Makalah Peran Wanita

12
SOSIOLOGI PERAN WANITA DALAM SEKTOR PUBLIK DAN PERMASALAHANNYA WANITA KARIR Disusun oleh : WIWIT TRI RAHAYU (071311233082) No. Absen : 88 MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA

Transcript of Makalah Peran Wanita

Page 1: Makalah Peran Wanita

SOSIOLOGI

PERAN WANITA DALAM SEKTOR PUBLIK DAN PERMASALAHANNYA

WANITA KARIR

Disusun oleh :

WIWIT TRI RAHAYU

(071311233082)

No. Absen : 88

MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Page 2: Makalah Peran Wanita

2

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan

karuniaNya, sehingga makalah mata kuliah Sosiologi ini dapat diselesaikan tepat waktu tanpa

adanya kendala-kendala yang berarti. Makalah ini berisi kajian tentang peran aktif wanita

dalam sektor publik beserta permasalahannya. Makalah ini mengambil tema WANITA

KARIR. Mencakup berbagai hal yang berpengaruh di dalamnya, antara lain latar belakang

dan tujuan penulisan, pengertian mengenai gender, pengaruh gender bagi wanita, peran

wanita, alasan wanita memilih berkarir, beban karir pada wanita, hambatan wanita dalam

berkarir, beserta teori-teori yang berlaku dalam permasalahan tersebut.

Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh pihak yang telah sedikit banyak membantu

dalam proses pembuatan makalah ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bantuan

tersebut sangat membantu penyelesaian makalah ini. Semoga Tuhan yan Maha Esa membalas

segala kebaikan pihak-pihak tersebut dan meridhoi atas selesainya makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat serta dapat membantu proses

belajar bagi siapa saja yang menggunakannya dengan baik dan benar. Amin.

Surabaya, 15 Desember 2013

Penulis

Page 3: Makalah Peran Wanita

3

Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................... 2

Daftar Isi ................................................................................................ 3

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ....................................................................... 4

2. Rumusan Masalah .................................................................. 5

3. Tujuan Penulisan ................................................................... 5

BAB II : PEMBAHASAN

1. Pengertian Gender ................................................................. 6

2. Pengaruh Gender bagi Wanita ............................................... 6

3. Alasan Wanita Memilih Berkarir ........................................... 7

a) Alasan Ekonomi ......................................................... 8

b) Alasan Sosial .............................................................. 8

c) Alasan Budaya ........................................................... 8

d) Tuntutan Lain-Lain .................................................... 8

4. Hambatan Wanita untuk Berkarir .......................................... 9

5. Beban Wanita dalam Berkarir ................................................ 9

6. Teori-Teori ............................................................................. 10

BAB III : PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................. 11

2. Saran ....................................................................................... 11

Daftar Pustaka ......................................................................................... 12

Page 4: Makalah Peran Wanita

4

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia dinilai masih perlu

mendapatkan prioritas utama oleh pemerintah Indonesia. Pembangunan tersebut tidak hanya

terpacu pada pria saja atau wanita saja. Namun kenyataan yang ada menunjukkan bahwa

wanita masih cenderung dipandang sebelah mata dalam hal seperti ini. Pandangan

masyarakat umum tentang peran wanita masih sangat sempit. Mereka cenderung memandang

wanita hanya sebagai ibu rumah tangga. Anggapan tersebut mungkin ada benarnya, namun

wanita juga mampu berperan ganda sebagaimana pria pada umumnya. Wanita juga memiliki

kekuatan untuk bekerja dan berprofesi.

Pada era seperti ini, wanita bukan lagi mereka yang dikurung di rumah dan hanya

diperbolehkan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan rumah saja. Wanita telah diberikan

kebebasan yang sama sebagaimana dengan pria. Wanita memiliki kesempatan belajar yang

sama dengan pria, begitu juga dalam hal pekerjaan. Tidak sedikit wanita yang mampu

mengerjakan pekerjaan pria pada umumnya, seperti mencangkul, menjadi tukang becak, dan

banyak hal lainnya. Peran wanita tersebut bukan tanpa alasan. Banyak alasan yang mungkin

menjadi dorongan tersendiri bagi wanita untuk memanfaatkan emansipasi yang telah

didapatkannya.

Wanita bukan berarti harus lepas dari tanggung jawab asalnya sebaga seorang ibu dan

istri. Kesempatan yang dimiliki wanita tersebut menuntutnya untut berperan ganda dalam

hidupnya. Hal ini membuktikan bahwa bukan tidak mungkin bagi wanita untuk menjadi dan

memiliki profesi tertentu. Meskipun banyak kendala yang nantinya akan dijumpai dalam

peran gandanya tersebut. Secara tidak langsung wanita harus menyadari bahwa dirinya

memiliki kesempata yang sama dengan pria, yang mungkin kesempatan tersebut dianggap

terlalu sulit bagi wanita.

Di sisi lain, wanita harus tetap mempertimbangkan keputusannya untuk memilih

peran ganda secara baik dan matang. Wanita harus memperhatikan beban-beban, hambatan,

serta tanggung jawab yang harus ditanggung jika ia memilih peran ganda tersebut. Namun,

segala hambatan tersebut bukan menjadi alasan bagi wanita untuk tidak berkarir atau

berprofesi. Wanita dengan kesadarannya harus tetap menjunjung tinggi emansipasinya

melalui berbagai cara, antara lain melalui perannya dalam sektor publik.

Makalah ini dibuat dengan memandang kurangnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya peran wanita serta maraknya pandangan sebelah mata tentang wanita. Anggapan

Page 5: Makalah Peran Wanita

5

yang rendah akan seorang wanita sudah tidak seharusnya muncul dalam masyarakat sekarang

ini. Wanita memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda dengan pria. Wanita juga memiliki

kemampuan untuk berperan ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga serta berkarir

sebagaimana yang ia inginkan, meskipun beban dan hambatan yang dijumpai akan lebih

banyak dibandingkan dengan pria.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah

yang akan di bahas adalah :

1. Apa pengertian dari gender ?

2. Apa pengaruh gender bagi wanita ?

3. Apa faktor-faktor yang menjadi alasan wanita untuk berkarir ?

4. Apa yang menjadi hambatan bagi wanita untuk berkarir ?

5. Apa yang menjadi beban bagi wanita karir ?

6. Apa teori-teori yang berhubungan dengan wanita karir ?

I.3 Tujuan Penulisan

Dengan rumusan masalah yang telah diutarakan di atas, tujuan penulis dalam

pembuatan makalah tentang penyimpangan sosial ini adalah agar pembaca dapat :

Mengetahui dan memahami pengertian gender

Mengetahui pengaruh gender bagi wanita

Mengetahui faktor-faktor yang menjadi alasan bai wanita untuk berkarir

Mengetahui hambatan-hambatan bagi wanita untuk berkarir

Mengetahui beban-beban bagi wanita karir

Mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan wanita karir

Page 6: Makalah Peran Wanita

6

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. Pengertian Gender

Kata gender berasal dari bahasa Inggris, yang dalam kamus tidak dibedakan secara

jelas antara gender dan sex. Namun pada dasarnya, gender dan seks memiliki perbedaan yang

signifikan. Echols dan Shadily (1983: 265) menyebutkan bahwa gender berarti jenis kelamin.

Menurut Women’s Studies Encyclopedia, gender adalah suatu konsep kultural, yang

berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik

emosional antara pria dan wanita yang berkembang dalam masyarakat. Gender adalah

perbedaan yang akan terlihat antara pria dan wanita ditinjau dari nilai dan tingkah laku.

Gender digunakan untuk membedakan pria dan wanita secara sosial. Gender ada untuk

menilai dan membedakan manusia bukan dari segi fisik, melainkan peran dan fungsinya

dalam masyarakat sosial. Selain itu, gender juga bersifat relatif dan kontekstual. Gender

bersifat relatif ditinjau dari segi budaya dan masyarakat mana yang memandang gender

tersebut. Berikut perbedaan antara gender dan seks :

SEKS GENDER

Biologis Kultur, Adat Istiadat

Pemberian Tuhan (kodrat) Bentukan setelah lahir

Diajarkan melalui sosialisasi internalisasi

Kodrat (alami) Konstruksi sosial

Tidak dapat diubah Dapat diubah (dinamis)

Peran seks : Pria : Produksi Wanita : Reproduksi (haid, hamil,

melahirkan, menyusui, dll)

Peran gender : Memasak, mencuci, merawat anak dan orangtua, mendidik anak, bekerja,

memiliki profesi, dll.

II. 2. Pengaruh Gender bagi Wanita

Adanya perbedaan gender antara pria dan wanita tersebut akhirnya melahirkan

berbagai ketimpangan dan ketidakadilan antara kaum pria dan kaum wanita. Kaum pria

seringkali merasa dan dianggap lebih hebat dan kuat dalam banyak bidang dibanding dengan

kaum wanita. Anggapan tersebut erat kaitannya dengan fisik dan tampilan yang dimiliki oleh

pria dan wanita. Di sisi lain, wanita lebih cenderung dianggap lemah dan menjadi bahan atau

Page 7: Makalah Peran Wanita

7

korban kekerasan dan berbagai pelecehan oleh kaum pria. Perbedaan gender itu pula yang

melahirkan perbedaan kesempatan kerja antara pria dan wanita. Gender telah melahirkan

berbagai anggapan yang menilai bahwa memperkerjakan pria akan lebih menguntungkan

daripada memperkerjakan seorang wanita. Hal ini secara jelas akan cenderung merugikan

wanita.

Gender memiliki peran penting dalam perolehan kesempatan dalam sektor publik.

Wanita yang memiliki beban kerja di rumah menjadi sulit untuk ikut serta dalam sektor

publik. Pekerjaan rumah tangga yang biasa dikerjakan oleh wanita dianggap remeh dan

rendah, sehingga wanita dianggap hanya bisa mengerjakan pekerjaan yang rendah saja.

Sedangkan pekerjaan pria dianggap lebih berat dan menantang, dianggap pekerjaan yang

tidak bisa dilakukan oleh wanita, sehingga pria dianggap bisa melakukan hal yang ebih

dibandingkan dengan wanita.

Moore dan Sinclair (1995) mengidentifikasikan ada dua segregasi jenis kelamin pada

angkatan kerja, yaitu segregasi vertikal dan segregasi horizontal. Segregasi vertikal mengacu

pada terkonsentrasinya pekerja wanita pada jenjang yang rendah pada suatu organisasi atau

pekerjaan, seperti pengasuh anak, pramusaji, tenaga kebersihan, guru taman kanak-kanak, dll.

Segregasi vertikal ini seolah menggambarkan adanya tangga-tangga yang membedakan

tingkat pekerjaan wanita dan pria. Sedangkan segregasi horizontal menggambarkan pada

kenyataan bahwa pekerjaan wanita berbeda dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh

kaum pria. Segregasi horizontal memberi kesan seakan jenis pekerjaan tertentu relatif tertutup

bagi kaum wanita.

Anggapan tersebut membuat peluang kerja bagi wanita sangat terbatas. Masyarakat

cenderung mengabaikan kemampuan lebih yang dimiliki oleh wanita dan lebih

mempercayakan peluang kerja kepada kaum pria. Masyarakat masih belum bisa benar-benar

memberikan posisi yang sama antara pria dan wanita. Adat peran para wanita untuk menjadi

ibu rumah tangga membuat wanita seolah tidak pantas untuk bekerja. Pandangan-pandangan

mengenai gender tersebut jelas mempersempit peluang kerja wanita dalam sektor publik.

II. 3. Alasan Wanita Memilih Berkarir

Ada banyak hal yang menjadi faktor pendorong mengapa wanita ingin berkarir.

Wanita memiliki peran sebagai ibu rumah tangga yang merupakan peran mutlak yang tidak

bisa dihilangkan begitu saja. Bahkan secara tidak langsung setiap wanita pasti akan menjadi

ibu rumah tangga dan memiliki jiwa keibuan. Secara umum, ada dua faktor yang mendorong

wanita untuk berkarir, yaitu faktor keinginan dan tuntutan. Berikut penjelasan lebih mengenai

faktor-faktor lain, yaitu ekonomi, sosial, dan buadaya.

Page 8: Makalah Peran Wanita

8

II. 3. a. Alasan Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang mendorong

wanita untuk berkarir. Kebutuhan keluarga yang tidak dapat dicukupi oleh seorang suami

akan secara langsung dan tidak langsung menuntut seorang wanita yang menjadi istri untuk

ikut bekerja mencari penghidupan untuk keluarganya. Selain itu, wanita yang merasa

memiliki terlalu banyak kebutuhan tambahan akan sangat tertarik untuk meniti karir agar

kebutuhannya dapat terpenuhi dengan mudah. Wanita merasa mampu dan perlu untuk

memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus sepenuhnya bergantung kepada orangtua

ataupun suami. Alasan tersebut mendorong wanita untuk turut serta terjun ke dunia karir di

samping kehidupan rumah tangganya.

II. 3. b. Alasan Sosial

Alasan atau faktor sosial yang mendorong wanita untuk berkarir umumnya adalah

keinginan untuk ikut serta dalam lingkungan yang aktif. Kebiasaan wanita untuk selalu ingin

berada di lingkungan kalangannya akan mampu membuatnya mengikuti apa yang dilakukan

oleh kalangannya. Jika seorang wanita bergaul dengan para wanita karir, tidak menutup

kemungkinan wanita terseut akan ikut menuai karir juga. Wanita juga ingin memiliki status

sosial yang tinggi, yang salah satu pencapaiannya adalah dengan berkarir. Wanita yang aktif

dalam kehidupannya akan merasa kurang jika ia tidak melakukan karir dan memiliki profesi

tertentu. Selain itu, karir dan profesi akan menambah lingkungan sosial bagi wanita yang

aktif bersosialisasi

II. 3. c. Alasan Budaya

Budaya atau adat yang ada di masyarakat tidak semuanya menuntut para pria untuk

bekerja memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ada budaya yang justru menuntut para wanita

untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga. Adat dan budaya yang seperti ini secara tidak

langsung menuntut dan memaksa wanita untuk bekerja dan berkarir menjadi tulang punggung

keluarganya. Wanita karir yang seperti inilah yang menuai pekerjaannya mungkin dengan

agak sedikit terpaksa. Budaya yang ada membuat wanita secara terpaksa harus berperan

ganda menjadi ibu rumah tangga serta mencari nafkah bagi keluarga.

II. 3. d. Tuntutan Lain-Lain

Tuntutan-tuntutan lain yang membuat wanita berkarir dan berprofesi antara lain

adalah paksaan dari pihak-pihak tertentu. Ada kalanya seorang wanita dituntut untuk

meneruskan suatu karir yang tidak ia inginkan sama sekali hanya untuk menjaga

kelangsungan suatu tujuan. Hal ini jelas merupakan paksaan secara tidak langsung bagi para

wanita.

Page 9: Makalah Peran Wanita

9

II. 4. Hambatan Wanita untuk Berkarir

Ada cukup banyak hambatan bagi wanita untuk berkarir dan menuai karirnya dalam

sektor publik. Hambatan-hambatan tersebut adakalanya dari dalam diri wanita itu sendiri atau

bahkan dari luar hingga pihak-pihak lain yang bersangkutan. Wanita cenderung memiliki

lebih banyak hambatan dan tantangan dalam berkarir dibanding dengan pria. Hambatan

tersebut antara lain adalah karena masih rendahnya peluang yang dimiliki oleh wanita untuk

bekerja dan berusaha, terutama dalam sektor formal. Berbagai sektor masih cenderung

bersifat patriarki, dimana kaum pria lebih mendominasi dibandingkan kaum wanita.

Sedangkan sektor yang bersift matriarki, yaitu didominasi oleh wanita, masih sedikit

berkembang. Kurangnya dan rendahnya akses yang dimiliki perempuan dalam hal sumber

daya ekonomi, seperti teknologi, informasi, pasar, kredit, dan modal kerja juga sangat

menghambat wanita untuk menuai karir. Wanita yang sudah berkeluarga pastilah memiliki

akses yang terbatas dan tergantung dengan keputusan seorang suami.

Hambatan selanjutnya adalah adanya pembagian kerja yang kurang adil antara pria

dan wanita. Wanita yang telah terlibat dalam pekerjaan produksi masih tetap dianggap

menanggung beban reproduksi di dalam rumah tangga secara keseluruhan. Dalam hal ini

perlu adanya kesadaran suami untuk turut membantu istri dalam hal-hal rumah tangga jika

keduanya saling terlibat dalam sektor produksi. Posisi wanita yang terbilang masih dianggap

rendah di mata sosial dan politik juga sedikit mempersulit gerak wanita untuk terus maju.

Juga masih hidupnya anggapan-anggapan bahwa hasil pekerjaan wanita hanyalah sebagai

penghasilan tambahan meskipun penghasilan yang diperoleh mungkin lebih besar.

II. 5. Beban Wanita dalam Berkarir

Dalam berkarir, wanita juga memiliki banyak beban yang masih harus ditanggung

dalam ranah kehidupannya. Beban yang dimiliki oleh wanita karir adalah sesuatu yang

berkaitan dengan tanggung jawab atas pilihannya untuk berkarir. Wanita karir memiliki arti

bahwa dia adalah wanita dengan peran ganda. Ia memiliki dua tanggung jawab yang harus

sama-sama diprioritaskan. Wanita karir masih tetap memiliki tanggung jawab sebagai ibu

rumah tangga dan mengurus segala keperluan keluarga yang ada. Ia masih tetap harus

bertanggung jawab atas suami dan anaknya jika memang sudah berkeluarga. Wanita karir

juga harus tetap menjaga keharmonisan keluarga dan memberikan waktu untuk keluarga.

Beban di ranah keluarga adalah bagaimana seorang wanita mampu menjalankan sebagai

wanita “sejati” dengan baik bagi keluarganya.

Sedangkan dalam karirnya, beban yang diterima sedikit lebih kompleks. Dalam

karirnya, wanita akan menemui lebih banyak konflik dan strata sosial. Hal-hal tersebut akan

menimbulkan banyak permasalahan pula yang akhirnya menjadi beban tersendiri bagi wanita

karir. Wanita, dimanapun keberadaannya haruslah siap dengan berbagai macam godaan, dari

yang kecil hingga yang sangat berbahaya. Oleh karena itu wanita harus mampu menjaga

Page 10: Makalah Peran Wanita

10

dirinya dengan baik. Karena semakin ia terjun ke dunia karir, maka akan seakin banyak pula

permasalahan yang dihadapi. Beban yang menjadi masalah besar adalah jika seorang wanita

tersebut terlalu lupa diri dengan karirnya hingga ia merasa hebat dan menjadi berani terhadap

suaminya. Bagaimanapun juga karir dan keluarga harus sama-sama diperjuangkan.

II. 6. Teori-Teori

Teori Fungsionalisme

Teori ini tidak secara langsung membahas tentang wanita, namun penjelasannya yang

berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas bagian dan saling

berkaitan dan masing-masing ingin mencapai keseimbangan dan keharmonisan. Teori ini

menjelaskan tentang berbedanya peran antara pria dan wanita, yang mana perbedaan tersebut

yang nantinya akan menciptakan pembagian peran sehingga terjadi kesinambungan antara

pria dan wanita dalam membentuk keharmonisan.

Teori Konflik

Teori ini berasumsi bahwa masyarakat tunduk terhadap perubahan yang ada. Setiap

masyarakat terintegrasi pada status yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut kemudian

menimbulkan konflik atas ketidakpuasan terhadap suatu hal. Terjadi pada wanita atau ibu

rumah tangga yang merasa ingin mempunyai profesi tertentu namun terhambat oleh tuntutan

keluarga atau sebagainya. Hal ini jelas menimbulkan konflik terhadap diri wanita itu sendiri

juga terhadap keluarganya.

Teori Feminisme

Teori ini adalah pernyataan tentang pemberontakan kaum wanita terhadap kaum pria

sebagai upaya perlawanan atas pranata sosial yang telah ada. Teori ini merupakan teori

tentang usaha wanita untuk mengingkari kodrat. Contohnya adalah ketidakpuasan wanita

sebagai seorang ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan wajib mengurus anak, mencuci,

mengepel, menyapu dan lainnya. Ketidakpuasan ini melahirkan protes sebagai bentuk

perlawanan atas kewajibannya.

Teori Pertukaran

Pokok pikiran teori pertukaran adalah keinginan manusia untuk selalu berusaha

mencari dan memperoleh keuntungan dalam transaksi sosialnya dengan orang lain. Wanita

juga pasti menginginkan keuntungan yang besar untuk kehidupannya, dengan begitu ia akan

berusaha untuk menuai karir meskipun ia telah menjadi ibu rumah tangga. Keuntungan

tersebut bukan berarti hanya keuntungan material saja, namun bisa juga berupa popularitas

dan lain-lain.

Page 11: Makalah Peran Wanita

11

BAB III

PENUTUP

III. 1. Kesimpulan

Dari wacana di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupannya wanit tidak hanya

berperan sebagai ibu rumah tangga, namun ia masih tetap bisa berkarir sebagaimana yang ia

inginkan. Ada banyak sekali faktor yang mendorong wanita hingga akhirnya ia memutuskan

untuk menjadi wanita karir, ada faktor internal maupn eksternal. Ada juga fktor-faktor

ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya. Wanita yang berkarir tidak boleh lepas tanggung jawab

terhadap keluarga yang sudah dimilikinya. Perannya dalam sektor publik cukup penting,

namun perannya dalam keluarga juga tidak kalah penting.

Telah dijelaskan pula berbagai macam hambatan yang menjadi kendala bagi wanita

untuk berkarir, sehingga membuat wanita berpikir ulang untuk menuai karirnya. Beban-beban

yang ada juga menjadi pertimbangan penting bgi wanita sebelum ia memutuskan untuk

berkarir. Sedangkan teori yang ada membantu merasionalkan hubungan permasalahan ini

dengan aspek-aspek sosiologi yang ada. Teori tersebut membantu kita meninjau

permasalahan ini dari segi sosiologi.

III. 2. Saran

Penulis ingin menyarankan kepada semua pihak untuk turut serta membantu wanita

dalam perannya di sektor publik. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap kendala-

kendala yang menghambat karir wanita dapat sedikit demi sedikit dihilangkan. Penulis juga

berharap para wanita mampu menyadari kemampuannya untuk berkarir disamping

kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Menjadi seorang istri ataupun ibu bukanlah alasan

untuk berhenti berkarir. Penulis juga berharap besar bagi para suami untuk turut menjunjung

tinggi emansipasi wanita dengan memberikan ijin dan kepercayaan kepada istrinya untuk

bekerja. Namun, jangan sampai wanita lalai akan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.

Page 12: Makalah Peran Wanita

12

Daftar Pustaka

Narwoko, J. Dwi & Suyanto, Bagong. 2011. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta:

Kencana.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.