MAKALAH PLENO
-
Upload
megamelita -
Category
Documents
-
view
9 -
download
2
description
Transcript of MAKALAH PLENO
Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi pada Telapak
Tangan
Skenario 7
Kelompok C2
Lund Mila Elfrida Bintari Teme 102013098
Lina Lim 102013285
Veneranda Istya Hadi 102012039
Jimmy Salomo 102012254
Margie Soflyta 102012388
Handy Hartanto 102013142
Vincent Stephen 102013263
Elisabeth Letwar 102013208
Yuvina 102013450
Albert Priyambadha 102013440
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061
1
Abstrak: Tubuh kita tersusun oleh tulang-tulang dan otot. Tulang dan otot tersebut memiliki
struktur anatomi (makroskopis) dan fisiologi (mikroskopis). Selain itu, otot juga memiliki
mekanisme kerjanya, yaitu saat otot itu berkontraksi dan berelaksasi. Otot akan mengalami
kontraksasi dan relaksasi secara bergantian terus menerus untuk menggerakkan anggota tubuh
yang digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut. Kontraksi dan relaksasi terjadi pada sel-sel
otot rangka, yang seperti halnya neuron, dapat dirangsang secara kimiawi, listrik, dan mekank
untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan di sepanjang membrane selnya.
Kata kunci: Anatomi, kontraksi, relaksasi
Abstract: Our body is composed of bones and muscles. The bones and muscles anatomical
structure (macroscopic) and physiology (microscopic). Additionally, the muscle also has its
mechanism of action, ie when the muscles contract and relax. Will experience muscle relaxation
alternately kontraksasi and continuously to move the limb used to perform these activities.
Contraction and relaxation occurs in skeletal muscle cells, which, like neurons, can be
chemically stimulated, electrical, and mekank to generate action potentials delivered along the
cell membrane.
Keywords: Anatomy, contraction, relaxation
Pendahuluan
Dalam melaksanakan sebuah aktivitas, otot akan mengalami kontraksasi dan relaksasi secara
bergantian terus menerus untuk menggerakkan anggota tubuh yang digunakan untuk melakukan
kegiatan tersebut. Kontraksi dan relaksasi terjadi pada sel-sel otot rangka, yang seperti halnya
neuron, dapat dirangsang secara kimiawi, listrik, dan mekank untuk menghasilkan potensial aksi
yang dihantarkan di sepanjang membrane selnya.
Namun, berbeda dengna neuron, otot memiliki mekanisme kontrakstil yang diaktifkan oleh
potensial aksi. Protein kontraktil aktin dan miosin, yang menghasilkan kontraksi, terdapat dalam
jumlah yang sangat banyak di otot. Mekanisme kontraktil di otot rangka bergantung pada protein
miosin-II, aktin, tropomiosin, dan troponin. Troponin terdiri dari 3 subunit, Troponin I, troponin
T, dan troponin C. Protein penting lain di otot berperan dalam mempertahankan protein
kontraktil agar berhubungan secara benar satu sama lain dan dengan matriks ekstrasel. 1
2
Skenario
Seorang anak berumur 10 tahun dibawa ibunya datang ke puskesmas dengan keluhan jari-jari
tangan kanan terjepit pintu 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan ditemukan jari tangan kanan 1, 2
dan 3 bengkak dan kesulitan menggenggam sesuatu dan menulis.
Struktur Tulang pada Telapak Tangan Secara Makroskopis2
Kerangka tangan dibentuk oleh lima tulang metacarpal, angka (empat jari dan jempol) yang
terdiri dari tulang-tulang kecil yang disebut phalanges. Setiap jari memiliki tiga phalang
(proksimal, tengah dan distal), jempol memiliki dua (proksimal dan distal). Angka dan jari
metacarpal mereka diberi nomor dari satu sampai lima, dimulai dengan jempol. Bisa dilihat pada
Gambar no.1:
Gambar no.1 Gambar Tulang Bagian Manus
Para metakarpal dan phalanges adalah tulang panjang. Masing-masing memiliki diaphysis atau
poros, dengan sedikit pembakaran berakhir. Ujung proksimal atau dasar masing-masing tulang
3
memiliki permukaan artikular dimana itu membentuk bersama dengan tulang yang
berdekatan. Ujung distal atau tulang kepala masing-masing (kecuali untuk falang distal) juga
memiliki permukaan artikular. Dalam falang distal, ujung distal yang berjambul itu, tidak
memiliki permukaan artikular, tetapi memberikan lampiran untuk jaringan lunak (pulp) dari
ujung digit.
Sendi-sendi tangan dan pergelangan tangan diberi nama untuk tulang yang terhubung. Setiap jari
memiliki dua sendi interphalangeal, distal dan proksimal. Jempol hanya memiliki satu sendi
interphalangeal. Antara falang proksimal dan metakarpal adalah buku-buku atau
metakarpophalangealis sendi. Interphalangeal dan sendi Metakarpophalangeal mampu fleksi dan
ekstensi. Selain itu, sendi Metakarpophalangeal mampu melakukan penyebaran jari-jari dan
adduksi (membawa jari bersama-sama).
Hubungan Antartulang (Artikulasi / Persendian)3
Antartulang dalam tubuh berhubungan satu dengan yang lain agar dapat melakukan fungsinya
dengan baik. Hubungan antartulang itu disebut persendian (artikulasi).Berdasarkan keleluasaan
gerakan yang dihasilkan, ada tiga jenis persendian, yaitu sinartrosis, sinfibrosis, dan diartrosis.
Sinartrosis
Sinartosis adalah persendian yang tidak dapat digerakkan. Ada dua tipe utama sinartrosis,
yaitu suture dan sinkondrosis. Suture atau sinostosis adalah hubungan antartulang yang
dihubungkan dengan jaringan ikat serabut padat, contohnya hubungan antara epifisis dan
diafisis pada tulang dewasa.
Amfiartrosis atau Sinfibrosis
Amfiartrosis atau Sinfibrosis adalah persendian yang dihubungkan oleh tulang rawan
(kartilago), jaringan ikat serabut, dan ligamen sehingga memungkinkan terjadi sedikit
gerakan. Contohnya sendi antara tulang betis dan tulang kering.
Diartrosis
4
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan gerakan tulang-tulang secara leluasa.
Misalnya sendi engsel pada lutut dan siku serta sendi peluru pada pangkal paha dan
lengan atas. Ujung tulang yang membentuk persendian (diartrosis) bersifat khas, yaitu
berbentuk bonggol, sedangkan ujung yang lain membentuk lekukan yang sesuai ukuran
bonggol. Setiap permukaan sendi dilapisi dengan tulang rawan hialin dan dibungkus
dengan selaput sinovial yang membentuk minyak sinovial. Minyak sinovial atau minyak
sendi ini berfungsi untuk melicinkan gerakan.
Diartrosis meliputi beberapa macam persendian. Berdasarkan arah gerak yang
ditimbulkannya, diartrosis dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dan macam sendi
yang dijelaskan sebagai berikut: Sendi engsel adalah persendian yang memungkinkan
terjadinya gerakan ke satu arah. Contoh pada persendian pada tulang siku dan lutut. Sendi
pelana adalah persendian yang memungkinkan gerakan ke dua arah. Contoh pada
persendian pada hubungan antara tulang ibu jari dan tulang telapak tangan. Sendi putar
adalah persendian tulang yang satu mengitari tulang yang lain sehingga menimbulkan
gerak rotasi. Contoh pada tengkorak dengan tulang atlas dan radius dengan ulna. Sendi
geser adalah persendian yang gerakannya hanya menggeser, kedua ujung agak rata dan
tidak berporos. Sendi geser disebut juga sendi kepat atau sendi avoid. Contoh pada
persendian hubungan antara ruas-ruas tulang belakang. Sendi luncur adalah persendian
tulang yang memungkinkan terjadinya gerakan badan melengkung ke depan, ke belakang
atau memutar. Contoh pada persendian dengan clavicula dan karpal dengan metacarpal.
Sendi peluru adalah persendian tulang yang gerakannya paling bebas di antara persendian
yang lain, yaitu dapat bergerak ke segala arah. Contoh pada persendian tulang lengan atas
dengan gelang bahu dan tulang paha dengan gelang panggul. Sendi Elipsoid/Kondiloid
adalah Mirip dengan sendi peluru, hanya saja sendi elipsoid memiliki bonggol dan ujung-
ujung tulangnya tidak membulat, tetapi sedikit oval. Oleh karena itu, gerakan yang
dihasilkan lebih terbatas dibandingkan dengan sendi peluru. Contoh pada persendian
hubungan antara tulang pengumpil dan tulang pergelangan tangan.4
Struktur Mikroskopis Otot
5
Gerakan jari dilakukan oleh beberapa kelompok otot.Otot-otot yang melenturkan jari-jari,
terutama fleksor digitorum superfisialis dan profunda fleksor digitorum, yang terletak di aspek
palmaris lengan bawah. Otot-otot ini masing-masing menimbulkan empat tendon panjang yang
melewati sisi palmar dari pergelangan tangan dan tangan. Berikut ini merupakan gambar otot
pada manus (lihat pada Gambar no.2)
Gambar no.2 Otot-Otot pada Manus
Otot secara umum dibagi atas 3 jenis, yaitu otot rangka, otot jantung, dan otot polos; meskipun
otot polos bukan termasuk katergori tunggal yang homogeny. Otot rangka merupakan massa
besar yang menyusun jaringan otot somatic. Otot ini memiliki gambawan serat-lintang yang
sangat jelas, biasanya tidak berkontraksi tanpa rangsangan dari saraf, tidak memilki hubungan
anatomic dan fungsional di antara serabut ototnya, dan umumnya di bawah kendali volunter.
Otot rangka tersusun dari serabut otot yang merupakan “balok penyusun” sistem otot dalam arti
yang sama dengan neuron merupakan “balok penyusun” sistem saraf. Setiap serabut otot
merupakan sel tunggal yang berinti banyak, memanjang, silindrik, dan diliputi oleh membrane
sel yang dinamakan sarkolema. Diantara sel-selnya tidak terdapat jembatan sinsitium. Serabut
otot tersusun atas myofibril yang terbagi menjadi filament. Filament-filamen ini tersusun dari
protein-protein kontraktil.1
Pada otot rangka ada otot serat-lintang yang khas. Pita I yang terang terbagi oleh garis Z yang
gelap, dan ditengah pita A yang gelap tampak pita H yang lebih terang. Garis melintang M
tampak di tengah pita H, dan garis ini dengan daerah terang yang sempit di kedua sisinya
6
kadang-kadang dinamakan daerah pseudo-H. daerah di antara dua garis Z yang bersebelahan
dinamakan sarkomer. Filament tebal, yang berdiameter lebih kurang 2 kali diameter filament
tipis, tersusun dari miosin, filament tipis tersusun dari aktin, tropomiosin, dan troponin. Filamen
tebal berjajar untuk membentuk pita A, sedangkan susunan filament tipis membentuk pita I yang
kurang padat. Pita H yang lebih terang, di tengah pita A, merupakan daerah yang apabila otot
melemas, filament-filamen tipis tidak bertumpang tindih dengan filament tebal.garis Z
memotong fibril dan terhubung ke filament tipis.
Jenis miosin yang terdapat di otot adalah miosin II, dengan dua kepala berbetuk globular serta
ekor yang panjang. Kepala molekul miosin memebentuk ikatan silang dengan aktin. Miosin
memiliki rantai berat dan rantai ringan, dan kepalanya terdiri dari rantai ringan dan bagian
terminal amino rantai berat. Dikepala globular ini terdapat tempat-tempat yang dapat berikatan
dengan aktin dan tempat yang bersifat katalik yang dapat menghidrolisis ATP.
Molekul tropmiosin merupakan filament panjang yang terletak di alur di antara dua rantai di
aktin. Molekul troponin merupakan unit kecil globular yang terletak dengan jarak tertentu di
sepanjang molekul tropomiosin. Troponin T mengikatkan komponen troponin lain ke
tropomiosin, troponin I menghalangi interaksi miosin dengan aktin, dan troponin C mengandung
tempat pengikatan untuk Ca2+ yang memicu kontraksi. Aktimin, mengikatkan aktin ke garis Z.
Titin yang merupakan protein besar, menghubugkan garis Z ke garis M dan membentuk lipatan
untuk sarkomer. Protein ini mengandung dua jenis domain yang terlipat, dan hal ini
menyebabkan otot memiliki elastisitas. Desmin mengikatkan garis Z ke membran plasma.1
Tulang mengandung materi organic dan anorganik. Materi organiknya sebagian besar merupakan
protein. Kolagen tipe I adalah protein terbanyak, yang membentuk 90-95% materi organic.
Sedangkan materi anorganik nya adalah kalsium hidroksiapatit bersama dengan natrium,
magnesium, karbonat, dan fluoride. Jenis sel utama yang berperan dalam penyerapan dan
pengendapan tulang adalah osteoklas dan osteoblas. Osteoklas berhubungan dengan resorpsi dan
osteoblas dengan pengendapan tulang. Osteosit berasal dari osteoblas.4
Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot
7
Otot adalah transduser biokimia utama yang mengubah energy potensial menjadi energy kenetik,
otot, jarignan tunggal terbesar di dalam tuuh manusia, memebentuk sekitar 25% massa tubuh
saat lahir, lebih dari 40% pada manusia dewasa muda, dan sedikit lebih kecil dari 30% pada usia
lanjut.
Proses yang mendasari pemendekan elemen kontraktil di otot adalah pergeseran filamen tipis
pada filament tenal. Lebar pita A tetap , sedangkan garis Z bergerak saling mendekat ketika otot
berkontraksi dan saling menjauh bila otot diregang. Pergeseran selama kontraksi otot terjadi bila
kepala miosin berikatan erat dengan aktin, menekuk di taut kepala dengan leher, dan kemudian
terlepas. Proses ketika depolarisasi serabut otot memicu kontraksi disebut dengan penggabungan
eksitasi-kontraksi. Potensial aksi dihantarkan ke seluruh fibril yang terdapat di dalam serabut
otot melalui sistem T. hal ini memicu pelepasan ion Ca2+ dari sisterna terminalis, yaitu kantung
lateral reticulum sarkoplasma yang bersebelahan dengan sistem T. Ca2+ memicu kontraksi
dengan mengikat troponin C. Pada keadaan otot yang istirahat, troponin I terikat erat pada aktin,
dan tropomiosin menutup tempat untuk mengikat kepala miosin di molekul aktin. Jadi, kompleks
troponin-tropomiosin membentuk “protein relaksasi” yang menghambat interaksi aktin dengan
miosin. Apabila ion Ca2+ yang dilepaskan oleh potensial aksi berikatan dengan troponin C, ikatan
antara troponin I dengan aktin tampaknya melemah, dan hal ini memungkinkan tropomiosin
bergerak ke lateral. Gerakan ini membuka tempat pengikatan bagi kepala miosin. ATP kemudian
terurai dan terjadi kontraksi.1,5
Bagaimana hidrolisis ATP dapat menghasilkan gerakan yang kasat mata? Kontraksi otot pada
hakikatnya terdiri dari perlekatan dan pembebasan siklik kepala S-1 miosin ke filament F-aktin.
Proses ini juga dapat disebut sebagai siklus penyusunan dan perombakan jembatan silang.
Pelekatan aktin pada miosin diikuti oleh perubahan konformasi yang sangat penting di kepala S-
1 dan bergantung pada nukleotida mana yang tersedia (ATP atau ADP). Perubahan ini
menghasilkan power stroke( kayuhan tenaga), yang mendorong pergerakan filament aktin
melewati filament miosin. Energy untuk power stroke pada akhirnya dipasok oleh ATP yang
dihidrolisis menjadi ADP dan Pi. Namun, kayuhan bertenaga itu sendiri terjadi karena perubahan
konformasi di kepala miosin saat ADP meninggalkannya.
8
Proses-proses biokimia utama selama satu siklus kontraksi dan relaksasi otot dapat disajikan
dalam lima tahap sebagai berikut:
1. Dalam fase relaksasi kontraksi otot, kepala S-1 pada miosin menghidrolisis ATP
menjadi ADP dan Pi, tetapi produk-produk ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi-miosin
yang terbentuk telah mengalami penguatan dan disebut konformasi berenergi tinggi.
2. Ketika kontraksi otot distimulasi( melalui proses-proses yang melibatkan Ca2+,
troponin, tropomiosin, dan aktin), aktin dapat diakses dan kepala S-1 miosin
menemukannya, mengikatnya, dan membentuk kompleks aktin-miosin-ADP-Pi.
3. Pembentukan kompleks ini mendorong pembebasan Pi, yang memicu power stroke.
Hal ini diikuti oleh pembebasan ADP dan disertai oleh perubahan konfrormasi
mencolok di kepala miosin dalam kaitannya dengan ekornya yang menarik aktin
sekitar 10nm kea rah pusat sarkomer. Ini adalah power stroke. Miosin sekarang
dikatakan berada dalam keadaan berenergi rendah, yang ditunjukan sebagai aktin-
miosin.
4. Molekul ATP lain mengikat kepala S-1, dan memebentuk kompleks aktin-miosin-
ATP.
5. Miosin-ATP memiliki afinitas yang rendah terhadap aktin sehingga aktin terlepaas.
Langkah terakhir ini adalah komponen kunci pada relaksasi dan bergantung pada
pengikatan ATP dengan kompleks aktin –miosin.
Siklus lain kemudian dimulai dengan hidrolisis ATP yang membentuk kembali konformasi
berenergi-tinggi. Oleh karena itu, hidrolisis ATP digunakan untuk menjalankan siklus, power
stroke yang terjadi karena perubahan konformasi kepala S-1 yang terjadi sewaktu ADP
dibebaskan. Bagian engsel miosin memungkinkan S-1 bergerak leluasa dan juga menemukan
filament aktin. Jika kadar ATP internal turun, ATP tidak tersedia untuk mengikat kepala S-1,
aktin tidak terlepas, dan relaksasi tidak terjadi.5
Perlu kita ketahui bahwa ATP segar harus berikatan dengan miosin agar dapat terjadi pemutusan
ikatan antara aktin dan miosin jembatan silang pada akhir siklus, walaupun pada proses disosiasi
ini tidak terjadi penguraian ATP. Pentingnya ATP dalam proses pemisahan miosin dan aktin
dapat dengan jelas terlihat pada fenomena Rigor Morti.6
9
Timbul pertanyaan lain bagaimana relaksasi itu terjadi dalam keadaan normal pada otot yang
hidup? Secara potensial aksi di serat otot yang memulai proses kontraksi dengan mencetuskan
pengeluaran Ca++ dari kantung lateral ke dalam sitosol, proses kontraksi dihentikan ketika Ca++
ke kantung lateral karena aktivitas listrik lokal berhenti. Retikulum sarkoplasma memiliki suatu
pembawa yang memerlukan energi, yaitu pompa Ca++ ATPase, yang secara aktif mengangkut
Ca++ dan memusatkannya di dalam kantung lateral. Ketika asetilkolinesterase menyingkirkan
ACh dari taut neuromuskulus, potensial aksi di serat otot berhenti. Apabila tidak lagi ada
potensial aksi lokal di tubulus T yang mencetuskan pengeluaran Ca++, aktivitas pompa Ca++
dalam retikulum sarkolasma mengembalikan Ca++ yang telah dikeluarkan ke kantung lateral.
Pembersihan Ca++ sitososil ini memungkinkan kompleks troponin miosin bergeser kembali ke
posisi menghambatnya, sehingga aktin dan miosin tidak lagi berikatan di jembatan silang.
Filamen tipis, yang terbebas dari pengikatan dan penarikan jembatan silang, dapat kembali ke
posisi istirahatnya kemudian terjadilah relaksasi.6
Kontraksi otot meliputi pemendekan elemen kontraktil otot. Namun, karena otot mempunyai
elemen elastic dan kenyal yang tersusun serial dengan mekanisme kontraksi, kontraksi dapat
terjadi tanpa pemendekan yang berarti di selurh berkas otot. Kontraksi semacam itu disebut
sebagai kontraksi isometric( dengan ukuran/panjang yang sama). Kontraksi melawan beban yang
tetap, yang disertai pemendekan otot, dinamakan kontraksi isotonic(tegangan yang sama).
Perhatikan bahwa karena kerja merupakan hasil perkalian gaya dan jarak, kontraksi isometric
tidak. Pada keadaan lain, otot dapat melakukan kerja negative saat memanjang karena menahan
beban yang tetap.
Setelah kontraksi terjadi, maka akan diikuti dengan tahapan relaksasi yang terjadi ketika Ca2+
dipompa kembali ke dalam reticulum sarkoplasma, dan kemudian diikuti oleh pelepasan Ca2+
dari troponin dan penghentian interaksi antara aktin dan miosin. Pompa yang mengembalikan
Ca2+ ke dalam reticulum, sehingga menimbulkan relaksasi adalah Ca2+-Mg2+ ATPase.
10
Kontraksi semua otot terjadi dengan Ca2+ berperan penting dalam regulasi. Terdapat dua
mekanisme umum mengenai regulasi kontraksi otot, berbais aktin dan berbasis miosin.
Mekanisme pertama bekerja di otot rangka dan jantung, dan yang kedua bekerja di otot polos.
Serat-serat otot memiliki jalur-jalur alternative untuk membentuk ATP dan ada tiga langkah
berbeda pada proses kontraksi-relaksasi membutuhkan ATP yaitu: penguraian ATP oleh
ATPase miosin menghasilkan energy bagi jembatan silang untuk melakukan gerakan mengayun
yang kuat, pengikatan molekul ATP segar ke miosin memungkinkan terlepasnya jembatan silang
dari filament aktin apada akhir gerakan mengayun, sehingga siklus dapat diulang. ATP ini
kemudian diuraikan untuk menghasilkan energy bagi ayunan jembatan silang berikutnya, dan
yang ketiga adalah transportasi aktif Ca++ kembali ke reticulum sarkoplasma selama relaksasi
bergantung pada energy yang berasal dari penguraian ATP.6
Pada proses kontraksi juga berperan Asetilkolin( acetylcholine) yang merupakan asam ester
asetat dari kolin yang reversible, merupakan agonis kolinergik dan bertindak sebagai
neurotransmitter pada taut otot-saraf pada otot lurik, sel-sel efektor autonomic yang disarafi oleh
saraf parasimpatis, pada sinaps preganglionik susunan saraf simpatis maupun parasimpatis, dan
berbagai tempat di susunan saraf pusat. Ach hanya sedikit digunakan dalam terapi karena cara
kerjanya yang difus dan dihidrolisis dengan cepat oleh asetil-kolinesterase(AChE), derivate
sintetiknya digunakan untuk kerja yang lebih spesifik dan lebih lama. Ach digunakan sebagai
vasodilator pada farmakoangiografi, dan diberikan melalui infuse intra-arterial. Dan kerja
asetilkolin dihambat oleh Cholinesterase yang merupakan enzim dari kelas hidrolase yang
mengatalisis pemutusan gugus asil dari beberapa ester kolin yang meliputi asetilkolin dan
beberapa senyawa terkait.7
Penutup
Tubuh kita tersusun oleh tulang-tulang dan otot. Tulang dan otot tersebut memiliki struktur
anatomi (makroskopis) dan fisiologi (mikroskopis). Selain itu, otot juga memiliki mekanisme
kerjanya, yaitu saat otot itu berkontraksi dan berelaksasi. Dalam skenario, orang tersebut jarinya
terjepit dan bengkak. Jari yang terjepit tersebut mengganggu mekanisme kerja otot dalam tubuh
kita dan dapat terjadi kerusakan sel-sel dalam jari kita yang menimbulkan bengkak.
11
Daftar Pustaka
1. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.h.67-86.
2. Watson Roger. Anatomi dan fisiologi. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2002.h.134-9.
3. Hubungan antartulang (Artikulasi/Persendian) . Diunduh dari http://www.sentra-
edukasi.com/2011/07/hubungan-antartulang-artikulasi.html, pada tanggal 15 maret
2012.
4. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 17. Jakarta: EGC; 1998.h.65-89.
5. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia herper Edisi 27. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009.h.582-99.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001.h.212-36.
7. Dorland WAN. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010.
12