Makalah Rekayasa Penyehatan Lingkungan
-
Upload
faisal-mochtar -
Category
Documents
-
view
628 -
download
27
description
Transcript of Makalah Rekayasa Penyehatan Lingkungan
BAB 5
SUMBER DAYA ALAM DAN KONSERVASI
5.1 Gambaran Umum
Alam pada dasarnya mempunyai sifat yang beraneka ragam, namun serasi dan
seimbang. Oleh karena itu, perlindungan dan pengawetan alam harus terus
dilakukan untuk mempertahankan keserasian dan keseimbangan itu.
Semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik, yang dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan manusia merupakan sumber daya alam. Tumbuhan, hewan,
manusia, dan mikroba merupakan sumber daya alam hayati, sedangkan faktor
abiotik lainnya merupakan sumber daya alam nonhayati.
Pada zaman dulu, orang – orang sudah mulai memanfaatkan alam sebagai
sarana untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Air misalnya, merupakan
salah satu Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat penting. Tanpa air, semua
komponen makhluk hidup tak bisa bertahan hidup.
Dengan adanya perkembangan zaman, kebutuhan manusia bertambah. Dan
sebagai solusi, maka manusia berusaha untuk mengeksplorasi berbagai Sumber
Daya Alam yang memungkinkan untuk dapat digunakan. Tapi pada
kenyataannya, manusia berubah menjadi rakus sehingga kegiatan pemanfaatan
alam menjadi tak terkendali yang dapat menyebabkan kerusakan alam dan
kerugian terhadap manusia itu sendiri.
Adalah baik jika kegiatan eksploitasi tersebut dibarengi dengan pemanfaatan
kembali SDA yang telah kita gunakan. Karena, ada beberapa sumber energi di
alam yang tak dapat diperbarui (bahan tambang). Kalaupun dapat diperbarui, hal
itu membutuhkan waktu yang sangat lama.
Baru pada abad ini, isu lingkungan mulai banyak dibicarakan. Dan yang
paling terkini adalah masalah Global Warming dan Efek Rumah Kaca.
Perlahan-lahan muncul kesadaran manusia untuk berbenah diri terhadap
lingkungan sehingga sebagai tebusan kepada alam, manusia berlomba-lomba
untuk mengurangi dampak buruk dari alam–karena ulah manusia itu sendiri– dan
berusaha mencari solusi baru dalam hal ini pemanfaatan SDA dalam bentuk
energi, untuk dijadikan alternatif dalam menghadapi krisis sumber daya energi.
Pada akhirnya, kesemuanya yang mengenai kegiatan kita, haruslah
mempunyai pertimbangan terhadap eksistensi alam. Yang lebih urgen lagi adalah
mengupayakan agar pemanfaatan SDA dan Perlindungan alam secara optimal.
5.1.1 Pengertian Sumber Daya Alam
Sumber Daya Alam ialah semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik
yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan kesejahteraan
manusia, misalnya: tumbuhan, hewan, udara, air, tanah, bahan tambang, angin,
cahaya matahari, dan mikroba (jasad renik).
Menurut urutan kepentingan, kebutuhan hidup manusia, dibagi menjadi dua
sebagai berikut :
1. Kebutuhan Dasar.
Kebutuhan ini bersifat mutlak diperlukan untuk hidup sehat dan aman.Yang
termasuk kebutuhan ini adalah sandang, pangan, papan, dan udara bersih.
2. Kebutuhan sekunder.
Kebutuhan ini merupakan segala sesuatu yang diperlukan untuk lebih
menikmati hidup, yaitu rekreasi, transportasi, pendidikan, dan hiburan.
Mutu lingkungan
Pandangan orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memang berbeda-
beda karena antara lain dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pertimbangan
kebutuhan, sosial budaya, dan waktu.
Semakin meningkat pemenuhan kebutuhan untuk kelangsungan hidup, maka
semakin baik pula mutu hidup. Derajat pemenuhan kebutuhan dasar manusia
dalam kondisi lingkungan disebut mutu lingkungan.
Daya dukung lingkungan
Ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan
tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu
disebut daya dukung lingkungan. Singkatnya, daya dukung lingkungan ialah
kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup.
Di bumi ini, penyebaran sumber daya alam tidak merata letaknya. Ada bagian
- bagian bumi yang sangat kaya akan mineral, ada pula yang tidak. Ada yang
baik untuk pertanian ada pula yang tidak. Oleh karena itu, agar pemanfaatannya
dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus
disertai dengan tindakan perlindungan. Pemeliharaan dan pengembangan
lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai
berikut :
1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-
hati dan efisien, misalnya: air, tanah, dan udara.
2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
3. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien, serta
pendaurulangan (recycling).
4. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai
dengan alam.
5.1.2 Macam-macam Sumber Daya Alam
Sumber daya alam dapat dibedakan berdasarkan sifat, potensi, dan jenisnya.
a. Berdasarkan sifat
Menurut sifatnya, sumber daya alam dapat dibagi 3, yaitu sebagai berikut :
1. Sumber daya alam yang terbarukan (renewable), misalnya: hewan,
tumbuhan, mikroba, air, dan tanah. Disebut terbarukan karena dapat
melakukan reproduksi dan memiliki daya regenerasi (pulih kembali).
2. Sumber daya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), misalnya:
minyak tanah, gas bumi, batu bara, dan bahan tambang lainnya.
3. Sumber daya alam yang tidak habis, misalnya, udara, matahari, energi
pasang surut, dan energi laut.
b. Berdasarkan potensi
Menurut potensi penggunaannya, sumber daya alam dibagi beberapa macam,
antara lain sebagai berikut :
1. Sumber daya alam materi; merupakan sumber daya alam yang
dimanfaatkan dalam bentuk fisiknya. Misalnya, batu, besi, emas, kayu,
serat kapas, rosela, dan sebagainya.
2. Sumber daya alam energi; merupakan sumber daya alam yang
dimanfaatkan energinya. Misalnya batu bara, minyak bumi, gas bumi, air
terjun, sinar matahari, energi pasang surut laut, kincir angin, dan lain-lain.
3. Sumber daya alam ruang; merupakan sumber daya alam yang berupa
ruang atau tempat hidup, misalnya area tanah (daratan) dan angkasa.
c. Berdasarkan jenis
Menurut jenisnya, sumber daya alam dibagi dua sebagai berikut :
1. Sumber daya alam nonhayati (abiotik); disebut juga sumber daya alam
fisik, yaitu sumber daya alam yang berupa benda-benda mati. Misalnya :
bahan tambang, tanah, air, dan kincir angin.
2. Sumber daya alam hayati (biotik); merupakan sumber daya alam yang
berupa makhluk hidup. Misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba, dan
manusia.
5.2 SDA Yang Terbarukan
5.2.1 Pengertian Sumber Daya Alam yang terbarukan (Renewable)
Sumber Daya Alam yang dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang
dapat diusahakan kembali keberadaannya dan dapat dimanfaatkan secara terus-
menerus.
Sumber Daya Alam yang terbarukan tersebut antara lain sebagai berikut :
5.2.1.1 Sumber Daya Air
Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain
untuk minum, mandi dan mencuci, air bermanfaat juga: sebagai sarana
transportasi, sebagai sarana wisata/rekreasi, sebagai sarana irigasi/pengairan,
sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air).
Cekungan di daratan yang digenangi air terjadi secara alami disebut danau,
misalnya Danau Toba di Sumatera Utara. Sedangkan cekungan di daratan yang
digenangi air terjadi karena buatan manusia disebut waduk, misalnya waduk
Sermo di Kulon Progo dan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri (Jateng).
5.2.1.2 Sumber Daya Tanah
Tanah adalah lapisan kulit bumi bagian atas yang terbentuk dari pelapukan
batuan dan bahan organik yang hancur oleh proses alamiah. Tanah banyak
dimanfaatkan untuk menanam sumber daya alam pertanian. Pertanian meliputi
tanaman untuk makanan pokok, seperti padi, jagung dan sagu. Palawija terdiri
dari ubi-ubian dan kacang-kacangan; dan holtikultura yang meliputi berbagai
jenis sayuran dan buah-buahan.
5.2.1.3 Sumber Daya Tumbuhan
Berbicara tentang sumber daya alam tumbuhan kita tidak dapat menyebutkan
jenis tumbuhannya, melainkan kegunaannya. Misalnya berguna untuk pangan,
sandang, pagan, dan rekreasi. Akan tetapi untuk bunga-bunga tertentu, seperti
melati, anggrek bulan, dan Rafflesia arnoldi merupakan pengecualian karena
ketiga tanaman bunga tersebut sejak tanggal 9 Januari 1993 telah ditetapkan
dalam Keppres No. 4 tahun 1993 sebagai bunga nasional dengan masing-masing
gelar sebagai berikut :
1. Melati sebagai bunga bangsa.
2. Anggrek bulan sebagai bunga pesona.
3. Raffiesia Arnoldi sebagai bunga langka.
Tumbuhan memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen dan tepung
melalui proses fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen atau
penyusun dasar rantai makanan.
Eksploitasi tumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan dan
kepunahan, dan hal ini akan berkaitan dengan rusaknya rantai makanan.
Kerusakan yang terjadi karena punahnya salah satu faktor dari rantai makanan
akan berakibat punahnya konsumen tingkat di atasnya. Jika suatu spesies
organisme punah, maka spesies itu tidak pernah akan muncul lagi. Dipandang
dari segi ilmu pengetahuan, hal itu merupakan suatu kerugian besar.
Selain telah adanya sumber daya tumbuhan yang punah, beberapa jenis
tumbuhan langka terancam pula oleh kepunahan, misalnya Rafflesia Arnoldi (di
Indonesia) dan pohon raksasa kayu merah (Giant Redwood di Amerika). Dalam
mengeksploitasi sumber daya tumbuhan, khususnya hutan, perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut.
a) Tidak melakukan penebangan pohon di hutan dengan semena-mena
(tebang habis).
b) Penebangan kayu di hutan dilaksanakan dengan terencana dengan sistem
tebang pilih (penebangan selektif). Artinya, pohon yang ditebang adalah
pohon yang sudah tua dengan ukuran tertentu yang telah ditentukan.
c) Cara penebangannya pun harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak merusak pohon-pohon muda di sekitarnya.
d) Melakukan reboisasi (reforestasi), yaitu menghutankan kembali hutan
yang sudah terlanjur rusak.
e) Melaksanakan aforestasi, yaitu menghutankan daerah yang bukan hutan
untuk mengganti daerah hutan yang digunakan untuk keperluanlain.
f) Mencegah kebakaran hutan.
Kerusakan hutan yang paling besar dan sangat merugikan adalah kebakaran
hutan. Diperlukan waktu yang lama untuk mengembalikannya menjadi hutan
kembali.
Hal-hal yang sering menjadi penyebab kebakaran hutan antara lain sebagai
berikut :
a. Musim kemarau yang sangat panjang.
b. Meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan.
c. Pembuatan arang di hutan.
d. Membuang puntung rokok sembarangan di hutan.
Untuk mengatasi kebakaran hutan diperlukan hal-hal berikut ini.
a. Menara pengamat yang tinggi dan alat telekomunikasi.
b. Patroli hutan untuk mengantisipasi kemungkinan kebakaran.
c. Sistem transportasi mobil pemadam kebakaran yang siap digunakan.
Pemadaman kebakaran hutan dapat dilakukan dengan dua cara seperti berikut
ini :
a. Secara langsung dilakukan pada api kecil dengan penyemprotan air.
b. Secara tidak langsung pada api yang telah terlanjur besar, yaitu
melokalisasi api dengan membakar daerah sekitar kebakaran, dan
mengarahkan api ke pusat pembakaran. Biasanya dimulai dari daerah
yang menghambat jalannya api, seperti: sungai, danau, jalan, dan puncak
bukit.
Pengelolaan hutan seperti di atas sangat penting demi pengawetan maupun
pelestariannya karena banyaknya fungsi hutan seperti berikut ini :
1. Mencegah erosi; dengan adanya hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke
permukaan tanah, dan dapat diserap oleh akar tanaman.
2. Sumber ekonomi; melalui penyediaan kayu, getah, bunga, hewan, dan
sebagainya.
3. Sumber plasma nutfah; keanekaragaman hewan dan tumbuhan di hutan
memungkinkan diperolehnya keanekaragaman gen.
4. Menjaga keseimbangan air di musim hujan dan musim kemarau.
Dengan terbentuknya humus di hutan, tanah menjadi gembur. Tanah yang
gembur mampu menahan air hujan sehingga meresap ke dalam tanah, resapan air
akan ditahan oleh akar-akar pohon. Dengan demikian, di musim hujan air tidak
berlebihan, sedangkan di musim kemarau, danau, sungai, sumur dan sebagainya
tidak kekurangan air.
5.2.1.4 Sumber Daya Hewan
Seperti pada ketiga macam bunga nasional, sejak tanggal 9-1-1995, ditetapkan
pula tiga satwa nasional sebagai berikut :
1. Komodo (Varanus komodoensis) sebagai satwa nasional darat.
2. Ikan Solera Merah sebagai satwa nasional air.
3. Elang Jawa sebagai satwa nasional udara.
Selain ketiga satwa nasional di atas, masih banyak satwa Indonesia yang
langka dan hampir punah. Misalnya Cendrawasih, Maleo, dan Badak bercula
satu.
Untuk mencegah kepunahan satwa langka, diusahakan pelestarian secara in
situ dan ex situ. Pelestarian in situ adalah pelestarian yang dilakukan di habitat
asalnya, sedangkan pelestarian ex situ adalah pelestarian satwa langka dengan
memindahkan satwa langka dari habitatnya ke tempat lain.
Sumber daya alam hewan dapat berupa hewan liar maupun hewan yang sudah
dibudidayakan. Termasuk sumber daya alam satwa liar adalah penghuni hutan,
penghuni padang rumput, penghuni padang ilalang, penghuni steppa, dan
penghuni sabana. Misalnya badak, harimau, gajah, kera, ular, babi hutan,
bermacam-macam burung, serangga, dan lainnya.
Termasuk sumber daya alam hewan piaraan antara lain adalah lembu, kuda,
domba, kelinci, anjing, kucing, bermacam- macam unggas, ikan hias, ikan Lele
dumbo, ikan Lele lokal, kerang, dan siput.
Terhadap hewan peliharaan itulah sifat terbarukan dikembangkan dengan baik.
Selain memungut hasil dari peternakan dan perikanan, manusia jugs melakukan
persilangan untuk mencari bibit unggul guns menambah keanekaragaman ternak.
Dipandang dari peranannya, hewan dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Sumber pangan, antara lain sapi, kerbau, ayam, itik, lele, dan mujaer.
b. Sumber sandang, antara lain bulu domba dan ulat sutera.
c. Sumber obat-obatan, antara lain ular Kobra dan lebah madu.
d. Piaraan, antara lain kucing, burung, dan ikan hias.
Untuk menjaga kelestarian satwa Langka, maka penangkapan hewan-hewan
dan juga perburuan haruslah mentaati peraturan tertentu seperti berikut ini :
1. Para pemburu harus mempunyai lisensi (surat izin berburu).
2. Senjata untuk berburu harus tertentu macamnya.
3. Membayar pajak dan mematuhi undang-undang perburuan.
4. Harus menyerahkan sebagian tubuh yang diburunya kepada petugas
sebagai tropy, misalnya tanduknya.
5. Tidak boleh berburu hewan-hewan langka.
6. Ada hewan yang boleh ditangkap hanya pada bulan-bulan tertentu saja.
Misalnya, ikan Salmon pada musim berbiak di sungai tidak boleh
ditangkap, atau Kura-kura Pads musim akan bertelur.
7. Harus melakukan konvensi dengan baik. Konsekuensi ialah aturan-aturan
yang tidak tertulis tetapi harus sudah diketahui oleh si pemburu dengan
sendirinya. Misalnya, tidak boleh menembak hewan buruan yang sedang
bunting, dan tidak boleh membiarkan hewan buas buruannya lepas dalam
keadaan terluka.
Akan tetapi, seringkali peraturan-peraturan tersebut tidak ditaati bahkan ada
yang diam-diam memburu satwa langka untuk dijadikan bahan komoditi yang
berharga. Satwa yang sering diburu untuk diambil kulitnya antara lain macan,
beruang, dan ular, sedangkan gajah diambil gadingnya.
5.2.1.5 Sumber Daya Mikroba
Di samping sumber daya alam hewan dan tumbuhan terdapat sumber daya
alam hayati yang bersifat mikroskopis, yaitu mikroba. Selain berperan sebagai
dekomposer (pengurai) di dalam ekosistem, mikroba sangat penting artinya
dalam beberapa hal seperti berikut ini :
a. sebagai bahan pangan atau mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain,
seperti tape, sake, tempe, dan oncom.
b. penghasil obat-obatan (antibiotik), misalnya, penisilin.
c. membantu penyelesaian masalah pencemaran, misalnya pembuatan
biogas dan daur ulang sampah.
d. membantu membasmi hama tanaman, misalnya Bacillus thuringiensis
e. untuk rekayasa genetika, misalnya, pencangkokan gen virus dengan gen
sel hewan untuk menghasilkan interferon yang dapat melawan penyakit
karena virus.
Rekayasa genetika dimulai Tahun 1970 oleh Dr. Paul Berg. Rekayasa genetika
adalah penganekaragaman genetik dengan memanfaatkan fungsi materi genetik
dari suatu organisme. Cara-cara rekayasa genetika tersebut antara lain: kultur
jaringan, mutasi buatan, persilangan, dan pencangkokan gen. Rekayasa genetika
dapat dimanfaatkan untuk tujuan berikut ini :
1. mendapatkan produk pertanian baru, seperti "pomato", merupakan
persilangan dari potato (kentang) dan tomato (tomat).
2. mendapatkan temak yang berkadar protein lebih tinggi.
3. mendapatkan temak atau tanaman yang tahan hama.
4. mendapatkan tanaman yang mampu menghasilkan insektisida sendiri.
Akhir-akhir ini tampak bahwa penggunaan sumber daya alam cenderung naik
terus, karena:
a. pertambahan penduduk yang cepat.
b. perkembangan peradaban manusia yang didukung oleh kemajuan sains
dan teknologi.
Oleh karena itu, agar sumber daya alam dapat bermanfaat dalam waktu yang
panjang maka hal-hal berikut sangat perlu dilaksanakan :
1. Sumber daya alam harus dikelola untuk mendapatkan manfaat yang
maksimal, tetapi pengelolaan sumber daya alam harus diusahakan agar
produktivitasnya tetap berkelanjutan.
2. Eksploitasinya harus di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi
sumber daya alam.
3. Diperlukan kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang
ada agar dapat lestari dan berkelanjutan dengan menanamkan pengertian
sikap serasi dengan lingkungannya.
4. Di dalam pengelolaan sumber daya alam hayati perlu adanya
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a. Teknologi yang dipakai tidak sampai merusak kemampuan sumber
daya untuk pembaruannya.
b. Sebagian hasil panen harus digunakan untuk menjamin pertumbuhan
sumber daya alam hayati.
c. Dampak negatif pengelolaannya harus ikut dikelola, misalnya dengan
daur ulang.
d. Pengelolaannya harus secara serentak disertai proses pembaruannya.
5.2.1.6 Sumber Daya Manusia
Manusia dibedakan dari sumber daya alam hayati lainnya karena manusia
memiliki kebudayaan, akal, dan budi yang tidak dimiliki oleh tumbuhan maupun
hewan. Meskipun paling tinggi derajatnya, namun dalam ekosistem, manusia
juga berinteraksi dengan lingkungannya, mempengaruhi dan dipengaruhi
lingkungannya sehingga termasuk dalam salah satu faktor saling ketergantungan.
Berbeda dengan sumber daya hayati lainnya, penggunaan sumber daya manusia
dibagi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Manusia sebagai sumber daya fisik
Dengan energi yang tersimpan dalam ototnya manusia dapat bekerja dalam
berbagai bidang, antara lain: bidang perindustrian, transportasi, perkebunan,
perikanan, perhutanan, dan peternakan.
b. Manusia sebagai sumber daya mental
Kemampuan berpikir manusia merupakan suatu sumber daya alam yang
sangat penting, karena berfikir merupakan landasan utama bagi kebudayaan.
Manusia sebagai makhluk hidup berbudaya, mampu mengolah sumber daya alam
untuk kepentingan hidupnya dan mampu mengubah keadaan sumber daya alam
berkat kemajuan ilmu dan teknologinya. Dengan akal dan budinya, manusia
menggunakan sumber daya alam dengan penuh kebijaksanaan. Oleh karena itu,
manusia tidak dilihat hanya sebagai sumber energi, tapi yang terutama ialah
sebagai sumber daya cipta (sumber daya mental) yang sangat penting bagi
perkembangan kebudayaan manusia. (Sumber :
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Biologi/0040%20Bio%201-9a.htm)
5.3 SDA Yang Tidak Terbarukan
5.3.1 Pengertian SDA yang tidak terbarukan (Nonrenewable)
Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang
apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Biasanya sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui berasal dari barang tambang (minyak bumi dan batu
bara) dan bahan galian (emas, perak, timah, besi, nikel dan lain-lain). Kalaupun
dapat diperbarui, akan memakan waktu jutaan tahun lamanya.
Berikut ini adalah contoh beberapa SDA yang tidak terbarukan.
a) Batu Bara
Batu bara berasal dari tumbuhan purba yang telah mati berjuta-juta tahun yang
lalu. Batu bara banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan industri
dan rumah tangga.
b) Minyak Bumi
Minyak bumi berasal dari hewan (plankton) dan jasad-jasad renik yang telah
mati berjuta-juta tahun.
c) Emas dan Perak
d) Besi dan Timah
Besi berasal dari bahan yang bercampur dengan tanah, pasir dan sebagainya.
Besi merupakan bahan endapan dan logam yang berwarna putih. Timah berasal
dari bijih-bijih timah yang tersimpan di dalam bumi.
5.3.1.1 Jenis sumber daya alam
Hasil tambang:
a) Minyak Bumi
b) Avtur untuk bahan bakar pesawat terbang;
c) Bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor;
d) Kerosin untuk bahan baku lampu minyak;
e) Solar untuk bahan bakar kendaraan diesel;
f) LNG (Liquid Natural Gas) untuk bahan bakar kompor gas;
g) Oli ialah bahan untuk pelumas mesin;
h) Vaselin ialah salep untuk bahan obat;
i) Parafin untuk bahan pembuat lilin; dan
j) Aspal untuk bahan pembuat jalan (dihasilkan di Pulau Buton).
k) Batu Bara dimanfaatkan untuk bahan bakar industri dan rumah tangga.
l) Biji Besi dimanfaatkan untuk peralatan rumah tangga, pertanian dan lain-
lain.
m) Tembaga merupakan jenis logam yang berwarna kekuning-kuningan,
lunak dan mudah ditempa.
n) Bauksit digunakan sebagai bahan dasar pembuatan alumunium.
o) Emas dan Perak untuk perhiasan.
p) Marmer digunakan untuk bahan bangunan rumah atau gedung.
q) Belerang digunakan untuk bahan obat penyakit kulit dan korek api.
r) Yodium digunakan untuk obat dan peramu garam dapur beryodium.
s) Nikel digunakan untuk bahan pelapis besi agar tidak mudah berkarat.
t) Gas Alam dimanfaatkan untuk bahan bakar kompor gas.
u) Mangan untuk pembuatan pembuatan besi baja.
v) Grafit bermanfaat untuk membuat pensil.
5.4 SDA Yang Tidak Habis
5.4.1 Pengertian SDA yang tidak habis
Sumber Daya Alam yang tidak habis, dapat didefenisikan sebagai SDA yang
melimpah dan dapat digunakan terus menerus. Seperti udara, sinar matahari, dan
pasang surut air laut.
Beberapa pemanfaatan mengenai Sumber Daya Alam yang tidak habis adalah
sebagai berikut :
5.4.1.1 Sumber Daya Energi Surya.
Energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan
saat ini oleh Pemerintah Indonesia.
Kondisi Umum
Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup
besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di
Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai
berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di
Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi
bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m
2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, potesi angin rata-
rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.
Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam
teknologi yang sudah diterapkan, yaitu teknologi energi surya termal dan energi
surya fotovoltaik. Energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak
(kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan,
kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air. Energi surya fotovoltaik
digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi,
telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6
MW.
Ada dua macam teknologi energi surya yang dikembangkan, yaitu:
1. Teknologi energi surya fotovoltaik;
2. Teknologi energi surya termal.
5.4.1.1.1 TEKNOLOGI ENERGI SURYA FOTOVOLTAIK
5.4.1.1.1.1 Teknologi dan Kemampuan Nasional
Pemanfaatan energi surya khususnya dalam bentuk SHS (solar home systems)
sudah mencapai tahap semi komersial.
Komponen utama suatu SESF adalah:
a) Sel fotovoltaik yang mengubah penyinaran matahari menjadi listrik, masih
impor, namun untuk laminating menjadi modul surya sudah dkuasai;
b) Balance of system (BOS) yang meliputi controller, inverter , kerangka
modul, peralatan listrik, seperti kabel, stop kontak, dan lain-lain,
teknologinya sudah dapat dikuasai;
c) Unit penyimpan energi (baterai) sudah dapat dibuat di dalam negeri;
d) Peralatan penunjang lain seperti: inverter untuk pompa, sistem terpusat,
sistem hibrid, dan lain-lain masih diimpor.
Kandungan lokal modul fotovoltaik termasuk pengerjaan enkapsulasi dan
framing sekitar 25%, sedangkan sel fotovoltaik masih harus diimpor. Balance of
System (BOS) masih bervariasi tergantung sistem desainnya. Kandungan lokal
dari BOS diperkirakan telah mencapai diatas 75%.
5.4.1.1.1.2 Sasaran Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia
a) Sasaran pengembangan energi surya fotovoltaik di Indonesia adalah
sebagai berikut: Semakin berperannya pemanfaatan energi surya
fotovoltaik dalam penyediaan energi di daerah perdesaan, sehingga pada
tahun 2020 kapasitas terpasangnya menjadi 25 MW.
b) Semakin berperannya pemanfaatan energi surya di daerah perkotaan.
c) Semakin murahnya harga energi dari solar photovoltaic , sehingga tercapai
tahap komersial.
d) Terlaksananya produksi peralatan SESF dan peralatan pendukungnya di
dalam negeri yang mempunyai kualitas tinggi dan berdaya saing tinggi.
5.4.1.1.1.3 Strategi Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia
Strategi pengembangan energi surya fotovoltaik di Indonesia adalah sebagai
berikut:
a) Mendorong pemanfaatan SESF secara terpadu, yaitu untuk keperluan
penerangan (konsumtif) dan kegiatan produktif.Mengembangan SESF
melalui dua pola, yaitu pola tersebar dan terpusat yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan. Pola tersebar diterapkan apabila letak rumah-rumah
penduduk menyebar dengan jarak yang cukup jauh, sedangkan pola
terpusat diterapkan apabila letak rumah-rumah penduduk terpusat.
b) Mengembangkan pemanfaatan SESF di perdesaan dan perkotaan.
c) Mendorong komersialisasi SESF dengan memaksimalkan keterlibatan
swasta.
d) Mengembangkan industri SESF dalam negeri yang berorientasi ekspor.
e) Mendorong terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efisien dengan
melibatkan dunia perbankan.
5.4.1.1.1.4 Program Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia
Program pengembangan energi surya fotovoltaik adalah sebagai berikut:
a) Mengembangkan SESF untuk program listrik perdesaan, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan listrik di daerah yang jauh dari jangkauan listrik
PLN.
b) Meningkatkan penggunaan teknologi hibrida, khususnya untuk memenuhi
kekurangan pasokan tenaga listrik dari isolated PLTD.
c) Mengganti seluruh atau sebagian pasokan listrik bagi pelanggan Sosial
Kecil dan Rumah Tangga Kecil PLN dengan SESF. Pola yang diusulkan
adalah:
d) Memenuhi semua kebutuhan listrik untuk pelanggan S1 dengan batas daya
220 VA;
e) Memenuhi semua kebutuhan untuk pelanggan S2 dengan batas daya 450
VA;
f) Memenuhi 50 % kebutuhan listrik untuk pelanggan S2 dengan batas daya
900 VA;
g) Memenuhi 50 % kebutuhan untuk pelanggan R1 dengan batas daya 450
VA.
h) Mendorong penggunaan SESF pada bangunan gedung, khususnya Gedung
Pemerintah.
i) Mengkaji kemungkinan pendirian pabrik modul surya untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan kemungkinan ekspor.
j) Mendorong partisipasi swasta dalam pemanfaatan energi surya fotovoltaik.
k) Melaksanakan kerjasama dengan luar negeri untuk pembangunan SESF
skala besar.
5.4.1.1.1.5 Peluang Pemanfaatan Fotovoltaik
Kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang kecil dan
banyak yang terpencil menyebabkan sulit untuk dijangkau oleh jaringan listrik
yang bersifat terpusat. Untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah-daerah
semacam ini, salah satu jenis energi yang potensial untuk dikembangkan adalah
energi surya. Dengan demikian, energi surya dapat dimanfaatkan untuk p
enyedian listrik dalam rangka mempercepat rasio elektrifikasi desa.
Selain dapat digunakan untuk program listrik perdesaan, peluang pemanfaatan
energi surya lainnnya adalah:
a) Lampu penerangan jalan dan lingkungan;
b) Penyediaan listrik untuk rumah peribadatan. SESF sangat ideal untuk
dipasang di tempat-tempat ini karena kebutuhannya relatif kecil. Dengan
SESF 100 /120Wp sudah cukup untuk keperluan penerangan dan pengeras
suara;
c) Penyediaan listrik untuk sarana umum. Dengan daya kapasitas 400 Wp
sudah cukup untuk memenuhi listrik sarana umum;
d) Penyediaan listrik untuk sarana pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit,
Puskesmas, Posyandu, dan Rumah Bersalin;
e) Penyediaan listrik untuk Kantor Pelayanan Umum Pemerintah. Tujuan
pemanfaatan SESF pada kantor pelayanan umum adalah untuk membantu
usaha konservasi energi dan mambantu PLN mengurangi beban puncak
disiang hari;
f) Untuk pompa air ( solar power supply for waterpump ) yang digunakan
untuk pengairan irigasi atau sumber air bersih (air minum).
5.4.1.1.1.6 Kendala Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah:
a) Harga modul surya yang merupakan komponen utama SESF masih
mahal mengakibatkan harga SESF menjadi mahal, sehingga kurangnya
minat lembaga keuangan untuk memberikan kredit bagi
pengembangan SESF;
b) Sulit untuk mendapatkan suku cadang dan air accu , khususnya di
daerah perdesaan, menyebabkan SESF cepat rusak;
c) Pemasangan SESF di daerah perdesaan pada umumnya tidak
memenuhi standar teknis yang telah ditentukan, sehingga kinerja
sistem tidak optimal dan cepat rusak.;
d) Pada umumnya, penerapan SESF dilaksanakan di daerah perdesaan
yang sebagian besar daya belinya masih rendah, sehingga
pengembangan SESF sangat tergantung pada program Pemerintah;
e) Belum ada industri pembuatan sel surya di Indonesia, sehingga
ketergantungan pada impor sangat tinggi. Akibatnya, dengan
menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar menyebabkan harga
modul surya menjadi semakin mahal.
5.4.1.1.2 TEKNOLOGI ENERGI SURYA TERMAL
Selama ini, pemanfaatan energi surya termal di Indonesia masih dilakukan
secara tradisional. Para petani dan nelayan di Indonesia memanfaatkan energi
surya untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan secara langsung.
5.4.1.1.2.1 Teknologi dan Kemampuan Nasional
Berbagai teknologi pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi skala
rendah (temperatur kerja lebih kecil atau hingga 60 o
C) dan skala menengah
(temperatur kerja antara 60 hingga 120 o
C) telah dikuasai dari rancang-bangun,
konstruksi hingga manufakturnya secara nasional. Secara umum, teknologi surya
termal yang kini dapat dimanfaatkan termasuk dalam teknologi sederhana hingga
madya. Beberapa teknologi untuk aplikasi skala rendah dapat dibuat oleh bengkel
pertukangan kayu/besi biasa. Untuk aplikasi skala menengah dapat dilakukan
oleh industri manufaktur nasional.
Beberapa peralatan yang telah dikuasai perancangan dan produksinya seperti
sistem atau unit berikut:
a. Pengering pasca panen (berbagai jenis teknologi);
b. Pemanas air domestic;
c. Pemasak/oven;
d. Pompa air (dengan Siklus Rankine dan fluida kerja Isopentane );
e. Penyuling air ( Solar Distilation/Still );
f. Pendingin (radiatif, absorpsi, evaporasi, termoelektrik, kompressip, tipe
jet);
g. Sterilisator surya;
h. Pembangkit listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida kerja
dengan titik didih rendah.
Untuk skala kecil dan teknologi yang sederhana, kandungan lokal mencapai
100 %, sedangkan untuk sistem dengan skala industri (menengah) dan
menggunakan teknologi tinggi (seperti pemakaian Kolektor Tabung Hampa atau
Heat Pipe ), kandungan lokal minimal mencapai 50%.
5.4.1.1.2.2 Sasaran Pengembangan Energi Surya Termal
Sasaran pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai
berikut:
Meningkatnya kapasitas terpasang sistem energi surya termal, khususnya
untuk pengering hasil pertanian, kegiatan produktif lainnya, dan sterilisasi di
Puskesmas. Tercapainya tingkat komersialisasi berbagai teknologi energi surya
thermal dengan kandungan lokal yang tinggi.
5.4.1.1.2.3 Strategi Pengembangan Energi Surya Termal
Strategi pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai
berikut: Mengarahkan pemanfaatan energi surya termal untuk kegiatan produktif,
khususnya untuk kegiatan agro industri.
a. Mendorong keterlibatan swasta dalam pengembangan teknologi surya
termal.
b. Mendor ong terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efektif.
c. Mendorong keterlibatan dunia usaha untuk mengembangkan surya termal.
5.4.1.1.2.4 Program Pengembangan Energi Surya Termal
Program pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Melakukan inventarisasi, identifikasi dan pemetaan potensi serta aplikasi
teknologi fototermik secara berkelanjutan.
b. Melakukan diseminasi dan alih teknologi dari pihak pengembang kepada
pemakai (agro-industri, gedung komersial, dan lain-lain) dan produsen
nasional (manufaktur, bengkel mekanik, dan lain-lain) melalui forum
komunikasi, pendidikan dan pelatihan dan proyek-proyek percontohan.
c. Melaksanakan standarisasi nasional komponen dan sistem teknologi
fototermik.
d. Mengkaji skema pembiayaan dalam rangka pengembangan manufaktur
nasional.
e. Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk berbagai
teknologi fototermik.
f. Meningkatkan produksi lokal secara massal dan penjajagan untuk
kemungkinan ekspor.
g. Pengembangan teknologi fototermik suhu tinggi, seperti: pembangkitan
listrik, mesin stirling , dan lain-lain.
5.4.1.1.2.5 Peluang Pemanfaatan Energi Surya Termal
Prospek teknologi energi surya termal cukup besar, terutama untuk
mendukung peningkatan kualitas pasca-panen komoditi pertanian, untuk
bangunan komersial atau perumahan di perkotaan.
Prospek pemanfaatannya dalam sektor-sektor masyarakat cukup luas, yaitu:
a. Industri, khususnya agro-industri dan industri pedesaan, yaitu untuk
penanganan pasca-panen hasil-hasil pertanian, seperti: pengeringan
(komoditi pangan, perkebunan, perikanan/peternakan, kayu olahan) dan
juga pendinginan (ikan, buah dan sayuran);
b. Bangunan komersial atau perkantoran, yaitu: untuk pengkondisian ruangan
( Solar Passive Building , AC) dan pemanas air;
c. Rumah tangga, seperti: untuk pemanas air dan oven/ cooker ;
d. PUSKESMAS terpencil di pedesaan, yaitu: untuk sterilisator, refrigerator
vaksin dan pemanas air.
5.4.1.1.2.6 Kendala Pengembangan Energi Surya Termal
Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan surya termal adalah:
a. Teknologi energi surya termal untuk memasak dan mengeringkan hasil
pertanian masih sangat terbatas. Akan tetapi, sebagai pemanas air, energi
surya termal sudah mencapai tahap komersial. Teknologi surya termal
masih belum berkembang karena sosialisasi ke masyarakat luas masih
sangat rendah;
b. Daya beli masyarakat rendah, walaupun harganya relatif murah;
c. Sumber daya manusia (SDM) di bidang surya termal masih sangat
terbatas. Saat ini, SDM hanya tersedia di Pulau Jawa dan terbatas
lingkungan perguruan.
5.4.1.2 Sumber Daya Energi Angin
5.4.1.2.1 Latar Belakang
Energi Angin berasal dari energi panas. Pemanasan yang tidak merata,
permukaan bumi yang tidak beraturan, kemudian rotasi bumi adalah beberapa
faktor yang menyebabakan terjadinya angin. Pola aliran angin mengubah bentuk
permukaan bumi, arus air dan tumbuh – tumbuhan. Manusia mulai memanfaatkan
energi angin untuk berbagai tujuan, yaitu : menerbangkan layang – layang/ balon
terbang Zeppelin, pelayaran, penggilingan padi, pompa air, dan bahkan generator
listrik.
Istilah energi angin menjelaskan proses bagaimana energi angin tersebut
menghasilkan energi mekanik maupun energi listrik. Kincir angin dapat
mengubah energi kinetik menjadi energi mekanik. Tenaga ini kemudian dapat
digunakan untuk berbagai macam pekerjaan ( seperti menggiling padi atau
memompa air ) atau dengan generator, energi angin tersebut dapat diubah
menjadi energi listrik.
Kincir angin berfungsi sebaliknya dari kipas angin. Kipas angin menggunakan
energi listrik untuk menghasilkan energi angin, kincir angin menggunakan energi
angin untuk menghasilkan energi listrik. Energi angin memutar kincir, yang
berputar pada tangkainya, yang dihubungkan dengan generator dan menghasilkan
energi listrik. Kincir angin yang lebih besar beropersi secara bersamaan di lahan
yang dikhususkan buat kincir angin untuk menghasilkan tenaga listrik dan
digunakan untuk berbagai keperluan. Sementara untuk kebutuhan rumahan,
digunakan kincir angin yang lebih kecil.
Indonesia sendiri, relatif memiliki peluang untuk memanfaatkan energi angin,
tapi hal itu masih sangat jarang. Saat ini, para peneliti sedang melanjutkan upaya
untuk membuka peluang kemungkinan pengembangan pemanfaatan energi angin
tersebut.
5.4.1.2.2 Keuntungan dan Kerugian Energi Angin
Walaupun memiliki banyak kerugian, energi angin juga banyak memiliki
keuntungan, sehingga membuktikan bahwa energi angin sebagai salah satu
sumber energi yang paling cepat berkembang di dunia.
5.4.1.2.2.1 Keuntungan
1. Karena energi angin hanya terdiri dari atas udara, energi angin menjadi
sumber energi yang bersih. Energi angin tidak mencemari udara, Tidak
sama halnya dengan batu bara dan gas alam yang mencemari udara. Kincir
angin tidak menghasilkan gas emisi yang menyebabkan terjadinya hujan
asam, ataupun efek rumah kaca, sehingga sangat ramah lingkungan.
2. Energi angin merupakan sumber daya energi lokal, contohnya yang
diproduksi oleh Indonesia. Banyak Negara relatif memiliki ketersediaan
sumber daya angin tersebut.
3. Energi angin dapat dihasilkan kembali (renewable), sehingga dapat
dimanfaatkan terus menerus. Seperti yang telah disebutkan, energi angin
dibentuk oleh energi panas yang menyebabkan terjadinya perbedaan
tekanan udara.
4. Sekarang ini, energi angin adalah salah satu sumber energi terbarukan
yang memiliki biaya rendah dalam pemanfaatannya. Bergantung pada
sumber daya angin dan proyek keuangan, faktanya energi angin hanya
memerlukan biaya 6 sen USD per kilowatt per jam ( untuk tempat yang
potensial dengan kecepatan 5 m/s atau daerah yang jauh dari pantai).
5. Kincir angin dapat dibangun di atas tanah perkebunan ataupun pertanian,
hingga perbaikan ekonomi di daerah pedesaan, yang menjadikannya
sebagai salah satu tempat yang paling baik dalam pemanfaatan energi
angin. Lahan pertanian dan perkebunan tersebut masih dapat dikelola
karena bangunan kincir angin tidak membutuhkan banyak lahan.
5.4.1.2.2.2 Kerugian
1. Pemanfaatan energi angin harus bersaing dengan pembangkit
konvensional dalam hal pembiayaan. Tergantung seberapa potensial
daerah pemanfaatan, dan kemungkinan pemanfaatan energi angin yang
tidak kompetitif.
2. Tantangan terbesar dalam penggunaan energ angin adalah ketika tiupan
angin tidak sekencang yang diinginkan untuk keperluan energi listrik.
Energi angin sendiri tak dapat disimpan (kecuali disimpan di dalam
baterai), dan tidak semua tenaga angin dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit tenaga listrik.
3. Tempat yang cocok untuk pemanfaatan tenaga angin hanya terdapat di
daerah terpencil, jauh dari kota yang notabenenya sangat membutuhkan
energi listrik.
4. Pengembangan sumber daya angin mungkin bersaing dengan perusahaan
lainnya dalm memperebutkan daerah yang kemungkinan memiliki daya
yang lebih besar dari pembangkit tenaga listrik.
5. Meskipun Perusahaan tenaga angin memiliki pengaruh yang relatif kecil
terhadap lingkungan jika dibandingkan dengan perusahaan konvensional,
ada beberapa hal yang patut diperhatikan.Misalnya kebisingan,
mengurangi nilai keindahan, bahkan sebagian besar burung - burung mati
akibat terjebak pada baling – baling kincir angin tersebut. Dan hal itu,
semestinya diperhatikan dalam penempatan gedung pembangkit tenaga
angin.
5.4.1.2.3 Keadaan umum di Indonesia
a. Pertumbuhan pemanfaatan tenaga angin di Indonesia menjadi bagian dari
program pemerintah agar dapat terealisasi dan mengalami keberlanjutan
dalam pemanfaatan, untuk digunakan dalam berbagai keperluan.
b. Di dalam negeri sendiri terdapat berbagai tempat yang potensial untuk
pemanfaatan energi angin.
c. Masih rendahnya kapasitas pemasangan dibandingkan dengan potensial
yang dimiliki.
5.4.1.2.4 Potensi Energi Angin di Indonesia
Potensi energi angin di Indonesia sangat beragam dan dapat dikelompokkan
menjadi 3 kategori, antara lain sebagai berikut :
a. Penggunaan skala kecil, dengan kecepatan angin berkisar antara 2,5 – 4
m/s dan daya yang di hasilkan mencapai 10 kW;
b. Penggunaan skala menengah, dengan kecepatan angin berkisar anatar 4 – 5
m/s dan daya yang dihasilkan sebesar 10 – 100 kW;
c. Penggunaan skala besar, dengan kecepatan angin lebih dari 5 m/s dan daya
yang dihasilkan lebih dari 100 kW.
Data ukuran dan pembacaan kecepatan angin sebagai berikut :
a. Wilayah Nusa Tenggara Barat : kecepatan angin berkisar dari 3,4 – 5,3
m/s (terdapat 10 lokasi);
b. Wilayah Nusa Tenggara Timur : kecepatan angin berkisar dari 3,2 – 6,5
m/s (terdapat 10 lokasi);
c. Wilayah Sulawesi dan sekitarnya : kecepatan angin berkisar dari 2,6 – 4,9
m/s (terdapat 10 lokasi).
Data ini adalah milik National Institute for Aeronautics and Space ( LAPAN).
5.4.1.2.5 Teknologi Energi Angin Nasional
Biasanya, Amerika atau Eropa mendesain Kincir angin untuk diaplikasikan di
daerah yang memiliki kecepatan angin sangat tinggi yang nyatanya tidak cocok
dengan kondisi di Indonesia. Meskipun begitu, ada beberapa kincir angin yang
ternyata memang cocok dioperasikan di Indonesia. Oleh karena itu,
pengembangan teknologi sumber daya angin di Indonesia masih terbuka lebar.
Saat ini, teknologi pengembangan sumber daya angin dalam negeri sudah
mendesain sebuah prototipe dengan spesifikasi untuk :
a. gedung pembangkit tenaga angin yang memiliki daya berkisar antara 50 –
10.000 W;
b. tenaga pompa mekanik dengan kapasitas 45 – 250 liter/menit;
c. gedung pembangkit tenaga angin dengan kapasitas 3,5 kW yang
dihubungkan dengan pompa air listrik untuk memompa air.
5.4.1.2.6 Aplikasi Tenaga Angin
Beberapa aplikasi tenaga angin untuk terbentuknya kesejahteraan antara lain :
untuk penerangan, pengisian baterai, komunikasi radio, televisi, radio, rumah
industri, telekomunikasi, serta pompa air.
5.4.1.2.7 Fasilitas Pendukung
Untuk mendukung pengembangan energi angin, Indonesia memiliki beberapa
fasilitas, antara lain :
a. perlengkapan pengukuran potensial energi angin;
b. Laboratorium sistem konversi tenaga angin;
c. Laboratorium percobaan lapangan;
d. Laboratorium aerodinamik – dibawah kecepatan suara.
5.5 Konservasi
5.5.1 Pengertian Konservasi
Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri
atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian
mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have),
namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore
Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan
tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering
diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan
sumberdaya alam secara bijaksana).
Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana
konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam
untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi
sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa
batasan, sebagai berikut :
1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi
keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama
(American Dictionary).
2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang
optimal secara sosial (Randall, 1982).
3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke
organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas
kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen
adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan,
pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga
dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat
diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).
5.
5.5.2 Pengertian Konservasi Sumber Daya Alam
Sumber daya alam berkaitan dengan penurunan jumlah populasi hewan, dan
juga tumbuhan di muka bumi. Pada umumnya populasi beberapa jenis hewan dan
tumbuhan dapat menurun sehingga populasinya amat langka, bahkan mungkin
menjadi punah. Kelangkaan beberapa jenis hewan dan tumbuhan menyadarkan
orang, bahwa nilai keanekaragaman biologi mulai berkurang, baik nilai ekonomis
maupun nilai estetis. Hilangnya nilai – nilai keanekaragaman biologi itu
dikhawatirkan dapat mengancam kehidupan manusia. Kesadaran itu mendorong
orang untuk melindungi dan mempertahankan kelestarian organisme, khususnya
organisme langka.
Konservasi adalah penggunaan sumberdaya alam untuk kebaikan secara
optimal, dalam jumlah yang terbanyak dan untuk jangka waktu yang paling lama.
Lebih dari itu konservasi diartikan sebagai pengembangan dan proteksi terhadap
sumberdaya alam. Wantrup dalam Soemarmoko (1987) menyatakan bahwa
konservasi sumberdaya alam bukanlah memelihara persediaan secara permanen,
tanpa pengurangan dan perusakan. Apabila konservasi diartikan demikian,
tingkat penggunaan sama dengan nol ; sedangkan konservasi itu sebenarnya
tidaklah berarti tidak ada penggunaan sama sekali. Seringkali pula konservasi
diartikan sebagai peniadaan atau pengurangan penggunaan karena lebih
mengutamakan bentuk penggunaan lain dalam hal sumberdaya alam itu memiliki
penggunaan yang bermacam – macam (multiple use resource). Jadi dapat kita
simpulkan bahwa konservasi adalah suatu tindakan untuk mencegah pengurasan
sumberdaya alam dengan cara pengambilan yang tidak berlebihan sehingga
dalam jangka waktu tertentu, sumberdaya alam tetap tersedia. Konservasi dapat
diartikan menjaga kelestarian terhadap alam demi kelangsungan hidup manusia.
Tindakan – tindakan konservasi dapat berupa beberapa cara antara lain :
1. Melakukan perencanaan terhadap pengambilan sumberdaya alam, yaitu
dengan pengambilan secara terbatas, dan tindakan yang mengarah pada
pengurasan perlu dicegah.
2. Mengusahakan eksploitasi sumberdaya alam secara efisien yakni dengan
limbah sesedikit mungkin.
3. Mengembangkan sumberdaya alternatif atau mencari sumberdaya
pengganti sehingga sumberdaya alam yang terbatas jumlahnya dapat
disubtitusikan dengan sumberdaya alam jenis yang lain.
4. Menggunakan unsur – unsur teknologi yang sesuai dalam
mengeksploitasi sumberdaya alam agar menghemat penggunaan sumber
daya tersebut dan tidak merusak lingkungan.
5. Mengurangi, membatasi dan mengatasi pencemaran lingkungan.
Tindakan konservasi ini amat perlu khususnya bagi sumberdaya alam yang
sifatnya tidak dapat diperbarui. Tindakan konservasi bagi sumber daya alam yang
dapat diperbarui dapat dilakukan dengan lebih hati – hati, misalnya untuk
konservasi hutan dapat dilakukan dengan berbagai sistem tebang pilih, reboisasi
dan penghijauan.
5.5.3 Kriteria Penentuan Konservasi
Salah satu tujuan dari konservasi alam adalah melindungi dan mengawetkan
jenis hewan dan tumbuhan, terutama jenis yang bersifat langka. Jika kelangkaan
dijadikan pertimbangan untuk menentukan perlu tidaknya suatu jenis hewan dan
tumbuhan yang dilindungi, maka ada beberapa kriteria mengenai tingkat
kelangkaan suatu jenis. Begon (1996) menyebutkan tiga tingkatan mengenai
kelangkaan yaitu : 1) Mudah terancam punah (vulnarable) : 2) Terancam punah
(endangered) ; dan 3) kritis (critical). Suatu jenis hewan dapat dinyatakan mudah
atau mulai terancam punah jika jenis itu mempunyai probabilitas 100% untuk
punah dalam waktu 100 tahun. Jenis hewan terancam punah jika kemungkinan
untuk punah adalah 20% dalam waktu 20 tahun atau 10 generasi. Jenis hewan
dinyatakan kritis jika kemungkinan untuk punah adalah 50% dalam waktu 5
tahun atau 2 generasi.
Hewan yang mempunyai resiko tinggi untuk punah selalu berda dalam
keadaan langka, tetapi tidak semua hewan langka mempunyai resiko untuk
punah. Hal ini berhubungan dengan konsep berikut. Kelimpahan atau kelangkaan
tidak hanya berkonotasi pada kepadatan populasi dalam satuan luas tertantu.
Kelimpahan atau kelangkaan berkaitan dengan jumlah individu dalam satuan luas
tertentu disebut intensitas. Di samping itu kelimpahan dan kelangkaan juga dapat
dikaitkan dengan konsep prevalensi yang berarti proporsi luas daerah yang dihuni
oleh satu jenis hewan dalam seluruh daerah yang ada. Sehubungan dengan kedua
konsep tersebut, suatu jenis hewan mungkin langka dalam arti 1) daerah
rentangan geografisnya sempit, 2) rentangan daerah habitatnya sempit, 3)
populasi lokal (di tempat jenis hewan berada) kecil atau jenis hewan itu tidak
dominan.
5.5.4 Faktor Penyebab Kepunahan Hewan
Pada akhir – akhir kepunahan jenis hewan, komunitas dan ekosistem sebagian
besar disebabkan oleh tindakan manusia. Susanto (2000) mengemukakan faktor –
faktor penyebab punahnya hewan dan tumbuhan yang berkaitan dengan tindakan
manusia itu antara lain :
1) Habitat Hilang atau Mengalami Degradasi
2) Fragmentasi habitat
3) Pemburuan komersial
4) Faktor lain
5.5.5 Perlindungan dan Pengawetan Alam
Perlindungan dan pengawetan alam merupakan usaha untuk melestarikan
biota secara terbatas. Sasarannya berkisar antara perlindungan terhadap jenis
hewan, komunitas, sampai ekosistem secara menyeluruh.
Tujuan perlindungan dan pengawetan alam itu ada beberapa macam.
a. Perlindungan jenis;
b. Perlindungan berbagai jenis hewan;
c. Perlindungan habitat;
d. Perlindungan tata ruang.
Bentuk – bentuk perlindungan dan konservasi alam di Indonesia ditetapkan
menurut Undang – undang nomor 5 tahun 1997 tentang ketentuan – ketentuan
pokok Kehutanan yaitu “ Hutan suaka alam adalah kawasan hutan yang karena
sifatnya yang khas, diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati,
dan/atau manfaat – manfaat lainnya yang dibedakan atas :
1) Hutan Suaka Alam yang berhubungan dengan keadaan alamnya yang
khas termasuk alam hewani dan nabati, perlu dilindungi untuk
kepentingan IPTEK dan kebudayaan disebut “ Cagar Alam”.
2) Hutan Suaka Alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat hidup suatu
marga satwa yang mempunyai nilai khas untuk ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, serta merupakan kekayaan alam dan kebanggaan nasional
disebut suaka marga satwa.
Hutan Wisata adalah kawasan hutan yang dipergunakan khusus untuk dibina
dan dipelihara guna untuk kepentingan pariwisata dan atau wisata buru yang
memungkinkan diselenggarakannya perburuan yang teratur bagi kepentingan
rekreasi, disebut “Taman Buru”.
5.5.6 Program – Program Konservasi
5.5.6.1 Program Konservasi di Dalam Kawasan
Konservasi di dalam kawasan meliputi kegiatan pengelolaan suaka alam,
taman nasional, taman laut, cagar budaya, gejala alam, keunikan dan keindahan
alam dengan cara melengkapi contoh – contoh perwakilan suatu tipe ekosistem,
menetapkan status hukum, melaksanakan pengukuran, pengamatan dan
pengelolaannya yang diawali dengan inventarisasi dan evaluasi.
Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan suatu sistem pengelolaan
kawasan konservasi yang lebih efisien dan efektif sehingga dapat dirasakan
manfaat adanya kawasan konservasi ini oleh masyarakat luas, baik langsung atau
tidak langsung dan pada akhirnya diharapkan kesadaran ekologis masyarakat
dapat ditingkatkan sehingga kehadiran kawasan konservasi dirasakan benar –
benar merupakan suatu kebetulan yang luas ada di dalam lingkungan.
Program Konservasi di Dalam Kawasan
Konservasi di luar kawasan meliputi penyelenggaraan inventarisasi dan
identifikasi areal perlindungan, jenis – jenis flora/fauna langka dan endemik,
pembinaan koleksi dalam bentuk kebun binatang dan kebun botani, pembinaan
daerah pengungsian satwa dan daerah perlindungan plasma nutfah, pengawasan
penangkapan/pengambilan flora/fauna dan perkarantinaan.
Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya
alam hayati berupa 25.000 jenis flora dan 400.000 jenis fauna yang terdapat di
daratan maupun perairan, yang secara keseluruhan dimanfaatkan bagi
kelangsungan pembangunan.
5.5.6.2 Pengembangan Taman Nasional
Taman Nasional adalah daerah perlindungan alam yang kondisi habitatnya
sudah terbina sedemikian baik sehingga jenis – jenis hewan langka itu meningkat
ke tingkat kelangkaan yang lebih tinggi.
5.5.6.3 Program Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena sifat alamnya dipergunakan
untuk mengatur tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi serta pemeliharaan
kesuburan tanah yng keadaan dan sifat fisiknya perlu dibina dan dipertahankan
sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap guna kepentingan
hidrologis yang mengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi, serta
memelihhara keawetan dan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan yang
bersangkutan maupun kawasan yang mempengaruhi sekitarnya.
5.5.6.4 Program Pengembangan Wisata Alam
5.5.6.5 Program Pengembang Pecinta Alam
Dan juga ada beberapa Program yang lain yang tak dapat kami jelaskan
keseluruhannya.
Demikianlah paparan kami mengenai kondisi SDA dan Konservasi secara
umum dan khususnya di Indonesia. Mudah – mudahan bermanfaat bagi
kepentingan kita semua.