Makalah Seminar
Transcript of Makalah Seminar
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit (CPO-
Crude Palm Oil) dan inti kelapa sawit (CPO) merupakan salah satu primadona
tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non-migas bagi
Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam
perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia
untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Selama 14
tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit
sebesar 2,35 juta ha, yaitu dari 606.780 ha pada tahun 1986 menjadi hampir 3
juta ha pada tahun 1999 (Pahan, 2008).
PT Astra Agro Lestari (tbk.) adalah perusahaan yang bergerak di
bidang agribisnis kelapa sawit. Dengan semakin besar dan berkembangnya
kebutuhan produk olahan kelapa sawit maka PT Astra Agro Lestari yakin
bahwa ke depan bisnis atau usaha di bidang agribisnis perkebunan
akanmemiliki peluang yang besar, walaupun akan dirasakan semakin banyak
pesaing yang hadir. Bagi PT Astra Agro Lestari, kompetitor bukanlah lawan
tetapi motivator yang dapat memberikan kekuatan. Dengan adanya kompetitor
maka kinerja suatu perusahaan dituntut untuk jadi lebih baik.
PT Astra Agro Lestari adalah salah satu perusahaan yang sudah maju
di bidang perkebunan Kelapa sawit, PT Astra Agro Lestari mempunyai Visi
dan Misi yang jelas untuk “Menjadi perusahaan agribisnis yang paling
produktif dan inovatif di dunia” dan Misi : Menjadi panutan dan berkontribusi
pada pembangunan dan kesejahteraan bangsa.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kelapa sawit
Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang
berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan
kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi.
Perusahaan berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa
sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian
lingkungan(Abdoelah, 1992).
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24
meter.Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan
samping.Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah
ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.Seperti jenis palma
lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan
pelepah berwarna sedikit lebih muda.Penampilannya agak mirip dengan
tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan
tajam.Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun.
Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga
penampilan menjadi mirip dengan kelapa (Anonim 2007).
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon
(Monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri.Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.Tanaman sawit
dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang
menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan
sebagai tetua jantan (Anonim 2008).
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga
merah tergantung bibit yang digunakan.Buah bergerombol dalam tandan yang
muncul dari tiap pelapah.Minyak dihasilkan oleh buah.Kandungan minyak
bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan
4
3
asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan
rontok dengan sendirinya.Buah terdiri dari tiga lapisan:
• Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
• Mesoskarp, serabut buah
• Endoskarp, cangkang pelindung inti
(Anonim 2008).
Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma
dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit
berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi
tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan
bakal akar atau radikula (Iyung Pahan 2008).
Produk utama pohon kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan
buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit).
Minyak kelapa sawit adalah bahan untuk pembuatan :
a) mentega, minyak goreng dan kue/biskuit
b) bahan industri tekstil, farmasi, kosmetika, gliserin
c) sabun, deterjen, pomade.
Ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk kaliun dan
berpotensi untuk diproses menjadi pupuk organik melalui fermentasi
(pengomposan) aerob dengan penambahan mikroba alami yang akan
memperkaya pupuk yang dihasilkan. Ampas inti sawit (bungkil) digunakan
untuk makanan ternak, sedangkan batang dan pelepah daun merupakan bahan
pembuat particle board (Poeloengan dan Sjahrum 1992).
B. Budidaya Kelapa sawit
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar.Sawit dapat tumbuh
dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh
sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-
90%.Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm
setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan
saat kemarau.Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan
dan produksi buah sawit (Setyamidjaja dan Djouhana 1991).
4
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis
dan E. oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas
dibudidayakan orang E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk
menambah keanekaragaman sumber daya genetik.Penangkar seringkali
melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
• Dura,
• Pisifera, dan
• Tenera.
(Setyamidjaja dan Djoehana 1991).
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal
sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya
tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar
18%.Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril
sehingga sangat jarang menghasilkan buah.Tenera adalah persilangan antara
induk Dura dan jantan Pesifera.Jenis ini dianggap bibit unggul sebab
melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah
tipis namun bunga betinanya tetap fertil.Beberapa tenera unggul memiliki
persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per
tandannya dapat mencapai 28%. Untuk pembibitan massal, sekarang
digunakan teknik kultur jaringan (Anonim, 2009).
5
III. TATA LAKSANA MAGANG
A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan
bulan September 2012 di PT Astra Agro Lestari tbk Area Borneo 3 di PT.
Sukses Tani Nusasubur, Desa Labangka, Kecamatan Babulu, Kabupaten
Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
B. Tata Laksana Magang
Kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan, dialokasikan pada
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan ciri khas kegiatan perkebunan
meliputi Replanting, Pembibitan, Perawatan TBM dan TM, Panen serta
Pabrik di masing-masing PT Area Borneo 3,Anak perusahaan PT. Astra Agro
Lestari tbk.
C. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan magang adalah dengan terjun langsung ke lahan
dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berkaitan dengan aspek-aspek
yang dikaji, yaitu :
1. Aspek Umum
Mempelajari tentang keadaan umum, institusi perusahaan, kondisi,
sejarah perkembangan dan struktur organisasi perusahaan.
2. Aspek Khusus
Mempelajari secara khusus mengenai kegiatan divisi tanaman
menyangkut produksi, Budidaya Kelapa sawit sampai adminsitrasi di PT.
Sukses Tani Nusasubur.
7
6
IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Institusi Mitra
PT. Sukses Tani Nusasubur terletak di kabupaten Penajam Paser
Utara provinsi Kalimantan Timur.Jarak dari ibu kota kabupaten ± 60 km, dari
ibu kota provinsi ± 250 km.
- Jarak koordinasi dengan kantor Area B2 ± 234 km
- Terdiri dari 2 Rayon, 8 Afdeling
- Luas HGU : 7,936.92 Ha
- Luas Ijin Lokasi : 9,000 Ha
- Luas Tanam : 5,079.55 Ha
- Produksi 2009 : 97,230 ton
- Produksi 2010 : 94,397 ton
- Produksi 2011 : 94,200 ton
PT. Sukses Tani Nusasubur dipimpin oleh seorang Administratur dan
terdiri dari 3 orang asisten kepala, 17 orang Asisten, 83 orang karyawan
administrasi, 95 orang karyawan teknik, 522 orang karyawan rawat dan 425
karyawan panen (Administrasi PT. STN 2012).
B. Aspek Budidaya
1. Replanting
Kegiatan replanting ini dilakukan di afdeling Golf PT Waru Kaltim
Platation (WKP). Replanting dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan,
antara lain :
a. Yield blok tidak meningkat atau cenderung menurun (<14 ton/ha)
b. Umur tanaman sudah mencapai 25 tahun atau lebih
c. Jarak tanam tidak sesuai SPH yang diharapkan
d. Tidak adanya konservasi lahan misalnya pembuatan teras pada
lahan berbukit
e. Tidak ada jalan untuk pemanen sehingga menyulitkan dalam
proses pemanenan
7
Pertimbangan utama dilakukan replanting karena yield blok
cenderung menurun (<40 ton/ha). Adapun item – item dalam pekerjaan
replanting antara lain :
a. LCC (Mucuna braceata)
Pada benih Mucuna 1 Kg mengandung +/- 6.000 biji, proses
pengecambahannya pertama biji direndam dalam air bersih ½ jam,
melukai kulit biji dengan menggunakan pemotong kuku pada bagian
testa atau perut, agar cotyledon kelihatan. Menyiapkan Baby Polybag
ukuran 14 x 21 atau plastik gula (transparan) ukuran ½ kg, isi 1 : 1 : 1
(satu bagian tanah : satu bagian solid : satu bagian pasir) dan susun
pada bedengan. Diatas bedengan sebelum disusun Babybag, diberi alas
plastik supaya supaya akar tidak menembus tanah
dibawahnya.Bedengan diberi pelindung/ peneduh setinggi 2
meter.Menanam biji Mucuna B. pada kedalaman maksimal ½ cm, lalu
menutup dengan tanah. Penanaman di lapangan, per pokok sawit
berkisar 5 – 6 pokok Mucuna B. atau 900 pkk/ha, jika SPH kelapa
sawit 143 pkk/ ha. Pemupukan dengan pupuk urea dengan dosis 10
kg/ha sehingga setiap tanaman kurang lebih 10gram, dan pupuk RP
10gram/tanaman.
b. Pembuatan Pancang Rumpuk
Pancang rumpuk dibuat sebelum dilakukan penumbangan
pohon kelapa sawit. Pada kegiatan pembuatan pancang rumpuk untuk
mempermudah operator alat berat dalam penentuan daerah yang akan
dijadikan sebagai daerah pasar mati yaitu daerah yang tidak dilalui
pemanen. Sisa penebangan pohon kelapa sawit yang direplanting
dialokasikan pada daerah pancang mati tersebut. Jarak yang
digunakan dalam pembuatan pancang rumpuk adalah 7,9 m antara
baris satu dengan baris yang lainnya yang diukur dengan tali. Pancang
rumpuk yang dipakai berasal dari pelepah daun pohon kelapa sawit
c. Penumbangan Pohon Kelapa Sawit
8
Penumbangan pohon kelapa sawit diawali dengan kegiatan
pendongkelan akar pohon kelapa sawit kemudian mendorong pohon
kelapa sawit sampai roboh.Penumbangan dilakukan secara mekanis
dengan menggunakan alat berat. Target penebangan dalam setiap jam
mampu menumbangkan, menchipping dan merumpuk pada daerah
pancang mati.Dalam prakteknya 1jam dapat menumbangkan 8 pohon
sawit. Penanggung jawab operasional alat berat adalah bagian
teknik.Sedangkan penanggung jawab replanting secara umum adalah
afdeling yang bersangkutan.
d. Pencacahan/ Chipping
Pencacahan/Chipping adalah kegiatan pemotongan batang
kelapa sawit menjadi potongan yang berukuran lebih kecil yakni
berukuran 10-15 cm. Sedangkan bagian pelepah daun kelapa sawit
dipotong menjadi 3 bagian yang kemudian diletakkan di gawangan
mati.
Tujuan dari Pencacahan/ chipping yaitu agar sisa-sisa dari
batang kelapa sawit dapat cepat terurai, kemudian didalam proses
penanaman kelapa sawit juga tidak terganggu, dan selain itu dapat
menghindari timbulnya hama-hama seperti hama kumbang tanduk.
e. Rumpukan Mekanis
Rumpukan mekanis adalah kegiatan peletakan potongan batang
dan pelepah daun kelapa sawit yang telah dichipping pada daerah
gawangan mati.
f. Pancang teras dan Teras Kontur
Pancang teras dilakukan pada area atau wilayah lereng
berbukit. Pembuatan teras dilakukan untuk mengurangi panjang lereng
dan menahan air, sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran
permukaan, dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah.Dengan
demikian erosi berkurang.Alat yang digunakan untuk menentukan
pancang teras adalah klinometer dan waterpass.Daerah dengan
9
kemiringan lebih dari 20% tidak diperbolehkan untuk dilakukan
penanaman dan menjadi luas non produktif.Panjang pancang teras
mengikuti garis kontur/teras dan memiliki lebar 7,8m rata air.
g. Pembuatan Pancang Tanam
Pembuatan pancang tanam adalah kegiatan pengukuran jarak
tanam bibit kelapa sawit yang diawali dengan pembuatan pancang
induk dengan bantuan kompas (untuk menunjukkan arah utara
selatan).Karena dengan pancang utara selatan untuk mengoptimalkan
penerimaan cahaya matahari.Pancang induk dipilih pada daerah yang
dapat mencakup seluruh bagian blok lahan kelapa sawit yang akan
ditanami. Jarak tanam bibit kelapa sawit 9 x 9 x 9m membentuk
segitiga sama sisi, karena menyesuaikan asal tanaman atau sifat
tanaman (panjang pelepah pendek), kesuburan tanah, topografi lahan
dan iklim (curah hujan dan penyinaran matahari). Sedangkan jarak
antar baris adalah 7,79 m sehingga SPH 143 pokok.
h. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan 1 bulan sebelum dilakukan
penanaman, hal ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat asam di
dalam tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Pembuatan lubang tanam dilakukan pada pancang tanam yang sudah
dibuat terlebih dahulu.Syarat dalam pembuatan lubang tanam yaitu
Pembuatan lubang tanam 1 bulan sebelum penanaman, ukuran 60cm x
60cm x 60 cm, pancang harus di tengah lubang tanam atau disamping
pancang tanam, yang terpenting konstan.
i. Penanaman Palma
Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang telah di buat 1
bulan sebelumnya, dilakukan ini untuk aerob dan mengurangi tingkat
kemasaman tanah bagiperakaran bibit kelapa sawit yang akan ditanam,
atau setelah LCC kurang lebih 85% menutupi lahan. Dalam
penanaman palma yang dibutuhkan yaitu : bibit yang telah siap tanam
10
berumur kurang lebih 10 sampai 14 bulan, top soil, pupuk kandang
10kg, solid 4kg, Trichoderma400g, pupuk dasar RP/TSP 0,5kg.Pupuk
kandang berfungsi untung mengganti topsoil yang telah digali. Solid
berfungsi sebagai media berkembangnya Trichoderma.Trichoderma
berfungsi agar tanaman terhindar dari Ganoderma. RP berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan akar.Adapun teknis penanaman yaitu
a. Dasar plastik polybag disayat dengan pisau silet atau cutter
(polybag dipegang pada posisi miring) sebelum dimasukkan ke
dalam lubang, lalu bibit dimasukkan ke dalam lubang dengan hati-
hati,kemudian plastik polybag ditarik ke atas perlahan-lahan.Tinggi
tanah dalam polybag sama dengan tanah di luar.
b. Top soil dimasukan sampai pertengahan lubang tanam, lalu
dipadatkan dengan alu atau kaki, kemudian separuh dari pupuk
lubang yang masih tersisa (TSP atau SP 36 = 250 gram)
dimasukkan ke dalam lubang tanam
c. Kemudian tanah bagian dalam (sub soil) dimasukkan sampai di
atas lubang, lalu tanah urugan di sekeliling tanah polybag
dipadatkan dengan menggunakan kaki atau alu, sehingga keadaan
tegakan bibit yang ditanam benar-benar tegak dan kokoh.
d. Tanah melingkar (circle) di sekeliling tanaman diratakan dengan
menggunakan cangkul dengan radius piringan selebar 1 meter,
yang akan menjadi piringan tanaman.
2. Pembibitan
Lokasi untuk bibitan kelapa sawit dipilih suatu tempat yang
terletak di pusat area (strategis). Area harus rata, terbuka namun tidak akan
terkena banjir dan erosi. Selain itu harus dekat dengan sumber air yang
permanen untuk penyiraman dan aman dari gangguan binatang liar.
Kebutuhan luas lokasi pembibitan disesuaikan dengan jumlah bibit yang
akan digunakan sehingga tidak terjadi pemborosan tempat dan jumlah
bibit
11
Proses pembibitan di PT. Waru Kaltim Plantation adalah dengan
sistem Double stage nursery (dua tahap). Tahap pertama yaitu
Pre-nursery: 3 bulan ditempatkan di media Pre-Nusery. Media yang
digunakan yaitu tanah lapisan atas (top soil) yang gembur, subur, bersih
dari potongan kayu, banyak mengandung bahan organik dan diambil dari
lahan yang bebas dari serangan penyakit terutama ganoderma,Trichoderma
50g, Solid 300gr. Sebelum diisi kedalam baby bag diayak. Baby bag yang
berisi tanah disusun rapat dan rapi membentuk bedengan dengan ukuran
10 kantong melebar dan panjangnya tergantung jumlah bibit per nomor
kategori.Pinggir bedengan diberi kayu agar babybag tidak
tumbang.Seminggu sebelum ditanam, babybag yang berisi tanah disiram
setiap hari.Babybag harus disiram sampai jenuh setiap hari untuk
memastikan kebasahan tanah cukup memadai, tetapi harus dihindari
jangan sampai air tergenang.Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu
pada pagi hari dan sore hari terkecuali jika hari hujan.
Pada tahap Pre-nursery, areal persemaian harus dibersihkan dari
gulma dan sebagainya diberi naungan permanen yang terbuat dari paranet
setinggi ± 2 m dari tanah dengan naungan 100% pada umur 0-1,5 bulan,
naungan 50% pada umur 1,5-2,5 bulan dan kemudian bulan selanjutnya
naungan dihilangkan perlahan.Pemupukan pada tahap pre-nursery
dilakukan pada saat bibit berumur empat minggu setelah tanam, yaitu
ketika bibit telah memiliki satu helai daun berwarna hijau tua.Pupuk yang
diberikan adalah urea 40 gram yang dilarutkan kedalam air sebanyak 18
liter.Pupuk tidak diaplikasikan dalam bentuk granuler karena dapat
menyebabkan kerugian efek kontak (terbakar) pada tanaman.Pada minggu
kelima sampai keenam diberikan pupuk majemuk.Pemindahan bibit dari
babybag ke polibag (dari pre-nursery ke main-nursery) pada umur 2-3
bulan.
Pada tahap main-nursery, media yang digunakan untuk pengisian
polibag adalah lapisan atas (top soil) yang gembur, subur dan tidak
mengandung sumber penyakit terutama ganoderma.Tanah diayak terlebih
12
dahulu dan dicampur dengan pupuk RP sebanyak 375 gram/100kg tanah
yang diaduk secara merata.Jarak antar polybag 90 cm × 90 cm × 90 cm
segitiga samasisi.Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan siang
hari sesuai kondisi.Penyiraman tidak perlu dilakukan jika hari hujan
dengan curahan minimal 10mm/hari.Pemupukan dilakukan pada minggu
ke 5-6 memakai pupuk majemuk (NPK) dengan dosis 30 gr yang
dilarutkan dalam 18 liter air untuk 400 polybag.
Penyiraman dilakukan tergantung dengan kondisi. Dengan sistem
penyiraman kiriko, air dipompa dengan engine yang bertekanan o,8-1
kg/cm2 menuju pipa primer dengan diameter 4 inchi. Kemudian dialirkan
ke pipa-pipa sekunder yang berukuran 2 inchi, setelah itu air akan
dialirkan ke selang kiriko yang berukuran ¾ inchi dengan panjang
maksimal 100 m.
Seleksi bibit perlu dilakukan, agar yang ditanam nantinya adalah
bibit yang baik. Bibit yang baik ditanam pada umur 10 – 12
bulan.Toleransi yang dibenarkan sampai umur 14 bulan.
Pengangkutan bibit dari pembibitan (nursery) yang perlu
diperhatikan. Dua minggu sebelum ditanam di lapangan bibit diputar
supaya akar tanaman yang telah menembus polybag ke tanah terputus dan
beregenerasi. Sebelum diangkut, bibit harus disiram denganair yang cukup
banyak sampai tanah di dalam polybag jenuh air. Hal ini dimaksudkan
agar ada cukup persediaan air bagi bibit setelah ditanamkan di lapangan,
bila selama beberapa hari tidak ada hujan. Bibit diangkut dengan truk dari
pembibitan dan dikumpulkan ditempat-tempat pengumpulan (supply
point) di tepi blok yangakan ditanami.
3. Perawatan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Pemeliharaan TBM bertujuan mendukung pertumbuhan vegetatif
tercapai maksimal, memperpendek masa TM (diharapkan bisa panen 24
bulan, maksimal 30 bulan), tanaman tumbuh sehat, relatif homogen dan
terpenuhi populasi persatuan luas tanamnya (SPH), sehingga pada masa
TM kemudian diharapkan mampu memberi produksi secara maksimal.
13
a. Rawat Path (Jalan Kontrol)
Rawat path adalah jalan yang dibuat pengawasan pekerjaan
secara keseluruhan.Standar Path :
Lebar 1 - 1,5 meter
Bebas dari tunggul / sisa kayu
Bebas dari segala gulma, anak kayu dan kacangan
Letaknya searah barisan tanaman untuk areal datar dan mengikuti
b. Rawat Piringan (Circle)
Rawat piringan yaitu membasmi/mengendalikan semua gulma
yang tumbuh dipiringan pokok. Pada masa TBM fungsi piringan
adalah untuk penaburan pupuk agar efektif bisa diserap oleh
tanaman.Secara manual : pada TBM 1 dan TBM 2 dilakukan dengan
alat garu, cangkul dan parang.Secara khemis : pada TBM tidak
dianjurkaan penyemprotan dengan herbisida untuk menghindari bagian
tanaman kelapa sawit terkena herbisida karena dapat menyebabkan
kerusakan pada daun.
c. Rawat Gawangan
Yang dilakukan pada rawat gawangan yaitu mengendalikan
semua gulma yang tumbuh diluar piringan pokok.Kegiatan yang lazim
dilakukan:
1) Dongkel anak kayu
Mencabut/mendongkel anak kayu, tunas tunggul kayu dan
gulma berkayu lainnyasampai keakarnya.
2) Circle LCC
Membersihkan gulma yang ada di sekitar LCC,
mengarahkan pertumbuhan LCC ke gawangan mati.
d. Pemupukan
Untuk tanaman kelapa sawit pemupukan dilaksanakan sesuai
dengan tahapan perkembangan tanaman yaitu, pembibitan, TBM dan
TM. Pemupukan pada pembibitan dan TBM, diberikan dengan dosis
14
baku berdasarkan hasil percobaan, sedangkan dosis pupuk pada
tanaman menghasilkan (TM) berdasarkan keseimbangan unsur hara.
Pupuk dibedakan berdasarkan sumbernya, kandungan haranya,
bentuknya, reaksinya dalam tanah dan lain-lain. Strategi dalam
menentukan jenis pupuk perlu dipertimbangkan faktor teknis dan
faktor ekonomisnya.Pemilihan jenis pupuk disesuaikan dengan
keadaan/kebutuhan tanaman, faktor lingkungan, harga, ketersediaan
pupuk dipasaran dan kemudahan mengaplikasikannya dilapangan.
Dalam pelaksanaan aplikasi pemupukan hendaknya tetap memegang
teguh prinsip 4T, yaitu tepat jenis (unsur hara, sifat unsur,sifat tanah
dll), tepat dosis ( takaran, penguntilan dll), tepat cara (tabur tipis
merata, benam, rorak pupuk dll) dan tepat waktu/frekuensi ( kemarau
panjang, hujan lebat tidak boleh dilakukan pemupukan, selang waktu
antara jenis pupuk).
Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim terutama curah hujan,
sifat fisik tanah, adanya sifat sinergis dan antagonis unsur hara yang
terkandung dalam pupuk, serta jadual pengadaan pupuk. Idealnya
untuk mendapatkan manfaat pemupukan yang optimal bila curah hujan
antara100 – 250 mm perbulan, karena pada kondisi ini kandungan air
dalam tanah sudah cukup tapi belum jenuh sehingga memudahkan
penyerapan unsur hara oleh tanaman.
e. Penyisipan
Penyisipan merupakan pekerjaan penting di perkebunan kelapa
sawit, agar terpenuhi jumlah tegakan persatuan luasnya (SPH) dan
selanjutnya menghasilkan produksi perhektar yang maksimal karena
semua titik pancang tanam sudah ditanami kelapa sawit. Penyisipan
dapat diartikan sebagai pengganti pokok-pokok yang mati/abnormal
(belum ditanam pada saat penanaman, sudah ditanam tapi diserang
hama).
Secara teknis pekerjaan sisip ini prinsipnya sama dengan
pekerjaan penanaman. Waktu penyisipan sebaiknya dilakukan pada
15
awal musim penghujan, umumnya pekerjaan penyisipan harus sudah
tuntas 3 tahun setelah penanaman (masa TBM-3), dengan cara 1 mati ,
sisip 1.
f. Konsolidasi
Pekerjaan konsolidasi adalah menegakkan dan meluruskan
pokok pada barisan doyong/miring yang biasanya disebabkan oleh
angin kencang/saat penanaman kurang lurus atau hujan lebat setelah
penanaman. Rotasi konsolidasi pokok dilakukan hanya 1 kali yaitu 1
bulan setelah penanaman. Caranya dengan menambah bumbunan tanah
pada pangkal batang kemudian dipadatkan, bisa juga dilakukan dengan
memasang kayu penyangga kaki tiga untuk mengukuhkan tegakan
pohon tersebut.
g. Kastrasi, Sanitasidan Tunas Pasir
Kastrasi atau sering disebut ablasi, adalah pekerjaan
membuang/membersihkan bunga jantan dan betina yang tumbuh pada
pohon kelapa sawit pada masa rata-rata tanaman kelapa sawit mulai
berbunga pada umur 14 – 18 bulan.
Ada 2 tujuan melakukan kastrasi :
1) Mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang belum ekonomis ke
pertumbuhan vegetatif.
2) Supaya pada panen pertama tandan yang dihasilkan lebih besar dan
bernas.
4. Perawatan Tanaman Menghasilkan (TM)
PerawatanTanaman Menghasilkan (TM) adalah suatu usaha yang
dapat untuk meningkatkan produksi dengan cara menjaga kesuburan tanah
dan lingkungan pertumbuhan tanaman. Guna mendapatkan tanaman yang
sehat dan memiliki produksi sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan dari
perawatan Tanaman Menghasilkan adalah menjamin produktifitas
tanaman sesuai umur, memudahkan dalamproses pemanenan, serta
pengelolaan kebun. Tanaman Menghasilkan atau TM adalah tanaman yang
16
sudah siap untuk dipanen buahnya secara rutin. Adapun jenis perawatan
pada TM yang harus diperhatikan antara lain:
a. CPT (Circle Path TPH)
Circle atau piringan ialah daerah sekeliling pokok tanaman sawit
yang berada dibawah tajuk tanaman yang dimana lebar piringan
tersebut disesuaikan dengan umur tanaman. Pada Tanaman
Menghasilkan atau TM biasanya memiliki jari- jari piringan antara 1,5-
2 meter. Path atau jalanpanen adalah jalan ditengah-tengah barisan
tanaman yang diperuntukkan bagi orang panen agar mudah mencari
tandan masak dan mengangkut hasilnya. Lebar jalan panen yaitu 1 -
1,5 m. Letaknya searah barisan tanaman untuk areal datar dan
mengikuti kontur untuk daerah berbukit Setiap dua barisan tanaman
harus ada satu jalan panen atau path. Sedangkan TPH adalah tempat
dipinggir blok yang berfungsi untuk mengumpulkan TBS hasil panen
agar mudah diangkut ke pabrik. Pada daerah-daerah ini lah perlu
adanya perawatan terahadap gulma yang bisa mengganggu
pertumbuhan ataupun mempermudahkan perawatan maupun panen.
Adapun CPT dibagi menjadi 2 yaitu secara manual dan secara
chemis. CPT secara manual biasa alat yang digunakan berupa parang,
cangkul dan penggaruk. Sedangkan untuk CPT secara chemis adalah
pengendalian dengan herbisida atau bahan kimia.Untuk perawatan
piringan secara chemis, jenis dan dosis herbisida juga ditentukan dari
jenis gulma yang berada dipiringan. Jenis gulma yang biasanya
diberantas pada lokasi piringan, jalan dan TPH adalah rumputan
berjenis lunak (lalang, telekan, pahitan) dan cledumia.
b. Rawat gawangan.
Rawat gawangan adalah pembersihan gawangan kelompok
anak kayu dan anak sawit di gawangan yang dianggap merugikan
tanaman maupun mengganggu pekerjaan rawat dan panen.Rawat
gawangan dapat dilakukan secara manual maupun chemis.Perawatan
gawangan secara manual dengan menggunakan parang untuk tanaman
17
anak kayu sedangkan untuk anak sawit dilakukan pencabutan.Kegiatan
ini dilakukan dengan rotasi 4 kali setahun.Standar gawangan yaitu:
1) Bebas dari gulma kelompok kayu-kayuan, pakis-pakisan, kerisan,
araso, pisang-pisangan, keladi-keladian, bambu, anak sawit dan
sebagainya
2) Rawat gawangan harus dilakukan rutin dengan rotasi 4 kali
setahun.
c. Pengendalian lalang
Lalang adalah jenis gulma yang berbahaya karena menekan
pertumbuhan dan menurunkan produksi sampai 20 % sehingga harus
diberantas sampai tuntas. Lalang tersebut mempunyai racun yang
disebut zat allelopati yang dapat meracuni pertumbuhan tanaman.
Pengendalian lalang adalah pemberantasan gulma lalang pada
pertanaman. Di PT Sukses Tani Nusasubur pengendalian lalang
dilakukan secara chemist untuk menghindari persaingan unsur hara
dilakukan secara chemist dengan menggunakan material sistem
sistemik, yaitu roundup. Kondisi TM harus bebas dari lalang, apabila
masih ditemukan lalang dengan jumlah sedikit tindakan yang
dilakukan berupa spot spraying dan wiping. Pertumbuhan lalang yang
sporadis akan lebih efektif bila diberantas dengan metode spot
spraying.
d. Pruning
Prunning adalah proses kerja pembuangan pelepah-pelepah
kering dan sengkleh serta menjaga tajuk tanaman.Tujuan kegiatan ini
adalah untuk memudahkan proses pemanenan, menjaga sanitasi agar
terhindar dari hama dan penyakit, menjaga agar unsur hara dan air
tidak mengalir ke pelepah yang tidak produktif serta memudahkan
terjadinya polinasi. Pruning dilakukan dengan norma0,3HK/Ha. Pada
waktu penunasan pelepah yang mati dan hampir mati serta pelepah
yang tidak lagi memiliki daun harus harus dipotong.Pruning dilakukan
secara manual dengan dodos maupun egrek.
18
Standar pelaksanaan pruning pada tanaman sawit adalah :
Bidang tebasan tunasan / pruning merupakan tapak kuda miring
keluar dengan sudut 15 hingga 30 terhadap bidang datar .
Pangkal pelepah bekas tunasan yang menempel pada pohon harus
kurang dari 5 cm (mepet) untuk menghindari tersangkutnya
brondolan dan air tertahan.
Pelepah daun yang di tunas harus dipotong tiga bagian dan
disusun pada gawangan mati pada posisi telungkup.
Jumlah pelepah pada pohon harus sesuai standar.
Standar jumlah pelepah.
Umur
( Tahun )
Jumlah pelepah yang
Harus dipertahankan
TBM 3/TM I
04 – 07
07 – 10
10 – 15
- 15
60
60 – 56
56 – 48
48 – 40
32
e. Pemupukan
Pemupukan yaitu pemberian unsur hara ke dalam tanah untuk
menjaga keseimbangan hara yang dibutuhkan tanaman, mengganti
hara yang hilang terbawa hasil panen. Pelaksanaan pemupukan
sebaiknya pada kondisi tanah lembab karena pada musim kering pupuk
sukar larut dan diserap oleh tanaman sedangkan pada musim hujan
sebagian besar pupuk akan hanyut dan tercuci oleh air hujan. Untuk itu
pemupukan urea dilaksanakan pada musim hujan masih kecil (100-200
mm/bulan) dan tidak pada musim kemarau. Sedangkan pada pupuk
RP, SP-36, MOP dan Kieserit dan Borate tidak harus pada musim
hujan. Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun yaitu semester 1
dan semester 2. Pengaplikasian pupuk dalam kegiatan pemupukan
terdapat 2 cara yaitu dengan cara tabur dan cara poket. Cara tabur yaitu
dengan menabur pupuk pada piringan yang terdapat pada tiap pokok
19
tanaman sawit. Misalkan penaburan pupuk urea, penaburan pupuk
haruslah berada pada pinggir bagian piringan. Sedangkan pupuk
kieserit penaburan dapat dilakukan sampai pokok tanaman. Jika
pengaplikasian pupuk RP bersamaan dengan penaburan pupuk urea
baik waktu dan lokasi penaburan, RP harus berada diluar penaburan
urea. Setiap pupuk yang ditabur haruslah terpisah, tidak dibenarkan
melakukan pencampuran pupuk yang jenis pupuknya berbeda.
Pemupukan dengan cara penaburan ini biasanya dipakai pada areal
tanaman yang datar. Akan tetapi pengaplikasian pupuk dengan cara
tabur ini dikiranya kurang begitu efektif dikarenakan pupuk cepat
menguap dan mudah tercuci jika terjadi hujan.
Pemupukan sistem poket adalah dengan cara membenamkan
pupuk kedalam tanah dengan menggunakan cangkul dengan jarak 1,5-
2 meter (dibawah tajuk) supaya pupuk cepat terserap oleh tanaman
oleh akar. Maksimal tiap poket terisi 500gram pupuk. Itu dimaksudkan
agar pemupukan bisa merata tidak hanya 1 poket saja serta penyerapan
lebih efektif jika dilakukan pada banyak poket. Sistem pemupukan ini
yang digunakan oleh PT. Sukses Tani Nasasubur. Pupuk jenis urea,
kieserite,NPK dalam pengaplikasiannya dilakukan pemoketan, untuk
pupuk jenis dolomite dan RP pengaplikasiannya disebar, sedangkan
untuk pupuk jenis borate dan CuEDTA disebar di dekat pangkal atau
dengan cara ditugal.
Rekomendasi pemupukan didasarkan pada 3 hal yaitu, SSU
(Soil Sampling Unit), LSU(Leaf Sampling Unit), EWS Agronomy
1. SSU (Soil Sampling Unit)
SSU adalah unit sampel tanah yang diambil dari kelompok
lahan tanaman yang mewakili tiap umur jenis penanaman tanaman
sawit. Pengambilan SSU tersebut dilakukan setiap 5 tahun sekali.
Dengan pengambilan sampel tanah ini dapat memberikan informasi
penting mengenai keragaman sifat-sifat tanah di suatu perkebunan
dapat memberikan indikasi adanya perubahan-perubahan persedian
20
hara di dalam tanah selama satu siklus tanam. Jika tanah untuk
masing-masing blok tanaman telah diklasifikasikan sesuai dengan
sistem taksonomi tanah dan/atau sistem yang digunakan di masing-
masing pusat penelitian, hasil-hasil percobaan pemupukan
sebenarnya dapat secara tepat diinterpretasikan untuk kepentingan
rekomendasi pemupukan.
2. LSU (Leaf Sampling Unit)
LSU adalah unit suatu sampel daun yang diambil dari
kelompok lahan tanaman yang diamati mewakili dan homogen
(umur tanaman, jenis tanah, keseragaman kultur teknis, topografi
lahan dan lain-lain). LSU ini diambil 1 kali dalam 1 satu tahun.
Waktu pengambilan LSU dilakukan pada 2 bulan setelah
pemupukan, tidak dalam keadaan musim kemarau, tidak pada
bulan dengan curah hujan > 400mm.
Syarat penentuan pokok pengambilan LSU adalah pokok
tanaman harus normal, pokok yang akan diambil sampelnya tak
boleh pokok yang berada di pinggir jalan, pokok tidak boleh yang
berada di pinggir sungai atau parit, tak boleh dekat dengan
bangunan, serta tidak boleh tanaman yang merupakan sisipan. Jika
pokok sampel LSU tersebut mati maka pengambilan sampel dapat
dilakuan pada pokok sampel dalam barisan yang sama. Pelepah
yang dijadikan sampel adalah pelepah daun ke 17. Tinggi pokok
sampai ke petiole daun ke 17.Penghitungan pelepah di hitung dari
pelepah yang sudah membuka sempurna dihitung menjadi pelepah
nomor 1.
3. EWS Agronomi (Early Warning System)
EWS Agronomi adalah sensus pokok defisiensi hara
dengan mengamati visualdaun setiap 3 bulan pada bulan
pertama.Pokok sampel diambil baris ke 3 dari pinggirblok.Pokok
yang diamati yakni pokok di kiri dan kanan path. Apabila blok
tidakstandar maka pokok sampel yang diambil 10 % dari jumlah
21
pokok dalam blok tersebut.Blok dinyatakan defisiensi apabila
jumlah pokok defisiensi suatu hara > 5 %.Pengamatan ini
dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pengamatan yang di amati adalah
jenis defisiensi N, P, K, Mg, B, Cu.
Pengambilan SSU dan LSU dijadikan sebagai acuan
pengambilan kebijakan dalam pemupukan tahun berikutnya. Jika
terjadi penyimpangan antara hasil SSU dan LSU dengan pengamatan
EWS agronomi maka akan dijadikan pertimbangan lagi untuk
penentuan dosis pemupukan lebih lanjut.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Hama merupakan hewan pengganggu tanaman kelapa sawit
yang dapat menurunkan produksi dan sangat merugikan. Adapun jenis
- jenis hama pada tanaman kelapa sawit antara lain:
1) Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS).Merupakan serangga
hama ordo Lepidoptera pemakan daun, terdiri atas ulat api
(Limacodidae) dan ulat kantong (Psychidae). Berikut jenis – jenis
UPDKS yang menyerang tanaman kelapa sawit terdapat dalam
tabel berikut ini:
Pengendalian UPDKS dapat dilakukan dengan cara:
1) Secara biologi, yaitu dengan menggunakan musuh alami antara
lain yaitu:
a) Predator : Sycanus spp, Eocanthecona spp, khussnya E.
furcelllate, dan Callmerus arcufer
b) Parasitoid : parasitoid telur seperti
Trichogrammatoidaethoseae, parasitoid larva seperti
Metaplectrus solitarius, Euplectromorpha bicarinate,
Formicia ceylonic, Apenteles aluella, A. metisae dan
Spinaria spinator
2) Menanam inang untuk tempat musuh alami, seperti Turnera
Subulata dan Antigonon Leptosus.
22
Sistem Pengamatan dini EWS ulat api inilah yang sering
dilakukan dalam kegiatan HPT. Kegiatan ini harus selesai dalam
waktu 1 bulan. Dimana setiap blok telah ditentukan sample-sample
yang nantinya akan diamati. Sampel yang diamati adalah mata lima
pada titik sampel. Sensus dimulai dimulai dari baris ke 3 dan
selanjutnya akan dilanjutkan pada selang 10 baris.
2) Kumbang tanduk ( Oryctes rhinoceros ), merupakan serangga
hama dari Ordo Coleopatra dari kelompok binatang kumbang
penggerek pucuk. Serangga Oryctes rhinoceros sangat berbahaya
pada TBM karena kumbang dapat dengan mudah mencapai titik
tumbuh, sehingga akan dapat mematikan tanaman kelapa sawit.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan membuat tempat-tempat
untuk ferotrap di tengah blok. Ferotrap merupakan bahan
perangkap yang mengandung feromon, mengeluarkan bau khas
seperti kumbang betina yang siap dibuahi, sehingga mengundang
datangnya kumbang jantan.
5. Panen
Panen adalah kegiatan mengambil buah dari pokok berdasarkan
tingkat kematangan yang sesuai dengan kriteria dan mengutip brondolan
yang lepas, kemudian menyusunnya di tempat pengumpulan hasil (TPH)
untuk dikirim ke pabrik
Panen merupakan pekerjaan utama disuatu perkebunan kelapa
sawit karena menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan melalui
penjualan minyak kelapa sawit.Jadi panen harus diperhatikan dengan baik
agar para pemanen benar-benar memanen buah yang telah matang sesuai
dengan standar yang telah di tentukan perusahaan.
Buah yang dapat dipanen adalah buah matang yang telah
membrondol secara alamiah, yaitu brondol 10, yang ditunjukkan dengan
adanya brondolan normal di piringan.Standar ini berlaku untuk kondisi
buah yang normal dan sehat.Untuk kondisi buah yang tidak normal akibat
iklim atau buah sakit perlu diperhatikan kriteria tambahan yaitu pada saat
23
terjadi perubahan iklim yang ekstrim, maka sebelum dipanen sesuai
kriteria di atas, supervisi harus memastikan bahwa buah yang dipanen
betul-betul buah masak, bukan buah yang membrondol akibat perubahan
iklim. Dalam kondisi seperti ini warna buah dipakai sebagai acuan
tambahan menentukan kematangan buah. Warna merah orange sebagai
indikator buah masak.
Rotasi panen adalah interval waktu antara satu perlakuan panen
dengan perlakuan panen berikutnya yang dinyatakan dalam hari.Rotasi
panen yang digunakan oleh PT. Sukses Tani Nasasubur yaitu sistem rotasi
6/7. Seksi panen adalah luasan areal kebun produktif yang harus selesai
dipanen dalam satu hari. Dengan demikian rotasi panen yang direncanakan
dapat terjaga periodiknya. Misalkan rotasi panen ditetapkan 6 / 7, maka
luas areal panen dibagi menjadi 6 seksi panen, dimana setiap seksi panen
harus selesai dipanen dalam 1 hari dengan pengaturan jumlah tenaga
pemanen yang mempertimbangkan potensi produksi / kerapatan buah,
produktivitas pemanen,dan tingkat kesulitan lahan atau ancak panen.
Kegiatan fruitset adalah menghitung persentase brondolan jadi
atau bernas terhadap tandan. Semakin besar persentase fruitset maka
semakin tinggi pula rendemen CPO. Strandar buah normal mempunyai
persentase fruitset lebih dari 60%. Hasil kegiatan fruitset digunakan untuk
bahan pertimbangan dilakukannya polinasi buatan, peningkatan perawatan
terutama pemupukan, dan peningkatan kesuburan lahan.
Standar buah normal mempunyai fruitset lebih dari 60%. Jika
persentase fruitset berdasarkan jumlah kurang dari atau sama dengan 60%
maka perlu ditingkatkan penyerbukannya dengan cara polinasi buatan. Jika
persentase fruitset berdasarkan berat kurang dari atau sama dengan 60%
maka perlu ditingkatkan perawatan terutama pemupukan dan dilakukan
kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kesuburan lahan antara lain
pemberian limbah tandan kosong kelapa sawit pada mineral, pembuatan
rorak bahan organik dan lain sebagainya.
24
Pengangkutan TBS ke PKS merupakan sistem kerja berantai
mulai dari penentuan taksasi, panen dan juga pengangkutannya. TBS yang
sudah dipanen harus diusahakan diangkut ke PKS pada hari yang sama, hal
ini bertujuan untuk mendapat kan mutu minyak yang baik. Pengangkutan
TBS dari lapangan ke PKS dapat dilakukan dengan dua sistem :
a. Pengangkutan dengan menggunakan kendaraan kebun yaitu
pengangkutan TBS yang dilaksanakan dan juga diawasi oleh kebun
b. Pengangkutan oleh pemborong yaitu pengangkutan TBS dilakukan oleh
kontraktor. Biaya angkut dihitung berdasarkan harga harga per
kilogram TBS yang jumlahnya sesuai dengan hasil penimbangan di
pabrik kelapa sawit.
C. Pabrik Kelapa Sawit.
a. Manajemen Pengolahan (I) Stasiun Grading-
Pressing. Sebelum dilakukan sortasi dan grading
truck akan ditimbang terlebih dahulu ketika melewati
weightbridge. Sortasi bertujuan untuk memisahkan
TBS yang layak untuk diolah ke pabrik maupun
tidak. Sedangkan grading menggolongkan TBS-TBS
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain:
1) Kematangan: unripe, underripe, ripe, over tipe,
empty bunch, rotten bunch.
2) Abnormalitas: buah sakit, buah pasir,
partenocarpy, sampah dan lain-lain.
Sortasi dan grading ini bertujuan untuk
menjaga mutu dari hasil pabrik agar tetap optimal
seperti rendemen, angka ALB, dan lain-lain. Alur dari proses dari stasiun
grading sampai dengan pressing dapat dilihat dalam bagan diatas.
Setelah dilakukan penimbangan, sortasi dan gradingTBS
selanjutnya dibongkar di loading ramp. Loading ramp merupakan suatu
bangunan dengan lantai berupa Kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan
kemiringan 45˚. Kisi tersebut berfungsi memisahkan kotoran-berupa pasir,
25
kerikil, dan sampah-yang terikut dalam TBS. PT. Waru Kaltim Plantation
memiliki dua loading ramp digunakan secara bergantian dan sangat
membantu ketika ada panen raya (produksi mencapai puncak). Dilengkapi
dengan semacam pintu yang digerakkan secara hidrolik, sehingga apabila
ada lori kosong di bawahnya, pintu akan dibuka dan diisi dengan buah-
buah dari atas lori.
Setiap lori bisa memuat 3,2 ton TBS. Dengan jumlah 10 lori dalam
tiap rel. Sehingga tiap rel bisa memiliki kapasitas 32 ton dengan waktu
produksi yang berlangsung 90menit. Di Sterilizer buah direbus selama ±
95 menit, dengan suhu 140ºC-144ºC dan tekanan 3 kg/cm2 kg. Sterilizer
ini dilengkapi dengan termometer, mono meter, dan dilapisi oleh Rock
Woll (lapisan plat alumunium yang tahan panas, seperti busa). Tujuan
perebusan TBS adalah:
a. Menonaktifkan enzim Lipase yang dapat menstimulir pembentukan
free fatty acid
b. Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan
dari air
c. Mempermudah perontokan buah
d. Melunakkan buah sehingga mudah diekstraksi
Setelah buah keluar dari sterilizer buah diangkut ke stasiun
penebah (thresher) dengan menggunakan hosting crane. Stasiun penebah
dilangkapi dengan peralatan-peralatan, antara lain hoisting crane, hopper,
fruit conveyor dan empty bunch conveyor Fungsi stasiun penebah adalah
untuk memipil (melepas) dan memisahkan bulir-bulir buah dari tandannya.
Tandan kosong disalurkan ke truk-truk penampung tandan kosong yang
digunakan sebagai bahan pupuk organik. Sedangkan buah yang telah
dirontokkan selanjutnya dibawa ke mesin pelumatan. Setelah dari stasiun
penebah, buah yang sudah terpisah dari tandannya tadi dimasukkan ke
dalam stasiun digester dan presser.
Fungsi alat pengempa (Screw Press) adalah untuk memisahkan
minyak kasar (Crude Oil) dari daging buah (Mesocarp) dan biji (Nut). Hal
26
yang perlu diperhatikan sebelum screw press dihidupkan, cake
depricarper CBC, Vibra breaker conveyor harus sudah hidup. Dan
tekanan hidrolik harus dijaga stabil (misal 50-60 kg/cm2). Proses
pengempaan bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan
melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat di dalam ampas.
b. Manajemen Pengolahan (II) Pemurnian CPO Dan Pengolahan Kernel
Stasiun pemurnian (purifier) yaitu stasiun pengolahan di PKS yang
bertujuan untuk melakukan pemurnian MKS dari kotoran-kotoran, seperti
padatan, lumpuran, dan air. Alat-alat di stasiun ini, antara lain:
1) Vibrating screen, minyak kasar dari hasil pengempaan dialirkan munju
saringan getar ini untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar
dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (crude oil tank).
2) Crude oil tank, di sini minyak dipanaskan hingga mencapai temperatur
95-100˚C. tujuannya untuk memperbesar perbedaan berat jenis antara
minyak, air, dan sludge sehingga membantu dalam proses
pengendapan. Selanjutnya, minyak dikirim ke clarifier tank.
3) Clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge
karena proses pengendapan. Minyak yang sudah murni dikirim ke pure
oil tank . Di sini minyak dipanaskan di tangki dengan suhu stabil 90 -
95º C sebelum diolah lebih lanjut di oil purifier, vacuum drier sampai
akhirnya disimpan di CPO storage. Diusahakan kadar air dalam
minyak berkisar 0,1 – 0,3 %. sedangkansludge dikirim ke sludge tank.
4) Decanter,berfungsi mengolah sludge yang merupakan fase campuran
dengan kandungan minyak sehinggga diolah untuk dikutip kembali.
Setelah diolah akan dihasilkan 3 fase;
a) Heavy phase, fase cair dengan kandungan sedikit minyak yang
akan dikirim ke fat pit.
b) Light phase, fase cair dengan kandungan minyak tertinggi.
c) Solid, padatan dengan kadar minyak maksimum 3,5% dari berat
sampel yang selanjutnya digunakan sebagai pupuk.
27
Alur awal dari pengolahan kernel adalah pemisahan biji dan kernel.
Tujuan dari proses ini memperoleh biji sebersih mungkin sehingga
menghasilkan inti sawit secara rasional atau kerugian sekecil-kecilnya.
Alat-alat yang terdapat di stasiun pengolahan kernel ini, antara lain:
1) Cake breaker conveyor, cara yang umum digunakan untuk
memisahkan serabut kelapa sawit dengan biji adalah dengan cara
pneumatis dan mekanis. Pemisahan dengan otomatis yaitu
memisahkan biji dari serabut dengan menggunakan tarikan atau
hisapan udara pada sebuah kolam pemisah. Gumpalan ampas
pengempaan kemudian dipecah dengan alat ini dan dijatuhkan dari
bagian samping atas kolom pemisah. Sementara, bagian tengah atas
diberi hisapan udara yang berasal dari fan. Bahan yang lebih ringan
(serabut) akan tertarik ke atas sedangkan, biji jatuh memasuki nut
polishing drum.
2) Nut polishing drum, dengan alat ini sisa-sisa serabut yang masih
menempel pada biji dibersihkan dan dikeringkan di nut silo.
3) Nut silo, biji bersih ditampung dan dibiarkan beberapa lama untuk
menjalani proses pengeringan dan penguapan kandungan air sehingga
hubungan inti dan cangkang akan lekang. Disamping itu, biji akan
mengalami fermentasi sehingga serabut yang menempel akan melapuk.
Dilakukan dengan temperatur 60-80˚ C dengan lama 6-18 jam
sehingga kadar air turun menjadi 18-12%. Kemudian dipilah dengan
nut grading. Proses pengolahan kernel di PKS PT. Waru Kaltim
Plantation hanya sampai di nut silo, lalu kemudian dikirim ke Provinsi
Kalimantan Timur melalui jalur laut. Sesudah dari pure oil tank
minyak CPO yang telah dimurnikan kembali dengan alat oil purifier
kemudian dikeringkan dngan udara vakum melalui vacuum drier
sampai kemudian disimpan di CPO oil tank.
Produk kelapa sawit selama transportasi bisa mengalami
kerusakan dan perubahan, terlebih jika harus memempuh jarak dan waktu
yang lama.Perlakuan yang baik harus benar-benar diperhatikan. Untuk itu,
28
PT. Waru Kaltim Plantation melakukan pengawasan dengan cara analisis
kualitas produk sebelum ditransportasikan ke tempat tujuan.
c. Manajemen Pengolahan (III) Peralatan Pendukung Proses
Sebagai sebuah unit produksi. PKS memerlukan sumber energi
untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan lain yang memerlukan
tenaga dalam jumlah besar. Kebutuhan energi di PKS dipasok dari dua
sumber, yaitu ketel uap (boiler) dan diesel genset. Pada pabrik kelapa
sawit, tenaga uap yang dihasilkan oleh boiler pertama-tama dikonversi
menjadi energi listrik melaui turbin. Kemudian, uap dari turbin ditampung
dalam sebuah bejana tekan dan dimanfaatkan untuk proses perebusan dan
keperluan proses pengolahan lainnya. Diesel genset merupakan sumber
tenaga pembantu yang digunakan pada saat PKS akan memulai operasi
atau pada saat PKS tidak beroperasi.
d. Manajemen IPAL (Instalasi Penanganan Air Limbah).
Proses pengolahan limbah cair dimaksudkan agar limbah tidak
mencemari lingkungan karena limbah dari kelapa sawit berbahaya
terhadap lingkungan, selain itu pengolahan limbah ini juga mengambil sisa
minyak yang terdapat pada limbah. Sehingga diharapkan limbah hanya
mengandung kadar minyak dalam jumlah persentase yang minim dan tidak
merusak lingkungan.
1) Limbah Padat
a) Janjang kosong 22-23 %
b) Serabut 12-13 %
c) Cangkang 6 %
2) Limbah Cair
a) Condensat dari rebusan (recycling) 22-23 %
b) Limbah dari stasion klarifikasi 70-75 %
c) Limbah dari hydrocylone 5 – 10 %
Jenis – jenis kolam dalam proses pengolahan limbah serta
fungsinya:
29
1) Sludge Pit Effluent Plant (Bagian 1) Merupakan tempat penampungan
sementara dari heavy phase sludge centrifuge. temperatur sludge pit
bekisar 70-80°C. pembersihan nya setiap 6 bulan.
2) Colling pond Effluent Plant (Bagian 2) merupakan kolam yang
berfungsi menurunkan suhu limbah cair dari 70-80°C menjadi sekitar
40-45°C. kemudian di mixing pond limbah dicampur 1 : 1 dimana 1
kolam limbah mixing pond dicampur dengan kolam an aerobic pond.
Proses ini berlangsung selama 24 jam. Mixing pond merupakan tempat
pra kondisi limbah sebelum masuk ke kolam an aerobic.
3) Anaerobic Pond Effluent Plant (bagian 3) berfungsi sebagai tempat
penguraian bahan organik oleh bakteri anaerobic (bakteri termofil).
Yang harus diperhatikan pada kolam ini ph harus dipertahankan antara
6,8 – 7,2. Anaerobic pond dan contact pond merupakan kolam yang
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara limbah sebelum di
Land Aplikasi sebagai pupuk. Tujuan dari land application adalah:
a) Mengurangi dan mencegah berpindahnya pencemaran dari satu
media kemedia lainnya
b) Dalam rangka menerapkan konsep produksi bersih dan zero waste
c) Mengurangi biaya pembelian pupuk an-organik
d) Meningkatkan produksi TBS
Limbah PKS mengandung senyawa anorganik dan
organik.Senyawa organik lebih mudah mengalami pemecahan
dibandingkan senyawa anorganik.Bahan-bahan organik dapat dirombak
oleh bakteri sehingga menjadi bahan yang dapat dimanfaatkan untuk
pupuk bagi tanaman kelapa sawit nantinya. Namun, sebelum dimanfaatkan
limbah harus diturunkan kadar BOD (biological oxygen demand)-nya
terlebih dahulu melalui berbagai proses fermentasi. Jika kadar BOD ini
telah sesuai barulah bisa disalurkan ke kebun-kebun terdekat melalui pipa-
pipa dari IPAL PT. Waru Kaltim Plantation. Adapun limbah lain seperti
solid, tandan kosong dapat langsung digunakan setelah keluar melalui
decanter dan empty bunch hopper.
30
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan magang yang telah dilaksanakan dari tanggal 25
Juni sampai 12 September di PT. Sukses Tani Nusasubur ini sebagaimana
telah dirincikan pada masing-masing kegiatan diatas, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada proses peremajaan, hindari penumpukan material di lahan, agar
tidak menjadi sarang hama dan penyakit yang dapat menurunkan yield
pada masa TM.
2. Sistem pembibitan yang cocok digunakan pada perusahaan kelapa sawit
dengan skala yang besar yaitu sistem double stage, agar lebih
memudahkan pada proses perawatan di prenursery.
3. Perlunya penanaman LCC ketika tajuk tanaman belum dapat menutupi
tanah, hal ini bertujuan untuk menjaga kesuburan tanah dan menekan
pertumbuhan gulma. LCC juga dapat menyumbang unsur hara dari
pengikatan N di udara.
4. Penanaman kelapa sawit sebaiknya membentuk arah pancang mata lima,
sehingga dapat memaksimalkan jumlah pokok per hektar dan
penerimaan sinar matahari.
5. Pertumbuhan vegetatif pada masa TBM harus lebih diutamakan, hal ini
bertujuan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik sehingga
menghasilkan produksi lebih banyak pada masa TM.
6. Jumlah dosis pupuk yang dibutuhkan kelapa sawit tergantung dari
kondisi tanaman dan tanah yang dapat dilihat dai sampel tanah dan
sampel daun (leaf sample unit), hal ini bertujuan untuk
mengoptimalisasi penggunaan pupuk.
7. Perawatan pada kelapa sawit juga akan menentukan tingkat keberhasilan
produksi pada pemanenan.
8. Pemanenan merupakan kegiatan untuk mendapatkan tujuan utama dari
rangkaian proses bididaya kelapa sawit. Proses panen yang benar akan
66
31
berpengaruh peningkatan rendemen dan meminimalkan kadar asam
lemak bebas.
9. Pada proses budidaya, norma kegiatan dan dosis material dapat berubah,
disesuaikan dengan kondisi lapangan.
B. Saran
1. Pengawasan kerja perlu ditingkatkan untuk menghindari pelanggaran kerja
dan losses buah.
2. Untuk fakta dilapangan yang ditemukan kebanyakan para pemanen cepat-
cepat ingin memperoleh basis dan pulang. Hal tersebut kadang membuat
orang lain khususnya para pemanen lain ingin mengikutinya. Jika
pemanen sudah ada yang pulang, pemanen lain juga ingin pulang dengan
syarat mencapai basis. Akibatnya pemanen yang ingin cepat pulang inilah
yang terkadang memanen buah yang seharusnya belum saatnya untuk
dipanen. Untuk itu perlu adanya himbauan dan pengawasan supaya para
pekera (pemanen) walaupun sudah sampai basis tetap dilokasi masing-
masing untuk istirahatnya atau tetap melakukan panen untuk memperoleh
premi.
3. Pemupukan dengan poket lebih baik ada pengawasan yang lebih, karena
yang ditemukan dilapang banyak terjadi poket yang tidak ditutup sehingga
dapat tercuci.
32
DAFTAR PUSTAKA
Abdoellah, S, & Pujianto, 1992 . Beberapa Metode Penentuan Jenis dan Dosis Pupuk Untuk Kelapa Sawit. Seminar Optimalisasi Pengelolaan Kesuburan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit. Jember
Anonim, 2007.Perkebunan Sawit.www.perkebunan.litbang.deptan. go.id.. Kelapa Sawit. Diakses pada tanggal 28 Juli 2012.
Anonim,2008. Budidaya Kelapa sawit.http://www.agromedia.net/ Pertanian/Perkebunan/Budi-Daya-Kelapa-Sawit/flypage.tpl.html.Diakses pada tanggal 28 Juli 2012.
Anonim, 2009.Panduan Teknis Budidaya Kelapa sawit.http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1966646-panduan-teknis-budidaya-kelapa-sawit/l. Diakses pada tanggal 28 Juli 2012.
Pahan, Iyung, 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.Penebar swadaya.Depok.
Poeloengan, Z. dan Sjahrum Lubis.1992.Prospek Kelapa Sawit untuk Agroindustri.Makalah untuk Agribusiness Week. P2PA. Jakarta.
Setyamidjaja dan Djoehana.1991.Budidaya Kelapa sawit.Kanisius. YogyakartaTim penulis PS,1999. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil,dan Aspek Pemasaran. PT. Penebar Swadaya. Bogor