Makalah Sastra Islam Kelompok i
-
Upload
hanifahalkhansa -
Category
Documents
-
view
47 -
download
0
description
Transcript of Makalah Sastra Islam Kelompok i
![Page 1: Makalah Sastra Islam Kelompok i](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/55cf9847550346d03396adf2/html5/thumbnails/1.jpg)
SASTRA ISLAM: EKSISTENSI DAN DEFINISI
Oleh:
Fathiyaturrohmah C1011017
Fathonah Qurrotaa’yun C1011018
Rani Dwi Kurniawati C1011039
Umu Ati’ah C1011047
JURUSAN SASTRA ARAB
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
![Page 2: Makalah Sastra Islam Kelompok i](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/55cf9847550346d03396adf2/html5/thumbnails/2.jpg)
EKSISTENSI SASTRA ISLAM
Secara garis besar agama Islam menerima segala sastra. Namun Islam memberikan
beberapa syarat terhadap sastra agar sastra itu dapat diterima. Keberadaan sastra Islam di
dunia masih menjadi perbincangan di antara para sastrawan dan pemerhati sastra. Hal ini
karena masih adanya ketidaksamaan dalam memberikan definisi terhadap sastra Islam itu
sendiri.
DEFINISI SASTRA ISLAM
Istilah sastra Islam sering dikaburkan dengan sastra Arab, karena medium awalnya yang
tumbuh di negara-negara Arab (timur-tengah) dan ditulis dengan menggunakan bahasa Arab.
Adapun terkait makna dari sastra Islam hingga kini masih menjadi polemik yang
diperdebatkan. Sebagian menyangkal adanya sastra Islam, kecuali sastra bernapaskan Islam
saja. Sebagian mengatakan bahwa sastra Islam itu eksis hanya menyampaikan ajaran-ajaran
Islam. Sastrawan Muslim pun tak terang menyebut karya mereka sebagai sastra Islam meski
kandungan isinya sangat bernapaskan Islam. Masing-masing sastrawan menyebut sastra
bernapaskan Islam dengan beragam nama di antaranya, Sastra Sufi, Sastra Dzikir, Sastra
Pencerahan dan sebagainya.
Menurut Helvy Tiana Rosa para sastrawan memang masih menyebut sastra Islam secara
terselubung. Kuntowijoyo menggunakan istilah Sastra Profetik, Taufik Ismail menyebutnya
dengan Sastra Dzikir, Danarto menggunakan istilah Sastra Pencerahan, M. Fodoli Zaini
menyebutnya sebagai Sastra yang terlibat dengan dunia dalam. Sementara, Sutardji Calzoum
Bachri memberi istilah Sastra Transenden dan Abdul Hadi WM mengistilahkannya dengan
Sastra Sufistik untuk karya-karya mereka yang berakar dari wacana keimanan atau
religiusitas yang dibawanya. Namun, dari sekian sastrawan selain Abdul Hadi WM, tak satu
pun yang mengidentikkan penyebutan mereka dengan sastra Islam.
(http://forumlingkarpena.net/hikmah/read/irna_syahrial_sastra_islam_dan_flp/, diakses Jumat
21 Pebruari 2014, jam 09.23)
Menurut Abdul Hadi, Sastra Islam adalah sumbangsih ummat Islam terhadap budaya
dan peradaban serta sastra yang tak bisa dinafikan memiliki pandang dunia sendiri. Sastra
Islam yang dibahas oleh Yons Ahmad dalam tulisan di wasathon.com lebih kepada Sastra
Islam yang diartikulasikan oleh para aktivis dakwah, Irfan Hidayatullah salah satu
![Page 3: Makalah Sastra Islam Kelompok i](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/55cf9847550346d03396adf2/html5/thumbnails/3.jpg)
penggiatnya menyebutnya lebih spesifik sebagai sastra dakwah. Istilah Sastra Islami ini
sempat melambung di tahun 2000-an.
Sastra Islam menurut Muhammad Pitchay Gani, pengamat sastra dari Singapura adalah
semua (bahan) kesusastraan yang dihasilkan oleh penulis yang beragama Islam dalam
menyadarkan pembaca tentang kebesaran Tuhan dan tanggung jawab diri sebagai khalifah
Allah. Sementara Sastra Islam menurut Kuswaidie Syafii, seorang sastrawan muda yang
berbasis pasantren, adalah sebuah karya sastra yang memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan
ajaran keislaman dan penulisnya bisa siapa saja, tak harus orang Islam (HTR, 2003).
(http://wasathon.com/humaniora/view/2013/12/08/intan-savitri-sastra-islami-sudah-tidak-
ada-lagi, diakses Jumat 21 Pebruari 2014)
Menurut Liau Yock Fang dalam Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik bahwa terdapat
beragam persoalan mengenai makna sastra Islam. Belum jelas makna sastra Islam itu apakah
sastra yang mendukung nilai Islam ataukah sastra yang mengacu pada Alquran dan hadis,
ataukah sastra yang mengungkapkan ketauhidan. Namun, Liau Yock Fang memaknai sastra
Islam secara sederhana, yakni sastra tentang orang Islam dan segala amal salehnya.
Menurut Roolvinck terdapat lima jenis sastra Islam yaitu:
1. Cerita Al-Qur’an
2. Cerita Nabi Muhammad
3. Cerita Sahabat Nabi Muhammad
4. Cerita Pahlawan Islam
5. Sastra Kitab
BATASAN SASTRA ISLAM
Menurut Helvy Tiana Rosa, batasan sastra Islam yaitu :
a. Tidak melalaikan pembacanya dari Tuhan
b. Tidak Syirik
![Page 4: Makalah Sastra Islam Kelompok i](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/55cf9847550346d03396adf2/html5/thumbnails/4.jpg)
c. Tidak Mendiskripsikan hubungan badani seperti, kemolekan tubuh, indahnya maksiat
dll.
PRO KONTRA EKSISTENSI SASTRA ISLAM
Memperbincangkan sastra Islam memang tidak gampang karena akan terbentur banyak
hal. Karena pada dasarnya jenis sastra Islam ini sendiri mencakup masalah yang tidak
terbatas dan mencakup semua persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan mencakup
harkat dan martabat manusia. Intinya adalah persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri,
manusia dengan manusia lain, dan persoalan manusia dengan tuhannya.
Terdapat beberapa pendapat yang mendukung pembagian sastra menjadi sastra Islam.
Di antaranya adalah Hellvy Tiana Rosa, Abdul Hadi WM. Memahami dan memaknai sastra
Islam di Indonesia, kadang sering mengundang kompleks dan polemik yang seringkali tak
henti-henti. Polemik itu tak luput dari itu-itu juga, yaitu pro dan kontra mengenai apa yang
dikatakan “pemetak-metakan sastra” serta masalah definisi dan kriteria sastra Islam itu
sendiri. Anehnya, pihak yang tidak setuju dengan teori, dan konsep sastra Islam didominasi
oleh kalangan muslim sendiri.
Di antara mereka yakni, Eddy A. Effendi jebolan IAIN yang pernah menyusun buku
esai sastra yang menyajikan judul “Menolak Sastra Islam”. AA Navis juga pernah berkata
bahwa Sastra Islam merupakan sesuatu yang utopis untuk saat ini. Sementara Putu Arya
Triwijaya dalam buku “Antologi Esai dan Kritik Sastra” mengatakan menulis “Sastra adalah
sastra, saudaraku, tak perlu ditolak-tolakkan. Tak usah kita membuat hening”.
Sebaliknya, dulu di Yogyakarta pada bulan Mei tahun 2000 pernah diadakan seminar
yang mengahadirkan Abdul Hadi WM, dalam seminar itu mengangkat tema tentang sastra
profetik yang menghadirkan Suminto A. Sayuti dan Kuntowijoyo sebagai pembicara. Di
tengah-tengah seminar itu beliau-beliau mengatakan bahwa sastra Islam itu ada, bahkan
eksis.
Sering ada anggapan yang mengatakan berkurangnya perhatian orang Islam dewasa ini
terhadap sastra dan tiadanya apresiasi di kalangan ulama, pemimpin, dan cendikiawan. Dalam
satu sisi perlu adanya kritis terhadap pembicaraan dan tulisannya Abdul Hadi WM tentang
sastra Islam yang sering kali terpaku pada karya klasik seperti Abdullah bin Abdul Kadir
Munsyi, Hamzah Fanshuri atau Amir Hamzah. Yang juga lebih banyak membahas karya
sastra Islam dari penulis luar semisal Attar, Jalaluddin Rumi dan Muhammad Iqbal.
![Page 5: Makalah Sastra Islam Kelompok i](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/55cf9847550346d03396adf2/html5/thumbnails/5.jpg)
Mengenai sastra Indonesia modern yang memang pernah membahas karya-karya
Kuntowijoyo, Danarto, Sutardji Calzoum Bachri, serta Fudali Zaini. Namun hampir tiada
paparan mengenai sastrawan muslim sesudah generasi tersebut. Padahal, pemikiran tentang
perkembangan sastra Islam akhir-akhir ini di Indonesia sangat dibutuhkan. Apalagi dewasa
ini banyak yang terbit karya sastra yang nuansa seperti karya tulisan pengarang yang muncul
tahun 1990-an.
Begitu pula dengan A. Hasjmy yang mempunyai perhatian besar terhadap kesusastraan
Islam. Dalam bukunya, beliau lebih banyak membahas karya pengarang hikayat Aceh atau
berhenti pada angkatan Pujangga Baru, hingga beliau meninggal. Sesudah beliau meninggal
ada yang tertarik di bidang itu, tapi lebih sering membahas sastrawan-sastrawan Islam dari
Timur Tengah atau Mesir. Lalu, bagaimana dengan masalah pembahasan tentang sastra Islam
kontemporer di Indonesia yang saat ini minim, kalau boleh dikatakan nyaris tiada. Jangankan
pembahasan sastra, apa sastra Islam saja sampai sekarang masih samar dan harus
dipertanyakan, artinya tiada referensi yang pasti dan jelas, baik dari sastrawan sendiri,
kritikus maupun dari kalangan ulama. Pada dasarnya, juga banyak sastrawan-sastrawan
muslim yang memberi identitas dan istilah yang mengarah pada sastra Islam, istilah tersebut
mengarah pada wacana keimanan atau religiusitas yang membawanya. Sekarang yang ada
sastra pencerahan (Danarto), sastra profetik (kuntowijoyo), sastra sufistik (Abdul Hadi
WM), sastra zikir (Taufiq Ismail), sastra terlibat dengan dunia dalam (M. Fudali
Zaini), sastra transende (Sutardji Calzoum Bachri), dan lain sebagainya. Akan tetapi,
selain Abdul Hadi WM, tiada satu pun yang indentik dengan penyebutan tersebut dengan
sastra Islam, walau sebenarnya hal tersebut, tiada bisa dielakkan, ini merupakan tafsir lain
dari sastra Islam.
(http://matronielmoezany.blogspot.com/2007/12/memaknai-ulang-sastra-islam.html, diakses
Kamis, 20 Pebruari 2014, jam 10.44 )
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini eksistensi sastra
Islam sendiri mengalami kesimpangsiuran. Hal ini disebabkan perbedaan pendapat yang ada
dikalangan para sastrawan. Ada beberapa kalangan yang pro akan eksistensi sastra Islam, di
antara mereka adalah Danarto, Kuntowijoyo, Abdul Hadi WM, Taufiq Ismail, M. Fudali
Zaini, Sutardji Calzoum Bachri. Namun selain Abdul Hadi WM, tiada satu pun yang indentik
dengan penyebutan tersebut dengan sastra Islam, walau sebenarnya hal tersebut, tiada bisa
![Page 6: Makalah Sastra Islam Kelompok i](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/55cf9847550346d03396adf2/html5/thumbnails/6.jpg)
dielakkan, ini merupakan tafsir lain dari sastra Islam. Adapun mereka yang kontra dengan
eksistensi sastra Islam adalah Eddy A. Effendi, AA Navis, dan Putu Arya Triwijaya.
Dan dari definisi di atas diketahui permasalahan yang diperdebatkan para sastrawan
mengenai sastra Islam adalah apakah sastra yang mendukung nilai-nilai Islam ataukah sastra
yang berdasarkan kisah-kisah yang tersela dalam al-Quran dan Hadis atau sastra hasil tulisan
yang berdasarkan tauhid.
Menurut kelompok kami bahwa sastra Islam itu eksis, selama sastra itu tidak
dikhususkan pada wilayah timur tengah karena jika demikian sastra tersebut dinamakan
sastra Arab. Jadi, Sastra Islam menurut kelompok kami adalah sastra yang menjunjung tinggi
nilai-nilai agama Islam yang sesuai syaria’at Islam, dan kami menyebutnya dengan Sastra
Halalah.
DAFTAR PUSTAKA
(http://forumlingkarpena.net/hikmah/read/irna_syahrial_sastra_islam_dan_flp/, diakses Jumat 21 Pebruari 2014)
(http://wasathon.com/humaniora/view/2013/12/08/intan-savitri-sastra-islami-sudah-tidak-ada-lagi, diakses Jumat 21 Pebruari 2014)
(http://matronielmoezany.blogspot.com/2007/12/memaknai-ulang-sastra-islam.html, diakses
Jumat 21 Pebruari 2014)