Makalah PPOK

34
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Sistem Respirasi. Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Ibu Ria Ambaryani, S. Apt yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. 2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis penyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya. Banjar, 4 Nopember 2014 Penulis

description

stikes

Transcript of Makalah PPOK

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Makalah ini disusun untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Sistem Respirasi.Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :1. Ibu Ria Ambaryani, S. Apt yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Penulis penyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Banjar, 4 Nopember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Perumusan MasalahC. TujuanBAB II PEMBAHASANA. DefinisiB. GejalaC. DiagnosaD. PengobatanBAB III PENUTUPA. KesimpulanB. SaranDAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGPenyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau Chronic Obstructie Airway Disease (COAD) adalah istilah yang saling menggantikan. Gangguan progresit lambat kronis ditandai oleh obstruksi saluran pernafasan yang menetap atau sedikit reversibel, tidak seperti obstruksi saluran pernafasan reversibel pada asma (Davey,2002:181).PPOK merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat yang menyebabkan 26.000 kematian/tahun di Inggris. Prevalesinya adalah 600.000. Angka ini lebih tinggi di negara maju, daerah perkotaan, kelompok masyarakat menengah ke bawah, dan pada manula (Davey,2002:181). The Asia Pacific CPOD Roundtable Group memperkirakan jumlah penderita PPOK sedang berat di negara-negara Asia Pasific mencapai 56,6 juta penderita dengan angka pravalensi 6,3 persen (Kompas,2006). merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko seperti faktor pejamu yang di duga berhubungan dengan kejadian PPOK semakin banyaknya jumlah perokok kususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja Data badan kesehatan dunia ( WHO ) menunjukkan bahwa pada tahun 1990 PPOK menempati urutan ke 6 sebagai penyebab utama kematian di dunia sedangkan pada tahun 2002 telah menempati urutan ke 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002). Di America Serikat di butuhkan dana sekitar 32 juta US$ dalam setahun dalam menanggulangi penyakit ini ,dengan jumlah pasien sebanyak 16 juta orang dan lebih dari 100 ribu orang meninggal.Hasil survey penyakit tidak menular oleh direktorat jenderal PPM dan Pl di 5 rumah sakit provinsi di Indonesia (jawa barat, jawa tengah, jawa timur, lampung dan sumatra selatan) pada tahun 2004 , menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma brokial (33%), kangker paru (30%) dan lainya (2%) (depkes RI2004). Oleh karena itu penulis menulis makalah yang berjudul Asuhan keperawtan PPOK diharapkan dengan makalah ini penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang penyakit PPOK, sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi pasien PPOK dan meningkatkan partisipasi (kemandirian) masyarakat dalam pencegahan PPOK.

B. PERUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. PENGERTIANPenyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. (Silvia & Lorraine: 2006) Penyakit paru obstruksi kronis atau dapat disingkat dengan PPOK, merupakan suatu gangguan yang paling sering menimpa kelompok yang dalam jangka waktu lama terpapar oleh asap rokok dan bahan toksik inhalasi lainnya. Kerusakan akan menimbulkan suatu obstruksi dari jalan napas yang dapat menimbulkan keparahan. Dalam hal ini dikaitkan dengan proses hipersensitivitas, batuk produktif yang kronis dan penurunan toleransi pada saat beraktivitas. Defenisi PPOK menurut American Thoracic Society (ATS) adalah suatu gangguan dengan karakteristik adanya obstruksi dari jalan napas karena bronkitis kronis atau emfisema; obstruksi jalan napas umumnya progresive dan dapat disertai hiper-reaksi dan mungkin kembali normal sebagian. British Thoracic Society (BTS) mendeskripsikan PPOK sebagai suatu gangguan kronis, yang mengalami perkembangan lambat dengan karakteristik berupa obstruksi jalan napas (FEV1 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lainMacam terapi oksigen :1. Pemberian oksigen jangka panjang1. Pemberian oksigen pada waktu aktiviti1. Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak1. Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napasTerapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah maupun di rumah sakit. Terapi oksigen di rumah diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal napas kronik. Sedangkan di rumah sakit oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi akut di unit gawat daruraat, ruang rawat ataupun ICU. Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang dirawat di rumah dibedakan :1. Pemberian oksigen jangka panjang ( Long Term Oxygen Therapy = LTOT )1. Pemberian oksigen pada waktu aktiviti1. Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadakTerapi oksigen jangka panjang yang diberikan di rumah pada keadaan stabil terutama bila tidur atau sedang aktiviti, lama pemberian 15 jam setiap hari, pemberian oksigen dengan nasal kanul 1 - 2 L/mnt. Terapi oksigen pada waktu tidur bertujuan mencegah hipoksemia yang sering terjadi bila penderita tidur.Terapi oksigen pada waktu aktiviti bertujuan menghilangkan sesak napas dan meningkatkan kemampuan aktiviti. Sebagai parameter digunakan analisis gas darah atau pulse oksimetri. Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen di atas 90%.Alat bantu pemberian oksigen1. Nasal kanul1. Sungkup venturi1. Sungkup rebreathing1. Sungkup nonrebreathingPemilihan alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan kondisi analisis gas darah pada waktu tersebut.1. Ventilasi MekanikVentilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah.Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara :Ventilasi mekanik tanpa intubasiVentilasi mekanik tanpa intubasi digunakan pada PPOK dengan gagal napas kronik dan dapat digunakan selama di rumah. Bentuk ventilasi mekanik tanpa intubasi adalah Nonivasive Intermitten Positif Pressure (NIPPV) atau Negative Pessure Ventilation (NPV).NIPPV dapat diberikan dengan tipe ventilasi :1. Volume control1. Pressure control1. Bilevel positive airway pressure (BiPAP)1. Continous positive airway pressure (CPAP)NIPPV bila digunakan bersamaan dengan terapi oksigen terus menerus (LTOT / Long Tern Oxygen Theraphy) akan memberikan perbaikan yang signifikan pada :1. Analisis gas darah1. Kualiti dan kuantiti tidur1. Kualiti hidup1. Analisis gas darahIndikasi penggunaan NIPPV1. Sesak napas sedang sampai berat dengan penggunaan muskulus respirasi dan abdominal paradoksal1. Asidosis sedang sampai berat pH < 7,30 - 7, 351. Frekuensi napas > 25 kali per menitNPV tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan obstruksi saluran napas atas, disamping harus menggunakan perlengkapan yang tidak sederhana.Ventilasi mekanik dengan intubasiPasien PPOK dipertimbangkan untuk menggunakan ventilasi mekanik di rumah sakit bila ditemukan keadaan sebagai berikut :1. Gagal napas yang pertama kali1. Perburukan yang belum lama terjadi dengan penyebab yang jelas dan dapat diperbaiki, misalnya pneumonia1. Aktiviti sebelumnya tidak terbatasIndikasi penggunaan ventilasi mekanik invasif :1. Sesak napas berat dengan penggunaan muskulus respirasi tambahan dan pergerakan abdominal paradoksal1. Frekuensi napas > 35 permenit1. Hipoksemia yang mengancam jiwa (Pao2 < 40 mmHg)1. Asidosis berat pH < 7,25 dan hiperkapni (Pao2 < 60 mmHg)1. Henti napas1. Samnolen, gangguan kesadaran1. Komplikasi kardiovaskuler (hipotensi, syok, gagal jantung)1. Komplikasi lain (gangguan metabolisme, sepsis, pneumonia, emboli paru, barotrauma, efusi pleura masif)1. Telah gagal dalam penggunaan NIPPVVentilasi mekanik sebaiknya tidak diberikan pada pasien PPOK dengan kondisi sebagai berikut:1. PPOK derajat berat yang telah mendapat terapi maksimal sebelumnya1. Terdapat ko-morbid yang berat, misalnya edema paru, keganasan1. Aktiviti sebelumnya terbatas meskipun terapi sudah maksimalKomplikasi penggunaan ventilasi mekanik1. VAP (ventilator acquired pneumonia)1. Barotrauma1. Kesukaran weaningKesukaran dalam proses weaning dapat diatasi dengan1. Keseimbangan antara kebutuhan respirasi dan kapasiti muskulus respirasi1. Bronkodilator dan obat-obatan lain adekuat1. Nutrisi seimbang1. Dibantu dengan NIPPV1. NutrisiMalnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energy akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darahMalnutrisi dapat dievaluasi dengan :1. Penurunan berat badan1. Kadar albumin darah1. Antropometri1. Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan otot pipi)1. Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis tidak akan mengatasi masalah, karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang terjadi akibat metabolisme karbohidrat. Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk denagn kalori yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal feedings) dengan pipa nasogaster. Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan protein seperti pada umumnya, protein dapat meningkatkan ventilasi semenit oxygen comsumption dan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan. Gangguan keseimbangan elektrolit sering terjadi pada PPOK karena berkurangnya fungsi muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan ventilasi. Gangguan elektrolit yang terjadi adalah :1. Hipofosfatemi1. Hiperkalemi1. Hipokalsemi1. HipomagnesemiGangguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma. Dianjurkan pemberian nutrisi dengan komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu pemberian yang lebih sering.1. Rehabilitasi PPOKTujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK. Penderita yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telah mendapatkan pengobatan optimal yang disertai:1. Simptom pernapasan berat1. Beberapa kali masuk ruang gawat darurat1. Kualiti hidup yang menurunProgram dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog. Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihan pernapasan.1. Ditujukan untuk memperbaiki efisiensi dan kapasiti sistem transportasi oksigen. Latihan fisis yang baik akan menghasilkan :1. Peningkatan VO2 max1. Perbaikan kapasiti kerja aerobik maupun anaerobik1. Peningkatan cardiac output dan stroke volume - Peningkatan efisiensi distribusi darah1. Pemendekkan waktu yang diperlukan untuk recoveryLatihan untuk meningkatkan kemapuan otot pernapasan1. Latihan untuk meningkatkan otot pernapasanLatihan ini diprogramkan bagi penderita PPOK yang mengalami kelelahan pada otot pernapasannya sehingga tidak dapat menghasilkan tekanan insipirasi yang cukup untuk melakukan ventilasi maksimum yang dibutuhkan. Latihan khusus pada otot pernapasam akan mengakibatkan bertambahnya kemampuan ventilasi maksimum, memperbaiki kualiti hidup dan mengurangi sesak napas. Pada penderita yang tidak mampu melakukan latihan endurance, latihan otot pernapasan ini akan besar manfaatnya. Apabila ke dua bentuk latihan tersebut bisa dilaksanakan oleh penderita, hasilnya akan lebih baik. Oleh karena itu bentuk latihan pada penderita PPOK bersifat individual. Apabila ditemukan kelelahan pada otot pernapasan, maka porsi latihan otot pernapasan diperbesar, sebaliknya apabila didapatkan CO2 darah tinggi dan peningkatan ventilasi pada waktu latihan maka latihan endurance yang diutamakan.1. Endurance exerciseRespons kardiovaskuler tidak seluruhnya dapat terjadi pada penderita PPOK. Bertambahnya cardiac output maksimal dan transportasi oksigen tidak sebesar pada orang sehat. Latihan jasmani pada penderita PPOK akan berakibat meningkatnya toleransi latihan karena meningkatnya toleransi karena meningkatnya kapasiti kerja maksimal dengan rendahnya konsumsi oksigen. Perbaikan toleransi latihan merupakan resultante dari efisiensinya pemakaian oksigen di jaringan dari toleransi terhadap asam laktat. Sesak napas bukan satu-satunya keluhan yang menyebabkan penderita PPOMJ menghenikan latihannya, faktor lain yang mempengaruhi ialah kelelahan otot kaki. Pada penderita PPOK berat, kelelahan kaki mungkin merupakan faktor yang dominan untuk menghentikan latihannya. Berkurangnya aktiviti kegiatan sehari-hari akan menyebabkan penurunan fungsi otot skeletal. Imobilitasasi selama 4 - 6 minggu akan menyebabkan penurunan kekuatan otot, diameter serat otot, penyimpangan energi dan activiti enzim metabolik. Berbaring ditempat tidur dalam jangka waktu yang lama menyebabkan menurunnya oxygen uptake dan control kardiovaskuler.Latihan fisis bagi penderita PPOK dapat dilakukan di dua tempat :1. Di rumah1. Latihan dinamik1. Menggunakan otot secara ritmis, misal : jalan, joging, sepeda1. Rumah sakit1. Program latihan setiap harinya 15-30 menit selama 4-7 hari per minggu. Tipe latihan diubah setiap hari. Pemeriksaan denyut nadi, lama latihan dan keluhan subyektif dicatat. Pernyataan keberhasilan latihan oleh penderita lebih penting daripada hasil pemeriksaan subyektif atau obyektif. Pemeriksaan ulang setelah 6- 8 minggu di laboratorium dapat memberikan informasi yang obyektif tentang beban latihan yang sudah dilaksanakan.1. Dua bentuk latihan dinamik yang tampaknya cocok untuk penderita di rumah adalah ergometri dan walking-jogging. Ergometri lebih baik daripada walkingjogging. Begitu jenis latihan sudah ditentukan, latihan dimulai selama 2-3 menit, yang cukup untuk menaikkan denyut nadi sebesar 40% maksimal. Setelah itu dapat ditingkatkan sampai mencapai denyut jantung 60%-70% maksimal selama 10 menit. Selanjutnya diikuti dengan 2-4 menit istirahat. Setelah beberapa minggu latihan ditambah sampai 20-30 menit/hari selama 5 hari perminggu. Denyut nadi maksimal adalah 220 - umur dalam tahun.1. Apabila petunjuk umum sudah dilaksanakan, risiko untuk penderita dapat diperkecil. walaupun demikan latihan jasmani secara potensial akan dapat berakibat kelainan fatal, dalam bentuk aritmia atau iskemi jantung.Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum latihan :1. Tidak boleh makan 2-3 jam sebelum latihan1. Berhenti merokok 2-3 jam sebelum latihan1. Apabila selama latihan dijumpai angina, gangguan mental, gangguan koordinasi atau pusing latihan segera dihentikan1. Pakaian longgar dan ringan1. PsikososialStatus psikososial penderita perlu diamati dengan cermat dan apabila diperlukan dapat diberikan obat1. Latihan PernapasanTujuan latihan ini adalah untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas. Teknik latihan meliputi pernapasan diafragma dan pursed lips guna memperbaiki ventilasi dan menyinkronkan kerja otot abdomen dan toraks. Serta berguna juga untuk melatih ekspektorasi dan memperkuat otot ekstrimiti.2. Penatalaksanaan PPOK stabilKriteria PPOK stabil adalah :1. Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik1. Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas darah menunjukkan PCO2 < 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHg1. Dahak jernih tidak berwarna1. Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil spirometri)1. Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan1. Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahanTujuan penatalaksanaan pada keadaan stabil :1. Mempertahankan fungsi paru1. Meningkatkan kualiti hidup1. Mencegah eksaserbasiPenatalaksanaan PPOK stabil dilaksanakan di poliklinik sebagai evaluasi berkala atau dirumah untuk mempertahankan PPOK yang stabil dan mencegah eksaserbasi Penatalaksanaan di rumahPenatalaksanaan di rumah ditujukan untuk mempertahankan PPOK yang stabil. Beberapa hal yang harus diperhatikan selama di rumah, baik oleh pasien sendiri maupun oleh keluarganya. Penatalaksanaan di rumah ditujukan juga bagi penderita PPOK berat yang harus menggunakan oksigen atau ventilasi mekanik.Tujuan penatalaksanaan di rumah :1. Menjaga PPOK tetap stabil1. Melaksanakan pengobatan pemeliharaan1. Mengevaluasi dan mengatasi eksaserbasi dini1. Mengevaluasi dan mengatasi efek samping pengobatan1. Menjaga penggunaan ventilasi mekanik1. Meningkatkan kualiti hidupPenatalaksanaan di rumah meliputi :1. Penggunakan obat-obatan dengan tepat.Obat-obatan sesuai klasifikasi (tabel 2). Pemilihan obat dalam bentuk dishaler, nebuhaler atau tubuhaler karena penderita PPOK biasanya berusia lanjut, koordinasi neurologis dan kekuatan otot sudah berkurang. Penggunaan bentuk MDI menjadi kurang efektif. Nebuliser sebaiknya tidak digunakan secara terus menerus. Penggunaan nebuliser di rumah sebaiknya bila timbul eksaserbasi, penggunaan terus menerus, hanya jika timbul eksaserbasi.1. Terapi oksigenDibedakan untuk PPOK derajat sedang dan berat. Pada PPOK derajat sedang oksigen hanya digunakan bila timbul sesak yang disebabkan pertambahan aktiviti. Pada PPOK derajat berat yang terapi oksigen di rumah pada waktu aktiviti atau terus menerus selama 15 jam terutama pada waktu tidur. Dosis oksigen tidak lebih dari 2 liter1. Penggunaan mesin bantu napas dan pemeliharaannya. Beberapa penderita PPOK dapat menggunakan mesin bantu napas di rumah (lihat hal 25)1. Rehabilitasi1. Penyesuaian aktiviti1. Latihan ekspektorasi atau batuk yang efektif (huff cough)1. "Pursed-lips breathing"1. Latihan ekstremiti atas dan otot bantu napas1. Evaluasi / monitor terutama ditujukan pada :1. Tanda eksaserbasi1. Efek samping obat1. Kecukupan dan efek samping penggunaan oksigen3. Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi AkutEksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi.Gejala eksaserbasi :1. Sesak bertambah1. Produksi sputum meningkat1. Perubahan warna sputumEksaserbasi akut akan dibagi menjadi tiga :1. Tipe (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas1. Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atas1. Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran napas atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi pernapasan > 20% baseline, atau frekuensi nadi > 20% baselinePenyebab eksaserbasi akutPrimer :1. Infeksi trakeobronkial (biasanya karena virus)Sekunder :1. Pnemonia1. Gagal jantung kanan, atau kiri, atau aritmia1. Emboli paru1. Pneumotoraks spontan1. Penggunaan oksigen yang tidak tepat1. Penggunaan obat-obatan (obat penenang, diuretik) yang tidak tepat1. Penyakit metabolik (DM, gangguan elektrolit)1. Nutrisi buruk1. Lingkunagn memburuk/polusi udara1. Aspirasi berulang1. Stadium akhir penyakit respirasi (kelelahan otot respirasi)Penanganan eksaserbasi akut dapat dilaksanakan di rumah (untuk eksaserbasi yang ringan) atau di rumah sakit (untuk eksaserbasi sedang dan berat). Penatalaksanaan eksaserbasi akut ringan dilakukan dirumah oleh penderita yang telah diedukasi dengan cara :1. Menambahkan dosis bronkodilator atau dengan mengubah bentuk bronkodilator yang digunakan dari bentuk inhaler, oral dengan bentuk nebuliser1. Menggunakan oksigen bila aktivitas dan selama tidur1. Menambahkan mukolitik1. Menambahkan ekspektoranBila dalam 2 hari tidak ada perbaikan penderita harus segera ke dokter. Penatalaksanaan eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap dan dilakukan di :1. Poliklinik rawat jalanIndikasi :1. Eksaserbasi ringan sampai sedang1. Gagal napas kronik1. Tidak ada gagal napas akut pada gagal napas kronik1. Sebagai evaluasi rutin meliputi :1. Pemberian obat-obatan yang optimal1. Evaluasi progresifiti penyakit1. Edukasi1. Unit gawat darurat1. Tentukan masalah yang menonjol, misalnya1. Infeksi saluran napas1. Gangguan keseimbangan asam basa1. Gawat napas1. Triase untuk ke ruang rawat atau ICUPenanganan di ruang rawat untuk eksaserbasi sedang dan berat (belum memerlukan ventilasi mekanik)5. Obat-obatan adekuat diberikan secara intravena dan nebuliser5. Terapi oksigen dengan dosis yang tepat, gunakan ventury mask5. Evaluasi ketat tanda-tanda gagal napas5. Segera pindah ke ICU bila ada indikasi penggunaan ventilasi mekanik1. Ruang rawatIndikasi rawat :1. Esaserbasi sedang dan berat1. Terdapat komplikasi1. infeksi saluran napas berat1. gagal napas akut pada gagal napas kronik1. gagal jantung kananSelama perawatan di rumah sakit harus diperhatikan :1. Menghindari intubasi dan penggunaan mesin bantu napas dengan cara evaluasi klinis yang tepat dan terapi adekuat1. Terapi oksigen dengan cara yang tepat1. Obat-obatan maksimal, diberikan dengan drip, intrvena dan nebuliser1. Perhatikan keseimbangan asam basa1. Nutrisi enteral atau parenteral yang seimbang1. Rehabilitasi awal1. Edukasi untuk pasca rawat1. Ruang ICUIndikasi perawatan ICU1. Sesak berat setelah penangan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang rawat1. Kesadaran menurun, lethargi, atau kelemahan otot-otot respirsi1. Setelah pemberian osigen tetap terjadi hipoksemia atau perburukan1. Memerlukan ventilasi mekanik (invasif atau non invasif)Tujuan perawatan ICU1. Pengawasan dan terapi intemsif1. Hindari inturbasi, bila diperlukan intubasi gunakan pola ventilasi mekanik yang tepat1. Mencegah kematianPrinsip penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi segera eksaserbasi yang terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas. Bila telah menjadi gagal napas segera atasi untuk mencegah kematian. Beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi :1. Diagnosis beratnya eksaerbasi1. Derajat sesak, frekuensi napas, pernapasan paradoksal1. Kesadaran1. Tanda vital1. Analisis gas darah1. Pneomonia1. Terapi oksigen adekuatPada eksaserbasi akut terapi oksigen merupakan hal yang pertama dan utama, bertujuan untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah keadaan yang mengancam jiwa. dapat dilakukan di ruang gawat darurat, ruang rawat atau di ICU. Sebaiknya dipertahankan Pao2 > 60 mmHg atau Sat O2 > 90%, evaluasi ketat hiperkapnia. gunakan sungkup dengan kadar yang sudah ditentukan (ventury masks) 24%, 28% atau 32%. Perhatikan apakah sungkup rebreathing atau nonrebreathing, tergantung kadar Paco2 dan Pao2. Bila terapi oksigen tidak dapat mencapai kondisi oksigenasi adekuat, harus digunakan ventilasi mekanik. Dalam penggunaan ventilasi mekanik usahakan dengan Noninvasive Positive Pressure Ventilation (NIPPV), bila tidak berhasil ventilasi mekanik digunakan dengan intubasi.1. Pemberian obat-obatan yang maksimalObat yang diperlukan pada eksaserbasi akut1. Antibiotik1. Peningkatan jumlah sputum1. Sputum berubah menjadi purulen1. Peningkatan sesakPemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat dan komposisi kombinasi antibiotik yang mutakhir. Pemberian antibiotik di rumah sakit sebaiknya per drip atau intravena, sedangkan untuk rawat jalan bila eksaserbasi sedang sebaiknya kombinasi dengan makrolide, bila ringan dapat diberikan tunggal.1. BronkodilatorBila rawat jalan B-2 agonis dan antikolinorgik harus diberikan dengan peningkatan dosis. Inhaler masih cukup efektif bila digunkan dengan cara yang tepat, nebuliser dapat digunakan agar bronkodilator lebih efektif. Hati-hati dengan penggunaan nebuliser yang memakai oksigen sebagai kompressor, karena penggunaan oksigen 8-10 liter untuk menghasilkan uap dapat menyebabkan retensi CO2. Golongan xantin diberikan bersamasama dengan bronkodilator lainnya karena mempunyai efek memperkuat otot diafragma. Dalam perawatan di rumah sakit, bronkodilator diberikan secara intravena dan nebuliser, dengan pemberian lebih sering perlu monitor ketat terhadap timbulnya palpitasi sebagai efek samping bronkodilator.1. KortikosteroidTidak selalu diberikan tergantung derajat berat eksaserbasi. Pada eksaserbasi derajat sedang dapat diberikan prednison 30 mg/hari selama 1-2 minggu, pada derajat berat diberikan secara intravena. Pemberian lebih dari 2 minggu tidak memberikan manfaat yang lebih baik, tetapi lebih banyak menimbulkan efek samping.1. Nutrisi adekuat untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan, dan menghindari kelelahan otot bantu napas1. Ventilasi mekanikPenggunaan ventilasi mekanik pada PPOK eksaerbasi berat akan mengurangi mortaliti dan morbiditi, dan memperbaiki simptom. Dahulukan penggunaan NIPPV, bila gagal dipikirkan penggunaan ventilasi mekanik dengan intubasi1. Kondisi lain yang berkiatan1. Monitor balans cairan elektrolit1. Pengeluaran sputum1. Gagal jantung atau aritmia1. Evaluasi ketat progesiviti penyakitPenanganan yang tidak adekuat akan memperburuk eksaserbasi dan menyebabkan kematian. Monitor dan penanganan yang tepat dan segera dapat mencegah dan gagal napas berat dan menghindari penggunaan ventilasi mekanik.Indikasi penggunaan ventilasi mekanik dengan intubasi :1. Sesak napas berat, pernapasan > 35 x/menit1. Penggunaan obat respiratori dan pernapasan abdominal1. Kesadaran menurun1. Hipoksemia berat Pao2 < 50 mmHg1. Asidosis pH < 7,25 dan hiperkapnia Paco2 > 60 mmHg1. Komplikasi kardiovaskuler, hipotensi1. Komplikasi lain, gangguan metabolik, sepsis, pneumonia, barotrauma, efusi pleura dan emboli masif1. Penggunaan NIPPV yang gagal4. Terapi PembedahanBertujuan untuk :1. Memperbaiki fungsi paru1. Memperbaiki mekanik paru1. Meningkatkan toleransi terhadap eksaserbasi1. Memperbaiki kualiti hiduoOperasi paru yang dapat dilakukan yaitu :1. Bulektomi1. Bedah reduksi volume paru (BRVP) / lung volume reduction surgey (LVRS)1. Transplantasi paru

BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANMenurut GOLD (Global Inisiative for Chronic Obstructive Lung Disease), PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah diobati dengan beberapa efek ekstrapulmonal yang signifikan berkontribusi terhadap tingkat keparahan penderita. Karakteristik pulmonal penyakit ini ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara tersebut biasanya bersifat progressif dan berhubungan dengan respon inflamasi pulmonal terhadap partikel atau gas berbahaya. Kebiasaan merokok merupakan penyebab kausal yang terpenting. Penghentian merokok mempunyai pengaruh besar untuk mempengaruhi riwayat dari PPOK.Terapi yang dilakukan terhadap penderita PPOK terbagi dua, yaitu secara farmakologis dan secara non farmakaologis. Terapi dilakukan untuk mengurangi gejala, mengurangi keparahan eksaserbasi dan meningkatkan status kesehatan. Setiap pengobatan harus spesifik terhadap setiap pasien, karena keparahan dari gejala dan keparahan dari keterbatasan aliran udara dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi keparahan eksaserbasi, adanya gagal nafas dan status kesehatan secara umum. Secara farmakologis meliputi obat-obatan bronkodilator, antiinflamasi, antibiotika, antioksidan, mukolitik, dan antitusif. Non farmakologis meliputi edukasi, terapi oksigen, ventilasi mekanik, nutrisi, rehabilitasi, dan terapi pembedahan.

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdfhttp://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21590/4/Chapter%20II.pdf