Makalah Seminar
-
Upload
triyana-agus -
Category
Documents
-
view
217 -
download
3
description
Transcript of Makalah Seminar
-
Judul : Pembibitan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell
Arg.) di Kebun Cikumpay, PT. Perkebunan Nusantara
VIII, Purwakarta, Jawa Barat
Pemrasaran : Triyana Agus Safari / J3T111027
Pembahas / NIM : Muhammad Luthfan / J3T111002
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Juni 2014
Waktu : 09.00-10.00
Ruangan : BS B03
Dosen Pembimbing : M. Iqbal N, SP
Menyetujui,
M. Iqbal N, SP
Dosen Pembibing
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara perkebunan karet terluas didunia. Tanaman
karet diintroduksikan pada tahun 1864, dalam kurun waktu 150 tahun sejak
dikembangkan, luas areal mengalami perluasan setiap tahunya (Setiawan dan
Agus 2005). Menurut Ditjenbun (2009) luas perkebunan karet sebesar 3 435 417
ha dengan dominasi luas areal perkebunan rakyat yaitu 2 921 396 ha diikuti oleh
perkebunan besar negara seluas 238 161 ha dan perkebunan besar swasta 275 860
ha.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan ekspor karet cukup
signifikan, dari volume ekspor tahun 2002 sebesar 1 496 000 ton senilai US$
1 038 000 meningkat menjadi 2 100 000 ton pada tahun 2009 Sedangkan dari
aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman karet mampu menyerap lebih dari
2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub
sistem lainnya (Ditjenbun 2012).
Realitas tersebut kurang diimbangi dengan penerapan teknologi dan
pengelolaan kebun khususnya pada perkebunan karet rakyat. Satu contoh
pencapaian produktivitas perkebunan karet yang dikelola dalam skala perusahaan
sudah mencapai produksi 1 600-1 800 kg kering/ha/tahun, sedangkan perkebunan
karet rakyat berkisar 700-1 000 dengan rata rata produktivitas secara nasional.
Dengan demikian kesenjangan penerapan teknologi itulah yang menjadi kendala
dalam hamparan dominan perkebunan karet Indonesia (Siregar dan Suhendry
2013).
-
Pembibitan merupakan proses yang dilakukan untuk mempersiapkan
tumbuhnya generasi baru dari suatu tanaman baik secara alami ataupun secara
buatan. Aspek pembibitan berperan penting dalam budidaya tanaman sehingga
dibutuhkan teknik yang benar.
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari kegiatan PKL ini adalah:
1. Memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan pengelolaan tanaman karet.
2. Menambah wawasan serta pengetahuan aspek teknis dan manajemen perkebunan dalam pengelolaan perkebunan karet.
3. Mengaplikasikan hasil pembelajaran selama di perkuliahan untuk dipraktikan secara langsung di lapangan.
Tujuan khusus dari kegiatan PKL ini adalah mempelajari teknik dan
masalah dalam budidaya tanaman karet, khususnya dibidang pembibitan.
2. KONDISI UMUM KEBUN
2.1 Letak Geografi
Daerah areal penanaman pada Cikumpay terdiri dari empat lokasi yaitu
Cikumpay I, Cikumpay II, Gunung Hejo dan Gunung Anaga. Lokasi Cikumpay I
dan Cikumpay II bergerak 19 km dari Purwakarta dengan elevasi 80 m. Gunung
Hejo dengan elevasi 600 m bergerak 25 km dari Purwakarta, sedangkan Gunung
Anaga lokasi terjauh, bergeraj 30 km dari Purwakarta dengan elevasi 215 m.
2.2 Luas Areal Tata Guna Lahan
Perkebunan Karet Cikumpay Mempunyai areal partanaman karet dengan
luas 3 072,03 ha. Kebun Cikumpay terdiri dari tiga kebun yaitu Kebun Cikumpay,
Kebun Gunung Hejo, dan Kebun Gunung Anaga. Kebun Cikumpay dibagi
menjadi dua afdeling yaitu Afdeling CAY (Cikumpay) 1 dan Afdeling CAY
(Cikumpay) 2 sedangkan untuk Kebun Anaga dan Gunung Hejo hanya satu
afdeling.
3. PEMBAHASAN
Penggunaan bibit karet bermutu merupakan salah satu kunci sukses
menuju agribisnis karet yang menguntungkan secara berkesinambungan.
Di lapangan, bibit karet dikategorikan bermutu apabila secara fisik memenuhi
ukuran pertumbuhan yang normal, secara fisiologis memiliki daya hidup yang
baik dan secara genetis terdiri dari klon anjuran yang asli dan murni. Bibit yang
memenuhi syarat fisiologis dan agronomis dapat diperoleh melalui pemilihan
bahan tanam yang memenuhi standar dan pemeliharaan yang baik. Dengan
demikian pembibitan sangat berperan penting dalam proses budidaya (Ditjenbun
2013).
-
3.1 Kegiatan Okulasi
Sebelum kegiatan okulasi, dilakukan kegiatan penyiangan gulma, hal ini
dilakukan agar areal sekitar batang bawah bersih, memudahkan okulator untuk
melakukan okulasi, serta memudahkan penyerapan unsur hara ketika pemupukan.
Selain itu, sebulan sebelum kegiatan okulasi dimulai dilakukan kegiatan
pemupukan kiserit, berdasarkan wawancara dengan mandor besar okulasi, tujuan
dari pemupukan kiserit yaitu agar batang bawah tidak lengket sehingga
mempermudah dalam pembukaan jendela okulasi.
Menurut (Lasminingsih et al) proses awal dalam kegiatan okulasi adalah
membersihkan batang bawah dari tanah menggunakan kain atau lap. Penggunaan
alat dan bahan dalam pelaksanaan okulasi harus selalu bersih. Hal ini dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan dari okulasi tersebut. Apabila terjadi hujan
maka kotoran dan tanah menempel sehingga batang tanaman menjadi kotor.
Kendala yang dihadapi pada saat kegiatan okulasi yaitu cuaca yang kurang
mendukung, kegiatan okulasi tidak dapat berlangsung apabila terjadi hujan
dikarenakan batang akan basah sehingga mengurangi persentase keberhasilan
okulasi. Untuk mencapai target yang diinginkan sebaiknya dilakukan perubahan
sistem yang digunakan. Seperti perubahan jam kegiatan. Apabila hujan sering
terjadi pada saat pagi hari, maka dapat dilakukan pada sore hari, begitu juga
sebaliknya.
3.2 Persentasi Keberhasilan Okulasi
Keberhasilan okulasi ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya keadaan
batang bawah dan batang atas. Batang karet sebaiknya tidak sedang dalam
keadaan flush atau dorman dikarenakan pada keadaan flush sebagian besar sari
makanan yang dihasilkan terfokus untuk pertumbuhan daun. Sehingga
pertumbuhan kambium terganggu. Akibatnya kulit pada batang tanaman karet
lengket, pada saat kegiatan dilapang pengamatan daun flush tidak dapat
dilaksanakan karena kondisi batang bawah dan entres yang sudah berumur lebih
dari 2 tahun. Sehingga juru okulasi sulit untuk melihat kondisi daun. Adapun
rumus presentasi keberhasilan okulasi adalah :
% keberhasilan okulasi = okulasi hidup 100%
tanaman yang diokulasi
Pengamatan selanjutnya dilakukan setelah kontrol 1 (21 hari setelah
kegiatan okulasi), kontrol 2 (31 hari setelah kegiatan okulasi), dan kontrol 3 (41
hari setelah kegiatan okulasi. Persentase keberhasilan okulasi dihitung setelah
kontrol 3 dilakukan. Persentase keberhasilan okulasi tiap klon dapat dilihat pada
Tabel 1.
-
Tabel 1 Persentase Keberhasilan Okulasi Tiap Klon Klon Batang
Bawah
Klon Batang
Atas
Pohon Diokulasi
Okulasi Hidup (Pohon)
% Keberhasilan
GT 1 PB 260 5664 4791 84.58
LCB 1320 PR 255 2330 1840 78.96
GT 1 PR 255 7640 7081 92.68
PR 228 PR 261 940 464 49.36
LCB 1320 RRIC 100 2130 1657 77.79
PR 228 RRIC 102 2463 2021 82.05
Sumber : Laporan Mandor Pembibitan Afdeling Cikumpay
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat 6 klon, yaitu PB 260
dengan batang bawah GT 1 (84.58 %), PR 255 dengan batang bawah LCB 1320
(78.96%), PR 255 dengan batang bawah GT 1 (92.68%), PR 261 dengan batang
bawah PR 228 (49.36%), RRIC 100 dengan batang bawah LCB 1320 (77.79%),
dan RRIC 102 dengan batang bawah PR 228 (82.05%). Klon PR 255 dengan
batang bawah GT 1 memiliki persentase keberhasilan okulasi tertinggi, sedangkan
klon klon PR 261 dengan batang bawah PR 228 memiliki persentase keberhasilan
okulasi paling rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa klon PR 255
dengan batang bawah GT 1 mempunyai kesesuian lebih tinggi yang dibuktikan
dengan keberhasilan okulasi sebesar 92.68%. hal ini dikarenakan klon PR 255 dan
klon GT 1 merupakan klon generasi kedua sehingga kedua klon tersebut memiliki
kesesuain tinggi berdasrkan pada rekomendasi klon harapan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada bulan April batang bawah
yang digunakan untuk semaian PTPN VIII kebun cikumpay yaitu klon GT 1 dan
LCB 1320 sebagai klon batang bawah. Kemudian diokulasikan dengan kloln PB
260, RRIC 100 dan PR 255 sebagai klon batang atas . Pengamatan keberhasilan
okulasi dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Pengamatan Keberhasilan Okulasi
Tanamanan
Klon Batang
Atas
Klon Batang Kontrol
Bawah I II III
1 PB 260 GT 1 Hidup Hidup Hidup
2 PB260 LCB 1320 Hidup Hidup Mati
3 PR 255 GT 1 Hidup Hidup Hidup
4 PR 255 LCB1320 Mati Mati Mati
5 RRIC 100 LCB 1320 Hidup Hidup Mati
Sumber : Data Hasil Pengamatan di Lapangan Kebun Cikumpay
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, keberhasilan okulasi yang
mahasiwa dapatkan yaitu 40 %. Hal ini disebabkan oleh faktor diantara cuaca,
keadaan tanaman. Faktor cuaca sangat mempengaruhi kegiatan okulasi, okulasi
akan gagal apabila balutan pada jendela dan kondisi batang yang akan diokulasi
terkena air sehingga batang akan busuk dan mata entres tidak akan menempel
dengan baik. Faktor lainya yaitu keadaan dari tanaman tersebut. Menurut
(Cahyono 2010) teknik pada okulasi coklat batang bawah yang digunakan
berumur 8-18 bulan dan batang atas (mata entres) diambil dari pohon berumur 1-2
-
tahun. Pada kebun tegakan di PT Perkebunan Nusantara VIII berumur lebih dari
dua tahun sehingga lingkar batang dari setiap tanaman rata rata mencapai 7-10
cm, hal ini menyulitkan mahasiswa untuk membuka batang dan membungkus
jendela okulasi sehingga kemungkinan batang membusuk karena terdapat ruang
udara dan ruang masuknya air.
3.3 Waktu Okulasi
Persentase keberhasilan okulasi sangat dipengaruhi cuaca, selain dari itu
waktu pelaksanaan juga berperan penting dalam kegiatan okulasi. Okulasi
sebaiknya dilakukan pada saat teduh atau pada pagi hari antara pukul 06.00 WIB
10.00 WIB. Okulasi sangat tidak dianjurkan pada waktu hujan sebab sedikit kemungkinan tingkat keberhasilan okulasi berhasil. Dalam praktik lapangan saat
okulasi yang tepat adalah pada awal dan akhir musim hujan dikarenakan kambium
masih bekerja aktif dan hujan tidak terlalu banyak sehingga dapat mencegah
pembusukan pada okulasi. Waktu musim hujan batang bawah yang dibuat untuk
jendela okulasi dalam keadaan basah dan kotor karena percikan air hujan
membawa kotoran, sedangakan kegiatan okulasi harus bersih dan kering untuk
meningkatkan keberhasilan okulasi.
Kegiatan okulasi di PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cikumpay
dimulai pada pukul 06.00 WIB - 10.00 WIB, akan tetapi pada bulan Februari-
Maret okulasi dilaksanakan pada pukul 15.00 WIB 17.00 WIB. Hal ini terjadi dikarenakan lama hari hujan pada bulan tersebut mencapai masing masing 14 dan
16 hari. Dari kegiatan tersebut maka mahasiswa melakukan pengamatan
perbedaan waktu okulasi yang dilakukan terhadap keberhasilanya pada kontrol 1.
Pengamatan keberhasilan okulasi berdasrkan waktu dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Pengamatan keberhasilan okulasi berdasarkan waktu pelaksanaan Waktu Jumlah Pohon Jumlah Okulasi Hidup % Keberhasilan
06.00-10.00 120 96 80
07.00-11.00 120 90 75
15.00-17.00 120 77 64
Sumber : Data Hasil Pengamatan di Lapangan Kebun Cikumpay
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa , keberhasilan
okulasi yang diperoleh pada pukul 06.00-10.00 sebesar 80%, pukul 07.00-11.00
sebesar 75% dan pukul 15.00-17.00 sebesar 64%. Menurut (Setiawan dan Agus)
saat terbaik melakukan okulasi adalah pukul 07.00-10.00, sebab pada pagi hari
kelembapan masih tinggi. Pada saat pagi hari keberhasilan okulasi lebih tinggi
dibandingkan dengan pelaksanaan okulasi pada sore hari. Hal ini disebabkan
karena temperatur yang semakin meningkat, suhu diatas 300C akan merusak
jaringan pada tanaman dan membuat batang entres menjadi layu. Kegiatan okulasi
sangat baik apabila pada keadaan lembab yang tinggi.
-
3.4 Manajemen Pembibitan
Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam
(bibit), baik yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun
vegetatif (klonal). Ada beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan karet, yaitu
mulai dari pesemaian biji, okulasi, pembuatan bibit polybag dan penanaman.
Manajemen yang baik sangat diperlukan sehingga kegiatan dapat terlaksana
sesuai rencana dan tepat waktu.
3.4.1 Kebutuhan Benih
Perhitungan kebutuhan benih merupakan hal pertama dalam proses
pembibitan. Benih yang disemai ditanam didalam bedengan dengan lebar
bedengan 1-1.2 m dan tinggi 0.2 m dengan ukuran panjang yang disesuaikan
dengan kebutuhan benih. Ukuran untuk satu bedengan di PT Perkebunan
Nusantara VIII Cikumpay berukuran 6 m x 20 m. Klon yang disemaikan adalah
klon GT 1 dan LCB 1320, Berdasarkan wawanacara dengan mandor besar
pembibitan, setiap luasan 1 m3 bedengan klon biji GT 1 dapat memuat hingga
1200 biji sedangkan untuk klon LCB 1320 dapat memuat 1000 biji.
Gambar 1 Bedengan Pendederan Benih
Benih yang dikecambahkan sebaiknya tidak disimpan lebih dari tiga hari
sebab dikhawatirkan terjadi penurunan daya kecambah, selain itu benih yang
disimpan sebaiknya tidak terkena sinar matahari langsung.
Tabel 4 Lama Penyimpanan Dengan Daya Kecambah Benih Karet Lama Penyimpanan (Hari) Daya Kecambah (%)
0 80
1 54
2 30
3 12
4 12
5 3
6 0
Sumber : Petunjuk Teknis Budidaya Karet, 2014
Berikut adalah rumus untuk menentukan kebutuhan benih di pendederan
Kebutuhan Benih = Ukuran Bedengan x Jumlah Luasan per 1 m2
Sehingga untuk satu bedengan berukuran 6 m x 20 m akan berisi benih :
-
Kebutuhan Benih untuk GT 1 = (4 m x 20 m) x 1 200 = 96 000 benih, sedangkan
untuk benih LCB 1320 = (4 m x 20 m) x 1 000 = 80 000 benih. Penggunaan luas
6 m x 20 m tidak seluruh nya terpakai dikarenakan digunakan untuk akses jalan
dan kegiatan pemeliharaan.
Jarak tanam untuk batang bawah yang digunakan di PT Perkebunan
Nusantara VIII Kebun Cikumpay adalah 30 x 40 x 60 cm. Untuk memudahkan
kegiatan dapat mengggunakan ajir dari bambu dengan ukuran 20 cm. Pangkal
ajir kemudian dibuat lubang tanam dan setelah kecambah di tanam, ajir
dimiringkan sebagai tanda kecambah sudah ditanam. Untuk populasi per ha
batang bawah adalah :
Populasi batang bawah per ha = Luas Lahan
Jarak Tanam
Maka kebutuhan bibit untuk batang bawah adalah : 10 0000 m2
0.3 m x (0.4 m +0.6m )
2
= 66 666 bibit
Hasil tersebut perlu dikalikan dengan persentase bibit afkir untuk
menanggulangi kegagalan dalam proses perkecambahan agar mendapatkan
populasi optimum.
Jumlah tanaman afkir :
(Jumlah populasi per ha x Persentase bibit afkir)
(66 666 x 20 % = 13 333)
Kebutuhan bibit yang diperlukan :
(Jumlah populasi per ha + jumlah bibit afkir)
(66 666 + 13 333 = 79 999)
Jumlah luasan pesemaian batang bawah Kebun Cikumpay sebesar 11 ha.
Untuk mendapatkan populasi keseluruhan maka dibutuhkan bibit sebanyak 879
989 pohon. Untuk mengetahui jumlah bedengan yang perlu disiapkan adalah
sebagai berikut :
Total populasi tanaman
jumlah benih per luasan bedengan
Total populasi tanaman adalah 879 989 pohon,untuk mengetahui kebutuhan
bedengan yang perlu disediakan adalah :
Untuk benih GT 1 = 879 989
96 000 = 9 Bedeng
Untuk benih LCB 1320 = 879 989
80 000 = 11 Bedeng
Penggunaan klon batang bawah GT 1 sangat dianjurkan dalam pemilihan
klon batang bawah, sebab dapat dibuktikan dengan jumlah bedengan yang lebih
sedikit yaitu 9 bedengan dibandingkan dengan klon LCB 1320 yaitu 11 bedeng.
Hal ini tentunya dapat mengurangi pembiayaan dalam kegiatan pembibitan
sehingga pelaksanaan pembibitan lebih efisien.
-
Pengamatan mengenai kebutuhan benih perlu dilakukan untuk mengetahui
banyaknya benih yang perlu disediakan. Berdasarkan pada data yang diperoleh
dari mandor besar pembibitan mengenai perincian koefisien pembibitan tahun
2012 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rincian Koefisien Pembibitan 2012 Kegiatan Persentase (%) Jumlah Tanaman
Kebutuhan Biji 100 140 000
Seleksi/Deder 67 93 500
Kecambah Dapat Ditanam 43 60 800
Kecambah Hidup (Batang
Bawah) 38 53 300
Seleksi I (3 Bulan) 35 48 400
Seleksi II (5 Bulan) 31 44 000
Tegakan Dapat Diokulasi 30 41 300
Okulasi Hidup 21 28 900
OMT Siap ke Lapang 15 21 000
Sumber : Laporan Mandor Besar Pembibitan 2012
Berdasrkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah biji 140 000 mendapatkan
37 % pengurangan pada seleksi pendederan, dan mengalami penurunan pada
kegiatan penanaman kecambah sebesar 57 %, benih yang hidup pada batng bawah
sebesar 53 300 atau hanya 38 % dari total biji yang disediakan. Biji yang melalui
seleksi 9 bulan dan telah diokulasi hingga pada bibit OMT siap ke polybag
sebesar 15 % atau 21 000 bibit.
Menurut (Cahyono 2010) jarak tanam yang baik untuk tanaman karet
adalah 7 m x 3 m, dengan 7 m sebagai jarak antar barisan (arah Timur-Barat) dan
3 m sebagai jarak dalam barisan tanaman (arah Utara-Selatan). Akan tetapi jarak
tanam yang digunakan di PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cikumpay adalah
6 m x 3 m. Jarak tanam tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan produksi
dan sesuai instruksi dari kantor direksi sendiri. Kebutuhan OMT siap salur untuk
jarak tanam 6 m x 3 m adalah :
Populasi tanaman = Luas Lahan
Jarak Tanam
Maka dengan jarak tanam 6 m x 3 m akan diperoleh populasi :
Populasi Tanaman = 10 000 m2
6 m x 3 m = 550 pohon
Kebutuhan pokok tanaman per ha yaitu 550 tanaman. Kebutuhan tersebut
harus disiapkan cadangan untuk penyulaman sebesar 10 % sehingga berjumlah
605 tanaman, kemudian kegagalan pada saat tanaman di polybag perlu
diperhitungkan sebesar 15 % sehingga total jumlah tanaman yang perlu
disediakan adalah 695 tanaman. Apabila dibandingkan dengan data koefisien
pembibitan tahun 2012 maka diperoleh rasio 1 : 30 artinya pada perencanaan
rincian pembibitan tahun 2012 untuk kegiatan penanaman dilapangan dapat
memuat bibit dengan luasan 30 ha.
-
3.4.2 Estimasi Jadwal Kerja
Langkah kerja menjadi mudah apabila manajemen waktu telah dirancang.
Proses pembibitan tentunya perlu diketahui terlebih dahulu mengenai jadwal kerja
dari rencana tersebut.
Estimasi jadwal kerja dalam proses pembibitan antara lain :
1. Pendederan (Pengecambahan) : Bulan Maret April. 2. Penanaman di Semaian Batang Bawah : Bulan April 3. Seleksi Pertama (3 Bulan) : Bulan Juli - Agustus 4. Seleksi Kedua (5 Bulan) : Bulan Desember Januari 5. Okulasi : Bulan Februari Maret 6. Kontrol 1 : 21 hari setelah okulasi 7. Kontrol 2 : 10 hari setelah kontrol 1 8. Kontrol 3 : 10 hari setelah kontrol 2 9. Pemotongan bibit : Bulan Mei 10. Pemindahan OMT ke Polybag : Bulan Juni Juli 11. Pemindahan Bibit ke Lapang : Bulan Desember Januari
Perencanaan kegiatan penanaman di lapang apabila melakukan kegiatan
pendederan pada bulan Maret 2014 maka bibit dapat ditanam di lapang pada bulan
Desember Januari 2015. Agar penanaman sesuai pada rencana yang ditentukan sebaiknya dilakukan pengawasan dan manjemen pembibitan yang baik.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kegiatan praktik kerja lapangan yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa
memberikan peningkatan kemampuan, keterampilan teknis dan manajerial.
Keterampilan teknis diperoleh pada saat berstatus sebagai karyawan harian (KHL)
dengan mengikuti kegiatan teknis budidaya yang terdapat di PT Perkebunan
Nusantara VIII Kebun Cikumpay. Keterampilan manajerial dilatih pada saat
menjadi mandor dan pendamping asisten kebun. Kegiatan pembibitan merupakan
awal dari proses budidaya tanaman sehingga perlu perhatian khusus pada
pembbibitan, sebab keadaan pada saat pembibitan akan mempengaruhi keadaan
tanaman 25 tahun mendatang. Beberapa kesimpulan dari kegiatan PKL di PT
Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cikumpay , ialah :
Kegiatan okulasi perlu diperhatikan dengan lebih baik, sebab penentuan keberlangsungan tanaman selama 25 tahun bergantung pada kegiatan
okulasi yang dilaksanakan.
Persentase keberhasilan okulasi menentukan jumlah tanaman yang akan ditanaman, sehingga diperlukan beberapa perlakuan pada faktor faktor
yang dapat mempengaruhi kegiatan tersebut.
Waktu kegiatan okulasi mempengaruhi persentase keberhasilan okulasi, sebab kegiatan okulasi sangat dianjurkan pada waktu tertentu agar dapat
menambah daya hidup dan mengurangi pengeluran atas kegiatam tersebut.
-
Manajemen pembibitan yang baik mempengaruhi keseluruhan kegiatan,
sehingga manajemen perlu mengacu pada dasar manajemen POAC yang
baik dan benar.
4.2 Saran
Pembibitan sebaiknya dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku.
Pelaksanaan kegiatan pembibitan dari seleksi sampai bibit siap salur perlu
diperhatikan dengan sangat baik.
Kegiatan pemeliharaan dan penyadapan perlu ditingkatkan terutama pada
tanaman muda sehingga nilai ekonomis tanaman dapat bertahan sampai pada
waktu yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono B. 2010. Cara Sukses Berkebun Karet. Penerbit Pustaka Mina. Jakarta
Direktorat Jenderal Perkebunan .2009. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman
Karet [Internet]. [diunduh 27 November 2013]. Tersedia pada
http://ditjenbun.deptan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Pedoman%20Teknis
%20Pengembangan%20Tanaman%20Karet.pdf.
Direktorat Jenderal Perkebunan .2012. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman
Karet. Direktorat Jenderal Perkebunan: Jakarta.
Lasminingsih, et al. Petunjuk Praktis Pembibitan Karet. Jakarta : Agromedia
Pustaka
PTP Nusantara VIII. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Karet. Bandung
Setiawan DH dan A Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta :
Agromedia Pustaka.