Makalah Seminar 1 Mkk

19
Modul Manajemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas KEHAMILAN REMAJA (ADOLESEN) KELOMPOK VIII 030.07.210 Rayindra Dwi Rizky 030.08.106 Friska Monita 030.08.207 Rifti 030.09.152 Meutia Mafira Rindra 030.09.163 Nabila Syafira Audi S. 030.09.177 Nyoman Arya Adi Wangsa 030.09.191 Rangga Satrio Prawiro 030.09.205 Ridho M Dianto 030.09.215 Ruhmana Firah Fadilla R 030.09.231 Shane Sakinah 030.09.242 Stella May Herliv 030.09.255 Thiea Arantxa 030.09.268 Winda Indriati 030.09.284 Zaddam Wahid

Transcript of Makalah Seminar 1 Mkk

Modul Manajemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas

KEHAMILAN REMAJA (ADOLESEN)

KELOMPOK VIII

030.07.210  Rayindra Dwi Rizky 

030.08.106 Friska Monita

030.08.207 Rifti

030.09.152 Meutia Mafira Rindra

030.09.163 Nabila Syafira Audi S.

030.09.177 Nyoman Arya Adi Wangsa

030.09.191 Rangga Satrio Prawiro

030.09.205 Ridho M Dianto

030.09.215 Ruhmana Firah Fadilla R 

030.09.231 Shane Sakinah

030.09.242 Stella May Herliv

030.09.255 Thiea Arantxa

030.09.268 Winda Indriati

030.09.284 Zaddam Wahid

 

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

12 Desember 2011

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan 3

BAB II Laporan Kasus 5

2.1. Skenario Kasus 5

2.2. Faktor Resiko 5

2.3. Masalah 5

2.4.Kajian Masalah 5

2.5. Rencana Penatalaksanaan 6

2.6.Dasar Rasional Penatalaksanaan 6

BAB III Pembahasan 7

3.1. Latar Belakang Kehamilan Remaja 7

3.2. Resiko dan Dampak Negatif 7

3.3. Penatalaksanaan 9

3.4. Promosi dan Prevensi 10

BAB IV Daftar Pustaka 12

BAB V Penutup 13

2

BAB I

PENDAHULUAN

Diskusi tentang “kehamilan remaja” pada modul kesehatan keluarga di kelompok 8

dilakukan sebanyak 2 sesi. Sesi pertama diklakukan pada hari Rabu sekitar pukul 08.30-09.15

(1 jam 15 menit). Pada sesi pertama diskusi berjalan setengah jam lebih lambat dari waktu

awal yang ditentukan dikarenakan masalah satu dan lain hal. Pada sesi ini diskusi dipimpin

oleh Zaddam Wahid dan dibantu oleh Winda Indriati dan didampingi oleh dr. Ida sebagai tutor

pengganti dr. Wahjoe Widajatno, Sp. THT yang kebetulan berhalangan hadir.

Pada sesi pertama ini kami membahas masalah-masalah mengenai kehamilan remaja

yaitu seputar latar belakang terjadinya masalah kehamilan pada remaja dan berbagai resiko

yang dapat terjadi juga dampak negatif yang dapat terjadi pada remaja tersebut secara psiko-

sosialnya dan kesehatannya. Kami juga sedikit membahas mengenai resiko-resiko yang juga

dapat terjadi pada si janinnya.

Pada sesi kedua, tutorial terjadi pada hari kamis dan berjalan tepat waktu pukul 10.00

yang berlangsung kurang lebih selama 1 jam yaitu sampai pukul 11.00. Pada sesi kedua ini

diskusi masih tetap dipimpin oleh Zaddam Wahid dan dibantu oleh Meutia Mafira Rindra

selaku sekertaris dan juga didampingi oleh dr. Wahjoe Widajatno, Sp. THT selaku tutor

diskusi.

Pada sesi kedua kami membahas tentang bagaimana menatalaksana pasien ini,

tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan untuk menunjang diagnosis kehamilan pada pasien

ini, adanya anamnesis lanjutan, pemeriksaan fisik juga penunjang dan tak lupa membahas

tentang betapa pentingnya konsultasi juga rujukan terhadap dokter yang lebih ahli di dalam

bidangnya (contoh : dirujuk ke spesialis obstetric dan ginekologi untuk kehamilannya dan

dirujuk ke psikolog untuk menanggulangi dampak psikososialnya) dan juga kami membahas

bagaimana edukasi baik yang akan dilakukan kepada sang pasien dan juga keluarganya.

Dewasa ini masyarakat menghadapi kenyataan bahwa kehamilan pada remaja makin

meningkat dan menjadi masalah terutama kehamilan di bawah usia 20 tahun. Kurangnya

pengetahuan seks dan kehidupan rumah tangga serta adanya istiadat yang merasa malu kawin

tua (perawan tua) menyebabkan meningkatnya perkawinan dan kehamilan usia remaja. UU

Perkawinan No.1 1974 dengan usia kawin perempuan16 tahun menyebabkan perkawinan usia

3

remaja meningkat dimana konsekuensi dari kehamilan remaja adalah pernikahan remaja dan

pengguguran kandungan.

Kehamilan pada remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja berhubungan secara

bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik terhadap ibu maupun anaknya. Dari sudut

kesehatan obstetri hamil pada usia remaja memberi resiko komplikasi yang mungkin terjadi

pada ibu dan anak seperti : anemia, preeklampsia, eklampsia, abortus, partus prematurus,

kematian perinatal, perdarahan dan tindakan operatif obstetri lebih sering dibandingkan dengan

kehamilan pada golongan usia 20 tahun keatas.

Sekarang ini, masalah kehamilan remaja cenderung masih kurang untuk negara-negara

berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju. Program pendidikan seks di sekolah

memainkan peran besar di kalangan remaja. Tanpa adanya pengetahuan yang cukup bagi

remaja, maka remaja dapat terjun ke hal-hal yang tidak semestinya seperti seks bebas yang

dapat mengakibatkan kehamilan remaja. Masa remaja adalah masa stres emosional yang dapat

mengakibatkan perubahan psikologis dan fisiologis yang cepat. Selama bertahun-tahun,

aktivitas seksual di kalangan remaja semakin meningkat. Meskipun aktivitas seksual aktif,

kebanyakan remaja masih belum memiliki pengetahuan yang tepat tentang seksualitas.1

4

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Skenario Kasus

Seorang remaja perempuan, siswi kelas 3 SMA berusia 17 tahun datang ke praktik

dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan, diantar oleh orangtuanya dengan keluhan

sudah terlambat haid 2 minggu dan sudah melakukan tes urin untuk deteksi kehamilan dengan

hasil positif hamil.

2.2 Faktor Resiko

Faktor resiko pada kehamilan remaja, yaitu :

a. Ketidaktahuan atau minimnya pengetehuan tentang perilaku seksual

b. Tidak menggunakan alat kontrasepsi

c. Kegagalan alat kontrasepsi

d. Akibat perkosaan

e. Persoalan sosial ekonomi

f. Masih banyaknya remaja Indonesia yang mempercayai mitos-mitos seputar seksual

seperti bahwa melakukan hubungan seksual pertama kali tidak dapat menyebabkan ke-

hamilan1

g. Broken home

h. Kurangnya komunikasi antara anak dan orangtua

i. Pergaulan bebas

2.3 Masalah

Masalah yang terjadi pada kasus ini yaitu kehamilan pada remaja, seorang siswi kelas 3

SMA, berusia 17 tahun.

2.4 Kajian masalah

Pada kasus kehamilan remaja, banyak dampak yang dapat timbul, terutama dari sisi

negatifnya, terutama dari aspek medis dan psikososial.

5

2.5 Rencana Penatalaksanaan

Setelah menggali informasi mengenai kehamilannya terdapat dua tatalaksana untuk

pasien ini, dapat dilakukan abortus maupun diteruskan tergantung hasil anamnesa dan

pemeriksaan fisik.

2.6 Dasar Rasional Penatalaksanaan

Abortus dapat dilakukan apabila membahayakan nyawa ibu maupun bayi yang

dikandungnya atau kehamilan yang tidak diinginkan akibat pemerkosaan. Sedangkan apabila

kehamilan ini dilanjutkan dapat memberikan antenatal care dan vitamin mengingat masa

kehamilan yang baru masuk trimester awal, lalu memonitor untuk mencegah hal-hal yang tidak

diinginkan karena usia ibu yang muda ini dan penyakit seksual .

6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang Kehamilan Remaja

Masa remaja adalah masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap

ke tahap lain dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, dan pola perilaku. Perubahan

ini banyak timbul permasalahan. Mereka harus mendapatkan identitas diri yang positif agar

dapat berkembang sebagai dewasa muda yang sehat dan positif. Remaja memiliki karateristik

yang khas. Remaja cenderung energitik, selalu ingin tahu, emosi yang tidak stabil, cenderung

berontak dan mengukur segalanya dengan ukurannya sendiri dengan cara berpikirnya yang

tidak logis. Hal ini sering menyebabkan adanya konflik dengan orang tua, guru maupun figur

otoritas lainnya. Namun demikian, tahap ini adalah tahap yang memang harus dilalui oleh

remaja dalam mencari identitas dirinya. Menurut usia yang digolongkan sebagai remaja, yaitu :

WHO : usia 10 – 19 tahun

UU Perlindungan Anak no. 22/2003 : usia 10 – 18 tahun

Kaum Muda : usia 15 – 24 tahun

Masalah kehamilan remaja dapat dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Komunikasi orang tua dan anak yang kurang baik

2. Kurangnya pendidikan seksual

3. Lingkungan pergaulan yang kurang baik

4. Perkembangan teknologi

5. Ketidaknyamanan dan kurangnya akses terhadap sarana kesehatan reproduksi

6. Keingintahuan dan rasa penasaran yang tinggi

3.2 Resiko dan Dampak Negatif

Aspek Medik

Resiko bagi ibunya :

1. Mengalami perdarahan.

Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun merupakan faktor risiko

terjadinya perdarahan pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal.

Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita

7

belum berkembang dengan sempurna, sehingga kemungkinan untuk terjadinya

komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar. Perdarahan pasca

persalinan yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan

pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan pascapersalinan

yang terjadi pada usia 20-29 tahun.

2. Pre-eklampsi

Pre-eklampsi merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan

dalam masa nifas yang terdiri dari trias, hipertensi, proteinuria, dan edema, yang

kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Pre-eklampsi umumnya terjadi pada ke-

hamilan pertama, kehamilan usia muda/ remaja, dan kehamilan pada wanita diatas 40

tahun.2

3. Persalinan yang lama dan sulit.

Persalinan yang lama dan sulit adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun

janin. Penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, ke-

lainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan.3

4. Kematian ibu.

Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.

Dari bayinya :

1. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

Kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari).

2. Berat badan lahir rendah (BBLR).

Bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. Kebanyakan hal ini

dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. Dapat

juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.4

3. Cacat bawaan.

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi,

virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.5

4. Kematian bayi

Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal

yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37

minggu (259 hari), serta lahir dengan asfiksia.

8

Aspek Psikososial

Resiko Psikis atau Psikologis

Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau

menikahinya atau tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kalau mereka menikah,

hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah yang penuh konflik karena sama-

sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu,

pasangan muda terutama pihak perempuan, akan sangat dibebani oleh berbagai perasaan

yang tidak nyaman seperti dihantui rasa malu yang terus menerus, rendah diri, bersalah atau

berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak ditangani dengan baik, maka

perasaan-perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah.

Resiko Sosial

Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atas kemauan sendiri dikarenakan rasa

malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini

masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang hamil. Risiko sosial lain, menjadi

objek pembicaraan masyarakat, kehilangan masa remaja yang seharusnya dinikmati, dan

terkena cap buruk karena melahirkan anak "di luar nikah". Kenyataannya di Indonesia,

kelahiran anak di luar nikah masih sering menjadi beban orang tua maupun anak yang lahir.6

3.3 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada kasus ini, apabila pasien ingin melanjutkan kehamilannya, hal-hal

yang dilakukan antara lain :

a. Lakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap pasien.

b. Berikan penjelasan dengan seksama perihal kondisi pasien.

c. Pemberian gizi yang baik. Hal ini penting pada ibu hamil. Karena janin dalam kandungan

harus mendapatkan nutrisi yang cukup.

d. Berikan vitamin.

e. Edukasi pasien untuk selalu melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala kedepannya

untuk memenatau kondisi janin sekaligus deteksi dini kelainan kongenital.

f. Edukasi pasien untuk berhati-hati dalam penggunaan obat-obatan. Ada beberapa obat yang

dapat mengakibatkan kecacatan pada bayi (teratogenik).

g. Edukasi keluarga pasien untuk memberikan dukungan moril terhadap pasien.

9

h. Lakukan upaya mediasi dengan pihak sekolah dalam hal untuk mempertimbangkan

masalah pendidikan, mengingat kini pasien adalah murid kelas 3 SMA . Dan jika tidak di-

dapati hasil yang baik, dapat dipertimbangkan untuk mengikuti home schooling atau ujian

penyetaraan.

i. Berikan motivasi positif dan penjelasan tentang resiko-resiko pengguguran kahamilan dan

pasal-pasal yang terkait bila pasien ingin menggugurkannya. Sebagai dokter yang baik kita

tidak boleh melakukan aborsi tanpa adanya indikasi medis.

3.4 Promosi dan Prevensi

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya yang dilakukan untuk

memberikan pengetahuan tentang sistem, fungsi dan proses reproduksi sebagai akibat

pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dan sekaligus memantapkan moral, etika serta

membangun komitmen agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Upaya

tersebut dapat dilakukan melalui :

Promosi

1. Melalui Instasi Kesehatan

Contohnya seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Materi yang diberikan yaitu seperti sex

education dan penyebabnya serta akibat yang ditimbulkan akibat kesalahan penggunaan

alat reproduksi.

2. Melalui Pendidikan Kesehatan Reproduksi Berbasis Sekolah

Seperti di Sekolah, melalui sekolah biasanya lebih efisien karena sex education yang

diberikan berkesinambungan dengan tenaga tenaga pengajar yang sudah terlatih.

Kurikulum yang diberikan harus sesuai, harus mulai diberikan sejak dini di sekolah

dasar dn dilanjutkan hingga akhirnya tetapi disesuaikan dengan level kurikulumnya.

Keterlibatan masyarakat juga diperlukan dalam pengembangan dan penatalaksanaan

program edukasi ini.

3. Lingkungan Sosial

Biasanya didapatkan sebagian besar (>50%) adalah teman, selebihnya dari orang tua,

saudara, media cetak dan elektronik. Tetapi perlu diketahui bahwa informasi yang

didapatkan dari lingkungan sosial belum tentu sepenuhnya benar dan biasanya hanya

mitos dan gosip-gosip yang menyebar.

4. Klinik Remaja (Youth/Adolescent-Friendly Reproductive Health Services)

10

Didalam klinik ini di prakarsai oleh remaja-remaja yang terlatih untuk memberikan

informasi dan edukasi terhadap remaja lain yang datang ke klinik tersebut. Dalam

mengedukasi lebih baik di lakukan juga pendekatan khusus dalam hal biologis dan

psikologis. Klinik ini tidak bersifat menghakimi dan mempunyai aksesibilitas yang

tinggi.

Prevensi

1. Peningkatan Spiritualitas

Cara ini merupakan fondasi utama untuk tidak melakukan kegiatan sex.

2. Melalui pengadaan ATM kondom.

Tetapi perlu diketahui bahwa pada negara-negara berkembang dan yang memegang

nilai moralitas tinggi hal ini dilarang dan tidak disetujui karena menurut negara-negara

itu hal ini akan menambah stimulasi remaja untuk melakukan hubungan sex

3. Pendidikan Tentang Kesehatan Reproduksi (sesuai tingkat usia)

4. Pencegahan melalui Media Elektronik dan Dunia maya

Dengan cara memblokir situs-situs dewasa dan juga membatasi tayangan program tv

yang menuju kearah seksualitas dan vulgaritas.

11

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. BKKBN. Makin Banyak Remaja Melakukan Seks Pranikah. Available at:

http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/substansi/detail/562 Accessed: December 10, 2011.

2. Mochtar R. Toksemia Gravidarum. In: Lutan D, editor. Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiolo-

gis Obstetri Patologi. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998. p. 199.

3. Alamsyah M, Mose JC. Persalinan Lama. In: Saifuddin AB, editor. Ilmu Kebidanan. 4 th ed.

Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. p.562.

4. Mochtar R. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). In: Lutan D, editor. Sinopsis Obstetri Ob-

stetri Fisiologis Obstetri Patologi. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998. p.

448.

5. Mochtar R. Kelainan Kongenital (Malformasi Kongenital). In: Lutan D, editor. Sinopsis

Obstetri Obstetri Fisiologis Obstetri Patologi. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 1998. p. 438-9.

6. BKKBN. Kehamilan Tak Diharapkan dan Infeksi Menular Seksual Pada Remaja. Available

at: http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/substansi/detail/115 Accessed: December 10, 2011.

12

BAB V

PENUTUP

Masa remaja adalah masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap

ke tahap lain dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, dan pola perilaku. Perubahan

ini banyak timbul permasalahan dan timbul konflik-konflik. Bila tidak diberikan pendidikan

yang baik dapat mnyebabkan kehamilan remaja yang dimana sebenarnya remaja belum siap

untuk hamil dan mempunyai anak. Hal ini dapat di cegah dengan memperbaiki komunikasi

antara anak dengan orangtua, meningkatkan iman, dan pendidikan mengenai kesehatan

reproduksi. Karena perilaku sex bebas ini, dapat berdampak negatif baik dalam bidang medis

maupun psikososial bagi yang melakukannya, orangtua, dan orang lain yang tidak bersalah

terutama bila mengidap penyakit menular seksual ataupun AIDS. Selain itu kehamilan remaja

ini dapat merusak masa depan bangsa karena terputusnya pendidikan akibat kehamilan. Bila

sudah terjadi kehamilan harus lebih diawasi untuk terjadinya komplikasi yang mungkin terjadi.

Sekian makalah ini kami susun, terimakasih atas dosen-dosen yang telah membimbing

kami. Semoga makalah ini dapat berguna untuk banyak orang.

13