Makalah Semnaskan UGM 2012-Nita Rukminasari

30
Kelimpahan dan Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Pulau Samalona, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan Nita Rukminasari 1*) , Daud Thana 1) dan Muh. Ilham B. 2) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, FIKP Unhas 2) Alumni pada Program Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, FIKP Unhas *) Korespondesi penulis : +62411586025, Email : [email protected] ; [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan struktur komunitas zooplankton di perairan Pulau Samalona, Makassar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang kondisi kestabilan komunitas zooplankton di perairan Pulau Samalona saat ini. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2008 di perairan Pulau Samalona, Makassar. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali dengan interval waktu 2 minggu, berdasarkan fase bulan terang dan bulan gelap. Berdasarkan hasil penelitian zooplankton di perairan Pulau Samalona, Kota Makassar dapat disimpulkan bahwa : Zooplankton yang diperoleh terdiri dari 8 filum yaitu Annelida, Arthropoda, Chaetognatha, Chordata, Cnidaria, Ctenopora, Echinodermata, dan Mollusca. Filum yang paling banyak ditemukan adalah Arthropoda, baik pada saat bulan terang maupun pada saat bulan gelap. Berdasarkan hasil uji ANOVA diketahui perbandingan kelimpahan zooplankton antar stasiun pengamatan dan antar bulan pengamatan tidak menunjukkan adanya perbedaan. Nilai rata-rata indeks keanekaragaman (H’) yang diperoleh adalah berkisar antara 0.78 – 1.11 yang menunjukkan tingkat keanekaragaman rendah hingga sedang. Nilai rata-rata indeks keseragaman (J’) berkisar antara 0.41 – 0.63, sedangkan nilai rata-rata indeks dominansi (C) berkisar antara 0.47 – 0.66. Berdasarkan plot nMDS yang didapat pada bulan terang dan bulan gelap menunjukkan pengelompokan komposisi zooplankton berbeda di setiap stasiun. Dari hasil uji ANOSIM antar bulan pengamatan menunjukkan tidak adanya perbedaan penyusun struktur komunitas. Sedangkan pada perbandingan antar stasiun pengamatan menunjukkan adanya perbedaan penyusun struktur komunitas utamanya antara stasiun karang baik dan pecahan karang, dimana dari hasil SIMPER diketahui bahwa filum Arthropoda yang paling mempengaruhi perbedaan struktur komunitas antar kedua stasiun tersebut. Kata Kunci : Kelimpahan, struktur komunitas, zooplankton dan Pulau Samalona. 1. PENDAHULUAN 1

Transcript of Makalah Semnaskan UGM 2012-Nita Rukminasari

Kelimpahan dan Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan Pulau Samalona, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan

Nita Rukminasari 1*), Daud Thana 1) dan Muh. Ilham B. 2)

1)Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, FIKP Unhas

2)Alumni pada Program Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, FIKP Unhas

*) Korespondesi penulis : +62411586025, Email : [email protected]; [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan struktur komunitas zooplankton di perairan Pulau Samalona, Makassar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang kondisi kestabilan komunitas zooplankton di perairan Pulau Samalona saat ini. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2008 di perairan Pulau Samalona, Makassar. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali dengan interval waktu 2 minggu, berdasarkan fase bulan terang dan bulan gelap.

Berdasarkan hasil penelitian zooplankton di perairan Pulau Samalona, Kota Makassar dapat disimpulkan bahwa : Zooplankton yang diperoleh terdiri dari 8 filum yaitu Annelida, Arthropoda, Chaetognatha, Chordata, Cnidaria, Ctenopora, Echinodermata, dan Mollusca. Filum yang paling banyak ditemukan adalah Arthropoda, baik pada saat bulan terang maupun pada saat bulan gelap.

Berdasarkan hasil uji ANOVA diketahui perbandingan kelimpahan zooplankton antar stasiun pengamatan dan antar bulan pengamatan tidak menunjukkan adanya perbedaan. Nilai rata-rata indeks keanekaragaman (H) yang diperoleh adalah berkisar antara 0.78 1.11 yang menunjukkan tingkat keanekaragaman rendah hingga sedang. Nilai rata-rata indeks keseragaman (J) berkisar antara 0.41 0.63, sedangkan nilai rata-rata indeks dominansi (C) berkisar antara 0.47 0.66.

Berdasarkan plot nMDS yang didapat pada bulan terang dan bulan gelap menunjukkan pengelompokan komposisi zooplankton berbeda di setiap stasiun. Dari hasil uji ANOSIM antar bulan pengamatan menunjukkan tidak adanya perbedaan penyusun struktur komunitas. Sedangkan pada perbandingan antar stasiun pengamatan menunjukkan adanya perbedaan penyusun struktur komunitas utamanya antara stasiun karang baik dan pecahan karang, dimana dari hasil SIMPER diketahui bahwa filum Arthropoda yang paling mempengaruhi perbedaan struktur komunitas antar kedua stasiun tersebut.

Kata Kunci : Kelimpahan, struktur komunitas, zooplankton dan Pulau Samalona.

1. PENDAHULUAN

Plankton adalah biota yang hidup di mintakat pelagik dan mengapung, berenang sangat lemah, dan tak dapat melawan arus. Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Biota ini mencakup sejumlah besar biota laut, baik ditinjau dari jumlah, jenis maupun kepadatannya (Romimohtarto dan Juwana, 2005). Menurut Nontji (2002), plankton terbagi atas plankton nabati (fitoplankton) dan plankton hewani (zooplankton). Dalam piramida makanan pada ekosistem perairan, zooplankton berperan sebagai primary consumer (konsumen pertama) yang kemudian akan dimangsa oleh hewan karnivora yang lebih besar sebagai secondary consumer (konsumen kedua).

Manusia umumnya tidak memanfaatkan langsung plankton dari laut, tetapi secara tidak langsung memanen ikan pemakan plankton atau ikan yang memangsa pemakan plankton. Kurang lebih 65% ikan pelagis (pelagic fish) di dunia yang mempunyai nilai ekonomi tergolong jenis pemakan plankton. Hanya ada beberapa jenis plankton yang dimanfaatkan langsung untuk pangan manusia, misalnya rebon untuk pembuatan terasi, atau ubur-ubur jenis tertentu sebagai makanan yang digemari di Asia. Tanpa plankton, semua sumberdaya perikanan seperti ikan, udang, cumi, kerang dan kepiting tak akan pernah ada. Bahkan hampir semua biota menjalani kehidupan awalnya sebagai plankton. (Nontji, 2006)

Menurut Davis (1955), kelimpahan zooplankton sangat ditentukan oleh adanya fitoplankton karena fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton. Zooplankton merupakan organisme penting dalam proses pemanfaatan dan pemindahan energi, karena zooplankton adalah penghubung antara produsen dengan hewan-hewan pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Dengan demikian populasi yang tinggi dari zooplankton hanya dapat dicapai bila jumlah fitoplankton mencukupi.

Pulau Samalona merupakan salah satu pulau yang ada di kawasan kota Makassar yang sebagian besar penduduknya bermata-pencaharian sebagai nelayan. Selain itu, Pulau Samalona dahulu merupakan salah satu tujuan wisatawan baik lokal maupun yang berasal dari mancanegara untuk melakukan kegiatan snorkling, karena Pulau Samalona memiliki terumbu karang yang sangat subur. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, terumbu karang yang ada di Pulau Samalona sedikit demi sedikit berkurang, sehingga jumlah wisatawan yang datang ke Pulau Samalona juga semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena ulah nelayan sendiri yang menghalalkan segala cara untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya, baik dengan menggunakan bom maupun dengan menggunakan racun sianida yang berakibat pada rusaknya terumbu karang. Hal ini diperparah dengan kurangnya perhatian pemerintah setempat maupun stake holder lain untuk menggalakkan perlindungan pada daerah terumbu karang di pulau-pulau yang ada di sekitar kota Makassar.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai kelimpahan dan struktur komunitas zooplankton di perairan pulau Samalona, sebagai bahan informasi untuk mengetahui kondisi kestabilan komunitas zooplankton di perairan Pulau Samalona saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi dan struktur komunitas zooplankton di perairan Pulau Samalona, Makassar. Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang kondisi kestabilan komunitas zooplankton di perairan Pulau Samalona saat ini.

2. Bahan dan Metode

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2008. Pengambilan sampel dilakukan di perairan Pulau Samalona, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Stasiun pengambilan sampel terdiri dari tiga stasiun yang dipilih berdasarkan kondisi terumbu karang yang ada di perairan Pulau Samalona. Adapun kriteria baku kondisi terumbu karang yang tertuang dalam KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001 berdasarkan prosentase luas tutupan terumbu karang yang hidup, adalah baik sekali (75-100%), baik (50-74.9%), sedang (25-49.9%), dan buruk (0-24.9). Ketiga stasiun tersebut adalah sebagai berikut :

a.stasiun I, merupakan daerah terumbu karang baik yang mempunyai kisaran tutupan karang hidup sebesar 50-74.9%, dengan letak geografis 0500930.6 LS dan 11901533.4 BT;

b.stasiun II, merupakan daerah terumbu karang sedang yang mempunyai kisaran tutupan karang hidup 25-49.9%, dengan letak geografis 0500927 LS dan 11901538.88 BT;

c.stasiun III, merupakan daerah pecahan karang dengan letak geografis 0500925.2 LS dan 1190164.8 BT.

Identifikasi zooplankton dilakukan di Laboratorium SPICE, Pusat Penelitian Terumbu Karang (PPTK), Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Lt. 5, Universitas Hasanuddin, Makassar. Analisis klorofil-a dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Sumber : Google Earth 4.3, 2008)

2.2 Prosedur Penelitian

2.2.1 Metode Pengambilan Sampel

2.2.1.1 Zooplankton

Pengambilan sampel zooplankton dilakukan sebanyak 4 kali dengan interval waktu 2 minggu berdasarkan fase bulan, yaitu bulan terang dan bulan gelap dengan melihat kondisi bulan. Untuk bulan terang dilakukan pada tanggal 20 Juni dan 20 Juli 2008, sedangkan untuk bulan gelap dilakukan pada tanggal 05 Juli dan 03 Agustus 2008. Kegiatan sampling dilakukan pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00 WITA selesai di ketiga stasiun. Sampling dimulai pada stasiun karang baik, kemudian stasiun karang sedang, dan terakhir di stasiun pecahan karang.

Adapun teknis penangkapan sampel zooplankton yaitu dengan menggunakan jaring plankton (Apstein-net dengan ukuran mata jaring 200 m) yang dilengkapi flow meter dan tabung penampung. Jaring tersebut diturunkan secara vertikal dari atas speed boat hingga jaring mendekati dasar perairan. Setelah jaring mendekati dasar perairan dan tali jaring juga sudah tegak lurus, maka jaring ditarik ke atas secara perlahan-lahan. Flow meter berfungsi untuk mengetahui berapa volume air laut yang masuk ke dalam jaring.

Zooplankton yang telah masuk ke dalam tabung penampung jaring, dipindahkan ke dalam botol sampel dan ditetesi dengan formalin 4% untuk pengawetan dan borax 0,5 gram untuk tetap menstabilkan nilai pH air sampel. Kemudian botol sampel tersebut dimasukkan ke dalam cool box dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Untuk identifikasi zooplankton digunakan mikroskop Binoculare WILD dengan pembesaran 6-50 kali dengan bantuan wadah Bolmogorov sorting chamber. Kemudian sampel yang telah diidentifikasi dipindahkan ke dalam wadah gelas yang kecil untuk menghindari kesalahan dalam penghitungan jumlah individu.

2.2.1.2 Parameter Oseanografi

Pengukuran parameter oseanografi yang meliputi kedalaman air, suhu, salinitas, dan arus dilakukan setiap kegiatan sampling di setiap stasiun. Adapun cara pengukuran setiap parameter adalah sebagai berikut :

Kedalaman air : untuk mengukur kedalaman air laut pada setiap stasiun maka digunakan alat pengukur kedalaman air (Echosounder). Pengukuran kedalaman air dilakukan dengan cara mencelupkan Echosounder tersebut ke dalam air laut dan menekan tombol On. Setelah itu, nilai kedalaman air dapat dilihat pada layar yang terdapat pada Echosounder tersebut.

Suhu: untuk pengukuran suhu air laut pada setiap stasiun digunakan alat pengukur suhu (termometer). Pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan termometer tersebut ke dalam air laut selama 1 menit. Kemudian melihat nilai suhu air laut pada termometer tersebut.

Salinitas: untuk pengukuran salinitas air laut digunakan alat pengukur salinitas (refractometer) dan spoit (untuk mengambil sampel air laut). Pengukuran salinitas dilakukan dengan cara mengambil sampel air laut dengan spoit dan diteteskan ke atas kaca refractometer. Kemudian kaca tersebut ditutup, dan melihat nilai salinitas dengan cara mengarahkan ujung refractometer ke arah matahari.

Arus: untuk pengukuran kecepatan dan arah arus digunakan tongkat arus setinggi 3 meter yang dilengkapi tali plastik sepanjang 1 meter. Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan tali untuk tegak lurus digunakan stopwatch, dan untuk mengetahui arah arus digunakan kompas. Pengukuran arus dilakukan dengan cara meletakkan tongkat arus pada stasiun, kemudian tali plastik dilepas bersamaan dengan memulai stopwatch. Apabila tali sudah menegang, maka stopwatch dihentikan, dan melihat waktunya.

2.2.1.3 Klorofil-a

Untuk klorofil-a, sampel airnya diambil dengan menggunakan Niskin bottle, dan dimasukkan ke dalam botol sampel 1 L yang telah dibungkus kertas aluminium yang kemudian di simpan di dalam cool box. Setelah itu, air di dalam botol difilter dengan menggunakan kertas filter yang kemudian dibungkus dengan kertas aluminium. Apabila klorofil-a akan dianalisis, kertas filter tadi dimasukkan ke dalam tabung gelas yang telah dicuci terlebih dahulu dengan aquadest kemudian dibilas dengan aseton 90%, hingga kertas filter tersebut mendekati dasar tabung. Kemudian memasukkan larutan aseton 90% sebanyak 10 ml ke dalam tabung gelas tersebut, setelah itu tabung gelas ditutup dengan parafilm, dan disimpan di rak tabung, yang kemudian dibungkus dengan kertas aluminium, agar cahaya tidak bisa masuk ke dalam tabung gelas yang dapat merusak klorofil-a. Setelah itu, dimasukkan ke dalam kulkas selam 24 jam.

Tabung gelas yang telah disimpan selama 24 jam di kulkas, dipindahkan ke dalam freezer selama 15 menit, agar semua sampel di dalam tabung gelas dingin, sehingga pada saat disentrifugal, tabung tidak meledak. Setelah 15 menit, tabung gelas dimasukkan ke dalam sentrifugal yang telah disetel putarannya hingga 5000 putaran/menit selama 15 menit. Kemudian menyediakan 2 quivett dengan lebar 1 cm, quivett yang satu untuk aseton sebagai standar absorbance, sedangkan quivett yang lainnya digunakan untuk sampel klorofil-a. Setelah itu, quivett dimasukkan ke dalam sprektofotometer untuk mengetahui kandungan klorofil-anya. Adapun yang digunakan adalah 750 nm, 665 nm, 647 nm, dan 630 nm.

2.3 Analisis Data

Untuk perhitungan komposisi jenis, kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dominansi dan indeks keseragaman digunakan rumus sebagai berikut :

a. Persentase Kelimpahan

Untuk menghitung persentase kelimpahan digunakan rumus (Boyd, 1979) :

Persentase kelimpahan (%) =

dengan :

Persentase kelimpahan (%) =

ni: Jumlah individu setiap jenis yang teramati

N: Jumlah total individu

b. Kelimpahan Zooplankton

Nilai kelimpahan zooplankton dihitung dengan menggunakan metode flowmeter (http://www.hydrobios.de/englisch/produkte_stroemung.html; Nontji, 2006; Schulz, 2007) sebagai berikut :

P

Plankton/m3 =

(0,3 x jumlah putaran flowmeter) x L

Dimana :

P = jumlah plankton (filum) yang tertangkap

L= luas permukaan mulut Apstein-net (0,02 m2)

c. Indeks Dominansi

Indeks dominansi dihitung dengan menggunakan rumus Evennes Shannon dari Simpson (Odum, 1971) yaitu : C =

dengan :

C :Dominansi Simpson

Ni :Jumlah individu tiap spesies

N : Jumlah individu seluruh spesies

d. Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon (Shannon-Wiener) dalam Soegianto (1994), yaitu: H = -

dengan :

H : Indeks Keanekaragaman

ni : Jumlah individu setiap spesies

N : Jumlah individu seluruh spesies

e. Indeks Keseragaman

Indeks keseragaman dihitung dengan menggunakan rumus Evenness Shannon (Soegianto, 1994) yaitu : E = , H Max = log S

dengan :

E :Indeks Keseragaman

H :Indeks Keanekaragaman

S :Jumlah seluruh spesies

f. Klorofil-a

Klorofil-a adalah produsen primer dalam perairan yang sangat berhubungan erat dengan zooplankton, karena merupakan makanan bagi biota tersebut. Sehingga sedikit-banyaknya kelimpahan zooplankton pada suatu perairan, sangat bergantung kepada kandungan klorofil-a. Untuk mengetahui kandungan nilai klorofil-a maka digunakan metode Jeffrey & Humphrey (1975), yaitu :

(11,85 x kE665 - 1,54 x kE647 0,08 x kE630) x V aseton

Chl-a (g/dm3) =

P x L

dimana : kE665 = E665 E750

kE647 = E647 E750

kE630 = E630 E750

P = volume air yang difilter (1 liter)

L = lebar Quivett (1 cm)

g. Uji Perbedaan Komposisi Penyusun Struktur Komunitas

Untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan penyusun struktur komunitas antar stasiun pengamatan maupun antar bulan pengamatan, maka digunakan 3 jenis metode uji dari program PRIMER, yaitu :

Metode nMDS (non Metrict Multidimensional Scaling)

Metode nMDS merupakan suatu output dari program PRIMER yang menggunakan matriks persamaan untuk melihat bentuk (plot) dari suatu struktur sampel (Clarke dan Gorley, 2001). Plot nMDS didasarkan pada persamaan matriks Bray-Curtis digunakan untuk menggambarkan komposisi kelompok ke dalam ruang dua dimensional. Jika titiknya saling berdekatan menggambarkan sampel mempunyai kesamaan dalam komposisi spesies. Dan jika titik data/sampel dalam plot saling berjauhan menggambarkan semakin besarnya variasi spesies/data dalam kelompok. Fungsi Log10(X+1) ialah untuk menginstruksikan persamaan matriks dan persamaan Bray Curtis (Clarke, 1993).

Ada empat nilai stress value yang digunakan untuk mendeteksi akurasi nilai suatu plot yang menggambarkan struktur/komposisi spesies asli dengan struktur komposisi sampel yang didapat, yaitu :

1.Stress value < 0,05 merupakan plot yang sempurna, dengan kemungkinan tidak ada kesalahan dalam menginterpretasikannya.

2.Stress value = 0,15 menggambarkan plot yang cukup akurat dengan tingkat kesalahan interpretasi rendah.

3.Stress value < 0,2 menggambarkan plot kurang baik untuk digunakan.

4.Stress value > 0,2 sangat besar kemugkinan terjadi kesalahan dalam menginterpretasikannya (Clarke, 1993).

ANOSIM ( Analysis of Similarity)

Analysis of similarity (ANOSIM) merupakan suatu program di dalam program PRIMER yang digunakan untuk menganalisis secara statistik ada tidaknya perbedaan komposisi jenis di antara parameter-parameter yang diukur atau diuji (Clarke dan Gorley, 2001).

Semua analisa dapat dijalankan secara bersama-sama untuk semua stasiun dengan faktor/variabel uji. Perbedaan signifikan antara perlakuan faktor dan variabel diuji dengan menggunakan one-way ANOSIM permutation test (Clarke dan Gorley, 2001).

SIMPER ( Similarity of Persentage)

Similarity of Percentage (SIMPER) merupakan suatu output dari program PRIMER yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis organisme tertentu yang menjadi spesies dominan di lokasi yang berbeda, untuk mengetahui perbedaan spesies diantara faktor uji, dan spesies apa yang menjadi pembeda (Clarke dan Gorley, 2001).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Komposisi Jenis Zooplankton

hasil penelitian zooplankton di perairan Pulau Samalona baik pada saat bulan terang maupun pada saat bulan gelap, maupun antar stasiun pengamatan ditemukan zooplankton sebanyak 8 filum (Tabel 1)

Tabel 1. Komposisi Jenis Zooplankton yang Ditemukan di Perairan Pulau Samalona

Filum

Berdasarkan Bulan Pengamatan

Berdasarkan Stasiun Pengamatan

Bulan Terang

Bulan Gelap

Karang Baik

Karang sedang

Pecahan karang

Annelida

+

+

+

+

+

Arthropoda

+

+

+

+

+

Chaetognatha

+

+

+

+

+

Chordata

+

+

+

+

+

Cnidaria

+

+

+

+

+

Ctenophora

+

+

+

+

+

Echinodermata

+

+

+

+

+

Mollusca

+

+

+

+

+

Keterangan : + = Ditemukan

3.2 Kelimpahan Zooplankton

3.2.1 Perbandingan Kelimpahan Antar Stasiun Pengamatan

Berdasarkan histogram pada Gambar 2, diketahui bahwa kelimpahan zooplankton terbesar berada pada stasiun karang baik yaitu sebesar 4564 individu/m3, kemudian stasiun pecahan karang sebesar 2718 individu/m3, dan stasiun karang sedang sebesar 2431 individu/m3. Adapun perbandingan kelimpahan antar filum zooplankton pada setiap stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 2. Perbandingan Kelimpahan Rata-rata Zooplankton ( SE, N=4) Antar Stasiun Pengamatan di Perairan Pulau Samalona, Makassar.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Analysis of Variance (ANOVA) pada selang kepercayaan 95 % ( = 0,05), menunjukkan bahwa kelimpahan zooplankton antar stasiun pengamatan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p > 0,05). (Tabel 2). Hal ini diduga disebabkan penentuan stasiun yang letaknya tidak saling berjauhan dan searah arus. Karena sifat dari zooplankton sendiri yang selalu bergerak mengikuti arus, sehingga kemungkinan zooplankton yang tadi berada di stasiun karang baik, itu juga yang berpindah ke stasiun karang sedang dan stasiun pecahan karang. Dugaan tersebut didukung oleh hasil penelitian Fooisepa (2005) tentang struktur komunitas zooplankton di Pulau Kodingareng yang mengatakan tidak adanya perbedaan yang nyata antar stasiun pengamatan diduga disebabkan oleh penempatan dari ketiga stasiun pengamatan yang tidak begitu jauh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nontji (2002) yang mengatakan bahwa plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air, kemampuan geraknya sangat terbatas dan selalu terbawa oleh arus.

Tabel 2. Kelimpahan Rata-Rata (ind/m) Zooplankton Antar Stasiun Pengamatan

NO

FILUM

STASIUN

KARANG BAIK

KARANG SEDANG

PECAHAN KARANG

Kelimpahan

Persentase

Kelimpahan

Persentase

Kelimpahan

Persentase

(ind/m)

(%)

(ind/m)

(%)

(ind/m)

(%)

1

Annelida

158

3

165

7

87

3

2

Arthropoda

3673

80

1674

69

1950

72

3

Chaetognatha

179

4

79

3

82

3

4

Chordata

231

5

124

5

93

3

5

Cnidaria

240

5

257

11

300

11

6

Ctenophora

9

0

27

1

5

0

7

Echinodermata

59

1

64

3

198

7

8

Mollusca

16

0

42

2

3

0

JUMLAH

4564

100

2431

100

2718

100

Tabel 3. Hasil Uji ANOVA Kelimpahan Zooplankton Antar Stasiun Pengamatan

No

Stasiun

Nilai Perbedaan

Keterangan

1

Karang Baik dan Karang Sedang

0.181

Tidak Berbeda Nyata

2

Karang Baik dan Pecahan Karang

0.241

Tidak Berbeda Nyata

3

Karang Sedang dan Pecahan Karang

0.850

Tidak Berbeda Nyata

Untuk mengetahui perbandingan kelimpahan zooplankton antar stasiun pengamatan pada setiap sampling di perairan Pulau Samalona, dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Perbandingan Kelimpahan Zooplankton Antar Stasiun Pengamatan di Setiap Sampling

Berdasarkan Gambar 3, diketahui bahwa hampir di setiap sampling atau pengambilan sampel zooplankton, stasiun karang baik mempunyai kelimpahan zooplankton terbanyak dibandingkan dengan stasiun lainnya. Hanya pada sampling pertama, kelimpahan zooplankton terbanyak berada di stasiun pecahan karang yaitu 5944 individu/m3 dibandingkan dengan stasiun karang baik (1152 individu/m3) dan stasiun karang sedang (1857 individu/m3) . Hal ini diduga, karena pada sampling pertama kandungan klorofil-a yang merupakan makanan bagi zooplankton paling banyak berada di stasiun pecahan karang yaitu 0.395 g/L dibandingkan dengan stasiun karang baik (0.222 g/L) dan stasiun karang sedang (0.325 g/L), sehingga konsentrasi zooplankton banyak berpusat pada stasiun pecahan karang. Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa pada sampling pertama, kandungan klorofil-a dan kelimpahan zooplankton berbanding lurus. Artinya bahwa apabila kandungan klorofil-a tinggi maka kelimpahan zooplankton juga tinggi, sebaliknya jika kandungan klorofil-a rendah maka kelimpahan zooplankton juga rendah. Hal ini sesuai pernyataan Davis (1955) yang menyatakan bahwa populasi yang tinggi dari zooplankton hanya dapat dicapai apabila jumlah fitoplankton mencukupi.

3.2.2 Perbandingan Kelimpahan Antar Bulan Pengamatan

Berdasarkan histogram pada Gambar 4, kelimpahan zooplankton di Pulau Samalona pada saat bulan gelap lebih besar dibandingkan dengan pada saat bulan terang. Pada bulan gelap kelimpahan zooplanktonnya adalah 3722 individu/m3, sedangkan pada saat bulan terang kelimpahan zooplanktonnya sebesar 2752 individu/m3. Hal ini diduga, karena zooplankton memberikan respon negatif terhadap cahaya, sehingga pada bulan terang zooplankton bergerak menjauhi permukaan dan lebih banyak berada di sekitar dasar perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prasad (1956) dalam Junarsi (2004), yang menyatakan bahwa cahaya mengakibatkan respon negatif bagi biota migran, mereka bergerak menjauhi permukaan laut bila intensitas cahaya di permukaan meningkat. Sebaliknya mereka akan bergerak ke arah permukaan laut bila intensitas cahaya di permukaan menurun.

Gambar 4.Perbandingan Kelimpahan Zooplankton ( SE, N=6) Antar Bulan Pengamatan di Perairan Pulau Samalona, Makassar

Dari hasil uji ANOVA pada selang kepercayaan 95 % ( = 0,05), menunjukkan bahwa kelimpahan zooplankton tidak menunjukkan perbedaan antar bulan pengamatan(p > 0,05).

3.2.3 Perbandingan Kelimpahan Zooplankton dan Klorofil-a

3.2.3.1 Saat Bulan Terang

Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa kelimpahan antara zooplankton dan klorofil-a di perairan Pulau Samalona pada saat bulan terang berbanding lurus. Pada stasiun karang baik kelimpahan zooplanktonnya 3488 individu/m3 dan kandungan klorofil-a 0.4505 g/L, stasiun karang sedang kelimpahan zooplanktonnya 1468 individu/m3 dan kandungan klorofil-a 0.2815 g/L, sedangkan pada stasiun pecahan karang kelimpahan zooplanktonnya sebesar 3300 individu/m3 dan kandungan klorofil-a 0.3165 g/L. Hal ini menunjukkan bahwa di perairan Pulau Samalona pada saat bulan terang apabila kandungan klorofil-a tinggi, maka kelimpahan zooplankton juga meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Davis (1955) yang menyatakan bahwa populasi yang tinggi dari zooplankton hanya dapat dicapai apabila jumlah fitoplankton mencukupi. Karena fungsi dari zooplankton sebagai penghubung antara produsen (klorofil-a) dengan hewan-hewan dengan tingkat tropik yang lebih tinggi.

Gambar 5.Grafik Perbandingan Kelimpahan Antara Zooplankton dan Klorofil-a Pada Saat Bulan Terang di Perairan Pulau Samalona, Makassar.

3.2.3.2 Pada Saat Bulan Gelap

Gambar 6 menunjukkan bahwa kelimpahan antara zooplankton dengan klorofil-a di perairan Pulau Samalona pada saat bulan gelap berbanding terbalik. Kelimpahan zooplankton pada stasiun pecahan karang sebesar 2134 individu/m3, yang merupakan kelimpahan zooplankton terendah, dibandingkan dengan stasiun karang baik sebanyak 5639 ind./m3 dan stasiun karang sedang sebanyak 3395 ind./m3. Namun di satu sisi, justru kandungan klorofil-a di stasiun pecahan karang (0.4505 g/L) lebih tinggi, jika dibandingkan dengan stasiun karang baik yaitu 0.4103 g/L dan stasiun karang sedang yaitu 0.3915 g/L. Hal ini diduga karena pada saat kandungan klorofil-a di stasiun pecahan karang tinggi, kelimpahan zooplankton yang memakannya sangat sedikit, sehingga fitoplankton yang memiliki kandungan klorofil-a mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga menghasilkan konsentrasi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Theory Of Grazing yaitu dimakannya fitoplankton oleh zooplankton yang dikemukakan oleh Harvey et. al (1935) dalam Silvania (1997). Bila populasi zooplankton meningkat, pemangsaan fitoplankton akan sedemikian cepatnya sehingga fitoplankton tidak sempat membelah diri, jika jumlah zooplankton menurun dan menjadi sedikit maka hal ini memberi kesempatan kepada fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga menghasilkan konsentrasi yang tinggi (Davis, 1955).

Gambar 6.Grafik Perbandingan Kelimpahan Antara Zooplankton dan Klorofil-a Pada Saat Bulan Gelap di Perairan Pulau Samalona, Makassar

3.3 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi

3.3.1 Indeks Keanekaragaman (H)

Nilai indeks keanekaragaman adalah suatu pernyataan atau penggambaran secara matematik yang menjelaskan informasi-informasi mengenai jumlah individu dan jumlah spesies suatu organisme (Kaswadji, 1976).

Berdasarkan Gambar 7, diketahui bahwa nilai indeks keanekaragaman (H) pada setiap stasiun berkisar antara 0.78 1.11. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun karang sedang dengan nilai indeks keanekaragaman 1.11, yang berarti bahwa di stasiun karang sedang tingkat keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap filum sedang, sehingga kestabilan komunitas sedang. Sedangkan nilai indeks keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun karang baik yaitu 0.78, yang berarti bahwa di stasiun karang baik tingkat keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap filum rendah, sehingga kestabilan komunitas rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mason (1981) dalam Awaluddin (2008), yang menyatakan bahwa H1 m/s), cepat (0.5 1 m/s), sedang (0.25 0.5 m/s), lambat (0.1 0.25 m/s), dan sangat lambat (0.05)

3.Nilai rata-rata indeks keanekaragaman (H) berada pada tingkat keanekaragaman rendah hingga sedang. Nilai rata-rata indeks keseragaman (E) berkisar antara 0.41 0.63, sedangkan nilai rata-rata indeks dominansi (C) berkisar antara 0.47 0.66.

4.Berdasarkan plot nMDS yang didapat pada bulan terang dan bulan gelap menunjukkan pengelompokan komposisi zooplankton berbeda di setiap stasiun.

5.Hasil uji ANOSIM antar bulan pengamatan menunjukkan tidak adanya perbedaan penyusun struktur komunitas. Sedangkan pada perbandingan pada perbandingan antar stasiun pengamatan menunjukkan adanya perbedaan penyusun struktur komunitas utamanya antara stasiun karang baik dan pecahan karang, dimana dari hasil SIMPER diketahui bahwa filum Arthropoda yang paling mempengaruhi perbedaan penyusun struktur komunitas antar kedua stasiun tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin. 2008. Penentuan Hubungan Kondisi Perairan dan Struktur Komunitas Zooplakton Dengan Menggunakan Primer Software Di Perairan Danau Sidenreng, Sidrap. Skripsi. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. 2008

Boyd, C.E and F. Lichtkoppler. 1979. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publ. Co. New York.

Clarke K.R. 1993. Non-Parametric Multivariate Analysis of Changes in Community Structure. Australian Journal of Ecologi. 18 : 117-143

Clarke K.R. and Gorley R.N, 2001. PRIMER V.5. User Manual Tutorial.

Davis, C.E. 1955. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State Uninersity Press. Michigan.

Fooisepa, Allensy. 2005. Struktur Komunitas Zooplankton di Pulau Kodingareng, Makassar. Skripsi. Jurusan Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas hasanuddin. Makassar.

Junarsi, Chun. 2004. Komposisi Jenis dan Kelimpahan Zooplankton di Perairan Pulau Balang Lompo, Kabupaten Pangkep. Skripsi. Jurusan Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Makassar.

Kaswadji, R. F. 1976. Studi Pendahuluan Tentang Penyebaran dan KelimpahanFitoplankton di Delta Upang Sumatera Selatan. Fakultas Perikanan, IPB.Bogor.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Odum, E. P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Pasengo, Y. L. 1995. Studi Dampak Limbah Pabrik Plywood Terhadap Kelimpahan dan Keanekaragaman Fitoplankton di Perairan Dangkang Desa Barowa Kecamatan Bua Kab. Luwu. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2005. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.

Schulz, Maximillian. 2007. Zooplankton Community Structure In Relation To Enviromental Factors at Spermonde-Archipelago, Indonesia. Unpublished Data.

Silvania, V. 1997. Kelimpahan dan Komposisi Zooplankton di Perairan Estuari Pantai Marunda, Teluk Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan, IPB. Bogor.

Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Usaha Nasional. Surabaya.

1

%

100

N

ni

2

N

ni

N

ni

ln

N

ni

Max

H'

H'

27182431

4564

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

Karang baikKarang sedangPecahan karang

Stasiun

Kelimpahan [ind/m]

x

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

1234

Sampling

Kelimpahan Zooplankton

(ind/m3)

Karang baikKarang sedangPecahan karang

3722

2752

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

GelapTerang

Bulan Pengamatan

Kelimpahan [ind/m]

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Karang baikKarang sedangPecahan karang

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

ZooplanktonChlorofil-a

Kelimpahan [ind/m]

Klorofil-a [g/L]

Stasiun

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Karang baikKarang sedangPecahan karang

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

ZooplanktonChlorofil-a

Kelimpahan [ind/m]

Klorofil-a [g/L]

Stasiun

0.78

1.11

1.06

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Karang baikKarang sedangPecahan karang

Stasiun

Nilai H'

0.41

0.59

0.63

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

Karang baikKarang sedangPecahan karang

Stasiun

Nilai E

0.66

0.50

0.47

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

Karang baikKarang sedangPecahan karang

Stasiun

Nilai C