiokor

Manisfestasi marasmus :

Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan

berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga

menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka

bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi

menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot

dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula

bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya

konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air

besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit (Behrman , 1999)

Page 9: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut (Emiralda, 2007) :

1.       Badan kurus kering tampak seperti orangtua

2.      Lethargi

3.      Irritable

4.      Kulit keriput (turgor kulit jelek)

5.      Ubun-ubun cekung pada bayi

6.      Jaingan subkutan hilang

7.      Malaise

8.      Kelaparan

9. Diare dan Infeksi

Manisfestasi Kwashiorkor (Arisman,2004) :

Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, pada stadium lanjut anak terlihat

sangat pasif.

Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring

Anemia.

Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya

produksi laktase dan enzim penting lainnya.

Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia ( perdarahan

kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit maupun selaput

lendir, Red. ), yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat

Page 10: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit sekitar

punggung,pantat,dan sebagainya

Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh,

terasa licin dan kenyal.

~ Tanda-tanda kwashiorkor meliputi

- edema di seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki,

- wajah membulat dan sembab,

- pandangan mata sayu,

- perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis,

- rambut berwarna kepirangan, kusam, dan mudah dicabut,

- otot-otot mengecil, teramati terutama saat berdiri dan duduk,

- bercak merah coklat pada kulit, yang dapat berubah hitam dan mengelupas

- menolak segala jenis makanan (anoreksia)

- sering disertai anemia, diare, dan infeksi.

2.1.5 Etiologi malnutrisi

Penyebab malnutrisi (Wong, 2004) :

1. Penyebab langsung, yaitu adanya penyakit infeksi

2. Penyebab tidak langsung

a. Kemiskinan keluarga

b. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orangtua yang rendah

c. Sanitasi lingkungan yang buruk

d. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai

Faktor-faktor lain :

1. Balita tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih

2. Balita tidak mendapat ASI eksklusif (ASI saja) atau sudah mendapat makanan selain

ASI sebelum berumur 6 bulan

3. Balita tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau

lebih

4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi

5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui

Page 11: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

6. Balita menderita sakit dalam waktu lama, seperti diare, campak, TBC, batuk

7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

2.1.6 Epidemiologi malnutrisi

Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan yang

cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang belum

mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum. Departemen Kesehatan juga telah

melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan bahwa penderita gizi kurang ditemukan

di 72% kabupatendi Indonesia. Indikasinya 2 – 4 dari 10 balita di Indonesia menderita

gizi kurang. (Rubenstein et al, 2007)

Sesuai dengan survei di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak

balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. 935 (38%) penderita

malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. Mereka

terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling

banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan

47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami

karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene

yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis

ekonomi di lndonesia, dan cendrung lebih banyak dinegara berkembang.

2.1.7 Komplikasi dari malnutrisi

- Syok (renjatan) Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit

membedakan  keduanya secara klinis saja. Syok karena dehidrasi akan membaik dengan

cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-

hati terhadap terjadinya overhidrasi. Pedoman pemberian cairan :

1. Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan

kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.

2. Evaluasi setelah 1 jam :

3. Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan status

hidrasi ® syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1

jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per

oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula

khusus (F-75/pengganti).

Page 12: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

4. Bila tidak ada perbaikan klinis ® anak menderita syok septik. Dalam hal ini,

berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10

ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian formula

(F-75/pengganti)

- Anemia berat Transfusi darah diperlukan bila : Hb < 4 g/dl atau Hb 4-6 g/dl disertai

distress pernapasan atau tanda gagal jantung. Transfusi darah : Berikan darah segar 10

ml/kgBB dalam 3 jam. Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk

transfusi dengan jumlah yang sama. Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat

transfusi dimulai. Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila

pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl,

jangan diulangi pemberian darah.

2.1.8 Pencegahan dan pengobatan malnutrisi

Pencegahan dan pengobatan (Krisnasari, 2010) :

- Mencegah Hipoglikemi

Terapi :beri cairan gula: 50 ml dekstrosa 10% atau gula 1 sendok the dicampur

ke dalam air 3,5 sendok makan. Diberi makan tiap 2 jam. (evaluasi tiap 30 menit)

- Mencegah dan mengatasi dehidrasi

Memberikan cairan resomal (rehidration solution malnutrition 70-100 ml/ kg BB

dalam 12 jam atau mulai dengan 5ml/ kg BB tiap 30 menit secara oral dalam 2 jam

pertama selanjutnya 5-10ml kg BB untuk 4-10 jam berikutnya

Page 13: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

- Mencegah Hipotermi (suhu < 35 C)

ruang hangat, tidak ada lubang angin dan bersih, sering diberi makam, anak diberi

pakaian, tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki, dihangatkan dalam dekapan ibu.

- Koreksi gangguan elektrolit

~ Ekstra mg 0,4-0,6 mmol/ Kg BB/ hari

~ Ekstra kalium 150-300 ml/ Kg BB/ hari

~ Mencegah infeksi : berikan antibiotik bila ada komplikasi berikan amoxicilin 15

mg/ kg BB tiap 8 jam selama 5 hari. Bila tidk ada komplikasi berikan

kortimoksazol selama 5 hari

- Koreksi kekurangan zat mikro

berikan suplemen multivitamin, asam folat, zinc, besi setiap hari minimal selama 2

minggu.

- Stimulasi untuk tumbuh kembang.

mainan yang menstimulasi psikologis, mental, motorik dan kognitif

- Pemberian makanan (terapi diet)

- Tindak lanjut dirumah

imunisasi booster dan vitamin A tiap 6 bulan

Page 14: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Malnutrisi khususnya Kurang Energi Protein (KEP) adalah gangguan gizi yang disebabkan

oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain.

Malnutrisi berdasarkan kekurangan energi protein (KEP) terbagi menjadi ringan, sedang, dan

berat (marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor).Malnutrisi sering terjadi pada anak

balita akibat kekurangan asupan makanan bergizi dan ASI. Penanganan dengan cara terapi diet

makanan bergizi,imunisasi, dan pemberian suplemen multivitamin.

B. Saran

Diharapkan mahasiswa dapat menerima dan mempelajari hasil dari tutorial ini, bukan

hanya dipelajari tetapi juga sebagai penuntun dalam mempermudah belajar, dan mahasiswa

mampu menjelaskan sendiri pengetahuan yang sudah dipelajari dan didiskusikan dalam tutorial

ini.

Page 15: MAKALAH SKENARIO 2marasmus

Daftar Pustaka

1. Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC. Pg: 358

2. Krisnansari, Diah. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health 4 (1). Januari 2010.

Page: 60-68

3 Behrman et al. 1999. Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Jakarta: EGC

4 Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

5 David, Rubenstein et al. 2007. Leture notes, Kedokteran Klinis edisi 6. Jakarta: Eirlangga

6 Constans T, Alix E, Dardaine V. [Protein-energy malnutrition. Diagnostic methods and

epidemiology]. Presse Med. Dec 16 2000;29(39):2171-6

7 Emiralda. 2007. Pengaruh Pola Asuh Terhadp Terjadinya Malnutrisi Pada Balita. Medan:

USU

8 Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

9 Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.

10 Pickett, George. 2008. Kesehatan Masyarakat: Administrasi dan Praktik. Jakarta: EGC.