MAKALAH PKN-DEMOKRASI

12
I. Pengertian Demokrasi Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, demos = rakyat, dan kratos/cratein =  pemerintahan. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu  pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif). II. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia dibagi menjadi beberapa periodesasi: 1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945   1950 ). Tahun 1945    1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan : a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP  berubah menjadi lembaga legislatif.  b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik. c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer 2) Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama a. Masa demokrasi Liberal 1950   1959 Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau  berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.  Namun demikian praktik demok rasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan:

description

menjelaskan tentang demokrasi indonesia

Transcript of MAKALAH PKN-DEMOKRASI

I. Pengertian DemokrasiKata "demokrasi" berasal dari dua kata, demos = rakyat, dan kratos/cratein = pemerintahan. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif).II. Pelaksanaan Demokrasi di IndonesiaPelaksanaan Demokrasi di Indonesia dibagi menjadi beberapa periodesasi:1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 1950 ).Tahun 1945 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi lembaga legislatif.b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer2) Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lamaa. Masa demokrasi Liberal 1950 1959Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif.Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan: Dominannya partai politik Landasan sosial ekonomi yang masih lemah Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 : Bubarkan konstituante Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950 Pembentukan MPRS dan DPASb. Masa demokrasi Terpimpin 1959 1966Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:1. Dominasi Presiden2. Terbatasnya peran partai politik3. Berkembangnya pengaruh PKIPenyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden membentuk DPRGR3. Jaminan HAM lemah4. Terjadi sentralisasi kekuasaan5. Terbatasnya peranan pers6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.c. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 1998Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab: Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada Rekrutmen politik yang tertutup Pemilu yang jauh dari semangat demokratis Pengakuan HAM yang terbatas Tumbuhnya KKN yang merajalelaSebab jatuhnya Orde Baru: Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi ) Terjadinya krisis politik TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi Presiden Pelaksanaan demokrasi pada masa Reformasi 1998 s/d sekarang.Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.Pelaksanaan demokrasi Orde Reformasi 1998 sekarangDemokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalahdemokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, denganpenyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang tidakdemokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR MPR hasil Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya lembaga-lembaga tinggi yang lain.Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain: Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IVIII. Demokrasi PancasilaDemokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih dalam taraf perkembangan . Secara ringkas, demokrasi Pancasila memiliki beberapa pengertian sebagai berikut: 1. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan. 2. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat. 3. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.4. Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.IV. Prinsip Pokok Demokrasi Pancasila1.Pemerintahan berdasarkan hukum: dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan:a. Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat),b. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan tidak terbatas),c. Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan MPR.2.Perlindungan terhadap hak asasi manusia,3.Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah,4.Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan badan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lain contoh Presiden, BPK, DPR, DPA atau lainnya.5. Adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi Untuk menyalurkan aspirasi rakyat,6. Pelaksanaan Pemilihan Umum;7. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR (pasal 1 ayat 2 UUD 1945),8. Keseimbangan antara hak dan kewajiban,9. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan YME, diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain,10. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita Nasional. V. Sistem Pemerintahan Demokrasi PancasilaSistem pemerintahan demokrasi Pancasila menurut prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Batang Tubuh UUD 1945 berdasarkan tujuh sendi pokok, yaitu sebagai berikut:1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukumNegara Indonesia berdasarkan hukum (Rechsstaat). Hal ini mengandung arti bahwa baik pemerintah maupun lembaga-lembaga negara lainnya dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan tindakannya bagi rakyat harus ada landasan hukumnya. 2. Indonesia menganut sistem konstitusional Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional dan tidak bersifat absolutisme. Sistem konstitusional ini lebih menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan konstitusi.3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi4. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR mengawasi pelaksanaan mandat (kekuasaan pemerintah).6. Menteri Negara adalah pembantu presiden, 7. Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPRPresiden memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan menteri negara. 8. Kekuasaan Kepala Negara terbatas. Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan diktator, artinya kekuasaan terbatas. Ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR. Kedudukan DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh presiden dan semua anggota DPR merangkap menjadi anggota MPR.

VI. Ciri-ciri DemokrasiCiri-ciri demokrasi adalah:1. Pemerintah berdasarkan konstitusi2. Pemilihan umum yang demokratis3. Pembuatan undang-undang4. Sistem peradilan yang independen5. Kekuasaan lembaga kepresidenan6. Peran media yang bebas7. Peran kelompok-kelompok kepentingan8. Hak masyarakat untuk tahu9. Melindungi hak-hak minoritas10. Kontrol sipil atas militer11. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan). 12. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak- hak asasi rakyat (warga negara). 13. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang. 14. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat penegakan hukum 15. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara. 16. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah. 17. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat. 18. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat. 19. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan sebagainya).VII. Fungsi Demokrasi PancasilaDemokrasi Pancasila memiliki beberapa fungsi, antara lain:1. Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara. Contohnya:a. Ikut menyukseskan Pemilu;b. Ikut menyukseskan Pembangunan;c. Ikut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan.2. Menjamin tetap tegaknya negara RI3. Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan sistem konstitusional4. Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila5. Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara lembaga negara6. Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab,Contohnya:a. Presiden adalah Mandataris MPR, b. Presiden bertanggung jawab kepada MPR. VIII. Dampak Positif Sistem Demokrasi di Indonesia Hal positif dari sistem demokrasi di Indonesia antara lain berlangsungnya proses pilpres secara langsung dan berjalan dengan baik. Terdapat penghitungan hasil pemungutan suara yang dilakukan oleh seorang petugas, dengan disaksikan sejumlah masyarakat dan pihak berwenang.IX. Dampak Negatif Sistem Demokrasi di IndonesiaWakil ketua DPR RI Priyo Budi Santoso (PBS) pada pertemuan antara Wakil Ketua DPR RI dengan delegasi House Democracy Partnership Committee Kongres Amerika Serikat yang dipimpin oleh Anggota Kongres David Dreier (23 Februari 2011) mengatakan bahwa demokrasi di Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Indonesia saat ini dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia yang menganut sistem demokrasi. Kenyataan ini telah menjadikan Indonesia sebagai sebuah model di mana Islam dan demokrasi dapat berjalan seiringan, ujarnya sebagaimana dilansir detikcom (04/0311).Namun sejujurnya ungkapan tersebut perlu dipertanyakan, sebab masayarakat masih merasa gagal dengan pemerintahan Indonesia. Buah dari penerapan sistem demokrasi tapi sudah dijadikan sebagai model percontohan. Bahkan dikatakan salah satu yang terbaik di dunia mengungguli AS karena berhasil melakukan pilpres secara langsung.Pelaksanaan pemilu yang merupakan salah satu pilar demokrasi ini telah menelan biaya yang luar biasa besarnya. Padahal notabene anggaran yang digunakan adalah mengambil uang rakyat. Menurut perkiraan KPU, pemilu 2009 menghabiskan dana sebanyak 47,9 triliun, belum diketahui berapa hasil akhir audit dana pemilu tersebut. Di tingkat daerah, pemilukada 2010 mencapai 4,2 trilyun rupiah.Biaya yang sangat besar tersebut ternyata gagal menghasilkan pemimpin yang berkualitas. Masyarakat harus disuguhi dengan praktik-praktik jual beli politik. Melahirkan pemimpin peragu dalam mengambil keputusan, seringkali kebijakannya tidak berpihak pada rakyat..Banyak kepala daerah dan pejabat negara yang terjerat kasus korupsi , hal ini wajar terjadi dalam pemilu demokrasi disebabkan mahalnya ongkos naik menjadi pejabat, sedangkan hitung-hitungan gaji yang akan di dapat tak menutupi, maka secara otomatis dia akan mencari balik modal.Efek moral demokrasi prosedural. Data sengketa Pilkada yang mendapat putusan Mahkamah Konstitusi pada tahun 2009 adalah sebanyak 78 kasus (57%), dan yang juga berada dalam proses sidang sebesar 46 kasus (34%). Konflik dan sengketa pada Pilkada Langsung ini bukan hanya berdampak pada aspek politik, namun lebih luas lagi pada aspek sosial budaya masyarakat. Bagaimana kita lihat begitu banyaknya terjadi berbagai konflik di tengah-tengah masyarakat akibat pemilu. Begitu pula buah dari demokrasi prosedular telah berdampak negatif bagi kehidupan spiritual masyarakat, di mana kasus money politik dan suap menyuap ini rentan terjadi di tingkat kelurahan sampai tingkat pusat yang mungkin tak terhitung lagi jumlahnya.Terkait Demokrasi sistemik.Demokrasi memiliki asas kedaulatan di tangan rakyat. Artinya rakyatlah yang membuat hukum atau Undang-Undang. Fakta di Indonesia, rakyat mengamanahkan para wakilnya yang duduk di parlemen yang terpilih dalam pemilu. Namun pada kenyataannya yang berdaulat adalah para pemilik modal.Dalam demokrasi-kapitalisme, kekuatan pemilik modal menjadi faktor utama dalam mengambil kebijakan. Hal ini disebabkan mahalnya ongkos naik menjadi pejabat parleman maupun Presiden sekalipun. Jika dia bukan seorang yang meiliki modal yang sangat besar, maka dia akan mencari sponsor pemodal lain. Sehingga muncul politik balas budi.Kemudian munculnya UU Migas, UU Air, RUU Investasi, UU listrik, dll adalah bukti nyata adanya intervensi asing, bahkan diakui sendiri oleh anggota Komisi IV DPR RI Siswono Yudhohusodo, bahwa setidaknya ada 60 produk perundangan Indonesia yang dipengaruhi kepentingan perusahaan asing dan sangat merugikan kepentingan nasional. (RM online 20/10/10).Hasilnya, negeri ini ibarat tergadai. Indonesia mudah dikontrol oleh pihak asing melalui investor pemerintah luar negri maupun lembaga-lembaga internasional seperti Word Bank, dll. Harta kekayaan alam Indonesia dikuras oleh asing. Bertengger nama-nama seperti Freeport, ExxonMobile, Newmont, serta Inco Internasional yang menguasai SDA potensial. Seperti: emas, nikel, gas, dan minyak bumi. Begitu pula di Sektor finansial, terutama adalah perbankan, termasuk bank-bank kecil, juga tak lepas dari cengkeraman pemodal asing, meskipun realitasnya lebih menggantungkan keuntungan dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI), padahal itu adalah uang negara. Sedangkan Laba triliunan rupiah yang didapat dari uang rakyat itu kembali ke kantong para investornya.Implikasinya rakyat menjadi korban, sehingga angka kemiskinan masih amat tinggi ditengah negri yang kaya raya. Lapangan pekerjaan terus menyempit, kasus gizi buruk, dll. 30 juta jiwa lebih penduduk miskin menurut data BPS, itu pun menggunakan standard kemiskinan berpendapatan 7000 per hari. Bila menggunakan standar bank dunia (2 dollar per hari) maka kemiskinan di Indonesia hampir 50 persen.Demokrasi sekulerisme di Indonesia yang memisahkan agama dengan kehidupan juga telah melahirkan banyaknya premanisme, angka kriminalitas, kelahiran diluar nikah, merebaknya aliran-aliran sesat yang berlindung dibalik HAM nya demokrasi, dan dampak-dampak buruk lainnya.Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum. Sebagai negara hukum, seharusnya negara ini tidak hanya menjamin kebebasan warganya dalam hukum, politik, dan pemerintahan, lebih dari itu, negara ini juga harus menjamin konsistensi penegakkan hak asasi manusia. Penegakkan hak-hak asasi manusia saat ini memang sudah diatur dalam beberapa hukum tertulis. Tetapi dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, penegakkan hak asasi manusia masih dirasa belum konsisten. Konsistensi penegakkan hak-hak asasi manusia di Indonesia dapat diukur secara baik dengan menilai fakta-fakta sejarah yang pernah terjadi di negara ini dari sudut pandang yang objektif.

Kemajuan selama era reformasi di Indonesia selama ini tampaknya masih belum memberikan catatan yang begitu memuaskan, khususnya di bidang penegakkan hak-hak asasi manusia (HAM). Pertanyaan ini memang mendesak untuk dijawab, terutama karena ada banyak pihak berpendapat bahwa proses reformasi ternyata mengalami kemandekan.

Jika diamati dari sudut pandang yang objektif, tampaknya upaya pengusutan pelanggaran HAM berat di Indonesia selama ini masih mengalami kemacetan. Masyarakat pun bisa menilai sendiri bagaimana upaya pengusutan Peristiwa Trisakti-Semanggi I-Semanggi II, Peristiwa Wamena-Wasior, Peristiwa Kerusuhan 13-15 Mei 1998, Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa, dan Peristiwa Talangsari 1989 yang berkali-kali dikembalikan oleh pihak Kejaksaan Agung kepada Komnas HAM. Pihak Kejaksaan Agung menyatakan tak bisa melakukan penyidikan karena belum ada penetapan pengadilan HAM ad hoc oleh parlemen. Ketidakmampuan penuntasan masalah HAM dengan adanya impunitas bagi para pelakunya telah menimbulkan pertanyaan menyangkut keseriusan pemerintah.Kebebasan politik yang dinikmati oleh masyarakat Indonesia ternyata juga tak diimbangi dengan perlindungan hukum yang semestinya bagi hak-hak sipil, seperti, hak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi, hak atas kebebasan dari penyiksaan, atau perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, hak atas pemeriksaan yang adil dan proses hukum yang semestinya, hak atas pengakuan pribadi di depan hukum, dan larangan atas propaganda untuk perang dan hasutan kebencian. Dari berbagai daerah, seperti, Poso, Lombok, Papua, juga Jakarta, dan tempat-tempat lain di Indonesia, dilaporkan masih terjadi kekerasan horisontal yang melibatkan unsur-unsur polisi dan militer. Penganiayaan dilaporkan masih terus di alami oleh kelompok-kelompok masyarakat, seperti, buruh, petani, masyarakat adat, kelompok minoritas agama, dan para mahasiswa.

Hal yang memprihatinkan, seringkali dalam peristiwa kekerasan horisontal, aparat keamanan seolah-olah tidak berdaya melindungi kelompok-kelompok yang menjadi sasaran kekerasan tersebut. Laporan-laporan HAM yang dikeluarkan oleh LSM dan PBB menyatakan, penyiksaan masih terus terjadi di pusat-pusat penahanan di kepolisian. Selama hampir dua belas tahun terakhir ini, sistem hukum dan jajaran aparaturnya, seperti, polisi, jaksa, dan hakim tidak mampu menjawab secara semestinya kasus-kasus kekerasan horisontal dan vertikal yang melibatkan aparat polisi dan atau tentara.

Kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, seperti, kasus pembunuhan, penculikan, penahanan sewenang-wenang terhadap ratusan ribu orang yang disangka mempunyai kaitan dengan PKI, dan beberapa kasus lainnya, sampai hari ini belum memperoleh penanganan yang adil. Sebagian dari mereka yang diduga kuat terlibat melakukan pelanggaran HAM berat (kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan) masih ada yang bebas berkeliaran tanpa pernah tersentuh oleh hukum.

Para pelaku pelanggaran HAM yang diajukan ke pengadilan, umumnya dikenakan pasal pidana ringan, misalnya kasus penembakan para petani oleh oknum polisi, di Manggarai, biasanya para terdakwa itu akan dikenakan pasal pidana ringan, dan akhirnya dikenakan hukuman ringan, antara 1 tahun, 2 tahun, atau beberapa bulan saja, atau bahkan dibebaskan sama sekali, seperti, dalam kasus-kasus pelanggaran HAM di Timor-Timur pasca jajak pendapat 1999, dan kasus Tanjung Priok 1984.

Hal inilah yang kemudian menjadi budaya pembiaran (culture of impunity) yang terus merasuki sistem hukum dan aparaturnya, seperti polisi, jaksa dan hakim, terutama ketika aparat penegak hukum harus menangani kasus-kasus pelanggaran HAM yang melibatkan polisi dan tentara. Budaya pembiaran inilah yang menghambat setiap upaya penegakan hukum. Budaya impunity itu bila dibiarkan terus berkembang dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama akan menghancurkan kedaulatan hukum, dan pada gilirannya akan menghancurkan sistem demokrasi di Indonesia.