Makalah Pengling Bab i
-
Upload
alfiani-rachmawati -
Category
Documents
-
view
59 -
download
7
description
Transcript of Makalah Pengling Bab i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tempat makhluk hidup tinggal disebut dengan lingkungan. Lingkungan terbagi menjadi
dua macam yaitu lingkungan abiotic dan lingkungan biotik. Lingkungan biotik yang melingkupi
manusia berupa hewan dan tumbuhan yang ada di sekitar makhluk hidup sedangkan lingkungan
abiotik terdiri dari tanah, air, udara. Berbagai macam interaksi makhluk hidup terjadi pada
lingkungan tersebut. Interaksi yang terjadi antara makhluk hidup ini berdampak pada
lingkungan sekitarnya. Dampak yang terjadi ini bisa berupa dampak positif maupun dampak
negatif. Namun kenyataan yang terjadi , hasil interaksi makhluk hidup terutama interaksi dari
aktivitas manusia lebih banyak menimbulkan dampak negative. Sehingga untuk meminimalisir
dampak negatif tersebut diperlukan suatu langkah ataupun metode yang dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang muncul. Satu langkah yang dapat dilakukan adalah
mempelajari ilmu lingkungan sehingga manusia dapat memiliki pengetahuan dan bertindak
sesuai dengan kodratnya.
Berdasarkan penjelasan diatas kami ingin memaparkan dasar dari ilmu lingkungan atau
pengetahuan lingkungan dalam makalah yang kami beri judul “Pengertian Wawasan Lingkungan
dan Permasalahan Lingkungan beserta Solusinya”. Makalah ini juga untuk memenuhi tugas mata
kulliah Pengetahuan Lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah pengertian dari wawasan lingkungan itu?
1.2.2 Apa saja permasalahan lingkungan dan bagaiamana solusinya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari wawasan lingkungan.
1.3.2 Mengetahui berbagai macam permasalahan lingkungan dan solusinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Wawasan Lingkungan
Kalimat ‘wawasan lingkungan’ memiliki dua kata yaitu ‘wawasan’ dan ‘lingkungan’.
Pengertian wawasan secara etimologi adalah pandangan, penglihatan, tinjauan dan tanggapan.
Wawasan dalam arti yang lebih luas adalah suatu pandangan selain menunjukkan kegiatan untuk
mengetahui isi, juga melukiskan cara pandang, cara tinjau atau cara pandang indrawi. Sedangkan
kata lingkungan sendiri memiliki banyak pengertian. Lingkungan menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Poerwadarminta (Neolaka;2008;25) adalah berasal dari kata lingkung yaitu
sekeliling, sekitar. Lingkungan adalah bulatan yang melingkupi atau melingkari, sekalian yang
terlingkung disuatu daerah sekitarnya. Kemudian Chiras (Neolaka;1991) menyatakan bahwa
lingkungan menunjukkan keluasan segala sesuatu meliputi air, binatang, dan mikro organisme
yang mendiami tanah itu. Jadi lingkungan termasuk segala komponen yang hidup dan tidak
hidup, interaksi antar sesama komponen. Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk didalamnya
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lainnya.
Sedangkan arti lingkungan menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa
lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan
manusia baik langsung maupun tidak langsung.
2
Dari penjelasan dan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
wawasan lingkungan adalah cara pandang, penglihatan, tinjauan, dan tanggapan manusia berupa
perilaku terhadap semua benda, daya keadaan, makhluk hidup (hewan dan tumbuhan)
disekitarnya yang saling berinteraksi dan berpengaruh langsung terhadap kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia itu sendiri. Kemudian tanggapan, cara pandang, dan
tinjauan manusia ini dirangkum dalam beberapa disiplin ilmu, seperti geografi, ekonomi,
meteorology, hidrologi, pertanian, perikanan dan disiplin ilmu lainnya. Berbagai macam ilmu
yang menyangkut masalah lingkungan tersebut lebih ditekankan pada ke dalam kategori variabel
yang serupa yaitu energi, materi, ruang, waktu, dan keanekaragaman.
Wawasan lingkungan memiliki nama lain ilmu lingkungan. Ilmu lingkungan dapat juga
dianggap sebagai titik pertemuan ‘ilmu murni’ dan ‘ilmu terapan’. Ilmu lingkungan sebenarnya
ialah ekologi (‘ilmu murni’ yang mempelajari pengaruh factor lingkungan terhadap jasad
hidup), yang menerapkan berbagai asas dan konsepnya kepada masalah yang lebih luas, yang
menyangkut pula hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam ilmu lingkungan jelas
menunjukkan bahwa asas dan konsep ‘ilmu murni’ seperti ekologi ternyata berlaku pula untuk
menanggulangi masalah yang praktis. (Soeriaatmadja, R. E., 1997). Jadi dapat dikatakan bahwa
ilmu ekologi sebagai dasar bagi ilmu lingkungan.
Suatu ilmu yang sudah berkembang dan mengeluarkan banyak hasil, model, dan teori
yang semakin meningkat jumlahnya seperti ilmu lingkungan ini harus didasari oleh asas yang
kokoh dan kuat. Asas dasar ilmu lingkungan ini terdiri dari (Soeriaatmadja, R. E., 1997).:
1. Semua energy yang memasuki sebuah organisme hidup populasi atau ekosistem dapat
dianggap sebagai energy yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu
bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang, dhancurkan, atau diciptakan.
2. Tidak ada sistem pengubahan energy yang betul-betul efisien.
3. Materi, energy, ruang, waktu, dan keanekaragaman, semuanya termasuk kategori
sumber alam.
4. Untuk semua kategori alam, kalau pengadaannya sudah mencapai optimum, pengaruh
unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu sampai ke suatu 3
tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang
menguntungkan lagi. Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan
waktu) kenaikan pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan
berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak
gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan
sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
5. Ada dua jenis sumber alam, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang
penggunaan seterusnya, dan yang tak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya,
cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang
‘mudah diramal’.
8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung
kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
9. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomassa dibagi
produktivitas.
10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomassa dengan produktivitas
(B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap
(belum dewasa).
12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung kepada kepentingan
relatifnya di dalam keadaan suatu lingkungan.
13. Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat
menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
4
14. Derajat pola keteraturan turun-naiknya populasi bergantung kepada jumlah keturunan
dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
2.2 Permasalahan Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal manusia dibagi menjadi 3 unsur pokok yaitu air, tanah dan
udara. Air, tanah dan udara saling menyokong keberlangsungan hidup makhluk hidup tak
terkecuali manusia. Komposisi ketiga unsur lingkungan tadi dapat berubah oleh campur tangan
manusia hewan maupun tumbuhan. Kondisi lingkungan yang berubah tadi dapat menyebabkan
ketidakseimbangan lingkungan sehingga dapat merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Sebagian besar ketidakseimbangan kondisi lingkungan disebabkan oleh ulah manusia. Pada
awalnya mungkin apa yang dilakukan oleh manusia pada masa lalu lebih buruk daripada dari
manusia masa kini. Tetapi yang membedakan pada masa lalu jumlah manusia masih sedikit
sehingga kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia masih dalam batas toleransi alam dan alam
dapat memperbaharuinya. Tetapi pada saat ini jumlah manusia semakin banyak sehingga
akumulasi kesalahan dalam mengelola lingkungan sudah tidak dapat di toleransi oleh alam, dan
pengembaliannya diperlukan waktu yang cukup lama.
Ketidakseimbangan lingkungan menyebabkan timbulnya permasalahan lingkungan.
Menurut Johnson permasalahan lingkungan disebabkan oleh tiga hal utama yang disebut dengan
segitiga kritis, yaitu :
1. Pertumbuhan penduduk yang terus melaju
2. Kebutuhan energi yang terus meningkat
3. Pencemaran yang makin mencemaskan (Johnson, 1997 dalam Tanjung, 1985)
Menurut pendapat kelompok kami, penyebab nomor satu yang menyebabkan faktor nomor 2 dan
faktor nomor tiga terjadi. Masalah pertumbuhan penduduk merupakan permasalahan sosial yang
paling mendesak di negara yang tergolong negara berkembang dan negara terbelakang. Dimana,
umumnya negara tersebut memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pertumbuhan
jumlah penduduk yang terlalu cepat akan menimbulkan permasalahan yang kompleks, yaitu
5
semakin besar jumlah kebutuhan pangan, sandang, papan, kesempatan kerja, kebutuhan akan
hiburan dan sebagainya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk
yang relative besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
tercatat 237,6 juta jiwa. Jumlah ini bertambah sekitar 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk
sebelumnya yang tercatat di tahun 2000. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melaporkanhal
ini dalam Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka HUT ke-65 Proklamasi Kemerdekaan
RI, Senin (16/8/2010) di Gedung Kura-Kura MPR/DPR/DPD RI (Caroline Damanik, dan Glori
K. Wadrianto, 2010 dalam Ali Hanapiah Muhi, 2011).
2.2.1 Pencemaran Lingkungan
Jumlah penduduk yang semakin meningkat di Indonesia ini tidak diimbangi dengan
kemajuan kualitas lingkungan hidup manusia, sehingga menyebabkan munculnya
permasalahan lingkungan yaitu pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan adalah
terdapatnya bahan-bahan berbahaya bagi kelangsungan kehidupan komponen-komponen
biotik di dalam lingkunganna. Dilihat dari esensinya dalam peristiwa pencemaran
lingkungan, selalu terdapat empat factor yaitu bahan, lingkungan, manusia, dan gangguan.
Secara singkat pengertian pencemaran lingkungan ialah peristiwa terdapatnya bahan di
dalam lingkungan dengan kadar tertentu sehingga mengganggu kesejahteraan manusia.
Bahan di dalam pengertian ini adalah materi yang dapat berupa makhluk hidup, unsur,
senyawa, energy dan benda-benda lain yang kemudian disebut sebagai pencemar atau
polutan. (Soebagio, 1997). Definisi tersebut sudah sesuai dengan pengertian pencemaran
pada Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab
1, Pasal 1, poin 12 yang berbunyi Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Kemudian syarat-syarat suatu zat disebut polutan atau pencemar apabila
keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup, hal ini dapat terjadi
jika terdapat pada kondisi : (1) Jumlahnya melebihi jumlah normal ; (2) Berada pada waktu
6
yang tidak tepat ; (3) Berada pada tempat yang tidak tepat. Berdasarkan unsur penyebabnya,
menurut Soebagio (1997) pencemaran lingkungan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pencemaran Kimiawi, bila penyebabnya berasal dari bahan kimia. Misalnya hasil
pembakaran, limbah industry, limbah rumah tangga, tumpahnya bahan bakar minyak bumi
di laut, kebocoran bahan kimia selama proses industri berlangsung.
b. Pencemaran biologis, bila penyebabnya berasal dari makhluk hidup, seperti
pencemaran yang disebabkan oleh bakteri, virus, insekta, cacing dan protozoa.
c. Pencemaran fisik, bila penyebabnya berasal dari bahan pencemar yang lebih
menonjol bahan baku yang mempunyai sifat fisik misalnya sampah, debu, pencemaran suhu
dan sebagainya.
Sedangkan berdasarkan jenis sumberdaya atau sasaran pencemarannya, pencemaran
diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu pencemaran udara, pencemaran air, dan
pencemaran tanah.(Soebagio, 1997) Penjelasan mengenai masing-masing pencemaran
sebagai berikut :
1. Pencemaran Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan- bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta
berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat menggangu kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan. Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingan
komposisinya tidak tetap tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan
lingkungan sekitarnya. Dalam udara terdapat komponen-komponen penyusun yang sangat
esensial bagi kehidupan makhluk hidup seperti oksigen untuk bernafas, karbondioksida
untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun tumbuhan dan ozon untuk menahan sinar ultra
violet. Komposisi udara bersih dan kering kira-kira tersusun oleh nitrogen 78,09%,
oksigen 21,94%, argon 0,93%, karbondioksida 0,032% dan gas-gas lain yang terdapat dalam
udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen oksida, hydrogen, methane, belerang dioksida,
ammonia dan lain lain. Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan
normal , akan menggangu kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.
7
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam yakni karena faktor internal
(secara alamiah) dan faktor eksternal (karena ulah manusia). Contoh faktor internal yaitu
debu yang bertebangan akibat tiupan angin, abu yang di keluarkan dari letusan gunung
berapi beserta gas-gas vulkanik, proses pembusukkan sampah organik dan lain-lain. Contoh
dari factor kedua yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil, debu/serbuk dari kegiatan
industri dan pemakaian zat-zat kimia yang di semprotkan ke udara.
Biasanya udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan
teknologi serta lalu lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi. Udaranya
kotor terkena macam-macam pencemar. Komponen yang paling berpengaruh dalam zat
pencemar di daerah perkotaan yaitu karbon monoksida, nitrogen oksida, belerang oksida,
hidro karbon dan partikel. Komponen pencemar udara tersebut bisa mencemari udara
sendiri-sendiri atau dapat mencemari udara secara bersama-sama.
2. Pencemaran Air
Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Air yang bersih sangat
dibutuhkan oleh manusia baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri
untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan sebagainya. Dewasa
ini air menjadi masalah yang perlu di perhatikan dengan saksama karena keberadaan air
yang relatif bersih sudah sulit di dapatkan, pencemaran air terjadi dimana-mana. Air sudah
banyak tercemar oleh berbagai macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah
rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainya.
Air tercemar apabila air tersebut telah menyimpang dari keadaan normalnya.
Keadaan normal dan ukuran air disebut bersih tergantung pada faktor penentu, yaitu
Kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air sehingga memiliki standar yang berbeda-beda.
Kegunaan air dapat meliputi air untuk minum, air untuk keperluan rumah tangga, air untuk
industri, air untuk mengaliri sawah, air untuk kolam perikanan dan lain-lain. Sedangkan
berdasarkan asal sumber air, air dibedakan menjadi air dari mata air di pegunungan, air
danau, air sungai, air sumur, air hujan, dan lain-lain. (Widyawati, 2013). Standar air untuk
8
konsumsi minum tentu berbeda dengan standar air untuk mengaliri sawah, Jadi standar air
bersih bergantung pada kegunaan dan asal sumbernya,
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan
atau tanda yang dapat di amati melalui adanya perubahan suhu air, adanya perubahan pH
atau konsentarsi ion Hidrogen, adanya perubahan warna,bau dan rasa air, timbulnya
endapan, koloidal, bahan terlarut, adanya mikroorganisme, dan meningkatnya radioaktivitas
air lingkungan. Tanda atau perubahan tersebut menunjukkan bahwa air sudah tercemar.
(Widyawati, 2013)
Erat kaitanya dengan masalah indikator pencemaran air seperti pada uraian di atas,
ternyata komponen pencemaran air ikut menentukan bagaimana indikator tersebut bisa
terjadi. Komponen pencemaran air di kelompokan sebagai berikut : (1) bahan buangan
padat, (2) bahan buangan organik, (3) bahan buangan anorganik, (4) bahan buangan olahan
bahan makanan, (5) bahan buangan cairan berminyak, (6) bahn buangan zat kimia, (7)
bahan buangan berupa panas. (Widyawati, 2013)
Bahan pencemar adalah jumlah berat zat pencemar dalam satuan waktu tertentu yang
merupakan hasil perkalian dari kadar pencemar dengan debit limbah cair (SK Gub. No.61
tahun 1999). Parameter yang digunakan untuk mengukur kadar bahan pencemar
antara lain :
a. BOD (Biochemical Oxygent Demand)
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan
secara biologis (G. Alerts dan SS Santika,1987).
b. COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis
yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
c. TSS (Total Suspended Solid)
9
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam limbah setelah
mengalami penyaringan dengan membrane berukuran 0,45 mikron (Sugiharto, 1987)
Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui ke kuatan pencemaran air
limbah domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air
(BAPPEDA, 1997).
d. MPN Coliform
Untuk mengetahui jumlah Coliform didalam contoh biasanya digunakan metode MPN
(Most Probable Number) dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik bila
dibandingkan dengan metode hitungan cawan karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi
Coliform dalam jumlah yang sangat rendah di dalam contoh.
3.Pencemaran daratan (tanah)
Tanah merupakan sumber daya alam yang mengandung benda organik dan
anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Sebagai faktor produksi
pertanian tanah mengandung hara dan air, yang perlu di tambah untuk pengganti yang habis
dipakai. Pencemaran tanah berdasarkan proses terjadinya dibedakan menjadi dua macam,
sebagai berikut :
1. Pencemaran secara langsung. Misalnya karena menggunakan pupuk secara
berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat
di uraikan seperti plastik.
2. Pencemaran secara tidak langsung dapat melalui air dan udara. Air yang
mengandung bahan pencemar (polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga
menggangu jasad yang hidup di dalam atau di permukaan tanah. Pencemaran juga dapat
melalui udara, udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan
pencemar ini, akibatnya tanah akan tercemar juga. Daratan mengalami pencemaran apabila
ada bahan-bahan asing, baik yang bersifat organik maupun anorganik, berada di permukaan
tanah yang menyebabkan daratan menjadi rusak, tidak dapat memberikan daya dukung bagi
kehidupan manusia. Dalam keadaan normal daratan harus memberikan daya dukung bagi
10
kehidupan manusia, baik untuk pertanian, peternakan, kehutanan, maupun untuk
pemukiman. Apabila bahan-bahan asing tersebut berada lama di daratan dalam jangka
waktu yang lama akan menimbulkan gangguan terhadap kehidupan manusia, hewan,
maupun tumbuhan, maka dapat dikatakan bahwa dataran telah mengalami pencemaran.
Kalau hal ini terjadi maka kenyamanan hidup, yang merupakan sasaran peningkatan kualitas
hidup tidak dapat tercapai. (Widyawati, 2013)
Pencemaran daratan relative lebih mudah diamati di bandingkan dengan pencemaran
udara maupun pencemaran air. Secara garis besar pencemaran daratan berdasarkan factor
penyebabnya dapat disebabkan oleh: (1) Faktor internal, yaitu pencemaran yang disebabkan
oleh peristiwa alam, seperti letusan gunung berapi yang memuntahkan debu, pasir, batu dan
bahan vulkanik lainya yang menutupi dan merusakan daratan sehingga daratan menjadi
tercemar. Pencemaran karena faktor internal ini tidak terlalu menjadi beban pemikiran
dalam masalah lingkungan karena dianggap sebagai musibah bencana alam. (2) Faktor
eksternal, yaitu pencemaran daratan karena ulah manusia. Pencemaran daratan karena faktor
eksternal merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar
daratan tetap dapat memberikan daya dukung alamnya bagi maunusia. (Widyawati, 2013)
2.2.2 Dampak Pencemaran Lingkungan
Dampak pencemaran lingkungan ini meliputi dampak pencemaran udara, air dan
tanah. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Dampak Pencemaran Udara
Dampak pencemaran udara saat ini merupakan masalah yang serius yang dihadapi
oleh Negara-negara industri. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemara udara ternyata
sangat merugikan. Pencemaran tersebut tidak hanya mempunyai akibat langsung terhadap
kesehatan manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan lainya,seperti hewan,
tumbuhan, bangunan gedung dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1980, kematian yang disebabkan oleh
pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51.000 orang. Angka tersebut cukup
11
mengerikan karena bersaing keras dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit
jantung, kanker, AIDS dan lain sebagainya. Menurut para ahli, pada sekitar tahun 2000-
an kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara mencapai 57.000 orang per
tahunya.Selama 20 tahun angka kematian yang disebabkan oleh pencemaran udar naik
mendekati 14% atau meendekati 0,7% per tahun. Selain itu kerugian materi yang
disebabkan oleh pencemaran udara, apabila diukur dengan uang dapat mencapai 12-16
juta US dollar per tahun. Suatu angka yang sangat berarti bila dibelanjakan untuk
keperluan kesejahteraan umat manusia.
2. Dampak Pencemaran Air
Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia.
Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa, air tidak bermanfaat lagi
dan air menjadi sebab timbulnya penyakit. Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat
pencemaran air merupakan kerugian yang terasa secara langsung oleh manusia. Bentuk
kerugian langsung ini berupa: (1) Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah
tangga, (2) Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri, (3) Air tidak dapat
digunakan untuk keperluan pertanian.
Air yang menjadi penyebab penyakit karena air lingkungan kotor dapat
menimbulkan kerugian yang lebih dalam lagi yaitu kematian. Kematian dapat terjadi
karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air telah menjadi sebab berbagai macam
penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air dapat berupa: (1)HepatitisA,
(2)Polliomyelitis, (3)Cholera, (4)Typhus Abdonalis, (5)Dysentri Amoeba, (6)Ascariasis,
(7)Trachoma, (8)Scabies, (9)Keracunan Kadmium, (10)Keracunan Air Raksa,
(11)Keracunan Bahan Insektisida. Pencemaran yang menyebabkan kerugian yang besar
akan terjadi apabila tidak ada pengawasan secara ketat terhadap pengolahan limbah.
3. Dampak Pencemaran Daratan (Tanah)
Bentuk dampak pencemaran pencemaran daratan bergantung pada komposisi
limbah padat yang dibuang serta jumlahnya. Bentuk dampak pencemaran daratan dapat
12
berupa dampak langsung dan dampak tidak langsung. Dampak langsung akibat
pencemara daratan ini adalah adanya timbunan limbah padat dalam jumlah besar yang
akan menimbulkan pemandangan tidak sedap, kotor dan bau. Kondisi ini biasanya
muncul di TPA. Timbunan sampah yang menggunung karena belum diolah menyebabkan
pemandangan disekitar tempat tersebut menjadi kumuh dan kotor. Kesan kotor ini dapat
berpengaruk pada psikis penduduk disekitar tempat pembuangan tersebut.
Sedangkan dampak tak langsung akibat pencemaran daratan contohnya yaitu
berkembangbiaknya nyamuk. Hal ini antara lain disebabkan karena limbah padat yang
dibuang manjadi sarang nyamuk. Limbah padat yang berupa kaleng, ban dan lain-lainya,
bila hujan dapat terisi air kemudian menjadi tempat nyamuk bertelur dan
berkembangbiak. Baik tikus, lalat dan nyamuk adalah binatang yang dapat menimbulkan
penyakit seperti penyakit pes, kaki gajah, malaria dan demam berdarah.
2.2.3 Contoh Permasalahan Lingkungan di Berbagai Bidang Kehidupan yang
disebabkan oleh Ulah Manusia
a. Bidang Pertanian
Pembangunan pertanian yang telah dilakukan ternyata telah menuai kegagalan dari sisi
lingkungan, karena pada awalnya pertanian sebagai sumber kehidupan sebagian besar
masyarakat Indonesia, kemudian ditata seiring terus meningkatnya jumlah penduduk dengan
sistem “panca usahatani”, ternyata dalam waktu 20 tahun sistem tersebut tidak dapat
berlanjut, karena muncul berbagai jenis penyakit dan hama baru yang memiliki kekebalan
pada berbagai jenis racun tanaman. Biota air tawar musnah akibat pestisida yang digunakan
sehingga kualitas generasi muda petani menurun akibat pasokan protein ikan yang biasa
dikonsumsi masyarakat petani berkurang. Muncul berbagai penyakit baru di masyarakat
petani karena banyak mengkonsumsi pangan yang telah tercemari oleh pertisida dan pupuk
pemacu pertumbuhan tanaman. Kualitas air permukaan dan air tanah terus menurun karena
banyak tercemari oleh pestisida dan pupuk yang digunakan, sehingga petani harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk penyediaan air bersih. Kualitas perairan laut terus
13
menurun karena muara sungai banyak tercemari air yang berasal dari daerah pertanian.
(Darsiharjo, 2014)
Hayu Parasati (Direktur Perkotaan dan Pedesaan Kementrian Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2010) mengungkapkan fakta bahwa sebanyak 110 ribu hektar lahan
pertanian terancam dialih fungsikan menjadi lahan nonpertanian tiap tahun. Jika ini terus
berlanjut, dikhawatirkan lahan pertanian irigasi akan semakin menyusut dari 7,3 juta hektar
saat ini menjadi 4,3 juta hektar. Pertumbuhan peduduk membawa konsekuensi pula terhadap
peningkatan dan pertumbuhan permukiman dan perkotaan, pertumbuhan industry dan
pariwisata. (Muhi, 2011)
b. Kehutanan
Sektor kehutanan pada awalnya merupakan sektor yang paling diandalkan dalam
pembangunan, sehingga pengeksploitasian sumberdaya hutan terus menerus tanpa
mempertimbangkan aspek daya dukungnya. Manusia lupa bahwa untuk membentuk hutan
yang dapat dimanfaatkan kayunya diperlukan waktu ratusan tahun, sementara menebangnya
hanya dibutuhkan waktu beberapa saat saja. Sehingga pemulihan hutan hampir tidak
mungkin terjadi. Dampaknya saat ini dapat dilihat, kerusakan hutan dimana-mana dan
bencananya telah merusak penduduk dan masyarakat yang ada disekitarnya. Berbagai
bencana yang timbul akibat penebangan liar diantaranya banjir, tanah longsor, punahnya
hewan-hewan tertentu dan suhu lingkungan yang semakin meningkat. (Darsiharjo, 2014)
c. Industri danTransportasi
Industri dan transportasi merupakan kebutuhan yang bergandengan untuk menunjang
kehidupan masyarakat saat ini. Karena banyak manfaat yang dapat dihasilkan baik secara
langsung manupun tidak langsung. Tetapi sampai saat ini efisiensi pemanfaatan bahan baku
untuk industri dan pemakaian bahan bakar untuk proses industri dan transportasi masih
belum seimbang. Sehingga polusi dan pengurasan sumberdaya alam terus berlangsung
akibatnya kualitas udara, air, dan tanah terus menurun yang ujung-ujungnya kualitas hidup
14
manusia juga menurun yang ditunjukkan dengan penyakit yang semakin variatif dan
mengejutkan. (Muhi, 2011)
d. Meningkatkan Kebutuhan Air Bersih dan Kualitas serta Degradasi Lahan
Sirkulasi air setiap waktu tidak merata di permukaan bumi karena tekstur dan
struktur tanah yang berbeda sesuai dengan kondisi geografis masing-masing daerah. Hal ini
mengakibatkan jumlah air yang terdapat pada setiap wilayah dan setiap waktu tidak sama.
Bisa saja di suatu wilayah terjadi kebanjiran, tetapi sebaliknya di wilayah lain terjadi
kekeringan. Jumlah air yang terdapat di bumi diperkirakan sekitar 1,3 - 1,4 milyar km3
(Jumin, H.B., 1989 dalam Muhi, 2011).
Tanah merupakan prasarana utama sebagai tempat berbagai aktivitas manusia dan
sekaligus penyedia berbagai bahan dasar kebutuhan umat manusia. Tanah merupakan salah
satu sumber daya alam yang bersifat multi fungsi. Pada awalnya sebelum tanah secara
meluas dieksploitasi dan diperlukan sebagai tempat usaha yang produktif, para peternak
(ternak sapi, kerbau, domba, dan lain-lain). Dapat membiarkan hewan ternaknya lepas secara
bebas untuk mencari makan di atas permukaan bumi yang luas. Setelah manusia mengenal
system bercocok tanam, maka tanah dibutuhkan sebagai tempat bercocok tanam. Ternak
piaraan mulai dibatasi kebebasannya mencari makanan secara bebas. Tanah mulai dikuasai
secara pribadi oleh individu masyarakat.
Kualitas lahan saat ini terus merosot akibat adanya kesalahan dalam mengelola dan
pencemaran industri dan transportasi. Daerah pedataran yang tadinya identik dengan daerah
pesawahan sekarang banyak yang dialih fungsikan menjadi kawasan industri dan
pemukiman. Pada lahan sawah yang masih bertahan harus memikul akibatnya dengan
pengairan yang sudah tercemar dengan limbah industri sehingga selain produksinya merosot
juga hasilnya telah tercemar yang jika dijual harganya jatuh dan tidak layak untuk
dikonsumsi. Degradasi fisik lahan terjadi sangat intensif sehingga banjir, pelumpuran, dan
sedimentasi di bagian hilir terus terjadi. Dampaknya air permukaan tidak dapat
dimanfaatkan, air tanah semakin sedikit, areal pertanian rusak oleh genangan dan lumpur,
produktivitas terus menurun. Dampaknya beban pemerintah dan masyarakat semakin tinggi
15
karena bantuan pangan dan kemanusian untuk daerah hilir harus mengalir, dan bantuan
penghijauan/reboisasi dibagian hulu harus didahulukan.
Dalam perkembangannya, tanah menjadi sesuatu barang yang berharga dan memiliki
nilai ekonomi. Sebagai sumber daya alam, tanah merupakan factor produksi yanga sangat
penting dan strategis. Namun dalam kepemilikan atau penguasaan tanah sebagai factor
produksi luasnya mengalami penyusutan, yang semakin hari semakin mengecil dibandingkan
dengan jumlah penduduk di muka bumi. Fenomena ini muncul karena luas daratan di
permukaan bumi tidak mengalami penambahan, sedangkan jumlah penduduk semakin hari
semakin bertambah banyak. Seperti yang diungkapkan oleh Hayu Parasati (Direktur
Perkotaan dan Pedesaan Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2010)
mengungkapkan fakta bahwa sebanyak 110 ribu hektar lahan pertanian terancam dialih
fungsikan menjadi lahan nonpertanian tiap tahun. Jika ini terus berlanjut, dikhawatirkan
lahan pertanian irigasi akan semakin menyusut dari 7,3 juta hektar saat ini menjadi 4,3 juta
hektar. Pertumbuhan peduduk membawa konsekuensi pula terhadap peningkatan dan
pertumbuhan permukiman dan perkotaan, pertumbuhan industry dan pariwisata.
g. Limbah Industri
Industri pembuatan tahu POO merupakan salah satu industry pembuatan tahu terbesar
yang ada di Kota Kediri yang terletak di Jalan Yos Sudarso Kota Kediri, industry pembuatan
tahu POO ini sudah ada sejak tahun 1976. Meskipun industry pembuatan tahu ini sudah ada
sejak lama, instansi yang berwenang tetap harus melakukan pengawasan terhadap industry
pembuatan tahu POO tersebut. Oktober 2011, sedikitnya 125 warga Kota Kediri yang
bertempat tinggal di sekitar Jalan Yos Sudarso dimana industry pembuatan tahu POO berada,
menderita gangguan pernapasan akibat bau tak sedap yang timbul dari limbah industry
pembuatan tahu POO. (Putra, 2013)
2.2.4 Solusi Pencemaran Lingkungan
Masalah lingkungan adalah masalah kolektif, artinya hanya dapat diatasi dan
ditanggulangi secara kolektif (bersama-sama) walaupun penyebabnya mungkin oleh
sekelompok (masyarakat) kecil atau oleh individu (perorangan) tertentu. Begitu pula
16
kesalahan yang dilakukan oleh kelompok atau individu tertentu dampaknya malah
dibebankan pada kelompok masyarakat lain yang tidak berdosa. (Darsiharjo, 2013) Sehingga
penanganan pencemaran lingkungan membutuhkan kontribusi dari pihak pemerintah,
masyarakat, aparat pemerintahan dan pelajar / mahasiswa.
Usaha penanggulangan dampak pencemaran lingkungan tersebut ada 2 macam cara
utama, yaitu penanggulangan secara non teknis dan penaggulangan secara teknis. Contoh
penanggulangan secara non teknis yaitu: (1) Penyajian Informasi Lingkungan, (2) Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL), (3) Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan
Teknologi, (4) Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan, (5) Menanamkan perilaku disiplin.
Sedangkan penanggulangan secara teknis dapat dilakukan dengan cara: (1) Mengubah
proses, (2) Mengganti sumber energy, (3) Mengolah limbah, (4) Menambah alat bantu.
Dari permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh industry diperlukan adanya
pengawasan dan pengendalian pencemaran lingkungan hidup pada industry tersebut. Hal ini
dilakukan guna memperoleh lingkungan hidup yang baik, sehat, dan bersih yang merupakan
hak yang diperoleh masyarakat. Untuk memperoleh lingkungan yang baik, sehat, dan bersih
tentunya diperlukan perangkat peraturan yang dapat mendukung terciptanya lingkungan yang
baik, sehat, dan bersih serta diperlukannya pengawasan dan pengendalian pencemaran
lingkungan hidup yang dilakukan oleh suatu instansi yang berwenang yaitu Kantor
Lingkungan Hidup. Pengendalian limbah industry meliputi 3 tahap, yaitu pencegahan,
penanggulangan, dan pemulihan. (Putra, 2013)
Dari permasalahn lingkungan yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan air
bersih dan terbatasnya ketersediaan lahan tanah sebagai sumber daya alam yang potensial,
maka diperlukan manajemen pengelolahan dan pemanfaatan sumber daya alam yang ada.
Manajemen lahan yang meliputi pengelolahan lahan pertanian (lahan bercocok tanam,
kehutanan, peternakan dan perikanan), serta pengelolahan lahan untuk perumahan maupun
industry. Selain itu, perlu dilakukan penanggulangan dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, guna mendapatkan strategi yang tepat dalam penguasaan dan
pengelolahan lahan tana yang bertujuan untuk meningkatkan hasil yang semaksimal mungkin
dan berkelanjutan. (Putra, 2013)
17
Selain dengan cara yang disebutkan diatas, pemerintah telah menetapkan peraturan
yang berisikan sanksi bagi oknum yang melakukan pencemaran lingkungan. Peraturan
tersebut termuat dalam pasal 80 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berbunyi :
“Pasal 80 (2) :
Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran
apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a. ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup;
b. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan
pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atau
c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.”
Dengan demikian diharapkan para oknum terutama industri lebih berhati-hati dalam
pengelolaan limbah yang dihasilkan sehingga tidak sampai merusak lingkungan hidup
sekitarnya.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian wawasan lingkungan adalah cara pandang, penglihatan, tinjauan, dan
tanggapan manusia berupa perilaku terhadap semua benda, daya keadaan, makhluk hidup (hewan
dan tumbuhan) disekitarnya yang saling berinteraksi dan berpengaruh langsung terhadap
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia itu sendiri. Tanggapan dan interaksi
yang terjadi tersebut dirangkum dalam berbagai disiplin ilmu, dan ilmu Ekologi sebagai ilmu
dasar bagi ilmu lingkungan. Kemudian eerbagai macam ilmu yang menyangkut masalah
lingkungan tersebut ditekankan pada ke dalam kategori variabel yang serupa yaitu energi, materi,
ruang, waktu, dan keanekaragaman.
Permasalahan lingkungan merupakan permasalahn yang timbul karena pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat namun tidak diimbangi dengan penyediaan sandang, pangan dan
papan yang efektif dan efisien sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran
lingkungan meliputi pencemaran air, tanah dan udara. Solusi untuk permasalahan lingkungan ini
tidak bisa dilaksanakan oleh satu pihak saja, namun dibutuhkan partisipasi dari semua pihak,
baik itu dari masyarakat, aparat pemerintahan maupun pelajar/mahasiswa.
3.2 Saran
1. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah yang kami buat.
2. Sebaiknya dalam pembuatan makalah perlu diperbanyak lagi jumlah artikel yang digunakan
sebagai bahan rujukan
19
Daftar Pustaka
Anonim. 2014. BAB II Tinjauan Pustaka. Universitas Negeri Sumatera. (Online),
(www.google.co.id). Diakses tanggal 17 Januari 2014
Azizah, R dan Agnes Anita Rahmawati. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN
coliform pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Nnganjuk. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No.1, 98 Juli 2005 : 97 – 110. Surabaya : Universitas
Airlangga
Darsiharjo. 2014. Pendidikan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : Universitas Pendidikan
Indonesia
Muhi, Ali Hanapiah. 2011. Praktek Lingkungan Hidup. Permasalahan Lingkungan Hidup.
Jatinangor, Bandung : IPDN hal (1-9)
Putra,R. A. M. 2013. Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup oleh Kantor
Lingkungan Hidup Kota Kediri terkait Kasus Limbah Industri Pembuatan Tahu Poo.
Malang : Universitas Brawijaya.
Soebagio. 1997. Ilmu Lingkungan. Malang : UM Press.
Soeriaatmadja, R. E. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung: Institut Teknologi Bandung (ITB).
Widyawati, A Dian. 2013. Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan 2013. Pencemaran Lingkungan.
(online),(http://jurnalilmiahtp.blogspot.com/2013/11/pencemaran-lingkungan.html).
Diakses tanggal 17 Januari 2014
20