Makalah Sindrom Cri Du Chat

16
MAKALAH BIOKIMIA MOLEKULER “Mutasi Genetik: Sindrom Cri Du Chat” Disusun Oleh : KELOMPOK Lilis Diah Puspitasari (125090200111048) Ainul Musayyadah (125090200111052) Fanny Prasetia (125090201111006) Sri Ayu Wulandari (125090201111008) Ratna Agus Atikaningsih (125090201111009) Anisa Pramudia Harini (125090206111001) i

description

Biokimia

Transcript of Makalah Sindrom Cri Du Chat

MAKALAH

BIOKIMIA MOLEKULER

“Mutasi Genetik: Sindrom Cri Du Chat”

Disusun Oleh :

KELOMPOK

Lilis Diah Puspitasari (125090200111048)Ainul Musayyadah (125090200111052)Fanny Prasetia (125090201111006) Sri Ayu Wulandari (125090201111008)Ratna Agus Atikaningsih (125090201111009)Anisa Pramudia Harini (125090206111001)

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2014

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mutasi Genetik: Sindrom Cri Du Chat”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Biokimia Molekuler.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah, penyebab, karakteristik, ciri-ciri fisik, cara pengobatan serta frekuensi kejadian dari sindrom Cri Du Chat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Malang, Mei 2015

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... ii

Daftar Isi.............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1

1.3 Tujuan................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian sindrom Cri Du Chat......................................................................... 2

B. Sejarah sindrom Cri Du Chat.............................................................................. 2

C. Penyebab timbulnya sindrom Cri Du Chat......................................................... 2

D. Karakteristik dan ciri-ciri fisik dari sindrom Cri Du Chat.................................. 4

E. Upaya pengobatan dari sindrom Cri Du Chat..................................................... 7

F. Frekuensi kejadian dari sindrom Cri Du Chat..................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. . .Kromosom adalah untaian material genetik yang terdapat didalam setiap sel

mahkluk hidup. Setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromosom 1s/d kromosom 22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Setiap orang mendapatkan 1 dari tiap pasangan kromosom dari ayahnya dan 1 dari ibunya, dengan kata lain setiap orang mendapatkan 23 kromosom dari ayah (dibawa oleh sperma) dan 23 kromosom dari ibunya (dibawa oleh sel telur), yang kemudian total menjadi 46 kromosom (23 pasang) setelah pembuahan.

Penyimpangan kromosom merupakan gangguan dalam isi kromosom sel normal dan merupakan penyebab utama kondisi genetik pada manusia, salah satunya yaitu sindrom Cri Du Chat. Sindrom Cri Du Chat (Sindroma5p-) adalah sekelompok kelainan yang terjadi akibat hilangnyabagian dari kromosom nomor 5

Kasus ini terjadi pada 1 individu setiap 20.000 kelahiran. Dikarenakan kecenderungan penderita sindrom ini meninggal pada usia dini maka frekuensi berkurang menjadi 1 individu setiap 50.000 kelahiran bayi yang hidup. Kemungkinan terjadinya keterbelakangan mental adalah 1.5 per 1000 individu. Kasus sindrom tangisan kucing ini lebih banyak ditemukan pada anak perempuan.

1.2Rumusan MasalahA. Apa yang dimaksud dengan sindrom Cri Du Chat?B. Bagaimana sejarah dari sindrom Cri Du Chat?C. Apa yang menyebabkan timbulnya sindrom Cri Du Chat?D. Bagaimana karakteristik dan ciri-ciri fisik dari sindrom Cri Du Chat?E. Bagaimana upaya pengobatan dari sindrom Cri Du Chat?F. Bahaimana frekuensi kejadian dari sindrom Cri Du Chat?

1.3 TujuanPenyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian sindrom Cri Du

Chat, sejarah sindrom Cri Du Chat, penyebab timbulnya sindrom Cri Du Chat, karakteristik dan ciri-ciri fisik dari sindrom Cri Du Chat, upaya pengobatan, serta frekuensi kejadian dari sindrom Cri Du Chat.

1

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Sindrom Cri Du Chat

Sindrom tangisan kucing, disebut juga Sindrom Cri du Chat atau Sindrom Lejeune, adalah suatu kelainan genetik akibat adanya delesi (hilangnya sedikit bagian) pada lengan pendek kromosom nomor 5 manusia. Manusia yang lahir dengan sindrom ini akan mengalami keterbelakangan mental dengan ciri khas suara tangis yang menyerupai tangisan kucing. Individu dengan sindrom ini bisanya meninggal ketika masih bayi atau anak-anak (Suryo, 1984).

Penamaan sindrom ini didasarkan pada suara tangisan bayi yang bernada tinggi dan terdengar seperti suara seekor kucing. Tangisan ini terdengar segera setelah bayi lahir dan berlangsung selama beberapa minggu kemudian menghilang (Chad, 2011).

Sindrom tangisan kucing disebabkan kelainan kromosom tubuh (autosomal). Kromosom nomor 5 yang terlibat mengalami delesi pada lengan pendeknya (5p). Kebanyakan kasus terjadi akibat mutasi. Suatu mekanisme translokasi genetik pada kromosom orang tua saat pembelahan sel juga menjadi penyebab kelainan ini. Akibat translokasi ini, risiko terjadinya kasus yang sama pada kehamilan berikutnya akan meningkat. Tidak ditemukan hubungan antara usia orangtua saat kehamilan dengan sindrom ini. Diagnosis kelainan ini dapat dilakukan pada jaringan plasenta (teknik chorionic villus sampling) saat kehamilan berusia 9-12 minggu atau dengan cairan ketuban (amnioncentesis) saat usia kehamilan di atas 16 minggu (Suryo, 1984).

B. Sejarah Sindrom Cri Du Chat

Lejeune dan koleganya pertama kali mendeskripsikan aspek klinis dari sindrom tangisan kucing atau yang biasa disebut sindrom cri du chat pada tahun 1963  Deskripsi pertama didapat dari observasi terhadap 3 orang anak yang tidak memiliki hubungan keluarga.  Ketiga anak tersebut memiliki ciri-ciri yang meliputi keterbelakangan mental,cacat fisik, mikrochepal (kepal  berukuran kecil), bentuk wajah yang abnormal, dan suara tangis  menyerupai kucing saat bayi yang disertai kegagalan pertumbuhan.  Karakteristik tersebut diasosiasikan dengan delesi sebagian lengan pendek pada kromosom nomor 5. Hal ini dibuktikan dengan autoradiografi oleh German et al. di tahun 1964 dan pewarnaan menggunakan quinacrine mustard oleh Caspersson et al. pada tahun 1970 (Lejeune, 1963).

C. Penyebab Timbulnya Sindrom Cri Du Chat

Sindrom ini terjadi karena adanya penghapusan informasi pada kromosom 5. Penyebab terjadinya penghapusan ini tidak diketahui, tetapi pada sebagian besar kasus, diperkirakan penyebabnya adalah hilangnya 1 keping kromosom 5 pada saat pembentukan sel telur atau sperma. Kromosom 5 yang terlibat mengalami delesi pada lengan pendeknya (5p) (Tyagi, et all. 2010). Delesi merupakan peristiwa hilangnya satu segmen kromosom karena patah. Mutasi yang terjadi menyebabkan sebagian segmen dari kromosom hilang pada saat pembelahan sel. Dengan demikian, kromosom akan

2

kehilangan beberapa gen yang mungkin akan tampak atau tidak, bergantung pada kepentingan gen dalam sel. Penderita sindrom ini meninggal pada waktu lahir atau pada masa kanak-kanak. Untuk lebih memahami proses delesi, perhatikan Gambar 1. Berikut (Kennedy, 2008) :

Gambar 1: Proses delesi (Kennedy, 2008).

Delesi dapat terbagi menjadi dua, yaitu delesi terminal dan delesi interkalar. Delesi terminal merupakan delesi atau patahnya kromosom di satu tempat dekat ujung kromosom. Adapun delesi interkalar terjadi jika kromosom patah di dua tempat (Kennedy, 2008).

Kasus lainnya terjadi karena salah satu orang tua membawa kromosom 5 yang telah mengalami translokasi (penyusunan ulang). Translokasi adalah peristiwa perpindahan potongan kromosom menuju kromosom lain yang bukan homolognya. Translokasi dapat menyebabkan kromosom yang terjadi lebih panjang atau lebih pendek dari sebelumnya. Pada kondisi ini, sepotong kromosom terlepas dan menautkan diri pada kromosom lain. Perhatikan gambar 2 (Tyagi, et all. 2010):

Gambar 2: Peristiwa translokasi ((Tyagi, et all. 2010).

Ada beberapa macam peristiwa translokasi antara lain (Kennedy, 2008):

a) Translokasi HomozigotTranslokasi homozigot adalah pertukaran segmen kedua kromosom homolog dengan segmen kedua kromosom yang bukan homolognya.

3

b) Translokasi HeterozigotPada translokasi ini terjadi pertukaran satu segmen kromosom ke satu segmen kromosom yang bukan homolognya.

c) Translokasi ResiprokTranslokasi resiprok terjadi apabila terdapat dua patahan pada dua ujung yang bukan homolognya masing-masing di satu tempat. Patahan kromosom akan menyambung kembali tapi bertukar tempatnya.

Akibat translokasi ini, risiko terjadinya kasus yang sama pada kehamilan berikutnya akan meningkat. Tidak ditemukan hubungan antara usia orangtua saat kehamilan dengan sindrom ini. Diagnosis kelainan ini dapat dilakukan pada jaringan plasenta (teknik chorionic villus sampling)saat kehamilan berusia 9-12 minggu atau dengan cairan ketuban (amnioncentesis) saat usia kehamilan di atas 16 minggu (Tyagi, et all. 2010).

D. Karakteristik dan Ciri-ciri Fisik Sindrom Cri Du Chat

Syndrom Cri Du Chat juga disebut delesi lengan pendek kromosom nomor 5 atau sydrom Lejeune. Diperkirakan 1% dari anak-anak cacat menderita sindrom ini. Syndrom Cri Du Chat adalah penyakit kelainan kromosom. Kromosom yang berpengaruh adalah kromosom nomor 5, sedikit bagian pada lengan pendek kromosom mengalami delesi pada syndrom ini. Kabanyakan kasus timbul sebagai mutasi baru, meskipun translokasi seimbang mungkin ada dalam satu atau lain dari orang tua (Gilbert, 2000).

Penderita sindrom tangisan kucing menunjukkan ciri utama berupa suara tangisan yang lemah dan bernada tinggi (melengking), mirip suara anak kucing. Suara tangisan yang khas tersebut diakibatkan oleh ukuran laring yang kecil dan bentuk epiglotis yang tidak normal. Sejalan dengan pertambahan besar laring, suara menyerupai kucing itu akan hilang. Sepertiga dari penderita tidak lagi menunjukkan suara tangis menyerupai kucing setelah berusia 2 tahun (Suryani, 2004).

Penderita sindrom ini lahir dengan berat badan yang di bawah normal. Selama masa pertumbuhan pun, tubuh penderita kecil dengan tinggi badan di bawah rata-rata. 98% penderita memiliki otak yang kecil (mikrochepal) sehingga bentuk kepala juga kecil saat lahir. Pertumbuhan badan dan kepala lambat. Ciri fisik lain meliputi bentuk wajah bulat dengan pipi besar, jari-jari yang pendek, bentuk kuping yang letaknya rendah atau bentuk telinga yang abnormal, keterbelakangan mental, disela jari kaki maupun jari tangan terdapat kulit tambahan (seperti selaput) atau jari-jarinya menyatu, Simian crease (garis tangan pada telapak tangan hanya satu), skin tag di depan telinga, kepala kecil, rahang kecil, kedua mata terpisah jauh, bayi tampak lemas, wajah asimetris dan mulutnya tidak dapat menutup rapat, hidung lebar,leher pendek dan mata sipit ke bawah (Suryani, 2004).

Penderita sindrom tangisan kucing umumnya mengalami penyakit jantung bawaan yang terdeteksi sejak lahir. Terjadi kesulitan dalam bernapas dan menelan pada bayi penderita berhubungan dengan ukuran laring. Perkembangan bahasa lambat sehingga komunikasi lebih banyak digunakan dengan bahasa tubuh. Orang dewasa dengan sindrom

4

ini mengalami pertumbuhan otot yang abnormal sehingga menyulitkan pergerakan tubuh. Selain gejala-gejala tersebut, pada pemeriksaan fisik juga bias ditemukan Hernia inguinalis (sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis), tonus otot yang lemah, lipatan epikantus (lipatan pada kulit disudut mata sebelah dalam), dan abnormalitas lipatan telinga bagian luar (Suryani, 2004).

E.

Gambar 3: Penderita Syndrom Cri Du Chat pada umur 8 bulan (A), 2 tahun (B), 4 tahun (C), 9 tahun (D) (Mainardi, 2006)

Syndrom Cri Du Chat disebabkan oleh delesi parsial dari lengan pendek kromosom nomor 5, juga disebut monosomi 5p. Sekitar 90% kasus merupakan hasil dari delesi de novo secara acak. Sisanya 10-15% disebabkan pemisahan tidak sama dari translokasi dimana 5p monosomi sering disertai dengan bagian trisomi pada genom (Tyagi, et al, 2010).

Kebanyakan kasus melibatkan kehilangan 30-60% materi genetik pada lengan pendek kromosom. Kurang dari 10% kasus terjadi aberasi sitogenetik (seperti delesi interstisial, mosaikisme, cincin dan translokasi de novo). Penghilangan kromosom 5 diturunkan dari ayah sekitar 80% kasus (Tyagi, et al, 2010).

5

Menurut Mainardi, (2006) analisis sitogenetik dari 80 pasien dan 148 orang tua dari Registry of CdCS Italia dilaporkan delesi terminal 5p (62 pasien: 77,5%), delesi interstitial (7 pasien: 8,75%), translokasi de novo (4 pasien: 5%), translokasi keturunan (3 pasien: 3,75%), mosaik dengan 2 penataan ulang sel (3 pasien: 3,75%), dan delesi iversi (1 pasien:1,25%) (Gilbert, 2000).

Gambar 4: 23 pasang kromosom manusia (Gilbert, 2000).

Penderita sindrom Cri-Du-Chat memiliki kromosom nomor 5 yang mengalami delesi sebagian (5p). Lokasi delesi dibedakan menjadi terminal atau interstisial pada bagian 15p15.2-5p15.3. Delesi pada bagian 5p15.3 yang berperan pada timbulnya suara tangisan menyerupai kucing. Sementara itu, kelainan fenotip (sifat fisik yang tampak) lainnya diakibatkan oleh delesi 5p15.2. Karena terjadi pada kromosom tubuh (somatis) maka peluang kejadian pada anak laki-laki dan perempuan adalah sama (Gilbert, 2000).

Gambar 5: Pemetaan Fenotip 5p (Mainardi, 2006)

6

Gambar diatas merupakan pemetaan fenotip 5p. Garis vertikal mengindikasikan bagian kritis syndrom Cri Du Chat pada p15.2. Meskipun Syndrom Cri Du Chat dapat didefinisikan secara klinis, penderita dengan delesi 5p memberkan jenis fenotip dan sitogenetik yang bervariasi (Mainardi, 2006).

F. Upaya Pengobatan Sindrom Cri Du Chat

Belum ada pengobatan untuk sindrom tangisan kucing. Pengobatan dilakukan terhadap penyakit medis seperti gangguan pernapasan, pencernaan, dan penyakit jantung yang dialami oleh penderita. Pendidikan untuk peningkatan komunikasi bahasa lisan, tulisan, maupun stimulasi bahasa tubuh dapat dilakukan pada usia sedini mungkin. Terapi visual motorik dilakukan untuk meningkatkan fungsi tubuh yang abnormal. Sedangkan untuk upaya pencegahan dapat dilakukan oleh orang tua dari anak yang terkena sindrom ini dengan cara melakukan konseling genetic dan pemeriksaan untuk menentukan apakah salah satu orang tua juga memiliki perubahan pada kromosom 5 (Gilbert, 2000).

Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara memberikan dukungan kepedulian terhadap penderita, konseling genetik diusulkan.Pasien wanita yang subur dapat memberikan keturunan yang layak dengan pengaruh resiko kambuh diperkirakan sebesar 50%. Resiko kekambuhan untuk kasus de novo adalah 1% atau kurang. Kekambuhan langka pada kromosom orang tua yang sehat mungkin hasil dari mosaicism gonad untuk penghapusan 5p di salah satu orang tua. Jika orangtua adalah pembawa yang seimbang dari penataan ulang struktur, risiko tersebut secara substansial tinggi. Resiko harus dinilai berdasarkan jenis penataan ulang struktur dan pola yang segregasi (Tyagi, 2010).

Gunakan keterampilan reseptif yang relatif baik untuk mendorong bahasa dan pengembangan komunikatif daripada mengandalkan metode lisan tradisional. Stimulasi dini dan pengenalan bahasa isyarat adalah sarana efektif untuk mengembangkan keterampilan komunikasi (50% dari anak-anak dapat menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi) (Tyagi, 2010).

Program modifikasi Perilaku mungkin bisa berhasil dalam mengatasi hiperaktif, rentang perhatian yang pendek, ambang rendah untuk frustrasi, dan perilaku diri stimulasi (misalnya, headbanging, tangan melambai). Koordinasi Visual-motor melalui pelatihan komputerisasi meningkatkan kinerja visuospatial pada anak yang dipengaruhi oleh sindrom Cri Du Chat (Tyagi, 2010).

G. Frekuensi Kejadian dari Sindrom Cri Du Chat

Kasus ini terjadi pada 1 individu setiap 20.000 kelahiran. Dikarenakan kecenderungan penderita sindrom ini meninggal pada usia dini maka frekuensi berkurang menjadi 1 individu setiap 50.000 kelahiran bayi yang hidup.  Kemungkinan terjadinya keterbelakangan mental adalah 1.5 per 1000 individu. Kasus sindrom tangisan kucing ini lebih banyak ditemukan pada anak perempuan (Tyagi, 2010).

7

BAB III

PENUTUP

3.1 KesimpulanSindrom tangisan kucing, disebut juga Sindrom Cri du Chat atau Sindrom

Lejeune, adalah suatu kelainan genetik akibat adanya delesi (hilangnya sedikit bagian) pada lengan pendek kromosom nomor 5 manusia. Manusia yang lahir dengan sindrom ini akan mengalami keterbelakangan mental dengan ciri khas suara tangis yang menyerupai tangisan kucing. Individu dengan sindrom ini bisanya meninggal ketika masih bayi atau anak-anak. Deskripsikan aspek klinis dari sindrom tangisan kucing atau yang biasa disebut sindrom cri du chat ini pertama kali dilakukan oleh Lejeune dan koleganya pada tahun 1963. Sindrom ini terjadi karena adanya penghapusan informasi pada kromosom 5. Penyebab terjadinya penghapusan ini tidak diketahui, tetapi pada sebagian besar kasus, diperkirakan penyebabnya adalah hilangnya 1 keping kromosom 5 pada saat pembentukan sel telur atau sperma. Penderita sindrom Cri Du Chat menunjukkan ciri utama berupa suara tangisan yang lemah dan bernada tinggi (melengking), mirip suara anak kucing. Belum ada pengobatan untuk sindrom tangisan kucing. Pengobatan dilakukan terhadap penyakit medis seperti gangguan pernapasan, pencernaan, dan penyakit jantung yang dialami oleh penderita.

8

DAFTAR PUSTAKA

Chad, H., 2011, Cri Du Chat Syndrome, Medline Plus

Gilbert, Patricia, 2000, A-Z of Syndromes and Inherited Disorders: 3rd Edition, Nelson

Thomes, UK.

Kennedy, J.K., 2008, Ultrasounds of Fetal Syndrome, Second Edition, Churhill Living Stone

Elsevier, Philadelphia.

Lejeune J, Lafourcade J, Berger R,Vialatte J, Boeswillwald M, Seringe P, Turpin R, 1963,

Trois cas de délétion partielle du bras court d'unchromosome 5, CR Acad Sci (D),

257: 3098-3102.

Mainardi, P. Cerruti, 2006, Review of Cri du Chat Syndrome, Orphanet Journal of Rare

Diseases, Volume 1, No. 33, page 1-9.

Suryani, S., 2004, Hereditas, jurusan Biologi FMIPA UNY, Yogyakarta

Suryo, 1984, Genetika Manusia. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Tyagi, S, Sachin Kumar, Amit Kumar, Mohit Singla, Abhishek Singh. 2010. Cri Du Chat

Syndrome-A rare genetic disorder: An overview. Journal of Chemical and

Pharmaceutical Research. 2(2): 604-609

9