Makalah Perang Dunia II Pintu Pembuka Datangnya Jepang Ke Indonesia
-
Upload
muhtar-dian -
Category
Documents
-
view
254 -
download
44
description
Transcript of Makalah Perang Dunia II Pintu Pembuka Datangnya Jepang Ke Indonesia
PERANG DUNIA II PINTU PEMBUKA DATANGNYA JEPANG KE INDONESIA
Disusun oleh :
Dian Eka Nofitasari Muhtar Kelas: XI MIA 5
SMA NEGERI 1 KUTOWINANGUN2015
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah adalah pengetahuan atau kejadian yang benar-benar terjadi di masa
lampau. Dengan sejarah kita bisa belajar tentang banyak hal yang ada di masa
lampau. Termasuk masa pendudukan Jepang di Indonesia. Pendudukan Jepang di
Indonesia adalah bagian dari sejarah bangsa indonesia. Untuk itu alangkah baiknya
apabila sebagai bangsa Indonesia sendiri dapat mengetahui dana mempelajari
tentang Pendudukan Jepang di Indonesia sebagai bagian dari sejarah Indonesia.
Oleh sebab itu, kami membuat makalah ini. Karya tulis ini juga untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh guru sejarah kami dan juga sebagai bahan
diskusi kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang Jepang memasuki Republik Indonesia?
2. Bagaimana periode menjelang kemerdekaan Republik Indonesia?
3. Bagaimana pasca kemerdekaan Republik Indonesia?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan khusus :
Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru kami.
Tujuan umum :
1. Mengetahui sejarah yang ada dalam masa pendudukan Jepang di Indonesia.
2. Mengetahuai perjuangan yang telah dilakukan oleh pahlawan untuk merebut
kemerdekaan.
3. Sebagai wawasan tambahan informasi serta menambah pengetahuan para
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terjadinya Perang Dunia II
Pada 8 Desember 1941 (7 Desember 1941, waktu London,New York), di
bawah komando Vice Admiral Chuichi Nagumo, Jepang me laku kan serangan
udara kejutan terhadap Pearl Harbour, pangkalan militer angkatan laut Amerika
Serikat terbesar di Pasifik. Jepang juga menyerang pangkalan udara Amerika
Serikat di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang menginvasi Filipina dan koloni
Inggris, seperti Hongkong, Malaysia, Kalimantan, dan Burma dengan maksud
menguasai ladang minyak Hindia Belanda. Seluruhwilayah ini jatuh ke tangan
Jepang dalam beberapa bulan saja. Markas Inggris di Singapura pun dikuasai
Jepang. Halini dianggap oleh Churchill sebagai salah satu kekalahan
paling memalukan bagi Inggris.
Oleh karena itu, berkobarlah Perang Dunia II di Asia Pasifik yang terkenal
dengan nama Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya. Dalam Perang Pasifik
ini, Jepang berhadapan dengan negara-negara Barat . Untuk menghadapi
kekuatan negara-negara tersebut, Jepang membutuhkan dukungan sumber daya
manusia yang banyak. Di Indonesia,Jepang mengerahkan rakyat untuk melakukan
romusha(kerja paksa) dalam rangka membangun benteng-benteng pertahanan.
Selain itu, Jepang mengerahkan rakyat untuk menghadapi gem puran-gempuran
Sekutu dengan memberikan keterampilan militer, seperti Heiho,
Seinendan,Keibodan, Fujinkai, dan PETA.
B. Awal Kedatangan Jepang di Indonesia
Penyerbuan Jepang ke Indonesia kali pertama dilakukan dengan menduduki
daerah-daerah penghasil minyak bumi di Kalimantan dan Sumatra. Penyerbuan ini
diawali dengan serangan cepat Jepang ke Labuan, Brunai, Singapura,
Semenanjung Malaya, Palembang, Tarakan, dan Balikpapan.
Serangan kilat Jepang ke Pulau Jawa dilakukan pada 1 Maret 1942 dengan
mendaratkan pasukan di tiga tempat, yaitu Teluk Banten, Eretan Wetan
(Indramayu), dan Kragan, Rembang (Jawa Tengah). Kekuatan Jepang ini berada di
bawah komando tentara ke-XVI yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Hitoshi
Immamura. Jepang menyerbu Batavia (Jakarta) yang akhirnya dinyatakan sebagai
kota terbuka. Kemudian, terus menembus Subang dan berhasil menembus garis
pertahanan Lembang, Ciater, Kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan
Sekutu. Sementara di front Jawa Timur, tentara Jepang berhasil menyerang
Surabaya sehingga kekuatan Belanda ditarik sampai garis pertahanan Porong.
Terancamnya Kota Bandung membuat panglima Hindia Belanda, Letnan
Jenderal Ter Poorten mengadakan perundingan antara tentara Jepang yang
dipimpin oleh Jenderal Hitoshi Imammura dan pihak Belanda yang diwakili Letnan
Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal A.W.L. Tjarda Van Starkenborgh
Stachouwer.
Namun, keadaan pasukan Belanda semakin terdesak dan pada
pertempuran terakhir di Kalijati, Subang, Jawa Barat, Belanda menyerah tanpa
syarat pada 8 Maret 1942. Sejak itulah, Indonesia memasuki suatu periode baru,
yaitu periode pendudukan Jepang.
C. Sistem Pemerintahan Jepang di Indonesia
Berbeda dengan masa pendudukan Belanda, keadaan Perang Pasifik
menyebabkan Indonesia diperintah oleh pemerintahan militer Jepang. Oleh sebab
itu, Indonesia dibagi ke dalam tiga peme rintahan militer.
a. Pemerintahan militer AD (tentara XXV) untuk Pulau Sumatra dengan pusat
pemerintahannya di Bukittinggi.
b. Pemerintahan militer AD (tentara XVI) untuk Pulau Jawa dan Madura dengan
pusat pemerintahannya di Jakarta.
c. Pemerintahan militer AL (Armada Selatan II) untuk Pulau Sulawesi, Pulau
Kalimantan, dan Maluku dengan pusat pemerintahannya di Makassar.
Organisasi pemerintahan Jepang di Indonesia dipimpin Gunsireikan
(Panglima Tentara) sebagai penguasa tertinggi. Pada 1943, di tingkat pusat
dibentuk Cuo Sangi In (Dewan Penasihat) suatu badan yang mirip dengan
Volksraad dahulu. Dewan ini dipimpin Soekarno sebagai ketua dan Mohammad
Hatta sebagai wakil ketua. Badan lain sebagai bentukan pemerintah an Jepang,
yaitu Kompetai (Polisi Militer).
D. Praktik-Praktik Pemerasan Jepang di Indonesia
Berikut akan dijelaskan bentuk-bentuk pemerasan pemerintahan Jepang
terhadap bangsa Indonesia.
1) Pemerasan Sumber Daya Alam
Langkah-langkah Jepang dalam mengeruk ke-kayaan sumber daya alam
Indonesia dilakukan dengan beberapa cara, yaitu tanaman perkebunan diganti
oleh tanaman jarak yang diperlukan untuk bahan industri minyak pelumas, setiap
perkebunan yang ada di Indonesia dikuasai pemerintahan militer Jepang,
perkebunan-perkebunan, seperti kina, karet, dan tebu tidak dimusnahkan sebab
tanaman-tanaman ini diperlukan dalam perang. Jepang juga melakukan
penebangan hutan secara besar-besaran untuk dijadikan lahan pertanian.
Dampak yang ditimbulkan dari kebijakan-kebijakan Jepang dalam bidang
ekonomi ini adalah keadaan ekonomi dan bahan makanan yang kurang. Kemarau
yang cukup panjang menyebabkan kesejahteraan rakyat semakin menurun, rakyat
kekurangan gizi, dan kesulitan pakaian semakin parah. Setelah Jepang gagal
mengusahakan penanaman kapas dan pendirian pabrik pemintal, rakyat terpaksa
hidup dengan pakaian seadanya. Bahkan, rakyat di perdesaan menggunakan
pakaian yang terbuat dari karung goni atau bagor (yang biasa dipakai untuk
menyimpan padi atau terigu).
2) Pemerasan Tenaga Manusia
a. Romusha
Untuk mempersiapkan wilayah Indonesia sebagai wilayah pertahanan yang
kuat, pemerintah militer Jepang mengeluar kan aturan kerja paksa yang disebut
romusha. Para romusha dipaksa bekerja membuat pangkalan militer, jalan kereta
api, dan gua-gua untuk pertahanan pasukan.
Wilayah Jawa merupakan daerah yang paling banyak pengerahan romusha-
nya. Ribuan rakyat Jawa dikirim ke luar Pulau Jawa sebagai romusha. Bahkan,
mereka banyak dikirim ke luar negeri, seperti Burma dan Malaysia.
b. Organisasi Semi-Militer dan Organisasi Militer
Berikut ini adalah uraian tentang organisasi-organisasi semi-militer dan
militer yang dibentuk oleh Jepang.
(1) Seinendan (Barisan Pemuda)
Seinendan dibentuk pada 29 April 1943. Organisasi ini bertujuan mendidik
dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya
dengan kekuatan sendiri. Anggota Seinendan adalah anak-anak muda berusia 14–
22 tahun. Seinendan merupakan barisan cadangan yang mengamankan barisan
belakang.
(2) Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Keibodan adalah organisasi semi-militer yang dibentuk bersamaan dengan
pembentukan Seinendan pada 29 April 1943. Keibodan ditugaskan sebagai
pembantupolisi, seperti penjagaan lalu lintas dan pengamanan desa. Anggotanya
terdiri atas para pemuda berusia 20–35 tahun (kemudian diubah menjadi 26–35
tahun).
Keibodan di Sumatra disebut Bogodan. Di daerah kekuasan Angkatan Laut
Jepang, dibentuk badan yang disebut Borneo Konan Hokokudan.
(3) Fujinkai (Himpunan Wanita)
Pada Agustus 1943, dibentuk suatu badan yang me-ngerahkan tenaga
wanita. Batas minimum usia para anggotanya, yaitu 15 tahun. Adapun batas
maksimum tidak ditentukan. Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan
dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa per hiasan, hewan ternak, dan
bahan makanan untuk kepentingan perang.
Selain pembentukan badan semi-militer, dibentuk pula badan-badan
militer, yaitu sebagai berikut.
(1) Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)
Organisasi militer ini dibentuk pada April 1943. Keanggota annya berasal
dari pemuda berusia 18–25 tahun dan memiliki pendidikan terendah setaraf SD.
Sejak didirikan pada 1943 sampai berakhirnya masa pendudukan Jepang,
jumlah anggota Heiho adalah 42.000 orang. Anggota Heiho memiliki ke-dudukan
sebagai pemegang senjata anti-pesawat, tank, artileri medan, dan pengemudi.
Prajurit Heiho ada yang dikirim ke luar negeri untuk perang melawan Sekutu,
seperti ke Kepulauan Solomon dan Burma (Myanmar sekarang).
(2) Pembela Tanah Air (PETA)
Pembentukan tentara PETA dilakukan atas usul Gatot Mangkupraja,
seorang pemimpin nasionalis, melalui surat tanggal 7 Desember 1943. Per
mohonan ini dikabulkan dengan keluarnya peraturan yang dikenal dengan
sebutan Osamu Seirei No. 44 tanggal 3 Oktober 1943. Secara formal, peraturan
itu menetap-kan pembentukan PETA.
Tugas tentara PETA adalah mem per tahan kan tanah air Indonesia sekuat
tenaga. Pendidikan mereka secara khusus dilakukan di Tangerang, Jawa Barat.
Adapun untuk menjadi komandan pasukan diadakan pendidikan calon perwira
PETA di Bogor. Ada perbedaan antara PETA dan Heiho. PETA adalah tentara
Indonesia yang dilatih oleh Jepang, sedangkan Heiho adalah tentara yang
merupakan bagian dari tentara Jepang.
E. Bentuk-Bentuk Perlawanan terhadap Pendudukan Jepang
Bangsa Indonesia mempersiapkan taktik perjuangan untuk menghadapi
pendudukan Jepang. Pertama dengan cara kooperatif (kerja sama) dengan
Jepang. Kelompok pemimpin yang berjuang dengan cara bekerja sama dengan
Jepang ialah Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mansur.
Kedua, kelompok yang berjuang secara nonkooperatif (tidak bekerja sama)
dengan Jepang ialah Sutan Syahrir, Adam Malik, dr. Cipto Mangunkusumo, dan
para pemuda.
1) Pemanfaatan Organisasi-Organisasi Bentukan Pemerintah Militer Jepang
a. Pemanfaatan Putera
Telah diuraikan sebelumnya, Jepang memberikan janji-janji dalam usaha
untuk menarik simpati rakyat Indonesia yang diwujudkan dalam sebuah organisasi
yang disebut Gerakan Tiga A. Gerakan Tiga A berarti Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Nama Nippon adalah sebutan lain
bagi Jepang. Organisasi ini dibentuk oleh Jepang pada 29 April 1942. Namun,
gerakan ini tidak efektif dan tidak berhasil menggugah rakyat Indonesia untuk
mendukung Jepang sehingga organisasi tersebut dibubarkan. Sebagai
penggantinya, didirikan organisasi Pusat Tenaga Rakyat (Putera).
Putera didirikan pada 1 Maret 1943. Tujuan Putera adalah memusatkan
seluruh kekuatan rakyat untuk mendukung dan membantu Jepang. Pemimpin
gerakan Putera diambil dari para pemimpin Indonesia ialah Ir. Soekarno, Drs.
Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur. Para tokoh
tersebut kemudian terkenal sebagai Empat Serangkai.
Setelah mendapat kepercayaan, para tokoh Putera memanfaatkan
organisasi tersebut untuk kepentingan perjuangan bangsa Indonesia. Cara yang
ditempuh, yaitu memanfaatkan posisi penting sebagai pemimpin Putera untuk
menghindari dan membela rakyat dari kekejaman Jepang. Salah satu contohnya,
pada saat Jepang akan menghukum mati Amir Syarifuddin, Soekarno dan Hatta
membelanya. Akhirnya, Amir Syarifuddin tidak jadi dihukum mati. Putera menjadi
alat perjuangan untuk mempersatukan perjuangan bangsa Indonesia,
memanfaatkan Putera untuk memberi semangat dan mental rakyat untuk
menyambut kemerdekaan Indonesia, mengusulkan kepada Jepang untuk
membentuk Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat) yang bertugas mengajukan
usul, dan memberikan jawaban atas per-tanyaan pemerintah Jepang.
Jepang menilai gerakan Putera kurang memuas -kan sebab kurang
menunjukkan dukungan terhadap Jepang, malah sebaliknya. Oleh karena itu,
pada 1944, Putera dibubarkan dan diganti Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian
Jawa).
b.Pemanfaatan Jawa Hokokai
Alasan pembentukan Jawa Hokokai adalah perlunya menghimpun kekuatan
lahir dan batin rakyat, untuk digalang kebaktiannya sesuai dengan hoko seisyin
(semangat kebaktian), yaitu mengor bankan diri, mempertebal persaudaraan, dan
melaksana kan sesuatu dengan bukti. Tiga hal itulah yang dituntut dari rakyat oleh
pemerintah militer Jepang dalam semangat kebaktiannya.
Dalam Jawa Hokokai, potensi politik-ekonomi dan sosial budaya
digabungkan dan dikerahkan mulai dari bawah sampai atas. Perjuangan para
pemimpin Indonesia dilakukan kembali melalui Badan Barisan Pelopor hasil
Sidang ke-3 Cuo Sangi In.
Barisan Pelopor merupakan organisasi semi-militer pertama yang dikelola
oleh para pemimpin Indonesia. Dalam badan ini, para pemimpin Indonesia
memanfaatkan organisasi buatan Jepang untuk kepentingan penanaman
nasionalisme, cara-cara pergerakan massa, dan memperkuat pertahanan.
c.Perjuangan Melalui Organisasi MIAI
Sekalipun pemerintah Jepang mengekang aktivitas semua kaum nasionalis,
namun golongan nasionalis Islam mendapat perlakuan lain. Golongan ini
mendapat kelonggaran karena dinilai paling anti-Barat. Sampai dengan November
1943, Jepang masih memperkenankan ber dirinya Majelis Islam Ala Indonesia
(MIAI) yang dibentuk pada zaman Hindia Belanda.
Para pemuka agama diundang oleh Gunseikan, Mayor Jenderal Okazaki, ke
Jakarta untuk mengadakan tukar pikiran. Hasilnya, MIAI diakui sebagai organisasi
resmi umat Islam, dengan syarat harus mengubah asas dan tujuannya. Kegiatan
MIAI terbatas pada pembentukan baitul maal (badan amal) dan menyelenggara
kan peringatan hari-hari besar Islam.
MIAI yang dianggap sebagai organisasi resmi, masih juga tidak memuaskan
Jepang. Pada Oktober 1943, MIAI dibubarkan dan diganti oleh Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi). Pada 22 November 1943, Masyumi dipimpin oleh
K.H. Hasyim Ashari, K.H.Mas Mansyur, K.H Farid Maruf, Karto Sudarmo, K.H.
Nahrowi, dan Zainul Arifin.
1) Gerakan Bawah Tanah
Perjuangan para pemimpin lainnya dilakukan dengan cara non kooperatif.
Cara ini dilakukan dengan mengadakan gerakan bawah tanah secara diam-diam.
Gerakan bawah tanah dilakukan setelah pemerintah militer Jepang
melarang berdirinya partai politik di Indonesia.Gerakan bawah tanah memiliki
tujuan menanamkan semangat persatuan di kalangan rakyat. Mereka pun
memantau setiap perkembangan di luar negeri, khususnya situasi Perang Asia
Pasifik melalui radio gelap. Di antara para pemimpin pergerakan bawah tanah
yang giat ialah Sutan Syahrir, Sayuti Melik, Adam Malik, dan kelompok pemuda.
2) Perjuangan Bersenjata
Kemiskinan dan kemelaratan yang dialami oleh rakyat Indonesia semakin
dalam. Oleh karena itu, pecahlah perlawanan-perlawanan bersenjata terhadap
pendudukan Jepang.
a) Perlawanan Rakyat Aceh
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang dipimpin oleh seorang ulama
muda, Tengku Abdul Jalil. Ia seorang guru ngaji di Cot Plieng, Aceh. Jepang telah
mencoba membujuk Tengku Abdul Jalil untuk berdamai. Namun, usulan itu
ditolak karena ia menyadari tawaran itu hanyalah sekadar tipu muslihat Jepang.
Kegagalan tersebut menyebabkan penyerangan Jepang terhadap rakyat Cot
Plieng pada dini hari 10 November 1942. Pada waktu itu, rakyat sedang
melaksanakan shalat subuh di masjid. Berbekal senjata seadanya, seperti pedang,
kelewang, dan rencong, rakyat beramai-ramai menahan serangan Jepang.Pasukan
Jepang berhasil dipukul mundur dan kembali ke markasnya di Lhokseumawe.
Untuk kedua kalinya, Jepang berusaha melakukan penyerang an kembali.
Namun, usaha Jepang ini pun tidak berhasil. Barulah pada penyerangannya yang
ketiga, Jepang berhasil setelah mereka membakar masjid. Tengku Abdul Jalil
berhasil meloloskan diri dari kepungan pasukan Jepang. Namun, ketika ia sedang
shalat, ia ditembak mati oleh pasukan Jepang. Akhirnya, pertahanan rakyat Aceh
sedikit demi sedikit terkoyak, meskipun sempat melakukan.
b) Perlawanan Rakyat Singaparna
Latar belakang perlawanan rakyat Sukamanah, Singaparna, diawali sikap
K.H. Zaenal Mustafa yang tidak mau melakukan upacara Seikerei. Seikerei adalah
penghormatan kepada kaisar Jepang yang dianggap sebagai dewa dengan cara
menghadap ke Tokyo dan membungkukkan badan dalam-dalam.
K.H. Zaenal Mustafa tidak tahan melihat kehidupan rakyat yang sudah
melarat semakin menderita. Ia memerintahkan kepada rakyat Sukamanah untuk
tidak menyetorkan padinya dan menolak kerja paksa. Ia pun mengumpulkan
pengikutnya untuk meng giatkan latihan pencak silat. Tindakan itu dianggap
pemerintah militer Jepang sebagai sikap pem berontakan. Oleh karena itu, Jepang
melakukan upaya penangkapan terhadap K.H. Zaenal Mustafa, tetapi tidak
berhasil. Tiga dari empat utusan orang Kompetai mati, seorang lagi dalam
keadaan luka-luka melapor ke kantor Kompetai di Kota Tasikmalaya.
Setelah peristiwa itu, pemerintah militer Jepang melakukan serangan ke
daerah Sukamanah, Singaparna. Saat itu 25 Februari 1944, K.H. Zaenal Mustafa
dan pengikutnya sedang melakukan shalat Jumat. Setelah shalat Jumat, tentara
Jepang meminta K.H. Zaenal Mustafa menyerahkan diri, tetapi ditolaknya,
pertempuran sengit pun terjadi.
Akhirnya, K.H. Zaenal Mustafa berhasil ditangkap.Ia ditahan di Tasikmalaya,
kemudian dibawa ke Jakarta untuk diadili. Selama ditahan, ia mendapat siksaan
yang berat dan kemudian dijatuhi hukuman mati. Jenazahnya dimakamkan di
Ancol.
c) Perlawanan Rakyat Pontianak
Peristiwa perlawanan rakyat Pontianak terjadi pada 16 Oktober 1943. Hari
itu para tokoh masyarakat berkumpul di Gedung Medan Sepakat, Pontianak.
Mereka merencanakan perlawanan terhadap Jepang. Namun, rencana itu telah
diketahui oleh Jepang sehingga sebelum perlawanan terjadi, pihak Jepang telah
melakukan penangkapan dan pembunuhan terhadap rakyat dan tokoh
masyarakat Pontianak.
d) Perlawanan PETA di Blitar
Perlawanan prajurit PETA terhadap Jepang disebabkan adanya perasaan
tidak tahan dalam diri prajurit PETA melihat ke sengsaraan rakyat Indonesia.
Prajurit PETA di Blitar, di bawah pimpinan Supriyadi, melancarkan perlawanan
terhadap Jepang. Perlawanan terjadi pada 14 Februari 1945. Untuk menghadapi
pasukan PETA, pihak Jepang mengirimkan pasukan yang seluruhnya terdiri atas
orang-orang Jepang. Mereka dilengkapi kendaraan tank dan pesawat terbang.
Pasukan PETA terdesak, Supriyadi dengan bantuan Muradi mundur ke lereng
Gunung Kawi. Sementara itu, Muradi menyerah kepada Jepang.
Para prajurit PETA yang terlibat dalam perlawanan terhadap Jepang
ditangkap dan dihadapkan ke Mahkamah Militer di Jakarta. Setelah menjalani
beberapa sidang, mereka dijatuhi hukuman sesuai dengan peranannya masing-
masing. Ada yang mendapat hukuman pidana mati atau seumur hidup. Mereka
yang dihukum mati adalah dr. Ismangil, Muradi, Suparyono, Hakim Mankudigarja,
Sunarto, dan Sudarmo. Supriyadi tidak disebut-sebut dalam sidang pengadilan
dan juga tidak pernah diadili secara in absentia (tanpa hadirnya tertuduh).
Perlawanan PETA berhasil ditumpas, tetapi pengaruhnya sangat besar pada
rakyat untuk mencapai kemerdekaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika Perang Dunia ke II, Jepang ikut terjun dalam perang tersebut. Maka
muncul dugaan berdasarkan analisis politik akan terjadi peperangan di Lautan
Pasifik. Hal ini terbukti dengan meletusnya perang di Lautan Pasifik pada 8
Desember 1941 yang melibatkan Jepang di dalamnya. Perang ini disebut dengan
“Perang Asia Timur Raya” atau “Perang Pasifik”. Akibat dari perang tersebut
Belanda yang tergabung dalam front ABCD (Amerika Serikat, Brittania/ Inggris,
Cina, Dutch/ Belanda) melakukan perang terhadap Jepang. Karena Jepang terlalu
kuat maka Hindia Belanda-pun akhirnya jatuh ke tangan Jepang setelah Belanda
yang dibantu Sekutu melakukan berbagai perlawanan tetapi tetap tidak mampu
mengalahkan Jepang. Dan akhirnya Jepang pada tanggal 10 Januari 1942 berhasil
menduduki Indonesia yang berawal dari Kalimantan Timur yaitu di daerah
Tarakan kemudian Minahasa, Sulawesi, Balik Papan, dan Ambon. Dan di berbagai
kepulauan Indonesia lainnya, yang mengakibatkan terjadinya berbagai
perlawanan-perlawanan di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
B. Saran
Dari karya tulis ini pembaca telah mengetahui tentang betapa berat perjuangan
bangsa Indonesia dalam mendapat kemerdekaan, jadi sebagai generasi penerus
bangsa kita harus menghargai perjuangan pahlawan kita yang dengan susah
payah merebut kemerdekaan dari penjajah.
DAFTAR PUSTAKA
http://syahraman.blogspot.com/2014/02/masuknya-jepang-ke-indonesia-
serta.html
http:// google.com
2009 . Jelajah Cakrawala Sosial untuk Kelas IX. Nurhadi, Budi A, Saleh, Diding A.
Badri, Paula S. Jakarta, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
LAMPIRAN
PETA PERGERAKAN JEPANG KE INDONESIA
10 Januari 1942
Februari 1942
Mei 1942