MAKALAH SEI kelompok kitaaa

31
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH SISTEM EKONOMI ISLAM TEORI PERILAKU PRODUSEN Oleh : Riska Dewi A (C1C009004) Liantina R.C.W (C1C009037) Diah Ayu Paramita (C1C009039) Laela Yunita D.W (C1C009052) Dian Lavina (C1C009058) KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI PURWOKERTO

Transcript of MAKALAH SEI kelompok kitaaa

Page 1: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH SISTEM EKONOMI ISLAM

TEORI PERILAKU PRODUSEN

Oleh :

Riska Dewi A (C1C009004)

Liantina R.C.W (C1C009037)

Diah Ayu Paramita (C1C009039)

Laela Yunita D.W (C1C009052)

Dian Lavina (C1C009058)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

PURWOKERTO

2011

Page 2: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan

rahmat serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW dan para pengikutnya hingga akhir zaman sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “ Teori Perilaku Produsen”.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada kedua orang tua kami yang telah memberi

doa, semangat dan dukungannya kepada kami. Tak lupa pula kami sampaikan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang telahmembantu dalam pembuatan dan penyelesaian makalah

ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna

perbaikan di kesempatan yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Purwokerto, April 2011

Penulis

Page 3: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i

BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1

BAB II : ISI

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Produksi Menurut Islam ………………… 2

B. Tujuan Produksi Menurut Islam ………………………………………… 4

C. Motivasi Produsen dalam Berproduksi ………………………………… 7

D. Formulasi Mashlahah bagi Produsen …………………………………

E. Penurunan Kurva Penawaran …………………………………………

BAB III : PENUTUP …………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….

Page 4: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

BAB I

PENDAHULUAN

Produksi merupakan kegiatan mengahasilkan barang dan jasa. Produksi merupakan

aktivitas ekonomi yang sangat menunjang kegiatan konsumsi. Tanpa produksi, konsumen

tidak akan dapat mengonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkan. Produksi dan konsumsi

merupakan mata rantai yang saling berkaitan dan tidak bisa saling dilepaskan.

Pada dasarnya, prinsip-prinsip yang berlaku pada konsumsi, juga berlaku pada

produksi. Jika konsumen mengonsumsi barang dan jasa bertujuan untuk memperoleh

mashlahah, produsen memproduksi barang dan jasa juga dimaksudkan untuk mendapat

mashlahah. Dengan demikian, produsen dan konsumen memiliki tujuan yang sama, yaitu

mencapai mashlahah.

Page 5: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

BAB II

ISI

Teori Perilaku Produsen

Bab ini akan membahas perilaku produsen, meliputi motivasi dan tujuannya dalam

berproduksi, perilaku yang berkaitan dengan upaya meraih maslahah, hingga prinsip dan

nilai yang harus dipegangnya. Perilaku produsen ini kemudian akan menjadi dasar kurva

penawaran dipasar. Pemaparan kegiatan produksi pada masa Rasulullah SAW, serta sejarah

kegiatan produksi menurut Al-Qur’an.

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Produksi Menurut Islam

Definisi Produksi Secara Umum

Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang

kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Pada mulanya, seseorang memproduksi sendiri

barang dan jasa yang dibutuhkan. Seiring dengan semakin beragamnya kebutuhan, seseorang

tak dapat lagi memproduksi semua barang yang dibutuhkan, tetapi memperolehnya dari orang

lain melaui pertukaran. Saat ini, tidak ada seorang pun di dunia yang mampu mencukupi

kebutuhannya dengan memproduksinya sendiri. Secara teknis, produksi adalah proses

transformasi input menjadi output. Namun, definisi produksi menurut ilmu ekonomi menjadi

lebih luas mencakup tujuan produksi serta karakter yang melekat pada kegiatan tersebut.

Komentar Pakar Ekonom Muslim Kontemporer tentang Produksi :

Kahf (1992)

Kegiatan produksi dalam perspektif Islam adalah usaha manusia untuk memperbaiki tidak

hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan

hidup sebagaimana digariskan dalam Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat (falah).

Page 6: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

Mannan (1992)

Menekankan pentingnya motif altruisme bagi produsen yang Islami, sehingga ia menyikapi

dengan hati-hati konsep Pareto Optimality dan Given Demand Hypothesis yang banyak

dijadikan sebagai konsep dasar produksi dalam ekonomi konvensional.

Rahman (1995)

Menekankan pentingnya keadilan dan kemerataan produksi (distribusi output produksi secara

merata ke seluruh lapisan masyarakat).

Ul Haq (1996)

Tujuan produksi adalah memenuhi kebutuhan yang bersifat fardhu kifayah, yaitu kebutuhan

yang bagi banyak orang pemenuhannya menjadi keharusan.

Siddiqi (1992)

Produksi sebagai proses penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan keadilan dan

mashlahahnya bagi masyarakat. Sepanjang produsen telah berlaku adil dan membawa

kebaikan bagi masyarakat, ia telah bertindak secara Islami.

Dari beberapa definisi ekonom Muslim tersebut, produksi dalam perspektif Islam

akan mengerucut pada manusia dan eksitensinya, meskipun beberapa definisi tersebut

berusaha mengelaborasi dari perspektif yang berbeda. Dengan demikian, segala kepentingan

manusia yang sejalan dengan moral Islam, harus menjadi fokus dan target utama kegiatan

produksi. Produksi adalah proses mencari, mengalokasikan dan mengolah sumber daya

menjadi output dalam rangka meningkatkan mashlahah bagi manusia. Jadi, produksi

mencakup aspek tujuan maupun karakter yang melekat pada kegiatan tersebut.

B. Tujuan Produksi menurut Islam

Kegiatan produksi merupakan respon dari kegiatan konsumsi, atau sebaliknya.

Kegiatan produksi menciptakan barang dan jasa, sedangkan kegiatan konsumsi menggunakan

barang dan jasa tersebut. Sehingga, konsumsi dan produksi merupakan mata rantai yang

saling berkaitan. (Gambar 6.1). Karena itu, kegiatan produksi harus sejalan dengan konsumsi.

Page 7: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

Jika keduanya tidak sejalan, kegiatan ekonomi tidak akan berhasil mencapai tujuan yang

diinginkan.

Contoh, dalam Islam terdapat larangan mengonsumsi minuman beralkohol. Jika ada

individu yang memproduksi minuman beralkohol kemudian dapat memasarkannya secara

bebas, maka tujuan ekonomi Islami tidak akan tercapai.

Gambar 6.1

Pada dasarnya, tujuan kegiatan produksi adalah untuk memperoleh mashlahah

maksimum dari sudut pandang produsen. Dengan kata lain, tujuan produksi adalah

menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah maksimum bagi konsumen.

Secara spesifik, tujuan produksi adalah meningkatkan kemashlahatan melalui:

A. Pemenuhan Kebutuhan Manusia pada Tingkat Moderat

Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat, akan menimbulkan 2 implikasi:

1. Produsen hanya akan menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan (needs),

meskipun belum tentu merupakan keinginan (wants) konsumen. Barang dan jasa yang

Page 8: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

dihasilkan harus punya manfaat riil bagi kehidupan Islami, tidak sekadar memberikan

kepuasan maksimum sehingga menyebabkan prinsip customer satisfaction atau given

demand hypothesis yang jadi pegangan produsen kapitalis tak dapat diimplementasikan

begitu saja.

2. Kuantitas produksi tidak boleh berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar.

B. Menemukan Kebutuhan Masyarakat dan Upaya Pemenuhannya

Meskipun produksi berfungsi menyediakan sarana kebutuhan manusia, bukan berarti

bahwa produsen sekadar bersikap reaktif terhadap kebutuhan konsumen. Sebaliknya,

produsen harus proaktif, kreatif, dan inovatif untuk menemukan berbagai barang dan jasa

yang dibutuhkan masyarakat.

Sikap proaktif ini harus berorientasi kedepan, yang berarti:

Menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kehidupan mendatang.

Menyadari bahwa sumber daya ekonomi tidak hanya diperuntukkan bagi manusia

sekarang, tetapi juga untuk generasi mendatang.

Orientasi kedepan ini akan mendorong aktivitas riset dan pengembangan, efisiensi

untuk menjaga kesinambungan, dan kegiatan produksi yang berwawasan lingkungan.

C. Menyediakan Barang dan Jasa di Masa Depan

Dalam ekonomi konvensional, saat ini mulai dikembangkan konsep pembangunan

yang berkesinambungan (sustainable development) yang pada dasarnya bertujuan

menyediakan pembangunan yang memadai bagi generasi yang akan datang.

Dalam dunia nyata, seringkali terjadi hubungan berkebalikan (trade off) antara

kegiatan ekonomi saat ini dengan masa depan dikarenakan kecenderungan manusia

mementingkan diri sendiri, yaitu semakin banyak produksi saat ini, semakin sedikit cadangan

bagi masa depan. Untuk itu, produksi dalam perspektif Islam haruslah memperhatikan

pembangunan yang berkesinambungan (sustainable development).

Page 9: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

D. Pemenuhan Sarana bagi Kegiatan Sosial dan Ibadah Kepada Allah

Tujuan produksi sebagai pemenuhan sarana bagi kebutuhan sosial dan ibadah kepada

Allah, sejatinya merupakan tujuan produksi yang paling orisinal dalam ajaran Islam. Dengan

kata lain, tujuan produksi adalah untuk mendapatkan berkah, meskipun secara fisik belum

tentu dirasakan oleh pengusaha itu sendiri.

Selain itu, tujuan produksi sebagai sarana kegiatan sosial dan ibadah akan membawa

implikasi yang luas, sebab produksi tidak akan selalu menghasilkan keuntungan materi.

Kegiatan produksi tetap harus berlangsung meskipun tidak menghasilkan keuntungan

material, karena akan memberikan keuntungan yang lebih besar yaitu pahala di akhirat.

Meskipun produksi hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia tidak berarti

bahwa produsen sekadar bersikap reaktif terhadap kebutuhan konsumen. Produen harus

proaktif, kreatif dan inovatif. Sikap proaktif ini juga harus berorientasi ke depan (future

view), dalam arti: Pertama, menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kehidupan

masa mendatang, Kedua, menyadari bahwa sumber daya ekonomi, baik natural resources

atau non natural resources, tidak hanya diperuntukkan bagi manusia yang hidup sekarang,

tetapi juga untuk generasi mendatang.

Kegiatan Produksi Umat Terdahulu

Begitu pentingnya kegiatan produksi, sehingga banyak dijumpai baik dalam Al-quran

maupun hadits. Rasulullah Saw bersabda : “Nabi daud adalah tukang besi pembuat senjata,

Nabi Adam adalah seorang petani, Nabi Nuh seorang tukang kayu, Nabi Idris seorang tukang

jahit, dan Nabi Musa adalah penggembala.” (HR Al-Hakim)

Beberapa kegiatan produksi yang dilakukan umat Nabi terdahulu antara lain

berdasarkan infromasi yang tersebar dalam Al-quran antara lain:

1. industri besi, baja, dan kuningan.

2. industri perhiasan emas, perak, mutiara dan sutera.

3. industri minyak nabati dan pertambangan.

4. industri kulit, tekstil, dan kaca.

5. industri keramik, batu bata, dan bangunan.

6. industri perkapalan.

Page 10: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

C. Motivasi Produsen dalam Berproduksi

Motivasi utama bagi produsen adalah mencari keuntungan material (uang) secara

maksimal dalam ekonomi konvensional sangatlah dominan, meskipun kemungkinan juga

masih terdapat motivasi lainnya. Menurut pendapat Milton Friedman seorang Nobel laureate

di bidang ekonomi menunjukan bahwa satu-satunya fungsi dunia usaha (business) adalah

untuk melakukan aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan keuntungan, sepanjang hal ini

berdasarkan pada aturan main yang ada. Dengan kata lain, mereka hanya perlu berpartisipasi

dalam persaingan bebas dan terbuka tanpa adanya kecurangan dan pemalsuan/penipuan.

Keuntungan maksimal telah menjadi insetif yang teramat kuat bagi produsen untuk

melaksanakan produksi. Akibatnya, motivasi untuk mencari keuntungan maksimal sering kali

menyebabkan produsen mengabaikan etika dan tanggung jawab sosialnya, meskipun

mungkin tidak melakukan pelanggaran hukum formal dan terkadang ada juga yang

menggunakan berbagai cara untuk mencapai keuntungan maksimal. Motivasi produsen sering

kali merugikan pihak lain sekaligus diri sendiri.

Dalam pandangan ekonomi Islam, motivasi produsen semestinya sejalan dengan

tujuan produksi dan tujuan kehidupan produsen itu sendiri. Tujuan produksi adalah

menyediakan kebutuhan material dan spiritual untuk menciptakan mashlahah, maka motivasi

produsen tentu saja juga mencari mashlahah dimana hal ini juga sejalan dengan tujuan

kehidupan seorang muslim. Dengan demikian, produsen dalam pandangan ekonomi Islam

adalah mashlahah maximizer. Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain

memang tidak dilarang, sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam.

A.       Keuntungan, Kerja, dan Tawakal

            Keabsahan keuntungan bagi kegiatan prouksi dalam ekonomi Islam tidak perlu

disangsikan lagi. Ajaran Islam bersikap sangat positif dan proaktif terhadap upaya manusia

untuk mencari keuntungan. Sepanjang cara yang dilakukan tidak melanggar syariat. Upaya

mencari keuntungan merupakan konsekuensi dari aktivitas kerja produktif yang dilakukan

seseorang, sementra keuntungan itu sendiri merupakan rezeki yang diberikan Allah kepada

hamba-Nya. Dalam pandangan Islam, kerja bukanlah sekedar aktivitas yang bersifat duniawi,

tetapi memiliki nilai transendensi. Kerja merupakan sarana untuk mencari penghidupan serta

untuk mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya. Kerja merupakan salah

satu cara yang Hallalan thayyibah untuk memperoleh harta (maal) dan hak milik (al milk)

Page 11: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan. Dengan Kerja seseorang dapat memperoleh hak

milik yang sah sehingga orang lain tidak dapat mengganggunya. Kerja juga merupakan

aktivitas yang menjadikan manusia bernilai/berguna di mata Allah dan Rasul-Nya, serta di

mata masyarakat. Harga diri manusia dapat dilihat dari apa yang dikerjakannya. Menurut

Ibnu Khaldun, kerja merupakan implementasi fungsi kekhalifahan manusia yang diwujudkan

dalam menghasilkan suatu nilai tertentu yang ditimbulkan dari hasil kerja.

            Rasullulah Muhammad Saw., para nabi dan para sahabat adalah para pekerja keras

dan selalu menganjurkan agar manusia bekerja keras. Sebagaimana disampaikan dalam

kotak, di samping bertugas menyampaikan risalah Allah, mereka memiliki berbagai profesi

yang dilakukan secara professional. Berikut ini beberapa hadits yang memberikan anjuran

untuk bekerja:

“ Tidak ada satu makanan pun yang dimakan seseorang itu lebih baik daripada makanan

hasil usaha sendiri.” ( HR Bukhari )

“ Barangsiapa di malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua

tangannya di siang hari maka dia diampuni dosanya ( oleh Allah ).” (HR Tabrani)

“ Tidak ada seorang laki-laki yang menanam tanaman (bekerja) kecuali Allah mencatat

baginya pahala (sebesar) apa yang keluar dari tanaman tersebut.” (HR Abu Dawud dan

Hakim)

            Kebalikan dari kerja keras adalah pengangguran dan sikap bermalas-malasan. Islam

sangat membenci pengangguran, peminta-minta dan sikap pasif dalam mencari maal. Allah

telah memberikan suatu perumpamaan yang tegas tentang perbedaan antara penganggur dan

peminta-minta ini dengan seorang yang bekerja sebagai seorang yang bisu dan tuli dengan

orang yang waras. Rang yang bisu dan tuli akan menjadi beban orang yang menanggungnya

sehingga dia akan tehina dan relatif sulit untuk berbuat kebaikan. Sebaliknya, orang yang

bekerja akan memiliki kekuatan untuk menegakkan kebaikan dan keadilan sehingga

mendapatkan kedudukan yang mulia.

Sebagian orang juga bersikap sangat pasif dalam bekerja dengan alasan bertawakal (berserah

diri) kepada Allah. Mereka tidak bekerja atau hanya bekerja seadanya dengan alasan berserah

diri pada pemberian Allah. Kadangkala mereka juga beralasan bahwa karena rejeki telah

diatur oleh Allah, maka tidak diperlukan kerja keras (sebab kalau Allah memberi pasti rejeki

datang dengan sendirinya). Ketawakalan kepada Allah seharusnya diwujudkan dalam kerja

Page 12: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

keras, sebab Allah tidak menurunkan rejekinya begitu saja dari langit. Keadaan seseorang

tidak akan berubah jika manusia itu sendiri tidak berusaha untuk merubahnya sendiri.

B.       Kegiatan Produksi pada Masa Rasullullah Muhammad Saw.

            Masyarakat Islam pada dasarnya adalah masyarakat produktif, sebagaimana telah

ditunjukkan dalam sejarah industry pada masa Rasulullah. Tercatat bahwa pada masa

Rasullulah terdapat kurang lebih 178 buah usaha industrti dan bisnis barang dan jasa yang

menggerakkan perekonomian masyarakat pada masa itu.

Di antara berbagai industri tersebut, terdapat 12 macam yang menonjol, yaitu :

1.        Pembuatan senjata dan segala usaha dari besi

2.        Perusahaan tenun – menenun

3.        Perusahaan kayu dan pembuatan rumah/bangunan

4.        Perusahaan meriam dari kayu

5.        Perusahaan perhiasan dan kosmetik

6.        Arsitektur perumahan

7.        Perusahaan alat timbangan dan jenis lainnya

8.        Pembuatan alat-alat berburu

9.        Perusahaan perkapalan

10.    Pekerjaan kedokteran dan kebidanan

11.    Usaha penerjemahan buku

12.    Usaha kesenian dan kebudayaan lainnya

Page 13: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

D. Formulasi Maslahah bagi Produsen

Mashlahah terdiri dari dua komponen yaitu manfaat (fisik dan non fisik) dan berkah.

Dalam konteks produsen yang menaruh perhatian pada keuntungan/profit, maka manfaat ini

berupa keuntungan material (maal). Keuntungan ini bisa dipergunakan untuk maslahah

lainnya seperti maslahah fisik, intelektual, maupun sosial.

Untuk rumusan mashlahah yang menjadi perhatian produsen adalah:

M ¿ π+ B

Dimana M menunjukkan mashlahah, π adalah keuntungan, dan B adalah berkah.

Dalam hal ini berkah itu sendiri di definisikan, dimana produsen akan menggunakan proksi

yang sama dengan yang dipakai oleh konsumen dalam mengidentifikasinya, yaitu adanya

pahala pada produk atau kegiatan yang bersangkutan. Adapun keuntungan merupakan selisih

antara pendapatan totalnya/total costnya. Rumusnya yaitu :

π = TR – TC

Pada dasarnya berkah akan diperoleh apabila produsen menerapkan prinsip dan nilai

Islam dalam kegiatan produksinya. Penerapan ini sering kali menimbulkan biaya ekstra yang

relatif besar dibandingkan jika mengabaikannya. Di sisi lain, berkah yang diterima

merupakan kompensasi yang tidak secara langsung diterima produsen atau berkah revenue

(BR) dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan berkah tersebut atau berkah cost (BC),

yaitu:

B = BR – BC = – BC

Dalam persamaan di atas penerimaan berkah dapat diasumsikan nilainya nol atau

secara indrawi tidak dapat diobservasi karena berkah memang tidak secara langsung selalu

berwujud material. Dengan demikian, maslahah sebagaimana didefinisikan pada persamaan

sebelumnya bisa ditulis kembali menjadi:

M = TR – TC – BC

Pada persamaan di atas, ekspresi berkah (BC) menjadi faktor pengurang karena

berkah tidak bisa datang dengan sendirinya melainkan harus dicari dan diupayakan

kehadirannya sehingga kemungkinan akan timbul beban ekonomi atau bahkan inisial dalam

Page 14: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

rangka itu. Oleh karena itu, muslim yang berorientasi pada berkah akan rela mengeluarkan

biaya yang lebih tinggi guna mencari berkah dari langit maupun muka bumi yang akan

diberikan Allah. Berkah dari langit akan berupa pahala yang kelak diterimanya di akhirat,

sementara berkah di bumi dapat berwujud segala hal yang memberikan kebaikan dan manfaat

bagi produsen sendiri atau juga manusia secara keseluruhan. Komitmen produsen terhadap

hak-hak tenaga kerja, misalnya akan meningkatkan etos, loyalitas, dan produktivitas tenaga

kerja terhadap produsen. Akibatnya para tenaga kerja akan bekerja dengan lebih baik

sehingga pada akhirnya juga akan menguntungkan produsen itu sendiri. Komitmen tersebut

juga akan meningkatkan citra positif produsen di mata masyarakat sehingga kemungkinan

juga akan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produsen. Hal ini diwujudkan dalam

bentuk peningkatan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan

produsen. Jadi, upaya mencari berkah dalam jangka pendek memang menurunkan

keuntungan (karena adanya biaya berkah), tetapi untuk jangka panjang kemungkinan justru

akan meingkatkan keuntungan (karena meningkatnya permintaan).

Berkah di bumi juga dapat berwujud kebaikan dan manfaat yang diterima masyarakat

secara keseluruhan. Biaya lebih yang harus dikeluarkan oleh satu produsen tentu tidak ada

nilainya jika dibandingkan dengan manfaat yang akan diterima oleh masyarakat secara

keseluruhan.

Adanya biaya untuk mencari berkah (BC) tentu saja akan membawa implikasi

terhadap harga barang dan jasa yang dihasilkan produsen. Harga jual produk adalah harga

yang telah mengakomodasi pengeluaran berkah tersebut, yaitu:

BP = P + BC

Sehingga rumusan maslahah di atas akan berubah menjadi:

M = BTR – TC - BC

Selanjutnya dengan pendekatan kalkulus terhadap persamaan di atas, maka bisa

ditemukan pedoman yang bisa digunakan oleh produsen dalam memaksimumkan maslahah

atau optimum mashlahah condition (OMC) yaitu:

BP dQ = dTC + dBC

Page 15: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

Jadi, optimum maslahah condition dari persamaan di atas menyatakan bahwasanya

maslahah akan maksimum jika nilai dari unit terkahir yang diproduksi (BPdQ) sama dengan

perubahan (tambahan) yang terjadi pada biaya total (dTR) dan pengeluaran berkah total

(dBC) pada unit terkahir yang diproduksi. Jika nilai dari unit terakhir yang diproduksi (BPdQ)

masih lebih besar dari pengeluarannya dTC + dBC, maka produsen akan mempunyai

dorongan untuk menambah jumlah produksi lagi. Dan jika nilai unit terakhir hanya pas untuk

membayar kompensasi yang dikeluarkan dalam rangka produksi unit tersebut, dTC + dBC

maka tidak ada lagi dorongan bagi produsen untuk menambah produksi lagi. Kondisi ini

menunjukkan bahwa produsen dikatakan berada pada posisi keseimbangan (equilibrium) atau

optimum.

Selanjutnya, jika BTR merupakan pendapatan total yang telah mengandung berkah,

dan BP adalah harga produk yang telah mempertimbangkan berkah, maka pendapatan total :

BTR = BPQ

Sementara itu, biaya total TC adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi

barang. Dalam hal ini, biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan input, sehingga:

TC = f (I)

Sedangkan input, sangat tergantung pada seberapa banyak kuantitas produksi (Q), sehingga:

I = g (Q)

Berkah yang terbentuk dalam produk (BR) akan mengikuti proses produksi, tepatnya, berkah

akan muncul jika input yang dipakai adalah input yang mengandung berkah, selain proses

produksinya juga proses yang mendatangkan berkah:

BR = h (I)

Sehingga, diperoleh bahwa mashlahah yang diperoleh ditentukan oleh banyaknya input yang

dipakai:

M = m (I) dengan I = g (Q) → M = j (Q)

Page 16: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

Setiap produsen akan selalu berusaha untuk memperoleh mashlahah maksimum. Kondisi

mashlahah maksimum (optimum mashlahah condition) ini akan diperoleh melalui maksimasi

fungsi mashlahah sebagai berikut:

E. Penurunan Kurva Penawaran

Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat harga

dengan jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen. Dengan kata lain, kurva penawaran

menunjukkan respon produsen dalam memasok produk terhadap perkembangan harga di

pasar. Kurva penawaran diturunkan dari perilaku produsen yang berorientasi untuk mencapai

tingkat mashlahah maksimum.

Sebagai contoh kasus, misalnya kita sedang memproduksi suatu barang dengan harga

jual Rp 171 (kolom BP). Untuk memproduksi 1 unit barang tersebut, dibutuhkan biaya total

Rp 140, sedangkan 2 unitdiperlukan biaya Rp 145, dan seterusnya (kolom TC). Untuk

mendapatkan kegiatan produksi yang mengandung berkah, untuk 1 unitnya diperlukan biaya

sebesar Rp 18, untuk 2 unit diperlukan biaya Rp 20, dan seterusnya (kolom BC). Untuk

memudahkan pembahasan, diberikan ilustrasi pada Tabel 1.

Page 17: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

Tabel 1

Maksimasi Mashlahah Produsen (asumsi harga Rp 171)

Q dQ BP TC dTC BC dBC BP.dQ dTC+dBC

1 1 171 140 - 18 - 171 -

2 1 171 145 145 20 20 171 165

3 1 171 291 146 41 21 171 167

4 1 171 293 147 43 22 171 169

5 1 171 295 148 45 23 171 171

6 1 171 297 149 47 24 171 173

7 1 171 299 150 49 25 171 175

8 1 171 301 151 51 26 171 177

9 1 171 303 152 53 27 171 179

10 1 171 305 153 55 28 171 181

11 1 171 307 154 57 29 171 183

Q = unit yg diproduksi

dQ = tambahan jumlah yg diproduksi BP = harga jual unit yg diproduksi

TC = biaya total produksi

dTC = tambahan biaya bagi unit terakhir

BC = pengeluaran utk memperoleh berkah

dBC = tambahan pengeluaran utk memperoleh berkah

Untuk mengetahui proses maksimasi mashlahah, perhatikan dua kolom terakhir. Pada

baris kedua sampai keempat, dari tiga kolom tersebut didapat informasi bahwa pendapatan

yang diperoleh oleh produsen dari memproduksi unit yang terakhir (BP.dQ), masih melebihi

biaya produksi dan biaya untuk menghasilkan berkah (dTC+dBC). Kondisi demikian

mendorong produsen untuk menambah jumlah produksinya.

Pada unit ke-5, nilai tambahan pendapatan dari hasil produksi unit terakhir tepat sama

dengan jumlah biaya produksi dan pengeluaran untuk memperoleh berkah (BP.dQ =

Page 18: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

dTC+dBC). Kondisi inilah yang dikenal sebagai Optimum Mashlahah Condition (OMC).

Pada titik ini, produsen akan berhenti menambah jumlah produksinya.

Pada unit ke-6 dan seterusnya, Pada dua kolom terakhir dari baris-baris ini

menunjukkan bahwa nilai tambahan pendapatan yang diperoleh dari memproduksi unit

terakhir tidak mampu menutup biaya dan pengeluaran untuk memperoleh berkah (BP.dQ <

dTC+dBC). Kondisi ini akan mengakibatkan kerugian bagi produsen, sehingga produsen

sebaiknya berhenti pada jumlah unti produksi sebesar 5 unit, jika tidak ia akan rugi.

Kemudian, jika harga produk mengalami kenaikan, misalnya harga jual naik menjadi

Rp 181, sementara semua hal lain diasumsikan tetap (ceteris paribus). Untuk lebih jelasnya,

mari kita lihat di Tabel 2.

Tabel 2

Maksimasi Mashlahah Produsen (asumsi harga Rp 181)

Q dQ BP TC dTC BC dBC BP. dQ dTC+dBC

1 1 181 140 - 18 - 181 -

2 1 181 145 145 20 20 181 165

3 1 181 291 146 41 21 181 167

4 1 181 293 147 43 22 181 169

5 1 181 295 148 45 23 181 171

6 1 181 297 149 47 24 181 173

7 1 181 299 150 49 25 181 175

8 1 181 301 151 51 26 181 177

9 1 181 303 152 53 27 181 179

10 1 181 305 153 55 28 181 181

11 1 181 307 154 57 29 181 183

Dengan cara yang sama seperti Tabel 1, kita bisa menemukan bahwa produsen akan

memproduksi sebanyak 10 unit agar mashlahah yang diperoleh maksimal. Pada unit 10, nilai

unit terakhir yang diproduksi sama degan tambahan biaya total dan tambahan biaya berkah

Page 19: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

yang dikeluarkan, yaitu Rp 181. Diatas jumlah output 10 unit, tambahan biaya total dan

tambahan biaya berkah lebih besar daripada nilai unit terakhir, sehingga merugikan produsen.

Dari ilustrasi di atas, tampak bahwa titik optimum produksi naik sejalan dengan

kenaikan harga, dan sebaliknya. Sehingga, semakin tinggi harga, semakin banyak output

yang harus dihasilkan produsen agar titik optimum tercapai. Dengan kata lain, output yang

ditawarkan produsen akan semakin banyak jika harga mengalami kenaikan, dan sebaliknya.

Pola hubunga jumlahoutput yang ditawarkan produsen dengan tingkat harga produk, dapat

dilihat dari kurva penawaran pada Gambar 1.

Kurva Penawaran

Gambar 1

Hukum penawaran adalah “jika harga naik, ceteris paribus, maka jumlah barang yang

akan diproduksi dan ditawarkan ke pasar akan naik, demikian pula sebaliknya.

Nilai-nilai Islam dalam Produksi

Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud jika

produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, seluruh kegiatan produksi

terkait pada tatanan nilai Islami, mulai dari mengorganisasikan faktor produksi, proses

produksi, hingga pemasaran dan pelayanan. Metwally (1992) mengatakan, “perbedaan

Page 20: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

perusahaan Islam dari perusahaan-perusahaan non-Islami tak hanya pada tujuannya, tetapi

juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya.”

Nilai-nilai Islam yang relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama

dalam ekonomi islam, yaitu: khilafah, adil dan takaful. Secara lebih rinci nilai-nilai Islam

dalam produksi meliputi:

1. Berorientasi jangka panjang (generasi mendatang maupun akhirat).

2. Menepati janji dan kontrak.

3. Memenuhi takaran, ketetapan, kelugasan, dan kebenaran.

4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis.

5. Menghargai prestasi/produktivitas.

6. Mendorong ukhuwah sesama pelaku ekonomi.

7. Menghormati hak milik individu.

8. Mengikuti syarat sah dan rukun akad/transaksi.

9. Adil dalam bertransaksi.

10. Memiliki wawasan sosial.

11. Membayar upah tepat waktu dan layak.

12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam.

Penerapan nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja mendatangkan berkah namun

juga berkah bagi produsen. Kombinasi keuntungan dan berkah yang diperoleh oleh produsen

merupakan satu mashlahah yang akan memberi kontribusi bagi tercapainya falah. Dengan

cara ini, produsen akan memperoleh kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di dunia,

tetapi juga di akhirat.

Page 21: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kegiatan produksi dalam perspektif islam mengutamakan harkat kemuliaan manusia.

Tujuan kegiatan produksi dalam islam adalah menyediakan barang dan jasa yang

memberikan mashlahah maksimum bagi konsumen yang diwujudkan dalam

pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat, menemukan kebutuhan

masyarakat dan pemenuhannya, menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa

depan, serta memenuhi sarana bagi kegiatan social dan ibadah kepada Allah SWT.

Produsen dalam pandanga ekonomi islam adalah mashlahah maximizer. Mencari

keuntungan sah-sah saja, selama masih sesuai tujuan dan hukum islam. Mashlahah

bagi produsen terdiri dari dua komponen, yaitu keuntungan dan berkah.

Kondisi mashlahah maksimum tercapai bila nilai dari unit terakhir yang diproduksi

(BPdQ) sama dengan perubahan yang terjadi pada biaya total (dTR) dan pengeluaran

berkah total (dBC). Jika dirumuskan menjadi BPdQ = dTR + dBC.

Dalam hokum penawaran, jika harga naik, ceteris paribus, maka jumlah barang yang

akan diproduksi dan ditawarkan ke pasar akan naik, demikian pula sebaliknya.

Seluruh kegiatan produksi hendaknya didasarkan pada nilai-nilai islam, agar tercapai

kebahagiaan dunia dan akhirat (falah).

Page 22: MAKALAH SEI kelompok kitaaa

DAFTAR PUSTAKA

P3EI Universitas Islam Indonesia.2008.Ekonomi Islam.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Page 23: MAKALAH SEI kelompok kitaaa