Makalah Rekayasa Penyehatan Lingkungan

35
BAB 5 SUMBER DAYA ALAM DAN KONSERVASI 5.1 Gambaran Umum Alam pada dasarnya mempunyai sifat yang beraneka ragam, namun serasi dan seimbang. Oleh karena itu, perlindungan dan pengawetan alam harus terus dilakukan untuk mempertahankan keserasian dan keseimbangan itu. Semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia merupakan sumber daya alam. Tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroba merupakan sumber daya alam hayati, sedangkan faktor abiotik lainnya merupakan sumber daya alam nonhayati. Pada zaman dulu, orang orang sudah mulai memanfaatkan alam sebagai sarana untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Air misalnya, merupakan salah satu Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat penting. Tanpa air, semua komponen makhluk hidup tak bisa bertahan hidup. Dengan adanya perkembangan zaman, kebutuhan manusia bertambah. Dan sebagai solusi, maka manusia berusaha untuk mengeksplorasi berbagai Sumber Daya Alam yang memungkinkan untuk dapat digunakan. Tapi pada kenyataannya, manusia berubah menjadi rakus sehingga kegiatan pemanfaatan alam menjadi tak terkendali yang dapat menyebabkan kerusakan alam dan kerugian terhadap manusia itu sendiri. Adalah baik jika kegiatan eksploitasi tersebut dibarengi dengan pemanfaatan kembali SDA yang telah kita gunakan. Karena, ada beberapa sumber energi di alam yang tak dapat diperbarui (bahan tambang). Kalaupun dapat diperbarui, hal itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Baru pada abad ini, isu lingkungan mulai banyak dibicarakan. Dan yang paling terkini adalah masalah Global Warming dan Efek Rumah Kaca. Perlahan-lahan muncul kesadaran manusia untuk berbenah diri terhadap lingkungan sehingga sebagai tebusan kepada alam, manusia berlomba-lomba

description

Tugas Kuliah

Transcript of Makalah Rekayasa Penyehatan Lingkungan

BAB 5

SUMBER DAYA ALAM DAN KONSERVASI

5.1 Gambaran Umum

Alam pada dasarnya mempunyai sifat yang beraneka ragam, namun serasi dan

seimbang. Oleh karena itu, perlindungan dan pengawetan alam harus terus

dilakukan untuk mempertahankan keserasian dan keseimbangan itu.

Semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik, yang dapat dimanfaatkan

untuk kesejahteraan manusia merupakan sumber daya alam. Tumbuhan, hewan,

manusia, dan mikroba merupakan sumber daya alam hayati, sedangkan faktor

abiotik lainnya merupakan sumber daya alam nonhayati.

Pada zaman dulu, orang – orang sudah mulai memanfaatkan alam sebagai

sarana untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Air misalnya, merupakan

salah satu Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat penting. Tanpa air, semua

komponen makhluk hidup tak bisa bertahan hidup.

Dengan adanya perkembangan zaman, kebutuhan manusia bertambah. Dan

sebagai solusi, maka manusia berusaha untuk mengeksplorasi berbagai Sumber

Daya Alam yang memungkinkan untuk dapat digunakan. Tapi pada

kenyataannya, manusia berubah menjadi rakus sehingga kegiatan pemanfaatan

alam menjadi tak terkendali yang dapat menyebabkan kerusakan alam dan

kerugian terhadap manusia itu sendiri.

Adalah baik jika kegiatan eksploitasi tersebut dibarengi dengan pemanfaatan

kembali SDA yang telah kita gunakan. Karena, ada beberapa sumber energi di

alam yang tak dapat diperbarui (bahan tambang). Kalaupun dapat diperbarui, hal

itu membutuhkan waktu yang sangat lama.

Baru pada abad ini, isu lingkungan mulai banyak dibicarakan. Dan yang

paling terkini adalah masalah Global Warming dan Efek Rumah Kaca.

Perlahan-lahan muncul kesadaran manusia untuk berbenah diri terhadap

lingkungan sehingga sebagai tebusan kepada alam, manusia berlomba-lomba

untuk mengurangi dampak buruk dari alam–karena ulah manusia itu sendiri– dan

berusaha mencari solusi baru dalam hal ini pemanfaatan SDA dalam bentuk

energi, untuk dijadikan alternatif dalam menghadapi krisis sumber daya energi.

Pada akhirnya, kesemuanya yang mengenai kegiatan kita, haruslah

mempunyai pertimbangan terhadap eksistensi alam. Yang lebih urgen lagi adalah

mengupayakan agar pemanfaatan SDA dan Perlindungan alam secara optimal.

5.1.1 Pengertian Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam ialah semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik

yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan kesejahteraan

manusia, misalnya: tumbuhan, hewan, udara, air, tanah, bahan tambang, angin,

cahaya matahari, dan mikroba (jasad renik).

Menurut urutan kepentingan, kebutuhan hidup manusia, dibagi menjadi dua

sebagai berikut :

1. Kebutuhan Dasar.

Kebutuhan ini bersifat mutlak diperlukan untuk hidup sehat dan aman.Yang

termasuk kebutuhan ini adalah sandang, pangan, papan, dan udara bersih.

2. Kebutuhan sekunder.

Kebutuhan ini merupakan segala sesuatu yang diperlukan untuk lebih

menikmati hidup, yaitu rekreasi, transportasi, pendidikan, dan hiburan.

Mutu lingkungan

Pandangan orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memang berbeda-

beda karena antara lain dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pertimbangan

kebutuhan, sosial budaya, dan waktu.

Semakin meningkat pemenuhan kebutuhan untuk kelangsungan hidup, maka

semakin baik pula mutu hidup. Derajat pemenuhan kebutuhan dasar manusia

dalam kondisi lingkungan disebut mutu lingkungan.

Daya dukung lingkungan

Ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan

tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu

disebut daya dukung lingkungan. Singkatnya, daya dukung lingkungan ialah

kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup.

Di bumi ini, penyebaran sumber daya alam tidak merata letaknya. Ada bagian

- bagian bumi yang sangat kaya akan mineral, ada pula yang tidak. Ada yang

baik untuk pertanian ada pula yang tidak. Oleh karena itu, agar pemanfaatannya

dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus

disertai dengan tindakan perlindungan. Pemeliharaan dan pengembangan

lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai

berikut :

1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-

hati dan efisien, misalnya: air, tanah, dan udara.

2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).

3. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien, serta

pendaurulangan (recycling).

4. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai

dengan alam.

5.1.2 Macam-macam Sumber Daya Alam

Sumber daya alam dapat dibedakan berdasarkan sifat, potensi, dan jenisnya.

a. Berdasarkan sifat

Menurut sifatnya, sumber daya alam dapat dibagi 3, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber daya alam yang terbarukan (renewable), misalnya: hewan,

tumbuhan, mikroba, air, dan tanah. Disebut terbarukan karena dapat

melakukan reproduksi dan memiliki daya regenerasi (pulih kembali).

2. Sumber daya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), misalnya:

minyak tanah, gas bumi, batu bara, dan bahan tambang lainnya.

3. Sumber daya alam yang tidak habis, misalnya, udara, matahari, energi

pasang surut, dan energi laut.

b. Berdasarkan potensi

Menurut potensi penggunaannya, sumber daya alam dibagi beberapa macam,

antara lain sebagai berikut :

1. Sumber daya alam materi; merupakan sumber daya alam yang

dimanfaatkan dalam bentuk fisiknya. Misalnya, batu, besi, emas, kayu,

serat kapas, rosela, dan sebagainya.

2. Sumber daya alam energi; merupakan sumber daya alam yang

dimanfaatkan energinya. Misalnya batu bara, minyak bumi, gas bumi, air

terjun, sinar matahari, energi pasang surut laut, kincir angin, dan lain-lain.

3. Sumber daya alam ruang; merupakan sumber daya alam yang berupa

ruang atau tempat hidup, misalnya area tanah (daratan) dan angkasa.

c. Berdasarkan jenis

Menurut jenisnya, sumber daya alam dibagi dua sebagai berikut :

1. Sumber daya alam nonhayati (abiotik); disebut juga sumber daya alam

fisik, yaitu sumber daya alam yang berupa benda-benda mati. Misalnya :

bahan tambang, tanah, air, dan kincir angin.

2. Sumber daya alam hayati (biotik); merupakan sumber daya alam yang

berupa makhluk hidup. Misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba, dan

manusia.

5.2 SDA Yang Terbarukan

5.2.1 Pengertian Sumber Daya Alam yang terbarukan (Renewable)

Sumber Daya Alam yang dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang

dapat diusahakan kembali keberadaannya dan dapat dimanfaatkan secara terus-

menerus.

Sumber Daya Alam yang terbarukan tersebut antara lain sebagai berikut :

5.2.1.1 Sumber Daya Air

Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain

untuk minum, mandi dan mencuci, air bermanfaat juga: sebagai sarana

transportasi, sebagai sarana wisata/rekreasi, sebagai sarana irigasi/pengairan,

sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air).

Cekungan di daratan yang digenangi air terjadi secara alami disebut danau,

misalnya Danau Toba di Sumatera Utara. Sedangkan cekungan di daratan yang

digenangi air terjadi karena buatan manusia disebut waduk, misalnya waduk

Sermo di Kulon Progo dan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri (Jateng).

5.2.1.2 Sumber Daya Tanah

Tanah adalah lapisan kulit bumi bagian atas yang terbentuk dari pelapukan

batuan dan bahan organik yang hancur oleh proses alamiah. Tanah banyak

dimanfaatkan untuk menanam sumber daya alam pertanian. Pertanian meliputi

tanaman untuk makanan pokok, seperti padi, jagung dan sagu. Palawija terdiri

dari ubi-ubian dan kacang-kacangan; dan holtikultura yang meliputi berbagai

jenis sayuran dan buah-buahan.

5.2.1.3 Sumber Daya Tumbuhan

Berbicara tentang sumber daya alam tumbuhan kita tidak dapat menyebutkan

jenis tumbuhannya, melainkan kegunaannya. Misalnya berguna untuk pangan,

sandang, pagan, dan rekreasi. Akan tetapi untuk bunga-bunga tertentu, seperti

melati, anggrek bulan, dan Rafflesia arnoldi merupakan pengecualian karena

ketiga tanaman bunga tersebut sejak tanggal 9 Januari 1993 telah ditetapkan

dalam Keppres No. 4 tahun 1993 sebagai bunga nasional dengan masing-masing

gelar sebagai berikut :

1. Melati sebagai bunga bangsa.

2. Anggrek bulan sebagai bunga pesona.

3. Raffiesia Arnoldi sebagai bunga langka.

Tumbuhan memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen dan tepung

melalui proses fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen atau

penyusun dasar rantai makanan.

Eksploitasi tumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan dan

kepunahan, dan hal ini akan berkaitan dengan rusaknya rantai makanan.

Kerusakan yang terjadi karena punahnya salah satu faktor dari rantai makanan

akan berakibat punahnya konsumen tingkat di atasnya. Jika suatu spesies

organisme punah, maka spesies itu tidak pernah akan muncul lagi. Dipandang

dari segi ilmu pengetahuan, hal itu merupakan suatu kerugian besar.

Selain telah adanya sumber daya tumbuhan yang punah, beberapa jenis

tumbuhan langka terancam pula oleh kepunahan, misalnya Rafflesia Arnoldi (di

Indonesia) dan pohon raksasa kayu merah (Giant Redwood di Amerika). Dalam

mengeksploitasi sumber daya tumbuhan, khususnya hutan, perlu memperhatikan

hal-hal sebagai berikut.

a) Tidak melakukan penebangan pohon di hutan dengan semena-mena

(tebang habis).

b) Penebangan kayu di hutan dilaksanakan dengan terencana dengan sistem

tebang pilih (penebangan selektif). Artinya, pohon yang ditebang adalah

pohon yang sudah tua dengan ukuran tertentu yang telah ditentukan.

c) Cara penebangannya pun harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga

tidak merusak pohon-pohon muda di sekitarnya.

d) Melakukan reboisasi (reforestasi), yaitu menghutankan kembali hutan

yang sudah terlanjur rusak.

e) Melaksanakan aforestasi, yaitu menghutankan daerah yang bukan hutan

untuk mengganti daerah hutan yang digunakan untuk keperluanlain.

f) Mencegah kebakaran hutan.

Kerusakan hutan yang paling besar dan sangat merugikan adalah kebakaran

hutan. Diperlukan waktu yang lama untuk mengembalikannya menjadi hutan

kembali.

Hal-hal yang sering menjadi penyebab kebakaran hutan antara lain sebagai

berikut :

a. Musim kemarau yang sangat panjang.

b. Meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan.

c. Pembuatan arang di hutan.

d. Membuang puntung rokok sembarangan di hutan.

Untuk mengatasi kebakaran hutan diperlukan hal-hal berikut ini.

a. Menara pengamat yang tinggi dan alat telekomunikasi.

b. Patroli hutan untuk mengantisipasi kemungkinan kebakaran.

c. Sistem transportasi mobil pemadam kebakaran yang siap digunakan.

Pemadaman kebakaran hutan dapat dilakukan dengan dua cara seperti berikut

ini :

a. Secara langsung dilakukan pada api kecil dengan penyemprotan air.

b. Secara tidak langsung pada api yang telah terlanjur besar, yaitu

melokalisasi api dengan membakar daerah sekitar kebakaran, dan

mengarahkan api ke pusat pembakaran. Biasanya dimulai dari daerah

yang menghambat jalannya api, seperti: sungai, danau, jalan, dan puncak

bukit.

Pengelolaan hutan seperti di atas sangat penting demi pengawetan maupun

pelestariannya karena banyaknya fungsi hutan seperti berikut ini :

1. Mencegah erosi; dengan adanya hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke

permukaan tanah, dan dapat diserap oleh akar tanaman.

2. Sumber ekonomi; melalui penyediaan kayu, getah, bunga, hewan, dan

sebagainya.

3. Sumber plasma nutfah; keanekaragaman hewan dan tumbuhan di hutan

memungkinkan diperolehnya keanekaragaman gen.

4. Menjaga keseimbangan air di musim hujan dan musim kemarau.

Dengan terbentuknya humus di hutan, tanah menjadi gembur. Tanah yang

gembur mampu menahan air hujan sehingga meresap ke dalam tanah, resapan air

akan ditahan oleh akar-akar pohon. Dengan demikian, di musim hujan air tidak

berlebihan, sedangkan di musim kemarau, danau, sungai, sumur dan sebagainya

tidak kekurangan air.

5.2.1.4 Sumber Daya Hewan

Seperti pada ketiga macam bunga nasional, sejak tanggal 9-1-1995, ditetapkan

pula tiga satwa nasional sebagai berikut :

1. Komodo (Varanus komodoensis) sebagai satwa nasional darat.

2. Ikan Solera Merah sebagai satwa nasional air.

3. Elang Jawa sebagai satwa nasional udara.

Selain ketiga satwa nasional di atas, masih banyak satwa Indonesia yang

langka dan hampir punah. Misalnya Cendrawasih, Maleo, dan Badak bercula

satu.

Untuk mencegah kepunahan satwa langka, diusahakan pelestarian secara in

situ dan ex situ. Pelestarian in situ adalah pelestarian yang dilakukan di habitat

asalnya, sedangkan pelestarian ex situ adalah pelestarian satwa langka dengan

memindahkan satwa langka dari habitatnya ke tempat lain.

Sumber daya alam hewan dapat berupa hewan liar maupun hewan yang sudah

dibudidayakan. Termasuk sumber daya alam satwa liar adalah penghuni hutan,

penghuni padang rumput, penghuni padang ilalang, penghuni steppa, dan

penghuni sabana. Misalnya badak, harimau, gajah, kera, ular, babi hutan,

bermacam-macam burung, serangga, dan lainnya.

Termasuk sumber daya alam hewan piaraan antara lain adalah lembu, kuda,

domba, kelinci, anjing, kucing, bermacam- macam unggas, ikan hias, ikan Lele

dumbo, ikan Lele lokal, kerang, dan siput.

Terhadap hewan peliharaan itulah sifat terbarukan dikembangkan dengan baik.

Selain memungut hasil dari peternakan dan perikanan, manusia jugs melakukan

persilangan untuk mencari bibit unggul guns menambah keanekaragaman ternak.

Dipandang dari peranannya, hewan dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Sumber pangan, antara lain sapi, kerbau, ayam, itik, lele, dan mujaer.

b. Sumber sandang, antara lain bulu domba dan ulat sutera.

c. Sumber obat-obatan, antara lain ular Kobra dan lebah madu.

d. Piaraan, antara lain kucing, burung, dan ikan hias.

Untuk menjaga kelestarian satwa Langka, maka penangkapan hewan-hewan

dan juga perburuan haruslah mentaati peraturan tertentu seperti berikut ini :

1. Para pemburu harus mempunyai lisensi (surat izin berburu).

2. Senjata untuk berburu harus tertentu macamnya.

3. Membayar pajak dan mematuhi undang-undang perburuan.

4. Harus menyerahkan sebagian tubuh yang diburunya kepada petugas

sebagai tropy, misalnya tanduknya.

5. Tidak boleh berburu hewan-hewan langka.

6. Ada hewan yang boleh ditangkap hanya pada bulan-bulan tertentu saja.

Misalnya, ikan Salmon pada musim berbiak di sungai tidak boleh

ditangkap, atau Kura-kura Pads musim akan bertelur.

7. Harus melakukan konvensi dengan baik. Konsekuensi ialah aturan-aturan

yang tidak tertulis tetapi harus sudah diketahui oleh si pemburu dengan

sendirinya. Misalnya, tidak boleh menembak hewan buruan yang sedang

bunting, dan tidak boleh membiarkan hewan buas buruannya lepas dalam

keadaan terluka.

Akan tetapi, seringkali peraturan-peraturan tersebut tidak ditaati bahkan ada

yang diam-diam memburu satwa langka untuk dijadikan bahan komoditi yang

berharga. Satwa yang sering diburu untuk diambil kulitnya antara lain macan,

beruang, dan ular, sedangkan gajah diambil gadingnya.

5.2.1.5 Sumber Daya Mikroba

Di samping sumber daya alam hewan dan tumbuhan terdapat sumber daya

alam hayati yang bersifat mikroskopis, yaitu mikroba. Selain berperan sebagai

dekomposer (pengurai) di dalam ekosistem, mikroba sangat penting artinya

dalam beberapa hal seperti berikut ini :

a. sebagai bahan pangan atau mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain,

seperti tape, sake, tempe, dan oncom.

b. penghasil obat-obatan (antibiotik), misalnya, penisilin.

c. membantu penyelesaian masalah pencemaran, misalnya pembuatan

biogas dan daur ulang sampah.

d. membantu membasmi hama tanaman, misalnya Bacillus thuringiensis

e. untuk rekayasa genetika, misalnya, pencangkokan gen virus dengan gen

sel hewan untuk menghasilkan interferon yang dapat melawan penyakit

karena virus.

Rekayasa genetika dimulai Tahun 1970 oleh Dr. Paul Berg. Rekayasa genetika

adalah penganekaragaman genetik dengan memanfaatkan fungsi materi genetik

dari suatu organisme. Cara-cara rekayasa genetika tersebut antara lain: kultur

jaringan, mutasi buatan, persilangan, dan pencangkokan gen. Rekayasa genetika

dapat dimanfaatkan untuk tujuan berikut ini :

1. mendapatkan produk pertanian baru, seperti "pomato", merupakan

persilangan dari potato (kentang) dan tomato (tomat).

2. mendapatkan temak yang berkadar protein lebih tinggi.

3. mendapatkan temak atau tanaman yang tahan hama.

4. mendapatkan tanaman yang mampu menghasilkan insektisida sendiri.

Akhir-akhir ini tampak bahwa penggunaan sumber daya alam cenderung naik

terus, karena:

a. pertambahan penduduk yang cepat.

b. perkembangan peradaban manusia yang didukung oleh kemajuan sains

dan teknologi.

Oleh karena itu, agar sumber daya alam dapat bermanfaat dalam waktu yang

panjang maka hal-hal berikut sangat perlu dilaksanakan :

1. Sumber daya alam harus dikelola untuk mendapatkan manfaat yang

maksimal, tetapi pengelolaan sumber daya alam harus diusahakan agar

produktivitasnya tetap berkelanjutan.

2. Eksploitasinya harus di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi

sumber daya alam.

3. Diperlukan kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang

ada agar dapat lestari dan berkelanjutan dengan menanamkan pengertian

sikap serasi dengan lingkungannya.

4. Di dalam pengelolaan sumber daya alam hayati perlu adanya

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a. Teknologi yang dipakai tidak sampai merusak kemampuan sumber

daya untuk pembaruannya.

b. Sebagian hasil panen harus digunakan untuk menjamin pertumbuhan

sumber daya alam hayati.

c. Dampak negatif pengelolaannya harus ikut dikelola, misalnya dengan

daur ulang.

d. Pengelolaannya harus secara serentak disertai proses pembaruannya.

5.2.1.6 Sumber Daya Manusia

Manusia dibedakan dari sumber daya alam hayati lainnya karena manusia

memiliki kebudayaan, akal, dan budi yang tidak dimiliki oleh tumbuhan maupun

hewan. Meskipun paling tinggi derajatnya, namun dalam ekosistem, manusia

juga berinteraksi dengan lingkungannya, mempengaruhi dan dipengaruhi

lingkungannya sehingga termasuk dalam salah satu faktor saling ketergantungan.

Berbeda dengan sumber daya hayati lainnya, penggunaan sumber daya manusia

dibagi dua, yaitu sebagai berikut :

a. Manusia sebagai sumber daya fisik

Dengan energi yang tersimpan dalam ototnya manusia dapat bekerja dalam

berbagai bidang, antara lain: bidang perindustrian, transportasi, perkebunan,

perikanan, perhutanan, dan peternakan.

b. Manusia sebagai sumber daya mental

Kemampuan berpikir manusia merupakan suatu sumber daya alam yang

sangat penting, karena berfikir merupakan landasan utama bagi kebudayaan.

Manusia sebagai makhluk hidup berbudaya, mampu mengolah sumber daya alam

untuk kepentingan hidupnya dan mampu mengubah keadaan sumber daya alam

berkat kemajuan ilmu dan teknologinya. Dengan akal dan budinya, manusia

menggunakan sumber daya alam dengan penuh kebijaksanaan. Oleh karena itu,

manusia tidak dilihat hanya sebagai sumber energi, tapi yang terutama ialah

sebagai sumber daya cipta (sumber daya mental) yang sangat penting bagi

perkembangan kebudayaan manusia. (Sumber :

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-

Pendamping/Praweda/Biologi/0040%20Bio%201-9a.htm)

5.3 SDA Yang Tidak Terbarukan

5.3.1 Pengertian SDA yang tidak terbarukan (Nonrenewable)

Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang

apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Biasanya sumber daya alam

yang tidak dapat diperbarui berasal dari barang tambang (minyak bumi dan batu

bara) dan bahan galian (emas, perak, timah, besi, nikel dan lain-lain). Kalaupun

dapat diperbarui, akan memakan waktu jutaan tahun lamanya.

Berikut ini adalah contoh beberapa SDA yang tidak terbarukan.

a) Batu Bara

Batu bara berasal dari tumbuhan purba yang telah mati berjuta-juta tahun yang

lalu. Batu bara banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan industri

dan rumah tangga.

b) Minyak Bumi

Minyak bumi berasal dari hewan (plankton) dan jasad-jasad renik yang telah

mati berjuta-juta tahun.

c) Emas dan Perak

d) Besi dan Timah

Besi berasal dari bahan yang bercampur dengan tanah, pasir dan sebagainya.

Besi merupakan bahan endapan dan logam yang berwarna putih. Timah berasal

dari bijih-bijih timah yang tersimpan di dalam bumi.

5.3.1.1 Jenis sumber daya alam

Hasil tambang:

a) Minyak Bumi

b) Avtur untuk bahan bakar pesawat terbang;

c) Bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor;

d) Kerosin untuk bahan baku lampu minyak;

e) Solar untuk bahan bakar kendaraan diesel;

f) LNG (Liquid Natural Gas) untuk bahan bakar kompor gas;

g) Oli ialah bahan untuk pelumas mesin;

h) Vaselin ialah salep untuk bahan obat;

i) Parafin untuk bahan pembuat lilin; dan

j) Aspal untuk bahan pembuat jalan (dihasilkan di Pulau Buton).

k) Batu Bara dimanfaatkan untuk bahan bakar industri dan rumah tangga.

l) Biji Besi dimanfaatkan untuk peralatan rumah tangga, pertanian dan lain-

lain.

m) Tembaga merupakan jenis logam yang berwarna kekuning-kuningan,

lunak dan mudah ditempa.

n) Bauksit digunakan sebagai bahan dasar pembuatan alumunium.

o) Emas dan Perak untuk perhiasan.

p) Marmer digunakan untuk bahan bangunan rumah atau gedung.

q) Belerang digunakan untuk bahan obat penyakit kulit dan korek api.

r) Yodium digunakan untuk obat dan peramu garam dapur beryodium.

s) Nikel digunakan untuk bahan pelapis besi agar tidak mudah berkarat.

t) Gas Alam dimanfaatkan untuk bahan bakar kompor gas.

u) Mangan untuk pembuatan pembuatan besi baja.

v) Grafit bermanfaat untuk membuat pensil.

5.4 SDA Yang Tidak Habis

5.4.1 Pengertian SDA yang tidak habis

Sumber Daya Alam yang tidak habis, dapat didefenisikan sebagai SDA yang

melimpah dan dapat digunakan terus menerus. Seperti udara, sinar matahari, dan

pasang surut air laut.

Beberapa pemanfaatan mengenai Sumber Daya Alam yang tidak habis adalah

sebagai berikut :

5.4.1.1 Sumber Daya Energi Surya.

Energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan

saat ini oleh Pemerintah Indonesia.

Kondisi Umum

Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup

besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di

Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai

berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di

Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi

bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m

2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, potesi angin rata-

rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.

Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam

teknologi yang sudah diterapkan, yaitu teknologi energi surya termal dan energi

surya fotovoltaik. Energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak

(kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan,

kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air. Energi surya fotovoltaik

digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi,

telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6

MW.

Ada dua macam teknologi energi surya yang dikembangkan, yaitu:

1. Teknologi energi surya fotovoltaik;

2. Teknologi energi surya termal.

5.4.1.1.1 TEKNOLOGI ENERGI SURYA FOTOVOLTAIK

5.4.1.1.1.1 Teknologi dan Kemampuan Nasional

Pemanfaatan energi surya khususnya dalam bentuk SHS (solar home systems)

sudah mencapai tahap semi komersial.

Komponen utama suatu SESF adalah:

a) Sel fotovoltaik yang mengubah penyinaran matahari menjadi listrik, masih

impor, namun untuk laminating menjadi modul surya sudah dkuasai;

b) Balance of system (BOS) yang meliputi controller, inverter , kerangka

modul, peralatan listrik, seperti kabel, stop kontak, dan lain-lain,

teknologinya sudah dapat dikuasai;

c) Unit penyimpan energi (baterai) sudah dapat dibuat di dalam negeri;

d) Peralatan penunjang lain seperti: inverter untuk pompa, sistem terpusat,

sistem hibrid, dan lain-lain masih diimpor.

Kandungan lokal modul fotovoltaik termasuk pengerjaan enkapsulasi dan

framing sekitar 25%, sedangkan sel fotovoltaik masih harus diimpor. Balance of

System (BOS) masih bervariasi tergantung sistem desainnya. Kandungan lokal

dari BOS diperkirakan telah mencapai diatas 75%.

5.4.1.1.1.2 Sasaran Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia

a) Sasaran pengembangan energi surya fotovoltaik di Indonesia adalah

sebagai berikut: Semakin berperannya pemanfaatan energi surya

fotovoltaik dalam penyediaan energi di daerah perdesaan, sehingga pada

tahun 2020 kapasitas terpasangnya menjadi 25 MW.

b) Semakin berperannya pemanfaatan energi surya di daerah perkotaan.

c) Semakin murahnya harga energi dari solar photovoltaic , sehingga tercapai

tahap komersial.

d) Terlaksananya produksi peralatan SESF dan peralatan pendukungnya di

dalam negeri yang mempunyai kualitas tinggi dan berdaya saing tinggi.

5.4.1.1.1.3 Strategi Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia

Strategi pengembangan energi surya fotovoltaik di Indonesia adalah sebagai

berikut:

a) Mendorong pemanfaatan SESF secara terpadu, yaitu untuk keperluan

penerangan (konsumtif) dan kegiatan produktif.Mengembangan SESF

melalui dua pola, yaitu pola tersebar dan terpusat yang disesuaikan dengan

kondisi lapangan. Pola tersebar diterapkan apabila letak rumah-rumah

penduduk menyebar dengan jarak yang cukup jauh, sedangkan pola

terpusat diterapkan apabila letak rumah-rumah penduduk terpusat.

b) Mengembangkan pemanfaatan SESF di perdesaan dan perkotaan.

c) Mendorong komersialisasi SESF dengan memaksimalkan keterlibatan

swasta.

d) Mengembangkan industri SESF dalam negeri yang berorientasi ekspor.

e) Mendorong terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efisien dengan

melibatkan dunia perbankan.

5.4.1.1.1.4 Program Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia

Program pengembangan energi surya fotovoltaik adalah sebagai berikut:

a) Mengembangkan SESF untuk program listrik perdesaan, khususnya untuk

memenuhi kebutuhan listrik di daerah yang jauh dari jangkauan listrik

PLN.

b) Meningkatkan penggunaan teknologi hibrida, khususnya untuk memenuhi

kekurangan pasokan tenaga listrik dari isolated PLTD.

c) Mengganti seluruh atau sebagian pasokan listrik bagi pelanggan Sosial

Kecil dan Rumah Tangga Kecil PLN dengan SESF. Pola yang diusulkan

adalah:

d) Memenuhi semua kebutuhan listrik untuk pelanggan S1 dengan batas daya

220 VA;

e) Memenuhi semua kebutuhan untuk pelanggan S2 dengan batas daya 450

VA;

f) Memenuhi 50 % kebutuhan listrik untuk pelanggan S2 dengan batas daya

900 VA;

g) Memenuhi 50 % kebutuhan untuk pelanggan R1 dengan batas daya 450

VA.

h) Mendorong penggunaan SESF pada bangunan gedung, khususnya Gedung

Pemerintah.

i) Mengkaji kemungkinan pendirian pabrik modul surya untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri dan kemungkinan ekspor.

j) Mendorong partisipasi swasta dalam pemanfaatan energi surya fotovoltaik.

k) Melaksanakan kerjasama dengan luar negeri untuk pembangunan SESF

skala besar.

5.4.1.1.1.5 Peluang Pemanfaatan Fotovoltaik

Kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang kecil dan

banyak yang terpencil menyebabkan sulit untuk dijangkau oleh jaringan listrik

yang bersifat terpusat. Untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah-daerah

semacam ini, salah satu jenis energi yang potensial untuk dikembangkan adalah

energi surya. Dengan demikian, energi surya dapat dimanfaatkan untuk p

enyedian listrik dalam rangka mempercepat rasio elektrifikasi desa.

Selain dapat digunakan untuk program listrik perdesaan, peluang pemanfaatan

energi surya lainnnya adalah:

a) Lampu penerangan jalan dan lingkungan;

b) Penyediaan listrik untuk rumah peribadatan. SESF sangat ideal untuk

dipasang di tempat-tempat ini karena kebutuhannya relatif kecil. Dengan

SESF 100 /120Wp sudah cukup untuk keperluan penerangan dan pengeras

suara;

c) Penyediaan listrik untuk sarana umum. Dengan daya kapasitas 400 Wp

sudah cukup untuk memenuhi listrik sarana umum;

d) Penyediaan listrik untuk sarana pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit,

Puskesmas, Posyandu, dan Rumah Bersalin;

e) Penyediaan listrik untuk Kantor Pelayanan Umum Pemerintah. Tujuan

pemanfaatan SESF pada kantor pelayanan umum adalah untuk membantu

usaha konservasi energi dan mambantu PLN mengurangi beban puncak

disiang hari;

f) Untuk pompa air ( solar power supply for waterpump ) yang digunakan

untuk pengairan irigasi atau sumber air bersih (air minum).

5.4.1.1.1.6 Kendala Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah:

a) Harga modul surya yang merupakan komponen utama SESF masih

mahal mengakibatkan harga SESF menjadi mahal, sehingga kurangnya

minat lembaga keuangan untuk memberikan kredit bagi

pengembangan SESF;

b) Sulit untuk mendapatkan suku cadang dan air accu , khususnya di

daerah perdesaan, menyebabkan SESF cepat rusak;

c) Pemasangan SESF di daerah perdesaan pada umumnya tidak

memenuhi standar teknis yang telah ditentukan, sehingga kinerja

sistem tidak optimal dan cepat rusak.;

d) Pada umumnya, penerapan SESF dilaksanakan di daerah perdesaan

yang sebagian besar daya belinya masih rendah, sehingga

pengembangan SESF sangat tergantung pada program Pemerintah;

e) Belum ada industri pembuatan sel surya di Indonesia, sehingga

ketergantungan pada impor sangat tinggi. Akibatnya, dengan

menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar menyebabkan harga

modul surya menjadi semakin mahal.

5.4.1.1.2 TEKNOLOGI ENERGI SURYA TERMAL

Selama ini, pemanfaatan energi surya termal di Indonesia masih dilakukan

secara tradisional. Para petani dan nelayan di Indonesia memanfaatkan energi

surya untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan secara langsung.

5.4.1.1.2.1 Teknologi dan Kemampuan Nasional

Berbagai teknologi pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi skala

rendah (temperatur kerja lebih kecil atau hingga 60 o

C) dan skala menengah

(temperatur kerja antara 60 hingga 120 o

C) telah dikuasai dari rancang-bangun,

konstruksi hingga manufakturnya secara nasional. Secara umum, teknologi surya

termal yang kini dapat dimanfaatkan termasuk dalam teknologi sederhana hingga

madya. Beberapa teknologi untuk aplikasi skala rendah dapat dibuat oleh bengkel

pertukangan kayu/besi biasa. Untuk aplikasi skala menengah dapat dilakukan

oleh industri manufaktur nasional.

Beberapa peralatan yang telah dikuasai perancangan dan produksinya seperti

sistem atau unit berikut:

a. Pengering pasca panen (berbagai jenis teknologi);

b. Pemanas air domestic;

c. Pemasak/oven;

d. Pompa air (dengan Siklus Rankine dan fluida kerja Isopentane );

e. Penyuling air ( Solar Distilation/Still );

f. Pendingin (radiatif, absorpsi, evaporasi, termoelektrik, kompressip, tipe

jet);

g. Sterilisator surya;

h. Pembangkit listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida kerja

dengan titik didih rendah.

Untuk skala kecil dan teknologi yang sederhana, kandungan lokal mencapai

100 %, sedangkan untuk sistem dengan skala industri (menengah) dan

menggunakan teknologi tinggi (seperti pemakaian Kolektor Tabung Hampa atau

Heat Pipe ), kandungan lokal minimal mencapai 50%.

5.4.1.1.2.2 Sasaran Pengembangan Energi Surya Termal

Sasaran pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai

berikut:

Meningkatnya kapasitas terpasang sistem energi surya termal, khususnya

untuk pengering hasil pertanian, kegiatan produktif lainnya, dan sterilisasi di

Puskesmas. Tercapainya tingkat komersialisasi berbagai teknologi energi surya

thermal dengan kandungan lokal yang tinggi.

5.4.1.1.2.3 Strategi Pengembangan Energi Surya Termal

Strategi pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai

berikut: Mengarahkan pemanfaatan energi surya termal untuk kegiatan produktif,

khususnya untuk kegiatan agro industri.

a. Mendorong keterlibatan swasta dalam pengembangan teknologi surya

termal.

b. Mendor ong terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efektif.

c. Mendorong keterlibatan dunia usaha untuk mengembangkan surya termal.

5.4.1.1.2.4 Program Pengembangan Energi Surya Termal

Program pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan inventarisasi, identifikasi dan pemetaan potensi serta aplikasi

teknologi fototermik secara berkelanjutan.

b. Melakukan diseminasi dan alih teknologi dari pihak pengembang kepada

pemakai (agro-industri, gedung komersial, dan lain-lain) dan produsen

nasional (manufaktur, bengkel mekanik, dan lain-lain) melalui forum

komunikasi, pendidikan dan pelatihan dan proyek-proyek percontohan.

c. Melaksanakan standarisasi nasional komponen dan sistem teknologi

fototermik.

d. Mengkaji skema pembiayaan dalam rangka pengembangan manufaktur

nasional.

e. Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk berbagai

teknologi fototermik.

f. Meningkatkan produksi lokal secara massal dan penjajagan untuk

kemungkinan ekspor.

g. Pengembangan teknologi fototermik suhu tinggi, seperti: pembangkitan

listrik, mesin stirling , dan lain-lain.

5.4.1.1.2.5 Peluang Pemanfaatan Energi Surya Termal

Prospek teknologi energi surya termal cukup besar, terutama untuk

mendukung peningkatan kualitas pasca-panen komoditi pertanian, untuk

bangunan komersial atau perumahan di perkotaan.

Prospek pemanfaatannya dalam sektor-sektor masyarakat cukup luas, yaitu:

a. Industri, khususnya agro-industri dan industri pedesaan, yaitu untuk

penanganan pasca-panen hasil-hasil pertanian, seperti: pengeringan

(komoditi pangan, perkebunan, perikanan/peternakan, kayu olahan) dan

juga pendinginan (ikan, buah dan sayuran);

b. Bangunan komersial atau perkantoran, yaitu: untuk pengkondisian ruangan

( Solar Passive Building , AC) dan pemanas air;

c. Rumah tangga, seperti: untuk pemanas air dan oven/ cooker ;

d. PUSKESMAS terpencil di pedesaan, yaitu: untuk sterilisator, refrigerator

vaksin dan pemanas air.

5.4.1.1.2.6 Kendala Pengembangan Energi Surya Termal

Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan surya termal adalah:

a. Teknologi energi surya termal untuk memasak dan mengeringkan hasil

pertanian masih sangat terbatas. Akan tetapi, sebagai pemanas air, energi

surya termal sudah mencapai tahap komersial. Teknologi surya termal

masih belum berkembang karena sosialisasi ke masyarakat luas masih

sangat rendah;

b. Daya beli masyarakat rendah, walaupun harganya relatif murah;

c. Sumber daya manusia (SDM) di bidang surya termal masih sangat

terbatas. Saat ini, SDM hanya tersedia di Pulau Jawa dan terbatas

lingkungan perguruan.

5.4.1.2 Sumber Daya Energi Angin

5.4.1.2.1 Latar Belakang

Energi Angin berasal dari energi panas. Pemanasan yang tidak merata,

permukaan bumi yang tidak beraturan, kemudian rotasi bumi adalah beberapa

faktor yang menyebabakan terjadinya angin. Pola aliran angin mengubah bentuk

permukaan bumi, arus air dan tumbuh – tumbuhan. Manusia mulai memanfaatkan

energi angin untuk berbagai tujuan, yaitu : menerbangkan layang – layang/ balon

terbang Zeppelin, pelayaran, penggilingan padi, pompa air, dan bahkan generator

listrik.

Istilah energi angin menjelaskan proses bagaimana energi angin tersebut

menghasilkan energi mekanik maupun energi listrik. Kincir angin dapat

mengubah energi kinetik menjadi energi mekanik. Tenaga ini kemudian dapat

digunakan untuk berbagai macam pekerjaan ( seperti menggiling padi atau

memompa air ) atau dengan generator, energi angin tersebut dapat diubah

menjadi energi listrik.

Kincir angin berfungsi sebaliknya dari kipas angin. Kipas angin menggunakan

energi listrik untuk menghasilkan energi angin, kincir angin menggunakan energi

angin untuk menghasilkan energi listrik. Energi angin memutar kincir, yang

berputar pada tangkainya, yang dihubungkan dengan generator dan menghasilkan

energi listrik. Kincir angin yang lebih besar beropersi secara bersamaan di lahan

yang dikhususkan buat kincir angin untuk menghasilkan tenaga listrik dan

digunakan untuk berbagai keperluan. Sementara untuk kebutuhan rumahan,

digunakan kincir angin yang lebih kecil.

Indonesia sendiri, relatif memiliki peluang untuk memanfaatkan energi angin,

tapi hal itu masih sangat jarang. Saat ini, para peneliti sedang melanjutkan upaya

untuk membuka peluang kemungkinan pengembangan pemanfaatan energi angin

tersebut.

5.4.1.2.2 Keuntungan dan Kerugian Energi Angin

Walaupun memiliki banyak kerugian, energi angin juga banyak memiliki

keuntungan, sehingga membuktikan bahwa energi angin sebagai salah satu

sumber energi yang paling cepat berkembang di dunia.

5.4.1.2.2.1 Keuntungan

1. Karena energi angin hanya terdiri dari atas udara, energi angin menjadi

sumber energi yang bersih. Energi angin tidak mencemari udara, Tidak

sama halnya dengan batu bara dan gas alam yang mencemari udara. Kincir

angin tidak menghasilkan gas emisi yang menyebabkan terjadinya hujan

asam, ataupun efek rumah kaca, sehingga sangat ramah lingkungan.

2. Energi angin merupakan sumber daya energi lokal, contohnya yang

diproduksi oleh Indonesia. Banyak Negara relatif memiliki ketersediaan

sumber daya angin tersebut.

3. Energi angin dapat dihasilkan kembali (renewable), sehingga dapat

dimanfaatkan terus menerus. Seperti yang telah disebutkan, energi angin

dibentuk oleh energi panas yang menyebabkan terjadinya perbedaan

tekanan udara.

4. Sekarang ini, energi angin adalah salah satu sumber energi terbarukan

yang memiliki biaya rendah dalam pemanfaatannya. Bergantung pada

sumber daya angin dan proyek keuangan, faktanya energi angin hanya

memerlukan biaya 6 sen USD per kilowatt per jam ( untuk tempat yang

potensial dengan kecepatan 5 m/s atau daerah yang jauh dari pantai).

5. Kincir angin dapat dibangun di atas tanah perkebunan ataupun pertanian,

hingga perbaikan ekonomi di daerah pedesaan, yang menjadikannya

sebagai salah satu tempat yang paling baik dalam pemanfaatan energi

angin. Lahan pertanian dan perkebunan tersebut masih dapat dikelola

karena bangunan kincir angin tidak membutuhkan banyak lahan.

5.4.1.2.2.2 Kerugian

1. Pemanfaatan energi angin harus bersaing dengan pembangkit

konvensional dalam hal pembiayaan. Tergantung seberapa potensial

daerah pemanfaatan, dan kemungkinan pemanfaatan energi angin yang

tidak kompetitif.

2. Tantangan terbesar dalam penggunaan energ angin adalah ketika tiupan

angin tidak sekencang yang diinginkan untuk keperluan energi listrik.

Energi angin sendiri tak dapat disimpan (kecuali disimpan di dalam

baterai), dan tidak semua tenaga angin dapat dimanfaatkan untuk

pembangkit tenaga listrik.

3. Tempat yang cocok untuk pemanfaatan tenaga angin hanya terdapat di

daerah terpencil, jauh dari kota yang notabenenya sangat membutuhkan

energi listrik.

4. Pengembangan sumber daya angin mungkin bersaing dengan perusahaan

lainnya dalm memperebutkan daerah yang kemungkinan memiliki daya

yang lebih besar dari pembangkit tenaga listrik.

5. Meskipun Perusahaan tenaga angin memiliki pengaruh yang relatif kecil

terhadap lingkungan jika dibandingkan dengan perusahaan konvensional,

ada beberapa hal yang patut diperhatikan.Misalnya kebisingan,

mengurangi nilai keindahan, bahkan sebagian besar burung - burung mati

akibat terjebak pada baling – baling kincir angin tersebut. Dan hal itu,

semestinya diperhatikan dalam penempatan gedung pembangkit tenaga

angin.

5.4.1.2.3 Keadaan umum di Indonesia

a. Pertumbuhan pemanfaatan tenaga angin di Indonesia menjadi bagian dari

program pemerintah agar dapat terealisasi dan mengalami keberlanjutan

dalam pemanfaatan, untuk digunakan dalam berbagai keperluan.

b. Di dalam negeri sendiri terdapat berbagai tempat yang potensial untuk

pemanfaatan energi angin.

c. Masih rendahnya kapasitas pemasangan dibandingkan dengan potensial

yang dimiliki.

5.4.1.2.4 Potensi Energi Angin di Indonesia

Potensi energi angin di Indonesia sangat beragam dan dapat dikelompokkan

menjadi 3 kategori, antara lain sebagai berikut :

a. Penggunaan skala kecil, dengan kecepatan angin berkisar antara 2,5 – 4

m/s dan daya yang di hasilkan mencapai 10 kW;

b. Penggunaan skala menengah, dengan kecepatan angin berkisar anatar 4 – 5

m/s dan daya yang dihasilkan sebesar 10 – 100 kW;

c. Penggunaan skala besar, dengan kecepatan angin lebih dari 5 m/s dan daya

yang dihasilkan lebih dari 100 kW.

Data ukuran dan pembacaan kecepatan angin sebagai berikut :

a. Wilayah Nusa Tenggara Barat : kecepatan angin berkisar dari 3,4 – 5,3

m/s (terdapat 10 lokasi);

b. Wilayah Nusa Tenggara Timur : kecepatan angin berkisar dari 3,2 – 6,5

m/s (terdapat 10 lokasi);

c. Wilayah Sulawesi dan sekitarnya : kecepatan angin berkisar dari 2,6 – 4,9

m/s (terdapat 10 lokasi).

Data mengenai kecepatan angin daerah lain terdapat pada tabel di bawah ini :

Data ini adalah milik National Institute for Aeronautics and Space ( LAPAN).

5.4.1.2.5 Teknologi Energi Angin Nasional

Biasanya, Amerika atau Eropa mendesain Kincir angin untuk diaplikasikan di

daerah yang memiliki kecepatan angin sangat tinggi yang nyatanya tidak cocok

dengan kondisi di Indonesia. Meskipun begitu, ada beberapa kincir angin yang

ternyata memang cocok dioperasikan di Indonesia. Oleh karena itu,

pengembangan teknologi sumber daya angin di Indonesia masih terbuka lebar.

Saat ini, teknologi pengembangan sumber daya angin dalam negeri sudah

mendesain sebuah prototipe dengan spesifikasi untuk :

a. gedung pembangkit tenaga angin yang memiliki daya berkisar antara 50 –

10.000 W;

b. tenaga pompa mekanik dengan kapasitas 45 – 250 liter/menit;

c. gedung pembangkit tenaga angin dengan kapasitas 3,5 kW yang

dihubungkan dengan pompa air listrik untuk memompa air.

5.4.1.2.6 Aplikasi Tenaga Angin

Beberapa aplikasi tenaga angin untuk terbentuknya kesejahteraan antara lain :

untuk penerangan, pengisian baterai, komunikasi radio, televisi, radio, rumah

industri, telekomunikasi, serta pompa air.

5.4.1.2.7 Fasilitas Pendukung

Untuk mendukung pengembangan energi angin, Indonesia memiliki beberapa

fasilitas, antara lain :

a. perlengkapan pengukuran potensial energi angin;

b. Laboratorium sistem konversi tenaga angin;

c. Laboratorium percobaan lapangan;

d. Laboratorium aerodinamik – dibawah kecepatan suara.

5.5 Konservasi

5.5.1 Pengertian Konservasi

Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri

atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian

mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have),

namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore

Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan

tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering

diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan

sumberdaya alam secara bijaksana).

Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana

konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam

untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi

sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.

Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa

batasan, sebagai berikut :

1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi

keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama

(American Dictionary).

2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang

optimal secara sosial (Randall, 1982).

3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke

organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas

kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen

adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan,

pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).

4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga

dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat

diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).

5.

5.5.2 Pengertian Konservasi Sumber Daya Alam

Sumber daya alam berkaitan dengan penurunan jumlah populasi hewan, dan

juga tumbuhan di muka bumi. Pada umumnya populasi beberapa jenis hewan dan

tumbuhan dapat menurun sehingga populasinya amat langka, bahkan mungkin

menjadi punah. Kelangkaan beberapa jenis hewan dan tumbuhan menyadarkan

orang, bahwa nilai keanekaragaman biologi mulai berkurang, baik nilai ekonomis

maupun nilai estetis. Hilangnya nilai – nilai keanekaragaman biologi itu

dikhawatirkan dapat mengancam kehidupan manusia. Kesadaran itu mendorong

orang untuk melindungi dan mempertahankan kelestarian organisme, khususnya

organisme langka.

Konservasi adalah penggunaan sumberdaya alam untuk kebaikan secara

optimal, dalam jumlah yang terbanyak dan untuk jangka waktu yang paling lama.

Lebih dari itu konservasi diartikan sebagai pengembangan dan proteksi terhadap

sumberdaya alam. Wantrup dalam Soemarmoko (1987) menyatakan bahwa

konservasi sumberdaya alam bukanlah memelihara persediaan secara permanen,

tanpa pengurangan dan perusakan. Apabila konservasi diartikan demikian,

tingkat penggunaan sama dengan nol ; sedangkan konservasi itu sebenarnya

tidaklah berarti tidak ada penggunaan sama sekali. Seringkali pula konservasi

diartikan sebagai peniadaan atau pengurangan penggunaan karena lebih

mengutamakan bentuk penggunaan lain dalam hal sumberdaya alam itu memiliki

penggunaan yang bermacam – macam (multiple use resource). Jadi dapat kita

simpulkan bahwa konservasi adalah suatu tindakan untuk mencegah pengurasan

sumberdaya alam dengan cara pengambilan yang tidak berlebihan sehingga

dalam jangka waktu tertentu, sumberdaya alam tetap tersedia. Konservasi dapat

diartikan menjaga kelestarian terhadap alam demi kelangsungan hidup manusia.

Tindakan – tindakan konservasi dapat berupa beberapa cara antara lain :

1. Melakukan perencanaan terhadap pengambilan sumberdaya alam, yaitu

dengan pengambilan secara terbatas, dan tindakan yang mengarah pada

pengurasan perlu dicegah.

2. Mengusahakan eksploitasi sumberdaya alam secara efisien yakni dengan

limbah sesedikit mungkin.

3. Mengembangkan sumberdaya alternatif atau mencari sumberdaya

pengganti sehingga sumberdaya alam yang terbatas jumlahnya dapat

disubtitusikan dengan sumberdaya alam jenis yang lain.

4. Menggunakan unsur – unsur teknologi yang sesuai dalam

mengeksploitasi sumberdaya alam agar menghemat penggunaan sumber

daya tersebut dan tidak merusak lingkungan.

5. Mengurangi, membatasi dan mengatasi pencemaran lingkungan.

Tindakan konservasi ini amat perlu khususnya bagi sumberdaya alam yang

sifatnya tidak dapat diperbarui. Tindakan konservasi bagi sumber daya alam yang

dapat diperbarui dapat dilakukan dengan lebih hati – hati, misalnya untuk

konservasi hutan dapat dilakukan dengan berbagai sistem tebang pilih, reboisasi

dan penghijauan.

5.5.3 Kriteria Penentuan Konservasi

Salah satu tujuan dari konservasi alam adalah melindungi dan mengawetkan

jenis hewan dan tumbuhan, terutama jenis yang bersifat langka. Jika kelangkaan

dijadikan pertimbangan untuk menentukan perlu tidaknya suatu jenis hewan dan

tumbuhan yang dilindungi, maka ada beberapa kriteria mengenai tingkat

kelangkaan suatu jenis. Begon (1996) menyebutkan tiga tingkatan mengenai

kelangkaan yaitu : 1) Mudah terancam punah (vulnarable) : 2) Terancam punah

(endangered) ; dan 3) kritis (critical). Suatu jenis hewan dapat dinyatakan mudah

atau mulai terancam punah jika jenis itu mempunyai probabilitas 100% untuk

punah dalam waktu 100 tahun. Jenis hewan terancam punah jika kemungkinan

untuk punah adalah 20% dalam waktu 20 tahun atau 10 generasi. Jenis hewan

dinyatakan kritis jika kemungkinan untuk punah adalah 50% dalam waktu 5

tahun atau 2 generasi.

Hewan yang mempunyai resiko tinggi untuk punah selalu berda dalam

keadaan langka, tetapi tidak semua hewan langka mempunyai resiko untuk

punah. Hal ini berhubungan dengan konsep berikut. Kelimpahan atau kelangkaan

tidak hanya berkonotasi pada kepadatan populasi dalam satuan luas tertantu.

Kelimpahan atau kelangkaan berkaitan dengan jumlah individu dalam satuan luas

tertentu disebut intensitas. Di samping itu kelimpahan dan kelangkaan juga dapat

dikaitkan dengan konsep prevalensi yang berarti proporsi luas daerah yang dihuni

oleh satu jenis hewan dalam seluruh daerah yang ada. Sehubungan dengan kedua

konsep tersebut, suatu jenis hewan mungkin langka dalam arti 1) daerah

rentangan geografisnya sempit, 2) rentangan daerah habitatnya sempit, 3)

populasi lokal (di tempat jenis hewan berada) kecil atau jenis hewan itu tidak

dominan.

5.5.4 Faktor Penyebab Kepunahan Hewan

Pada akhir – akhir kepunahan jenis hewan, komunitas dan ekosistem sebagian

besar disebabkan oleh tindakan manusia. Susanto (2000) mengemukakan faktor –

faktor penyebab punahnya hewan dan tumbuhan yang berkaitan dengan tindakan

manusia itu antara lain :

1) Habitat Hilang atau Mengalami Degradasi

2) Fragmentasi habitat

3) Pemburuan komersial

4) Faktor lain

5.5.5 Perlindungan dan Pengawetan Alam

Perlindungan dan pengawetan alam merupakan usaha untuk melestarikan

biota secara terbatas. Sasarannya berkisar antara perlindungan terhadap jenis

hewan, komunitas, sampai ekosistem secara menyeluruh.

Tujuan perlindungan dan pengawetan alam itu ada beberapa macam.

a. Perlindungan jenis;

b. Perlindungan berbagai jenis hewan;

c. Perlindungan habitat;

d. Perlindungan tata ruang.

Bentuk – bentuk perlindungan dan konservasi alam di Indonesia ditetapkan

menurut Undang – undang nomor 5 tahun 1997 tentang ketentuan – ketentuan

pokok Kehutanan yaitu “ Hutan suaka alam adalah kawasan hutan yang karena

sifatnya yang khas, diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati,

dan/atau manfaat – manfaat lainnya yang dibedakan atas :

1) Hutan Suaka Alam yang berhubungan dengan keadaan alamnya yang

khas termasuk alam hewani dan nabati, perlu dilindungi untuk

kepentingan IPTEK dan kebudayaan disebut “ Cagar Alam”.

2) Hutan Suaka Alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat hidup suatu

marga satwa yang mempunyai nilai khas untuk ilmu pengetahuan dan

kebudayaan, serta merupakan kekayaan alam dan kebanggaan nasional

disebut suaka marga satwa.

Hutan Wisata adalah kawasan hutan yang dipergunakan khusus untuk dibina

dan dipelihara guna untuk kepentingan pariwisata dan atau wisata buru yang

memungkinkan diselenggarakannya perburuan yang teratur bagi kepentingan

rekreasi, disebut “Taman Buru”.

5.5.6 Program – Program Konservasi

5.5.6.1 Program Konservasi di Dalam Kawasan

Konservasi di dalam kawasan meliputi kegiatan pengelolaan suaka alam,

taman nasional, taman laut, cagar budaya, gejala alam, keunikan dan keindahan

alam dengan cara melengkapi contoh – contoh perwakilan suatu tipe ekosistem,

menetapkan status hukum, melaksanakan pengukuran, pengamatan dan

pengelolaannya yang diawali dengan inventarisasi dan evaluasi.

Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan suatu sistem pengelolaan

kawasan konservasi yang lebih efisien dan efektif sehingga dapat dirasakan

manfaat adanya kawasan konservasi ini oleh masyarakat luas, baik langsung atau

tidak langsung dan pada akhirnya diharapkan kesadaran ekologis masyarakat

dapat ditingkatkan sehingga kehadiran kawasan konservasi dirasakan benar –

benar merupakan suatu kebetulan yang luas ada di dalam lingkungan.

Program Konservasi di Dalam Kawasan

Konservasi di luar kawasan meliputi penyelenggaraan inventarisasi dan

identifikasi areal perlindungan, jenis – jenis flora/fauna langka dan endemik,

pembinaan koleksi dalam bentuk kebun binatang dan kebun botani, pembinaan

daerah pengungsian satwa dan daerah perlindungan plasma nutfah, pengawasan

penangkapan/pengambilan flora/fauna dan perkarantinaan.

Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya

alam hayati berupa 25.000 jenis flora dan 400.000 jenis fauna yang terdapat di

daratan maupun perairan, yang secara keseluruhan dimanfaatkan bagi

kelangsungan pembangunan.

5.5.6.2 Pengembangan Taman Nasional

Taman Nasional adalah daerah perlindungan alam yang kondisi habitatnya

sudah terbina sedemikian baik sehingga jenis – jenis hewan langka itu meningkat

ke tingkat kelangkaan yang lebih tinggi.

5.5.6.3 Program Hutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena sifat alamnya dipergunakan

untuk mengatur tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi serta pemeliharaan

kesuburan tanah yng keadaan dan sifat fisiknya perlu dibina dan dipertahankan

sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap guna kepentingan

hidrologis yang mengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi, serta

memelihhara keawetan dan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan yang

bersangkutan maupun kawasan yang mempengaruhi sekitarnya.

5.5.6.4 Program Pengembangan Wisata Alam

5.5.6.5 Program Pengembang Pecinta Alam

Dan juga ada beberapa Program yang lain yang tak dapat kami jelaskan

keseluruhannya.

Demikianlah paparan kami mengenai kondisi SDA dan Konservasi secara

umum dan khususnya di Indonesia. Mudah – mudahan bermanfaat bagi

kepentingan kita semua.

Tugas Rekayasa Penyehatan Lingkungan

“Sumber Daya Alam dan Konservasi”

Oleh : Kelompok V

Ketua : M. Khadafi

Anggota : Zumaidi A. Hasan

Imron Ikbal

Mudasir

Sumirno Fayoya

M. Faris

Faisal Mochtar

Jurusan teknik sipil

Unkhair

2009/2010