Makalah Psikologi Wanita Keguguran

18
Psikologi pada Wanita Keguguran Pendahuluan A. Latar Belakang Bila seseorang membuat rencana, biasanya rencana itu bersifat optimis dan positif. Bagi mereka yang menginginkan anak dan ingin membentuk keluarga, masa depan yang dibayangkan adalah tentang bayi, kepuasan serta kebahagiaan, bukan rasa sakit, rasa kehilangan ataupun duka yang tak direncanakan dan tak diharapkan. Bila seorang wanita mengalami keguguran, kejadian itu membuat ia syok dan menyalahkan tubuhnya. Hal ini seringkali membuat wanita kehilangan kepercayaan baik terhadap tubuhnya maupun terhadap dirinya sendiri, disamping juga terhadap kehidupan, yang tiba-tiba menyadarkannya bahwa tidak ada kepastian dan jaminan dalam hidup ini. Sementara keguguran secara medis seolah merupakan kejadian kecil, bagi mereka yang mengalaminya, hal itu bisa merupakan pengaruh yang meluas dan menetap. Tidak hanya menghancurkan semua harapan dan rencana yang menyertai realita tersebut. Dibandingkan dengan abad terdahulu, kita hidup pada masa dimana standar hidup dan perawatan medis sudah maju tetapi kemajuan ini bisa membuat kita keliru dengan menduga bahwa setiap kehamilan akan membuahkan bayi cukup usia, yang sehat serta siap untuk menerima seluruh kasih sayang yang kita berikan. Akibatnya, bila kehamilan tidak berlangsung sebagaimana mestinya dan bayi tidak dilahirkan, kita akan merasa sangat ditipu. Banyak yang bahkan tidak menyadari betapa besar tumpuan harapan pada kehamilan tersebut sampai

Transcript of Makalah Psikologi Wanita Keguguran

Page 1: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

Psikologi pada Wanita Keguguran

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Bila seseorang membuat rencana, biasanya rencana itu bersifat optimis dan positif. Bagi

mereka yang menginginkan anak dan ingin membentuk keluarga, masa depan yang

dibayangkan adalah tentang bayi, kepuasan serta kebahagiaan, bukan rasa sakit, rasa

kehilangan ataupun duka yang tak direncanakan dan tak diharapkan. Bila seorang wanita

mengalami keguguran, kejadian itu membuat ia syok dan menyalahkan tubuhnya. Hal ini

seringkali membuat wanita kehilangan kepercayaan baik terhadap tubuhnya maupun terhadap

dirinya sendiri, disamping juga terhadap kehidupan, yang tiba-tiba menyadarkannya bahwa

tidak ada kepastian dan jaminan dalam hidup ini.

Sementara keguguran secara medis seolah merupakan kejadian kecil, bagi mereka yang

mengalaminya, hal itu bisa merupakan pengaruh yang meluas dan menetap. Tidak hanya

menghancurkan semua harapan dan rencana yang menyertai realita tersebut.

Dibandingkan dengan abad terdahulu, kita hidup pada masa dimana standar hidup dan

perawatan medis sudah maju tetapi kemajuan ini bisa membuat kita keliru dengan menduga

bahwa setiap kehamilan akan membuahkan bayi cukup usia, yang sehat serta siap untuk

menerima seluruh kasih sayang yang kita berikan. Akibatnya, bila kehamilan tidak

berlangsung sebagaimana mestinya dan bayi tidak dilahirkan, kita akan merasa sangat ditipu.

Banyak yang bahkan tidak menyadari betapa besar tumpuan harapan pada kehamilan tersebut

sampai kehamilan itu berakhir secara mendadak dan menyakitkan. Setelah itu kita tidak dapat

memandang diri kita atau dunia sekitar kita dengan pandangan yang sama. 

Page 2: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

Landasan Teori

Persalinan (partus) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup

bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Keguguran (abortus) adalah berakhirnya kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau

sebelum kehamilan tersebut 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar

kandungan.

A. Jenis-jenis abortus :

1. Abortus Spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar untuk

mengakhiri kehamilan tersebut. Abortus spontan terdapat beberapa macam yaitu :

a. Abortus Imminen

Terjadi akibat perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sutau

kehamilan. Kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.

b. Abortus Insipien

Perdarahan ringan hingga sedang dimana hasil konsepsi masih berada di kavum uteri.

Kondisi ini menunjukkan bahwa proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut

menjadi abortus inkomplit atau abortus komplit.

c. Abortus Inkomplit

Perdarahan dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis

servikalis.

d. Abortus Komplit

Perdarahan dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.

e. Abortus Habitualis

Keadaan dimana pasien mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Biasanya

disebabkan karena kelainan ovum atau spermatozoa sehingga terjadi pembuahan yang

patologis, serviks inkompeten, rhesus antagonis, kelainan anatomi rahim, malnutrisi,

malfungsi plasenta dan gangguan psikologis.

2. Abortus Buatan

Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk

mengakhiri proses kehamilan (abortus provokatus). Abortus provokatus ada 2 macam yaitu

abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis.

3. Abortus Infeksiosa

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi.

Page 3: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

4. Missed Abortion

Missed abortion adalah perdarahan disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati

hingga perdarahan 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis tidak dapat ditentukan hanya

dalam satu kali pemeriksaan melainkan memerlukan waktu pengamatan dan pemeriksaan

ulangan 

B. Etiologi abortus :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Faktor penyebabnya :

a. Kelainan kromosom

b. Lingkungan di endometrium tempat implantasi kurang sempurna.

c. Pengaruh dari luar : radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya.

2. Gangguan sirkulasi plasenta

Biasanya terjadi pada penyakit hipertensi menahun karena oksigenasi plasenta terganggu

sehingga terjadi gangguan pertumbuhan dan kematian janin.

3. Penyakit ibu

Seperti pnemoni, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan penyakit lain yang dapat

menyebabkan abortus.

4. Kelainan traktus genitalis

a. Kongenital anomali (hipoplasia uteri, uterus bikornis)

b. Kelainan letak uterus (retroversion uteri)

c. Mioma uteri

d. Uterus terlalu cepat regang (kehamilan ganda, mola)

Page 4: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

Tinjauan Kasus

Ibu X berumur 24 tahun dengan G1P0A0 sangat menikmati kehamilannya. Bahkan Ibu X

mengagumi bentuk tubuhnya yang membesar di pantulan kaca etalase toko yang

membuktikan kesuburannya dan bahwa ia akan menjadi ibu. Bayinya seharusnya lahir di

bulan Agustus. Ketika ia sakit seperti gejala flu di bulan Mei, ia tidak khawatir kecuali ketika

ia bangun dari tempat tidur dan perutnya tampak sangat membesar. Ibu X pergi ke klinik

bersalin pada hari Senin untuk membuat janji dan segera dirawat untuk diobservasi. Ibu X

melewatkan hari Senin sampai Sabtu dengan rasa sakit yang tak henti (pada atau diluar

kehamilan tetapi ia tidak mengetahui pada saat itu). Sementara itu ukuran harian

menunjukkan bahwa Ibu X terus membengkak dan ia merasa pusarnya akan meledak keluar

karena tekanan dari dalam. Ibu X diberitahu bahwa karena suatu alasan, cairan ketuban

berlebihan di luar kendali, oleh karenanya ukuran perut membesar dengan cepat. Dokter

enggan untuk mengurangi kelebihan cairan itu karena dokter merasa bahwa tindakan itu akan

memicu kelahiran. Rumah sakit memilih untuk ‘menunggu dan melihat’ perkembangan. Ibu

X melewatkan seminggu berharap untuk yang terbaik dan takut untuk yang terburuk.

Semakin dini Ibu X dan keluarganya diberitahu teantang kenyataan, semakin cepat mereka

menyesuaikan diri. Ibu X merasa bahwa memberi harapan palsu hanya meningkatkan

perasaan tertekan pada saat harapan itu tidak terpenuhi. Usia kehamilan Ibu X sudah

mencapai 27 minggu dan ia ingin bayinya selamat. Tetapi ketika itu baru tahun 1994 dan

fasilitas perawatan khusus masih jarang. Ibu X menghargai perawat yng cukup jujur untuk

memberitahukan bahwa kemungkinan selamat mustahil terjadi pada tahap ini dan Ibu X bisa

mempercayainya karena kejujurannya. Pada hari Sabtu, Ibu X merasa sangat kesakitan. Ibu X

tidak percaya ataupun hormat pada perawat yang mencoba membohongi dengan mengatakan

bahwa rasa sakit yang ia alami hanyalah infeksi ginjal. Ibu X belum pernah melahirkan

sehingga ia tidak tahu bahwa melahirkan bisa menimbulkan nyeri punggung. Yang Ibu X

tahu bahwa menahan rasa sakit itu membuat hari Sabtunya menjadi hari paling panjang,

paling sepi dan paing sakit sepanjang hidupnya.

Suami dan orangtua Ibu X datang berkunjung. Mereka merasa tidak berdaya dan memberi

dukungan semampu mereka lalu pergi. Ibu X hanya sesekali bertemu perawat. Ibu X merasa

ditinggal sendiri untuk mengatasi ‘infeksi ginjal’nya. Pada malam harinya, rasa sakit itu

membuat segala sesuatu menjadi tidak nyata bagi Ibu X. Dalam hati, Ibu X mulai meminta

maaf kepada bayinya, mengatakan bahwa Ibu X sangat menyayangi dan ingin melindunginya

didalam tubuh serta berjanji untuk melawan tubuhnya sekuat mungkin. Dalam benak Ibu X,

bayinya menjawab, memberitahukan bahwa ia adalah seorang anak perempuan,

memberitahukan namanya, memberitahu bahwa ia sangat mengerti mengapa ia harus

Page 5: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

dilahirkan sekarang dan memberitahu agar Ibu X jangan berduka karena ia tidak

membutuhkan hidup ini. Semuanya begitu jelas dan menetramkan bagi Ibu X. 

Pada pukul 22.45 ketuban Ibu X pecah dan membasahi tempat tidur dengan deras. Karena air

ketubannya bertambah tidak terkendali, sambil berbaring Ibu X memencet bel memanggil

perawat. Rambut, pakaian dan tempat tidur basah semua. Ketika perawat dinas malam

datang, ia panik melihat keadaan ibu X. Perawat itu menyuruh Ibu X duduk di tepi tempat

tidur tetapi hal itu justru membuat air ketuban tumpah ke lantai bercampur dengan air dari

vas bunga yang dipecahkan perawat tersebut karena kebingungan. Perawat itu malah

menyuruh Ibu X duduk di kursi dan melepaskan seprai dari tempat tidur. 

Karena persalinan Ibu X tidak terduga maka tidak ada persiapan termasuk dari Ibu X sendiri.

Perawat tidak bisa menemukan arsip Ibu X. Perawat itu juga tidak bisa menemukan dokter

Ibu X. Ibu X belum dimandikan dan diberi pencahar. Pada saat itu, Ibu X tahu ia akan

melahirkan karena ia bisa merasakan kepalanya. Perawat memindahkan Ibu X ke kursi roda

lalu meninggalkan Ibu X sendirian di koridor untuk mencari bantuan karena yakin bahwa

bayi Ibu X akan lahir di kursi roda atau di lantai rumah sakit. Tubuh Ibu X memaksa untuk

mendorong meskipun ia berusaha untuk menahan dengan sangat ketakutan. 

Ketika perawat kembali, mulailah perjalanan ke ruang bersalin. Ibu X ingat wajah terkejut

seorang calon ayah yang masih muda ketika melihat Ibu X didorong melewatinya dalam

keadaan basah kuyup serta menggigil syok dan ketakutan. 

Keadaan tidak membaik setelah sampai di ruang bersalin karena dokter memegang pisau

skapel dan bertanya apakah Ibu X bersedia dilakukan episiotomi. Saat itulah Ibu X

mendorong sekuat tenaga dan melahirkan anak perempuan.

Ibu X tidak pernah benar-benar menatapnya. Dalam keadaan kesakitan, Ibu X melihat sekilas

anaknya sewaktu perawat-perawat menggendongnya serta membungkusnya dengan handuk

lalu dilarikan untuk diberi oksigen. Pada saat itu, seorang perawat kembali dari ruang

resusitasi dengan murung. Ia menjelaskan bahwa jantung bayi masih berdetak setelah

dilahirkan tetapi bayi tidak pernah bisa bernafas dengan tanpa alat bantu dan tidak mungkin

selamat. 

Ibu X langsung mengalami syok. Bayinya telah meninggal. Ibu X merasa tidak ingin lagi

berjuang hidup, Ibu X hanya ingin menyerah dan meninggal bersama bayinya. 

Page 6: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

Pembahasan

Dari ilustrasi kasus di bab sebelumnya, dapat dilihat bahwa Ibu X yang sangat mengharapkan

kehadiran seorang bayi harus mengalami keguguran di kehamilan pertamanya. Sangat

disayangkan Ibu X harus melahirkan tanpa ditemani oleh suami, keluarga atau teman-teman

dekatnya. Yang paling menyedihkan lagi, Ibu X ditangani oleh perawat yang belum

berkompenten dan kurang pengalaman. Pihak rumah sakit juga tidak mau berterus terang

mengenai apa yang sebenarnya dihadapi oleh Ibu X. Siapapun wanita yang mengalami

kejadian seperti Ibu X ini tentu akan merasa sangat terpukul dan frustasi.

Bagaimana wanita memandang kehilangan bayi mereka, tidak selalu berkaitan dengan usia

kehamilan. Sebagian wanita tidak menganggap janin sebagai bayi yang sesungguhnya sampai

hamil tua atau bahkan sampai bayi itu lahir. Yang lain merasa bahwa embrio yang

terkecilpun adalah bayi. Wanita baru bersedih jika mereka mengganggap keguguran mereka

sebagai suatu kehilangan dan sebagian wanita tidak merasa kehilangan dengan menganggap

bahwa keguguran awal tidak lebih dari haid yang terlambat. Karena mereka belum

membentuk keterkaitan emosional dan belum membayangkan embrio atau janin sebagai bayi,

mereka bisa pulih dengan hanya sedikit pengaruh emosional. Jika mereka merasa bahwa ada

yang salah dengan kehamilan mereka dan bahwa keguguran merupakan tindakan alami dan

benar yang dilakukan oleh tubuh mereka maka perasaan kehilangan itu akan diminimalkan.

Besarnya pengaruh keguguran bergantung pada perasaan wanita terhadap calon bayi sebelum

keguguran, disamping juga bergantung pada alasan wanita hamil dan besarnya keterkaitan

emosional. 

Page 7: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

A. Dampak Emosional yang diakibatkan dari peristiwa Abortus adalah :

1. Berduka

Bagi yang merasa keguguran sebagai suatu kehilangan seperti pada kasus ibu X, tentu

akan berduka. Tidak ada reaksi yang benar atau salah dalam kedukaan itu, yang ada

hanyalah reaksi alami. Pada saat tertentu, seorang wanita bisa mengatasinya tetapi

adakalanya tidak. Proses berduka akan berlanjut dalam waktu yang lama. Seberapapun

manusia mencoba untuk ‘tabah’, untuk menekan perasaan, cepat atau lambat duka itu

akan muncul dan manusia harus bisa menghadapinya agar bisa pulih dan melanjutkan

kehidupan berbekal pengalaman. 

Kita semua adalah individu dan reaksi kita mencerminkan diri kita. Merupakan asumsi

yang keliru bila kedukaan, karena mempunyai awal yang jelas, tentu akan mempunyai

akhir yang jelas pula. Kita menganggap pasti akan ada waktu dimana kita bisa berkata,

“Saya telah mengalaminya dan sekarang sudah usai. “ Padahal sesungguhnya kita tahu

bahwa kedukaan tidak mempunyai akhir. Kita bisa belajar untuk menata dan

menyesuaikan kehidupan tetapi tampaknya kedukaan , meskipun telah kita singkirkan,

tetap menjadi bagian dari diri kita. Seperti yang sering dikemukakan semua wanita yang

pernah mengalami keguguran, pengalaman keguguran bukanlah suatu hambatan untuk

‘diatasi’, melainkan merupakan bagian integral dari diri dan bagaimana cara mengatasi

diri sendiri.

2. Mati Rasa dan Syok

Sebagaian besar orang yang secara tiba-tiba mengalami keguguran akan terlalu sibuk

mengatasi trauma fisik. Sementara pengaruh emosional dibiarkan hilang dengan seiring

berjalannya waktu. Menyangkut mati rasa, syok terasa membantu karena dapat bertindak

sebagai anestesi. Pada saat syok itu menghilang, barulah rasa sakit hati itu dimulai.

Seorang wanita mungkin akan mendapatkan obat penenang. Namun obat ini hanya

menunda rasa sakit bukan menghilangkannya. Wanita yang merasa bahwa

memperpanjang masa mati rasa itu bisa membantu harus ingat bahwa bahwa cepat atau

lambat realita kematian bayinya harus dihadapi dan membiarkan kedukaan itu mulai.

Pengaruh alkohol juga bisa membantu mematikan rasa sakit hati untuk sementara waktu,

tetapi sekali lagi pengaruhnya hanya untuk sementara dan bukan solusi untuk jangka

Page 8: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

panjang. Seperti pernah diutarakan seseorang, “Saya minum untuk menenggelamkan

duka saya, tetapi tidak lama kemudian kedukaan itu sudah pandai berenang.”

Respon terhadap syok dan kedukaan yang sesungguhnya cenderung berbeda-beda.

Sebagian mungkin merasa sangat ingin ditemani, merasakan kenyamanan dan dukungan

fisik orang lain di sekitar kita. Namun sebagian mungkin ingin menyendiri untuk

sementara waktu. Emosi yang tidak rasional merupakan salah satu konsejuensi

keguguran.

Bila keguguran terjadi, sebagian wanita mengalami masa singkat dimana berbaur

perasaan lega dan gembira bahwa keguguran itu akhirnya usai dan mereka selamat.

Namun perasaan ini seringkali diikuti oleh masa depresi berat karena kehilangan itu

menjadi nyata. Kehilangan bayi melibatkan kehilangan segala kegiatan yang berhubungan

dengan kelahiran. 

Kekosongan umum dirasakan setelah keguguran baik secara fisik karena bayi tidak lagi

berada di dalam tubuh, maupun secara emosional, yaitu perasaan mati rasa dan syok yang

hanya bisa dirasakan oleh wanita itu sendiri. Bagi sebagian wanita, kekosongan ini bisa

berlangsung lama. Wanita yang keguguran seolah sudah mengesampingkan sebagian

dirinya yang telah disiapkan untuk menerima semua pengalaman dan kenangan yang

ingin dibagi dengan anak-anak mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja hingga dewasa.

Sehingga bila bayi lahir terlalu awal dan tidak selamat, bagian diri wanita tersebut akan

tetap kosong dan tidak bisa terisi kembali.

3. Rasa Tidak Percaya

Untuk sementara waktu, wanita yang mengalami keguguran tidak dapat menerima apa

yang telah terjadi. Bagaimana mungkin hidup berjalan normal, bus-bus melaju, orang-

orang berbelanja sementara dunianya hancur? Keinginan kembali ke waktu dimana

keadaan baik-baik saja dapat teras sangat kuat. Ketika hal itu tidak terpenuhi, wanita

tersebut akan merasa marah dan tidak berdaya. Wanita yang mengalami keguguran yang

tidak disadari atau kerusakan sel telur harus menghadapi realita tambahan yang

sebenarnya. Anggapan bahwa dirinya hamil serta merasa mempunyai hubungan yang

dekat dan komunikasi, ternyata tidak pernah ada. Realisasi yang mengejutkan ini tidak

mengurangi perasaan. Jika bayinya nyata maka rasa kehilangan dan kedukaan juga akan

nyata.

Sebagian dari kesulitan mengatasi rasa tidak percaya ini adalah bahwa naluri alami

seorang ibu tidak mati saat bayinya mati. Banyak yang merasakan kerinduan besar untuk

Page 9: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

menimang bayi yang sudah tiada (terutama bila ASI mengalir) disertai ingin melindungi

bayi dari petaka. Hasrat untuk melindungi ini wajar.ungkapan klise seperti ‘keguguran

adalah cara alami untuk menghilangkan janin yang rusak atau abnormal’ tidak akan

menentramkan. Mendengar calon bayi disebut janin tidak sempurna dan tidak pantas

hidup justru akan memperkuat naluri keibuan.

Naluri keibuan itu pula yang membuat wanita yang mengalami keguguran berat

meninggalkan rumah sakit atau rumah bersalin. Wanita tersebut merasa seolah-olah ia

mengkianati dan menelantarkan bayinya. Sekalipun ia tahu bahwa bayinya telah

meninggal. Bila wanita menyangkal dorongan ini, hal tersebut biasanya akan muncul

dalam bentuk mimpi. Itulah sebabnya mengapa sering terjadi mimpi buruk setelah

keguguran. 

Page 10: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

B. Cara mengatasi dampak emosional akibat keguguran 

1. Mengatasi masalah dari dalam diri

Sebagian besar wanita yang mengalami keguguran tentu akan merasa depresi. Depresi

adalah kemarahan yang dipendam. Kemarahan ini cepat muncul dan hilang. Untuk

mengurangi resiko depresi, mungkin sebaiknya kemarahan ini dilampiaskan dari pada

disangkal atau dipendam. Banyak wanita melakukannya tanpa disadari dengan

mengarahkan perasaaan mereka yang sesungguhnya pada dokter, petugas rumah sakit,

wanita hamil, nasib ataupun Tuhan. Bahkan wajar untuk marah pada bayi yang seolah

menolak ibunya dengan lahir terlalu awal dan pergi begitu saja tetapi dalam hal ini,

wanita cenderung merasa bersalah dan menyangkal amarah tersebut.

Sementara wanita merasa malu dan bersalah karena marah, emosi ini bersifat positif

karena membantu wanita tersebut mengatasi perasaan menjadi korban dan

ketidakberdayaan. Kadang kemarahan terhadap dokter atau petugas kesehatan lainnya

bisa dibenarkan jika penanganan yang mereka berikan tidak selayaknya atau tidak

memadai. Kemarahan itu bisa menjadi motivasi untuk perbaikan mutu perawatan di

kemudian hari.

2. Hubungan persahabatan dapat membantu mengatasi masalah emosional akibat

keguguran.

Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan seseorang yang sahabatnya baru saja

mengalami keguguran. Misalnya dengan memerlihatkan kekhawatiran dan kasih sayang

kepadanya, mendampingi untuk mendengarkan, membantu tugas-tugas kecil, menjaga

anak yang lain atau apapun yang diperlukan saat itu. 

Seringkali teman bersedia membantu, namun sama sekali tidak tahu harus bagaimana.

Padahal mereka bisa saja membantu dengan cara yang praktis, dengan menyiapkan

makanan, mencuci atau berbelanja. Mereka juga dapat membantu secara emosional yakni

dengan membicarakan kejadian itu. Dibutuhkan teman sejati dan berani untuk

melakukannya. 

Page 11: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

3. Peran bidan dalam membantu memulihkan emosi wanita yang mengalami

keguguran

Salah satu realita menyakitkan yang harus diketahui oleh setiap wanita yang mengalami

keguguran adalah bahwa seringkali bila terancam keguguran, sangat sedikit hal yang bisa

dilakukan bidan atau penolong medis lainnya untuk mencegahnya. Ini merupakan situasi

yang sulit karena wanita yang bersangkutan cenderung merasa bahwa bidan atau

dokternya telah mengecewakan mereka dengan tidak melakukan apa-apa. Bidan atau

dokter yang bersangkutan cenderung merasa bahwa wanita itu tidak realistis karena

mengharapkan sesuatu yang tidak dapat terwujud. Dokter, bidan atau perawat dilatih

untuk aktif melakukan sesutau dan keguguran seringkali menghadapkan mereka pada

situasi dimana tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Keadaan ini dapat membuat frustasi

dan menghancurkan hati. Jika ada tindakan yang bisa menyelamatkan kehamilan, tenaga

medis tentu dengan senang hati megambil tindakan. Keguguran tidak hanya membuat

stress wanita yang bersangkutan tetapi juga dokter, bidan dan petugas kesehatan lainnya.

Dapat dipahami bahwa sebagian bidan dan dokter merasa perlu membuat jarak, tidak

hanya untuk mempertahankan efisiensi, tetapi juga sebagai pelindung diri melawan

keterlibatan sakit hati dan stress. Namun seperti halnya orang yang telah mengalami

keguguran, mereka perlu menyeimbangkan kepedulian dan perhatian. Sebagian besar

dokter dan bidan peduli tetapi yang dibutuhkan adalah agar pasien melihat bahwa mereka

peduli. 

Page 12: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar orang menganggap bahwa keguguran adalah masalah yang tidak pantas

dibicarakan.

2. Penyebab keguguran adalah multifaktor.

3. Keguguran mengakibatkan luka emosional yang mendalam di hati setiap wanita yang

menginginkan kehamilan.

4. Keguguran mengakibatkan rasa bersalah di hati wanita yang mengalaminya.

5. Usia kehamilan saat keguguran tidak berpengaruh pada intensitas duka yang

diakibatkan oleh peristiwa keguguran.

6. Mengatasi kesedihan akibat kehilangan bayi dapat dilakukan dengan beragam cara.

7. Peran bidan atau tenaga medis lainnya sangat penting dalam membantu memulihkan

mental wanita yang mengalami keguguran.

B. Saran

1. Wanita yang baru saja mengalami keguguran perlu mendapat dukungan baik itu dari

pihak keluarga, sahabat dan tenaga medis.

2. Rumah sakit atau rumah bersalin perlu meningkatkan pelayanannya untuk

meminimalisasi angka keguguran dewasa ini.

3. Masyarakat perlu lebih terbuka dalam membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan

masalah keguguran.

4. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang dekat dengan masyarakat sekitar hendaknya

dapat menjadi sosok yang membantu meringankan duka wanita yang baru mengalami

keguguran.

Page 13: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

Daftar Pustaka

Murphy, Sarah. 2000. Keguguran : Apa yang Perlu Diketahui. Jakarta : Ardan

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Page 14: Makalah Psikologi Wanita Keguguran

Psikologi

Perubahan Psikologi Wanita Keguguran

NAMA kelompok :

1. Selvi zelandari

2. Siska linggasari

3. Sumarni

4. Tika bela sari

5. Tika pramitha

6. Wahyuni adha

7. Wenti novika sari

8. Yesi anggraini

9. Yosena septiana

10. Zone asia alva berty

DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU

POLTEKKES PROVINSI BENGKULU

TAHUN AJARAN 2010/2011

Page 15: Makalah Psikologi Wanita Keguguran