Makalah Presentasi Kelompok

27
MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD) MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN KLOMPOK VI : M. Rendy M.R (125524007) Ferdiand Arif M (125525013) Ilham Akbar S (125524021) Diah Permata Sari (125524931) Tiara Margaretha (125524040) M. Rizqi Awaludin (125524009)

description

ILMU BUDAYA DASAR

Transcript of Makalah Presentasi Kelompok

Page 1: Makalah Presentasi Kelompok

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD)

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN

KLOMPOK VI :

M. Rendy M.R (125524007)Ferdiand Arif M (125525013)Ilham Akbar S (125524021)Diah Permata Sari (125524931)Tiara Margaretha (125524040)M. Rizqi Awaludin (125524009)

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN / 2012

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2013

Page 2: Makalah Presentasi Kelompok

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN

A. Pendahuluan

Keragaman dapat diartikan dengan suatu hal yang “banyak

macamnya”, “beda” atara satu dan sifatnya tidak tunggal. Sedangkan

kesetaraan dapat diartikan sebagai “sama”,”tidak Berbeda” atau “sederajat”.

Ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk menggambarkan

masyarakat yang terdiri dari agama, ras, bahasa, dan budaya, yaitu pluralitas

(plurality), keragaman (diversity), dan multikultural (multicultural).

Pluralitas (plurality) yaitu suatu konsep yang mengandalkan adanya “hal-hal

yang lebih dari satu”. Sisi lain dari pluralitas adalah kemajemukan yang

didasari oleh keutamaan (keunikan) dan kekhasan. Karena itu, pluralitas tidak

dapat terwujud atau diadakan atau terbayangkan keberadaannya kecuali

sebagai objek komparatif dari keseragaman dan kesatuan yang merangkum

seluruh dimensinya.

Pluralitas, sebagaimana halnya seluruh fenomena pemikiran, memiliki

sifat pertengahan, keseimbangan juga mempunyai sisi yang ekstern, baik

yang melebih-lebihkan atau mengurang-ngurangkan. Pluralitas juga bisa

dianggap sebagai motivator dalam menghadapi ujian, cobaan, kesulitan

berkompetensi, dan berlomba-lomba dalam berkarya dan berinteraksi diantara

masing-masing pihak yang berbeda-beda dalam peradaban.

Istilah lain yang digunakan untuk masyarakat yang terdiri dari agama,

ras, bahasa, dan budaya yang berbeda, yakni keragaman (divercity) yang

menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda,

heterogen dan bahwa tidak dapat disamakan. Furnivail adalah yang pertama

kali mengintrogasi konsep masyarakat majemuk pada waktu dia membahas

kebijakan dan praktek-praktek pemerintah jajahan di Indonesia. Konsep

multikulturalisme  juga dapat dianggap sesuai dengan masalah-masalah

Page 3: Makalah Presentasi Kelompok

“perbedaan”, bahkan konsep ini juga mampu menjembatani perbedaa-

perbedaan yang muncul dari kemajemukan.

Dibandingkan dengan konsep terdahulu, multikulturalisme sebenarnya

relatif baru. Menurut Bhiku Parekh (seperti dikutip oleh Siswarini dan

Kasijanto), baru sekitar 1970-an gerakan multikultural muncul pertama kali di

Kanada dan Australia, kemudian di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan

negara lain. Secara konseptual terdapat perbedaan signifikan antara pluralitas,

keragaman dan multikultural. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan

menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan

perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa maupun agama.

Menurut Suparlan, seperti dikutip oleh Siswarini dan Kasijanto

(2003), multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan

mengagungkan perbedaan. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan-

perbedaan individual atau perorang dan perbedaan budaya. Perbedaan budaya

mendorong upaya terwujudnya keanekaragaman atau pluralisme budaya

sebagai corak kehidupan masyarakat yang mempunyai keanekaragaman

kebudayaan, yaitu yang saling memahami dan menghormati kebudayaan-

kebudayaan dari mereka yang tergolong sebagai kelompok minoritas.

Dalam pengertian multikulturalisme, sebuah masyarakat bangsa

dilihat sebagai memiliki sebuah kebudayaan yang utama dan berlaku umum

(mainstream). Model kulturalisme ini bertentangan dengan model

monokulturalisme yang menekankan keseragaman atau kesatuan kebudayaan

dengan melalui proses penyatuan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda-beda

kedalam sebuah kebudayaan yang dominan dan mayoritas. Dalam model

multikulturalisme penekanannya pada kesederajatan ungkapan-ungkapan

budaya yang berbeda-beda. Dalam masyarakat multibudaya atau

multikultural, setiap orang adalah multikulturalis, menurut Nathan Glazer

(seperti dikutip oleh Siswarini dan Kasijanto, 2003) karena setiap orang

mempunyai kebudayaan yang bukan hanya berasal dari kebudayaan asal atau

suku bangsa tetapi juga mempunyai kebudayaan yang berisikan kebudayaan-

kebudayaan dari suku bangsa sendiri atau bangsa lain.

Page 4: Makalah Presentasi Kelompok

Adalah Samuel P. Huntington yang meramalkan bahwa konflik antar

perbedaan di masa depan tidak lagi disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi,

politik, dan ideologi, tetapi justru dipicu oleh masalah-masalah suku, agama,

ras dan antar golongan (SARA). Ada juga David C. Korten (1993) juga

mengemukakan ramalan bahwa ada bukti kuat sifat tindak kekerasan yang

terorganisir sedang berubah. Perang konvensional yang menghadapkan

tentara suatu negara melawan tentara negara lain, kini dengan cepat akan

menjadi suatu keanehan historis saja. Dalam peperangan kontemporer

semakin banyak perkelahian terjadi antara fraksi-fraksi agama, etnis, dan

politik yang memiliki batas negara dan kebangsaan yang sama.

Huntington mengemukakan enam alasan mengapa di masa mendatang

akan terjadi benturan antara perbedaan yaitu : (1) perbedaan antara peradaban

tidak hanya riil, tetapi juga mendasar; (2) dunia sekarang semakin meyempit;

(3) adanya proses modernisasi ekonomi dan sosial dunia; (4) tumbuhnya

kesadaran peradaban dimungkinkan karena peran ganda Barat; (5)

karakteristik dan perbedaan budaya kurang bisa berkompromi dibanding

karakteristik dan perbedaan sosial politik dan ekonomi; (6) regionalisme

ekonomi semakin meningkat.

Asumsi tersebut menimbulkan kontroversi di kalangan pengamat dan

pakar politi, ekonomi, maupun budaya, ada yang menolak pendapat

Huntington karena menurutnya dengan berakhirnya perang dingin yang

terjadi bukanlah pengelompokan masyarakat, tetapi justru perpecahan menuju

entitas yang lebih kecil lagi, serta menurut Donal K.Emerson memandang

bahwa kategorisasi dan polarisasi Huntington tidak mewakili ketegangan

antar perbedaan di dunia, yang hanya menyoroti kemungkinan semakin

parahnya ketegangan perbedaan Barat dan Islam.

B. Memahami Masyarakat Multikultural

Pemahaman terhadap multikulturalisme sendiri sebenarnya tidak dapat

dilepaskan dari pengertian kebudayaan. Karena kata kebudayaan itulah, yang

menjadi kunci pemahaman konsep multikulturalisme. Kebudayaan

merupakan sekumpulan nilai moral untuk meningkatkan derajat manusia dan

Page 5: Makalah Presentasi Kelompok

kemanusiaan. Multikulturalisme adalah sebuah paham yang mengakui adanya

perbedaan dalam kesetaraan, baik secara individual maupun kelompok dalam

kerangka kebudayaan. Heterogenitas kekayaan budaya negara-bangsa

Indonesia selama ini terekatkan dalam sesanti Bhinneka Tunggal Ika. Dengan

kata lain, kekayaan budaya dapat bertindak sebagai faktor pemersatu, yang

sifatnya majemuk dan dinamis. Tidak ada kebudayaan Indonesia, bila bukan

terbentuk dari kebudayaan masyarakat yang lebih kecil. Sebagai sebuah

konsep, multikulturalisme menjadi dasar bagi tumbuhnya masyarakat sipil

yang demokratis demi terwujudnya keteraturan sosial. Sehingga, bisa

menjamin rasa aman bagi masyarakat dan kelancaran tata kehidupan

masyarakat. Melihat kemajemukan Indonesia yang begituluasnya – terdiri

dari sedikitnya 500 suku bangsa, maka multikulturalisme hendaknya tidak

hanya sekadar retorika, tetapi harus diperjuangkan sebagai landasan bagi

tumbuh dan tegaknya proses demokrasi, pengakuan hak asasi manusia, dan

akhirnya bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Upaya itu harus dilakukan

jika melihat berbagai konflik yang terjadi di sejumlah daerah di tanah air,

beberapa waktu lalu. Konflik itu mengindikasikan belum tuntasnya

pembentukan masyarakat multikultural di Indonesia. Munculnya konflik antar

suku, misalnya, menunjukkan belum dipahaminya prinsip multikulturalisme

yang mengakui perbedaan dalam kesetaraan. Penanaman nilai-nilai

kesetaraan dalam perbedaan itulah yang senantiasa dilakukan secara aktif

baik oleh tokoh masyarakat, tokoh partai, maupun lembaga swadaya

masyarakat. Dengan demikian, pemahaman bahwa bangsa Indonesia

merupakan masyarakat yang terdiri dari beragam kebudayaan harus menjadi

bagian tak terpisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesetaraan

setiap warga masyarakat dan dijaminnya hak masyarakat tradisional

merupakan unsur dasar dari prinsip demokrasi, yang terkandung pengakuan

terhadap kesetaraan dan toleransi terhadap perbedaan dalam kemajemukan.

C. Pluralitas Masyarakat Indonesia

Dalam skala lokal, Indonesia yang merupakan bagian dari dunia

global mengalami gejala pluralis etnis, agama, dan budaya. Indonesia sebagai

Page 6: Makalah Presentasi Kelompok

negara bangsa yang mempunyai karakteristik yang unik (Sunyoto

Usman,1992), yaitu merupakan negara yang pluralistic dilihat baik secara

vertikal maupun horizontal. Secara vertikal sruktur masyarakat Indonesia

ditandai oleh adanya polarisasi social berdasarkan kekuatan ekonomi dan

politik. Kontras demikian akan menempatkan dua kelompok masyarakat

seolah-olah dalam posisi saling berhadap-hadapan secara antagonistic.

Struktur masyarakat terpolarisasi menjadi sebagian besar orang yang secara

ekonomi dan politik lemah yang menempati lapisan bawah dan sebagian kecil

orang yang secara ekonomi dan politik kuat yang menempati lapisan atas.

Di bidang ekonomi, misalnya kita dapat menyaksikan dua macam

ekonomi yang berkembang dimasyarakat, yaitu sektor ekonomi modern yang

secara komersial lebih bersifat canggih (shopistacated), banyak bersentuhan

dengan lalu lintas perdagangan internasional, dan profit oriented, dan sektor

ekonimi tradisional yang bersifat konservatif, berorientasi untuk motif-motif

memelihara keamanan dan kelenggengan system sudah ada, tidak profit

oriented, serta kurang mampu mengusahakan pertumbuhan. Polarisasi

ekonomi secara historis telah berakar pada masa kolonial Belanda.

Perbedaan antara kedua sektor ekonomi tersebut secara intergral

berakar di dalam keseluruhan struktur masyarakat Indonesia yang

mengandung perbedaan yang tajam antara struktur masyarakat desa

tradisional. Jika sektor ekonomi modern terutama dijumpai di dalam

masyarakat kota, maka sektor ekonomi tradisional terutama dijumpai di

dalam masyarakat pedesaan. Struktur masyarakat demikian ditandai oleh

adanya gap di dalam hampir semua aspek kehidupan. Dalam kehidupan

sehari-hari kita dapat menyaksikan adanya jurang pemisah antara sejumlah

besar orang yang miskin dengan sejumlah kecil orang yang kaya raya, anata

sejumlah besar orang yang kurang berpendidikan dengan sejumlah kecil

orang yang berpendidikan, antara sejumlah besar orang yang hidup di desa

dengan sejumlah kecil orang yang hidup di kota, antara sejumlah besar orang

yang masih tradisional dengan sejumlah kecil orang yang modern.

Di dalam kehidupan politik kita juga dapat menyaksikan adanya

polarisasi yang seolah-olah membelah masyarakat Indonesia menjadi

Page 7: Makalah Presentasi Kelompok

duakelompok, yakni antara kelompok elit dan kelompok massa. Struktur

masyarakat demikian juga ditandai oleh adanya gap yaitu antara sejumlah

kecil orang yang memegang kekuasaan dengan sejumlah besar orang yang

tidak memiliki kekuasaan.

Secara horizontal, pluralitas masyarakat Indonesia ditandai oleh

adanya perbedaan-perbedaan sukubangsa, agama, adat, dan kedaerahan.

Perbedaan-perbedaan di bidang kehidupan masyarakat tersebut yang

menandai masyarakat Indonesia sebagai masyarakat majemuk, seperti

dikonsepkan oleh Furnivall untuk menggambarkan masyarakat Indonesia

pada masa Hindia-Belanda. Dikatakan oleh Furnival, masyarakat Indonesia

pada masa Hindia-Belanda adalah merupakan masyarakat yang majemuk,

yakni suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup

sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu kesatuan

politik. Masyarakat salam pengertian demikian merupakan suatu cirri

masyarakat daerah tropis di mana mereka yang berkuasa dengan mereka

yang dikuasai memiliki perbedaan ras. Misalnya, struktur masyarakat

Indonesia pada masa Kolonial terdiri dari orang-orang Eropa, Timur Asing,

dan pribumi, yang masing-masing berasal dari ras yang berbeda.

Pada pascakemerdekaan pengertian masyarakat majemuk menurut

Furnivall haruslah direvisi, karena terdapat perubahan-perubahan dalam

struktur masyarakat Indonesia. Dengan “terlemparnya” orang-orang Eropa

dari struktur masyarakat, kemajemukan masyarakat Indonesia tidak terjadi

antara orang-orang Eropa, Timur Asing, dan Pribumi, melainkan terjasi

antarpribumi. Kemajemukan masyarakat Indonesia akan memperoleh arti

penting dilihat dari sukubangsa, agama, dan budaya.

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan. Secara geografis wilayah

Indonesia terbentang dari Sabang sampai Marauke. Sebagai negara

kepulauan, Indonesia terdiri dari sekitar delapanbelas ribu pulau, yang hampir

sebagaian besar dihuni oleh penduduk. Secara historis, kondisi geografis

demikian, memaksa penduduk di masing-masing pulau untuk hidup terpisah

dan masing-masing pulau untuk hidup terpisah daaan masing-masing

membentuk komunitas. Komunitas inilah yang membentuk kesatuan yang

Page 8: Makalah Presentasi Kelompok

disebut suku bangsa. Tiap kesatuan sukubangsa terdiri dari sejumlah orang

yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan emosional serta memandang diri mereka

masing-masing sebagai suatu jenis tersendiri. Masing-masing sukubangsa

mengembangkan kepercayaan, adat istiadat dan bahasanya sendiri.

Kenyataanya geografis demikian melahirkan pluralitas di bidang

sukubangsa. Tentang berapa jumlah sukubangsa di Indonesia, ternyata

terdapat berbagai pendapat yang berbeda di antara para ahli ilmu

kemasyarakatan. Hildred Geertz, seperti dikutip oleh Usman (1992),

misalnya, menyebutkan adanya lebih dari 300 sukubangsa di Indonesia, yang

masing-masing mengembangkan bahasa dan identitas kultural yang berbeda-

beda. Skinner menyebutkan adanya lebih dari 35 sukubangsa di Indonesia,

masing-masing dengan bahasa dan adat yang tidak sama.

Sementara itu, menurut Suprlan (2001) arti lambang negara Bhineka

Tunggal Ika atau berbeda-beda namun tetap satu juga, mencerminkan

kenyataan aktual dari masyarakat Indonesia. Indonesia terdiri atas 500

sukubangsa, yang masing-masing mempunyai jati dii sukubangsa dan

kebudayaan dan meng-haki wilayah tempat hidup mereka. Anggota-anggota

dari setiap masyarakat sukubangsa hidup dalam komunitas-komunitas yang

pada dasarnya homogeny dengan masing-masing jatidiri sukubangsa dan

jatidiri budayanya di dalam batas-batas wilayah sendiri. Di tanah air sendiri

masyarakat sukubangsa setempat dengan kebudayaannya adalah dominan,

yang berfungsi sebagai seperangkat system acuan dalam mempedomani

anggota-anggota komunitas di dalam kegiatan-kegiatan setiap hari dan di

dalam cara mereka melihat dan memahami dunia sekeliling mereka dimana

mereka menjadi bagian dari dunia tersebut.

Letak Indonesia yang strategis yang berada diantara dua samudera,

yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik menjadi faktor yang

mempengaruhi pluralitas agama di masyarakat Indonesia. Letak strategis

tersebut menjadikan masyarakat Indonesia telah menjalin kontak dengan

pengaruh kebudayaan luar, yang dibawa oleh para pedagang asing. Pengaruh

yang pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia adalah pengaruh

kebudayaan Hindu dan Budha, yang masuk ke Indonesia kira-kira sejak tahun

Page 9: Makalah Presentasi Kelompok

400 setelah masehi. Pengaruh Hinduisme dan Budhaisme pada waktu itu telah

tersebar cukup luas di wilayah Indonesia serta lebur bersama-sama dengan

kebudayaan lokal. Setelah itu pada abad ke-13 pengaruh Islam masuk ke

Indonesia dan mencapai puncak perluasan pengaruhnya pada abad ke-15.

Pengaruh agama Islam pertama-tama memperoleh tempat berpijak pada

daerah-daerah di mana pengaruh agama Hindhu dan Budha tidak cukup kuat.

Kemudian meluas ke daerah-daerah lain yang sebelumnya pengaruh Hindhu

dan Budha cukup kuat, namun daerah seperti Bali pengaruh Islam tidak

cukup kuat.

Sementara itu pengaruh kebudayaan Barat mulai masuk ke Indonesia

melalui kedatangan bangsa Portugis pada permulaan abad ke-16. Bangsa

Portugis dalam kedatangannya membawa agama Katolik, yang memperoleh

tempat berpijak di daerah-daerah seperti Maluku. Ketika bangsa Belanda

berhasil mendesak Portugis ke luar dari daerah tersebut sekitar tahun 1600-an,

maka pengaruh agama Katolik segera digantikan oleh pengaruh agama

Kristen Protestan. Agama Katolik dan Kristen Protestan mempunyai

pengaruh yang cukup kuat terutama di wilayah Indonesia bagian Timur,

seperti Maluku, NTT, Irian Jaya, Sulawesi Utara, sebagian wilayah Indonesia

bagian Timur seperti Tapanuli, dan wilayah perkotaan.

D. Beberapa Kasus Konflik Di Indonesia

Menjelang peralihan abad ke-20 ke abad ke-21 bangsa Indonesia

dihadapkan pada serangkaian peristiwa konflik, yang terjadi diberbagai

daerah, seperti Jawa, Maluku, Poso, Mataram, Kupang, Papua, D.I.Aceh, dan

lainnya. Konflik dan kerusuhan yang telah memakan korban ribuan jiwa,

ribuan tempat tinggal, dan ratusan tempat ibadah tersebut telah meninggalkan

luka phisik dan psikisyang amat dama di kalangan mereka yang langsung

maupun tidak langsung, terlibat dalam berbagai konflik tersebut.

Berikut ini akan diuraikan pola-pola konflik yang dapat dikategorikan

sebagai konflik yang bernuansa SARA. Sejak runtuhnya pemerintahan

Soeharto beberapa daerah di Indonesia, seperti di Maluku, NTT, NTB,

Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah, dilanda konflik yang bernuansa

Page 10: Makalah Presentasi Kelompok

SARA. Tiga peristiwa konflik yang merupakan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi bekerjasama

dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) (Sihbudi dan Nurhasim,

2001) diantaranya adalah Kerusuhan di Kupang NTT, Kerusuhan di Sambas

Kalimantan Barat, Kerusuhan di Mataram NTB.

1. Kerusuhan di Kupang NTT

Nusa Tenggara Timur (NTT), provinsi yang pernah dilanda

kerusuhan berbau SARA ini, telah memiliki sebuah “laboratorium sosial”

yang berusaha menghindari gesekan antar umat beragama. Masyarakat

Agamis, Rukun Mengharum, demikian nama laboratorium itu, merupakan

visi NTT yang dicanangkan setahun yang lalu (2010). Visi itu menjadi

program kanwil Depag Setempat.

Kerusuhan di Kupang NTT terjadi pada tanggal 30 November

1998. Konflik ini merupakan kerusuhan yang disebabkan oleh masalah

tergesernya sumber ekonomi penduduk lokal oleh para pendatang, yang di

pengaruhi pula oleh konflik agama dan politik. Stereotip sering muncul

dan bahkan menimbulkan kebencian. Percepatan perkembangan ekonomi

kaum pendatang yang kemudian juga diikuti pekembangan agama Islam di

Kupang pada periode 1980-an hingga 1990-an menjadi sumber konlik

laten di Kupang semakin mengkristal. Percepatan perkembangan ekonomi

dan agama ini menimbulkan masalah baru yaitu adanya kesenjangan

antara penduduk asli dan pendatang.

Penduduk lokal yang mayoritas beragama Kristen protestan lebih

menyukai sektor birokrasi dibanding bergerak di bidang wiraswasta.

Page 11: Makalah Presentasi Kelompok

Akibatnya tingkat kesejahteraan ekonominya mengikuti dan tergantung

pada kenaikan gaji dari pemerintah. Selain itu banyak yang bertumpu di

sektor pertanian dan pertukangan, serta buruh tani. Tingkat pengangguran,

kemiskinan dan pemilikan modal antara penduduk asli dan pendatang

sangat jauh perbedaannya. Akibatnya semua ini terjadi perbandingan

terbalik antara pola penguasaan ekonomi dan perbandingan jumlah

penduduk.

Sumber masalah tersebut pada kenyataannya tidak berdiri

sendirikarena didalam masyarakat terdapat sejumlah sumber lain yang

berfungsi sebagai pemercepat ketegangan yaitu memori social antaretnik

dan suku serta agama dalam konflik-konflik historis diantara mereka di

masa lalu. Agama dan suku juga menjadi basis konflik dalam perebutan

kekuasaan dan brokrasi di Kupang. Selain itu kondisi hubungan sosial

antarsuku, agama, ras, dan golongan yang longgar dan rapuh juga ikut

mendorong ketegangan-ketegangan.

Ketika terjadi penumpukan atas sumber masalah dengan faktor-

faktor yang bersifat mempercepat, ditambah oleh adanya provokasi dari

luar, terutama kasus kerusuhan di ketapang, mengakibatkan benih-benih

konfliksemakin terbuka. Acara perkabungan yang diselenggarakan oleh

GEMA KRISTI di NTT, berubah menjadi kerusuhan, ketika isu-isu gelap

terjadi dalam susasana ketegangan sosial di Kupang yang sudah

memuncak. Isu tersebut adalah adanya berita yang menyebar luas bahwa

Gereja Katedral Agung Kupang dibakar oleh massa Muslim. Demikian

sebaliknya kelompok islam menerima kabar bahwa masjid at-Taqwa

(masjid tertua di Kupang) dibakar oleh massa Nasrani. Akibat itu semua

terjadilah saling menyerang diantara dua kelompok yang berbeda.

2. Kerusuhan di Sambas Kalimantan Barat

Sumber masalah: Konflik cultural antara etnik Dayak yang sudah

ber-langsung lama, Akumulasi tindakan kekerasan antar-etnik Madura

dengan Melayu Dayak, Hubungan antar-etnik lebih berwujud rivalitas dan

konflik.

Page 12: Makalah Presentasi Kelompok

Akselerator: Berkurangnya daya dukung lingkungan bagi

masyarakat asli (Dayak) seperti tanah yang tercemar, penebangan hutan

(HPH) yang merugikan masyarakat lokal, krisis ekonomi kemiskinan, dan

lainnya. Pergeseran sumber-sumber ekonomi vital di sambas kepada

pendatang (terutama penduduk yang beragama islam). Segregasi

pemukiman antara penduduk asli dan pendatang yang melebar.

Terganggunya interaksi antar etnik. Interaksi lebih berciri ke dalam, bukan

ke luar dan prasangka (kecurigaan) lebih tinggi dibandingkan dengan

harmonisasi. Ketidaktegasan aparat keamanan (polisi) terhadap

premanisme, tindak kekerasan, dan pembunuhan yang dilakukan oleh

oknum beretnis Madura. Lambannya aparat keamanan dan birokrasi dalam

menangani konflik antaretnik. Ketidakpastian penegak hukum atau hukum

tidak ditegakkan sebagaimana mestinya. Politisasi etnik dalam perebutan

kekuasaan dan borokrasi lokal.

Pemicu atau penyulut: Tindak kekerasan: penganiayaan dan

pembunuhan etnik Madura terhadap etnik Melayu dan Dayak.

Kemungkinan adanya provokasi. Peranan media masa dalam pemberitaan

kerusuhan yang cenderung provokatif, tidak imbang yang memicu spirit

atas konflik lebih lanjut. Penyebaran isu melalui telepon genggam atas

perkembangan situasi konflik dan berita-berita yang menyesatkan.

Pengiriman bagian tubuh yang dimutilasi.

3. Kerusuhan di Mataram NTB

Kerusuhan yang terjadi di Mataram dan sekitarnya pada tanggal 17

Januari 200, disebabkan oleh provokasi dari para elit politik tertentu yang

menyebabkan terjadinya kerusuhan di wilayah tersebut, sebagai dampak

dari fanatisme agama pemeluknya. Secara terbuka, sebenarnya rivalitas

konflik berdimensi agama terjadi antara pemeluk Islam dan Hindu, tetapi

dalam kehidupan sehari-hari di Mataram pemeluk agama Hindu mamou

mengemas pola penyebaran agamanya secara rapi dan tidak mencolok,

sehingga tidak menimbulkan reaksi dari pihak mayoritas.

Page 13: Makalah Presentasi Kelompok

Sementara penyebaran agama Kristen dianggap sangat agresif,

dengan penonjolan pembangunan rumah-rumah ibadah di pusat-pusat

kota, yang menimbulkan kebencian mayoritas Islam terhadapnya. Kondisi

ini diperparah oleh adanya kesenjangan ekonomi antara penduduk local

yang umumnya muslim dan kaum pendatang yang umumnya nasrani.

Serta konflik ini juga turut dipercepat oleh ketidaksiapan aparat keamanan

dalam mengamankan acara Tabliq Akbar tanggal 17 Januari 2000,

disamping itu kerusuhan di Mataram juga dipicu atau disulut oleh seorang

penceramah yang memprovokasi massa pada acara Tabliq Akbar tersebut.

MATRIK PERBANDINGAN ANATOMI KONFLIK SAMBAS, KUPANG

DAN MATARAM (AKAR MASALAH, AKSELERATOR, DAN

PEMICUNYA)

KATEGOR

I

KUPANG (NUSA

TENGGARA

TIMUR)

MATARAM (NUSA

TENGGARA

BARAT)

SAMBAS

KALIMANTAN

BARAT)

Sumber

Masalah

Rivalitas sumber

ekonomi antara

pendatang dan

penduduk asli.

Pengangguran

penduduk asli yang

tinggi.

Kemiskinan

penduduk asli yang

hampir 60%.

Ketimpangan

modal antara

penduduk asli dan

pendatang.

Kecemburuan

Provokasi para

provokator dari

luar dan dari NTB

pada Aksi

Solidaritas untuk

kasus Ambon.

Konflik elit pusat

yang berimbas ke

daerah.

Fanatisme

kehidupan di satu

sisi, di sisi lain ada

gejala agama lain

melakukan

agresivitas

Konflik cultural antara

etnik Dayak yang sudah

ber-langsung lama.

Akumulasi tindakan

kekerasan antar-etnik

Madura dengan Melayu

Dayak.

Hubungan antar-etnik

lebih berwujud rivalitas

dan konflik.

Page 14: Makalah Presentasi Kelompok

sosial penduduk

asli terhadap

pendatang.

penyebaran agama.

Berlarut-larutnya

konflik Ambon –

Maluku.

Akselerator Pertarungan etnik

dan agama dalam

sejarah social

NTT.

Politisasi dan

Persaingan agama

dalam perebutan

kekuasaan

Masalah

keamanan,

kriminalitas dan

perkelahian

pemuda

(premanisme)

Masalah

pengungsi yang

tidak segera

diatasi, memicu

konflik dengan

penduduk asli.

Tidak siapnya

aparat keamanan

mengantisipasi

keadaan pra dan

pada saat

kerusuhan.

Kondisi hubungan

Penarikan

Pamswakarsa

(Pasukan Amphibi)

dari rencana awal

untuk

mengamankan

acara Tabliq Akbar

di Mataram.

Kesenjangan sosial

ekonomi

khususnya antara

pendatang dengan

penduduk asli.

Perubahan

kebijakan di tubuh

TNI – Polri

mengakibatkan

saling lempar

tanggungjawab

terhadap kemanan

di Mataram.

Kurangnya

koordinasi antara

TNI dan Polri

dalam menghadapi

ancaman

kerusuhan massa.

Berkurangnya daya

dukung lingkungan bagi

masyarakat asli (Dayak)

seperti tanah yang

tercemar, penebangan

hutan (HPH) yang

merugikan masyarakat

lokal, krisis ekonomi

kemiskinan, dan lainnya.

Pergeseran sumber-

sumber ekonomi vital di

sambas kepada

pendatang (terutama

penduduk yang

beragama islam).

Segregasi pemukiman

antara penduduk asli dan

pendatang yang melebar.

Terganggunya interaksi

antar etnik. Interaksi

lebih berciri ke dalam,

bukan ke luar dan

prasangka (kecurigaan)

lebih tinggi

dibandingkan dengan

harmonisasi.

Ketidaktegasan aparat

Page 15: Makalah Presentasi Kelompok

antara SARA

yang rapuh di

Indonesia

menyebabkan

longgarnya

hubungan sosial

ditingkat nasional

dan lokal.

Tersumbatnya jalur

komunikasi antara

masyarakat dan

pemimpin (baik

formal maupun

informal)

Pola pemukiman

yang cenderung

atas dasar

pengelompokan

etnis, rias dan

golongan,

khususnya antara

warga Hindu-Bali

dan Muslim Sasak,

berkaitan dengan

akar sejarah yang

rivalitas

keagamaan yang

panjang.

keamanan (polisi)

terhadap premanisme,

tindak kekerasan, dan

pembunuhan yang

dilakukan oleh oknum

beretnis Madura.

Lambannya aparat

keamanan dan birokrasi

dalam menangani

konflik antaretnik.

Ketidakpastian penegak

hukum atau hukum tidak

ditegakkan sebagaimana

mestinya.

Politisasi etnik dalam

perebutan kekuasaan dan

borokrasi lokal.

Pemicu atau

Penyulut

Acara

perkabungan yang

berubah menjadi

anarki massa dan

kerusuhan

Isu pembakaran

gereja dan masjid

(Provokator)

Kerusuhan

ketapang yang

menyebar ke

Munculnya seorang

penceramah

berinisial IS yang

membuat suasana

Tabliq Akbar

menjadi panas dan

gaduh, karena isi

ceramahnya

cenderung

memprovokasi.

Tidak dimuatnya

Tindak kekerasan:

penganiayaan dan

pembunuhan etnik

Madura terhadap etnik

Melayu dan Dayak.

Kemungkinan adanya

provokasi.

Peranan media masa

dalam pemberitaan

kerusuhan yang

cenderung provokatif,

Page 16: Makalah Presentasi Kelompok

Kupang dengan

isu-isu yang

menyesatkan.

surat balasan pihak

gereja atas surat

ancaman terhadap

nasrani yang tidak

mendukung acara

tabliq akbar.

tidak imbang yang

memicu spirit atas

konflik lebih lanjut.

Penyebaran isu melalui

telepon genggam atas

perkembangan situasi

konflik dan berita-berita

yang menyesatkan.

Pengiriman bagian tubuh

yang dimutilasi.

Beberapa kondisi sosial-budaya primer dalam masyarakat, yang membuat

suatu masyarakat rawan terhadap perluasan skala dan akibat dari konflik dan

kerusuhan massal yang mungkin terjadi adalah: (1) terdesaknya akses kelompok

tertentu ke kuasaan dan sumber daya; (2) Keterdesakan terjadi melalui proses

yang dianggap tidak adil atau curang; (3) Penguasa baru atas akses dan sumber

daya adalah pendatang; (4) Para pendatang berbeda suku, agama, dan ras; (5)

Etnosentrisme dan aksklusivisme.

Kondisi-kondisi sosial-budaya sekunder ini dapat mengenai sistem politik

lokal dan nasional, kebijakan pembangunan, sistem budaya nasional, dan

sebagainya, yang sepintas lalu tidak tampak kaitannya dengan konflik dan

kerusuhan yang terjadi, tetapi sebenarnya memberikan sumbangan yang tidak

kecil terhadap terciptanya kondisi-kondisi primer yang ada. Kondisi-kondisi

sekunder tersebut antara lain: (1) Rasa keadilan masyarakat setempat tidak

terpenuhi; (2) Aparat pemerintahan yang tidak peka terhadap kondisi genting

masyarakat; (3) Aparat pemerintahan yang memihak / mengutamakan salah satu

kelompok; (4) Kesadaran kesatuan bangsa yang masih lemah; (5) Pengetahuan

budaya lokal yang masih kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Makalah Presentasi Kelompok

Tim ISBD Unesa. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Surabaya. Unesa

University Press.

Nolayuliani. 2012. Keragaman Manusia.

http://nolayuliani.blogspot.com/2012/11/makalah-isbd-keragaman-kemajemukan-

dan.html. Akses 11 September 2013.

Wulanhandika. 2013. Manusia Keragaman dan Kesetaraan.

http://wulanhandika09.blogspot.com/2013/03/isbd-manusakeragaman-dan-

kesetaraan_27.html. Akses 11 September 2013.

Anonim. 2013. Kerusuhan di Mataram.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Mataram. Akses 11 September 2013.

Anonim. 2013. Kerusuhan di Kupang NTT.

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/11/30/0022.html. Akses 11

September 2013