Simbang jaya steel bengkel las besi dan stainless pintu pagar
Makalah Pengelasan Logam Pagar Besi
-
Upload
zainulabidin -
Category
Documents
-
view
1.381 -
download
134
description
Transcript of Makalah Pengelasan Logam Pagar Besi
MAKALAH PENGELASAN LOGAM
( Proses Pengelasan Pagar Besi )
Disusun oleh :
1. Mohammad Tohir ( 13.11.2. Jainul Abidin (13.11.131)
JURUSAN TEKNIK MESIN S-1
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini berisi tentang
proses pengelasan dengan metode las listrik pada pengelasan pagar besi. Di dalam makalah
ini berisi mulai dengan persiapan bahan yang digunakan, proses pembuatan, pengujian yang
dilakukan, dan pengujian sifat mekanik.
semoga bermanfaat dan dapat dijadikan sumber referensi bagi anda yang
membutuhkan informasi mengenai pengelasan las listrik pada pengelasan pagar besi.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. Pengertian Las Busur Listrik
2. Persiapan Bahan
3. Proses pengelasan
4. Pengujian dan pemeriksaan hasil las
5. Daftar Pustaka
1. PENGERTIAN LAS LISTRIK
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga
elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat
terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian
membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan
tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan
energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena.
Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran
dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik
yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan
sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-
mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus,
kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi
energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan
elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi
tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat
ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks
membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan.
Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai
pengelasan komersil.
2. PERSIAPAN BAHAN
1. Besi Galvanis
Bahan ini merupakan alternatif yang lebih baik dibandingkan besi hollow
biasa, bahan galvanis lebih tahan terhadap karat. Ciri bahan ini agak berwarna
keabu-abuan. Bahan ini kuat dan harganya lebih tinggi dari hollow biasa, tetapi
sangat direkomandisikan karena lebih tahan terhadap karat, sehingga umur pagar
dan canopy anda lebih awet dan tidak mudah keropos.
2. Alat-alat perlengkapan Las Listrik
a. Ruangan las
Tempat atau ruang las adalah suatu perlengkapan yang harus dimiliki.
Walaupun ruangan ini tidak begitu diperlukan oleh pekerja las, tetapi oleh
Jawatan Pengawasan Keselamatan Kerja mengharuskan setiap bengkel las
harus mempunyai perengkapan tersebut.
b. Perlengkapan pengaman
Perlengakpan ini harus dipunyai setiap bengkel las untuk melindungi dari
asap dan radiasi panas serta sinar ultra violet. Peralatan pengaman terdiri dari:
1. Perlengkapan pelindung muka
2. Perlengkapan pelindung badan
c. Kabel las
Digunakan sebagai tempat mengalirnya arus dari sumber tenaga ke mesin
las dan dari mesin las ke elektrodalali kembali ke mesin las melalui kabel
masa. Pada setiap mesin terdapat dua kabel yaitu primer dan sekunder. Kabel
primer adalah kabel yang digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari
sumber tegangan ke dalam mesin las. Sedangkan kabel sekunder digunakan
untuk mengalirkan arus dari mesin las ke penjepit elektroda dan kembali ke
mesin las melalui kabel masa.
d. Tang las
Perlengkapan sewaktu mengelas yang gunanya untuk menjepit
elektroda dan benda kerja. Tang las terdiri dari tang elektroda dan tang masa,
dimana alat-alat ini terdiri dari beberapa jenis yaitu: tang elektroda itu sendiri,
tang masa magnit, dan tang masa klem.
e. Palu terak (bik hammer) dan sikat baja
Palu terak adalah sebuah palu yang khusus dimana salah satu ujungnya
dibuat berbentuk runcingyang digunakan untuk mengetok sudut rigi-rigi las
dan ujung yang sebelah lagi berbentuk pahat picak yang digunakan untuk
mengetok permukaan rigi-rigi las. Sikat baja digunakan untuk membersihkan
bidang benda kerja sebelum dan sesudah di las, juga membersihkan kotoran,
debu dan sisi terak pada rigi-rigi las setelah diketok dan dipahat oleh palu
terak.
f. Tang penjepit benda kerja panas
Sebuah tang yang digunakan untuk menjepit benda kerja yang masih
panas setelah di las. Tang ini terbuat dari baja karbon pada keseluruhan tang
dan berdasarkan kegunaan dalam menjepit benda kerja panas.
3. Elektroda
Elektroda E 6013
Sifat Umum
Elektroda ini dapat digunakan pada semua posisi dengan arus las AC atau DC.
DC straight polarity (DC-) dapat memperkecil percikan (spatter) dan under cut.
Karena itu rigi-rigi lasan yang terjadi sangat bagus dengan bentuk yang mulus dan
datar (flat), teraknya mudah dibuang, dan busurnya dapat dikendalikan dengan
mudah, terutama pada elektroda yang diameternya kecil, misalnya 1.5 mm, 2 mm,
dan 2.5 mm. Kecilnya elektroda ini memungkinkan pemakaian tegangan busur
yang lebih rendah.
Pemakaian elektroda E 6013 lebih diutamakan untuk pengelasan pelat-pelat
tipis dengan ketebalan maksimum ⅜”, dengan busur rendah dan pembakaran yang
dangkal. Sifat-sifat mekaniknya sedikit lebih baik daripada elektroda E 6012.
Pada dasarnya elektroda E 6013 dirancang khusus untuk mengelas pelat.
Tetapi elektroda-elektroda yang ukurannya lebih besar yaitu 3.25 mm (⅛”) ke
atas, dapat dipakai untuk mengelas bahan yang menghendaki daya busur yang
lebih tenang, bentuk rigi-riginya lebih halus dan baik.
Umumnya elektroda E 6013 yang merknya berbeda-beda, menghasilkan
cairan logam pada pancaran busur yang berbeda pula. Beberapa pabrik
mencampur salutannya sedemikian rupa sehingga pemindahan tetesannya
memencar dengan baik terhadap logam yang dilas. Sifat pancaran pemindahan
tetesan cairan yang baik sangat diperlukan pada waktu pengelasan tegak lurus
(vertical) dan di atas kepala (overhead).
Sistem Kutub
Elektroda jenis E 6013 dapat dipakai pada mesin las AC dan DC straight
polarity (DC-). Jadi pada saat pemakaian, kabel las yang terhubung dengan holder
harus dipasang pada kutub negatif, sedangkan kabel las yang terhubung dengan
tang massa harus dipasang pada kutub positif.
Bahan Salutan
Elektroda E 6013 mempunyai salutan yang hampir sama dengan elektroda E
6012, yaitu jenis natrium titania tinggi (high titania sodium) atau yang lazim
disebut elektroda bersalut rutile yang mengandung selulosa dan ferro manganese.
Ada beberapa merk elektroda yang menambah salutannya dengan serbuk besi
untuk memudahkan pemakaiannya pada mesin las AC.
Karena campuran pada salutannya, elektroda E 6013 memberi keuntungan
karena daerah lasan terbebas dari penyusupan-penyusupan terak (slag inclusion)
dan dari pengaruh oksidasi jika dibandingkan dengan elektroda E 6012. Sehingga
pada pemeriksaan kualitas dengan menggunakan radiografi sinar-x, hasil lasan
elektroda E 6013 akan lebih baik dibandingkan E 6012.
Sifat Busur dan Pembakaran
Elektroda E 6013 ini sifat busurnya lemah dengan daya penembusan yang
dangkal. Karena itu elektroda E 6013 dapat dengan baik dipakai pada tegangan
rendah. Elektroda E 6013 ini sangat baik untuk mengelas pelat-pelat tipis tetapi
kurang baik untuk mengelas pelat-pelat yang tebal, apalagi untuk mengelas
kampuh dengan celah yang curam, karena pembakarannya yang kurang dalam.
Pemakaian Utama
Elektroda ini dipakai khusus untuk mengelas baja lunak, terutama untuk
pengelasan pelat-pelat yang tipis. Walaupun demikian, elektroda E 6013 dengan
diameter yang besar yaitu 3.25 mm ke atas dapat dipakai untuk mengelas benda
lain, tetapi pada pengelasan pertama didahului dengan elektroda E 6012. Arus
tinggi yang biasa dipakai pada pengelasan elektroda E 6012 tidak dapat dipakai
untuk pengelasan dengan elektroda E 6013, kecuali pada pengelasan posisi tegak
lurus dan di atas kepala (over head). Arus untuk elektroda E 6013 dapat
disamakan dengan arus yang diperlukan untuk elektroda E 6012.
Tabel 1. Besar Arus dan Tegangan pada Elektroda E 6013
DIAMETER BATANG LAS ARUS LAS
(ampere)
TEGANGAN BUSUR
(volt)Inci mm
1/16
5/64
3/32
1/8
5/32
3/16
7/32
1/4
5/16
1.50
2.00
2.50
3.25
4.00
5.00
5.50
6.00
8.00
20 ─ 40
25 ─ 60
45 ─ 90
80 ─ 120
105 ─ 180
150 ─ 230
210 ─ 300
250 ─ 350
320 ─ 430
17 ─ 20
17 ─ 21
17 ─ 21
16 ─ 22
18 ─ 22
20 ─ 24
21 ─ 25
22 ─ 26
23 ─ 27
3. PROSES PENGELASAN
1. menentukan kuat arus yang digunakan.
arus yang digunakan dalam pengelasan harusnya tepat, karena akan
mempengaruhi hasil pengelasan. dalam menentukan kuat arus harus
memperhatikan bebrapa hal penting, diantaranya :
diametr elektroda
tebal bahan yang dilas
jenis elektroda yang digunakan
posisi pengelasan
polaritas (sifat) pengutuban
cara mengatur arus dengan cara memutar handel pada mesin las. besarnya arus
yang dipilih dapat dibaca pada skala arus yang terdapat pada pesawat las.
pengaruh besar arus terlalu besar, maka elektroda akan mencair terlalu cepat,
akibatnya :
permukaan las akan lebih besar, penembusan yang dalam, akan terjadi under
cut
pengaruh besar arus terlalu kecil, maka akan menyebabkan busur listrik sukar
untuk menyala, sehingga busur listrik yang terjadi tidak stabil. panas yang
terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar, akibatya :
rigi-rigi lasnya kecil dan tidak rata, penembusannya dangkal
Cara menyalakan busur
untuk menyalakan busur harus liat dulu jenis pesawat las yang digunakan.
A. pesawat las AC
dengan cara menggoreskan ujung elektroda pada permukaan benda kerja yang
akan dilas. seperti menyalakan batang korek, bila busur sudah jadi,
pertahankan nyala tersebut untuk pengelasan.
B. pesawat las DC
dengan cara menyentuhkan ujung elektroda pada permukaan benda kerja
secara tegak lurus. bila sudah menyala angkat setinggi elektroda (diameter
elektroda/lingkaran)
bila pengelasan belum selesai, sementara elektroda sudah habis, maka
elektroda harus diganti dan busur dinyalakan lagi dengan cara sebagai berikut:
jalur las harus dibersihkan dari terak las
nyala busur las +10mm dari jalur las tadi
setelah busur las terjadi cepat-cepatlah busur las di tarik kebelakang di tempat
busur las terhenti lanjutkan pengelasan sampai panjang yang di tentukan
2. Pengaruh panjang busur
panjang busur juga akan mempengaruhi hasil pengelasan :
A. bila panjang busur tepat L=D, maka cairan elektroda akan mengalir dan
mengendap dengan baik. sehingga akan menghasilkan rigi-rigi las yang halus
dan baik, serta percikan teraknya halus.
B. bila busur terlalu panjang L>D, maka cairan elektroda akan mengalir dan
menyebar. sehingga akan menghasilkan rigi-rigi las yang kasar, tembusannya
dangkal dan percikan teraknya kasar serta keluar dari jalur las.
C. bila busur terlalu pendek L<D, busur yang terjadi sukar dipelihara sehingga
sering terjadi pembekuan pada ujung elektroda yang mengakibatkan rigi-rigi
las tidak rata, tembusan las tidak baik dan percikan teraknya kasar serta
berbentuk bola.
3. Gerakan dan pengaruh kecepatan elektroda pada hasil las
A. gerakan elektroda
pada waktu mengelas elektroda harus digerakkan agar memperoleh dampak
yang diinginkan, gerakan elektroda itu diantaranya adalah : gerakan arah turun
sepanjang sumbu elektroda, gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur
listrik agar tetap. gerakan ayunan elektroda, gerakan ini fungsinya untuk
mengatur lebar jalur las yang dikehendaki. gerakan ayunan segitiga/zigzag,
gerakan ini fungsinya untuk mendapatkan penembusan yang baik diantara dua
celah plat.
B. pengaruh kecepatan elektroda pada hasil las
kecepatan tangan menarik atau mendorong elektroda pada waktu mengelas
harus stabil, sehingga akan memperoleh rigi-rigi las yang rata dan halus
dengan penembusan yang baik jika elektroda digerakkan trlalu cepat, maka
pemanasan bahan dasar kurang, sehigga akan diperoleh rigi-rigi las yang kecil
dengan penembusan dangkal. jika elektroda digerakkan terlalu lambat, maka
akan diperoleh rigi-rigi las yang lebar dan kuat dengan penembusan yang
dalam. bahkan kadang-kadang menimbulkan kerusakan pada sisi las atau yang
sering disebut under cut.
4. PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN HASIL LAS
Klasifikasi Metode Pengujian Daerah Las
Metode pengujian daerah las secara kasar dapat diklasifikasikan menjadi
pengujian merusak / destruktif (DT) dan pengujian tidak merusak / non-destruktif
(NDT). Dalam pengujian destruktif, sebuah spesimen atau batang uji dipotongkan
dari daerah las atau sebuah model berukuran penuh dari daerah las yang diuji
dilakukan perubahan bentuk dengan dirusak untuk menguji sifat-sifat mekanik dan
penampilan daerah las tersebut. Dalam pengujian non-destruktif, hasil pengelasan
diuji tanpa perusakan untuk mendeteksi kerusakan hasil las dan cacat dalam.
Klasifikasi metode pengujian daerah las :
A. PENGUJIAN DENGAN CARA MERUSAK /DT
Pengujian mekanik
1. Uji tarik
Uji tarik dilaksanakan untuk menentukan kekuatan tarik, titik mulur
(kekuatan lentur) las, pemanjangan dan pengurangan material las. Spesimen
tersebut ujung-ujungnya dipegang dengan jepitan alat penguji, dan ditarik
dengan menggunakan beban tarik.
2. Uji lengkung
Uji lengkung dilaksanakan untuk memeriksa pipa saluran dan keutuhan
mekanis dari material las. Ada dua jenis uji lengkung, yaitu: uji lengkung
kendali dan uji lengkung gulungan. Pada tiap-tiap jenis uji lengkung itu,
sebuah spesimen dalam bentuk dan ukuran tertentu dilengkungkan sampai
radius bagian dalam tertentu dan sudut lengkung tertentu, kemudian diperiksa
keretakan dan kerusakannya.
3. Uji Hentakan
Uji hentakan dilaksanakan untuk menentukan kekuatan material las.
Sebagai sebuah metode uji hentakan yang digunakan di dalam dunia industri,
JIS menetapkan secara khusus uji hentakan charpy dan uji hentakan izod
4. Uji Kekerasan
Uji kekerasan, seperti halnya uji tarik, seringkali dilaksanakan. Karena
daerah las dipanaskan dan didinginkan dengan cepat, maka daerah yang terkena
panas akan menjadi keras dan rapuh. Kekerasan maksimal pada daerah las yang
diukur dengan uji kekerasan digunakan sebagai dasar penentuan kondisi-
kondisi sebelum dan sesudah pemanasan yang akan dilakukan untuk mencegah
retakan hasil pengelasan.
5. Uji struktur
Uji struktur mempelajari struktur material logam. Untuk keperluan
pengujian, material logam dipotong-potong, kemudian potongan - potongan
diletakkan di bawah dan dikikis dengan material alat penggores yang sesuai.
Uji struktur ini dilaksanakan secara makroskopik atau mikroskopik. Dalam uji
makroskopik, permukaan spesimen diperiksa dengan mata telanjang atau
melalui loupe untuk mengetahui status penetrasi, jangkauan yang terkena
panas, dan kerusakannya. Dalam pemeriksaan mikroskopik, permukaan
spesimen diperiksa melalui mikroskop metalurgi untuk mengetahui jenis
struktur dan rasio komponen-komponennya, untuk menentukan sifat-sifat
materialnya.
B. PENGUJIAN DENGAN CARA TAK MERUSAK / NDT
Uji Kerusakan Permukaan
1. Uji visual (VT)
Uji visual merupakan salah satu metode pemeriksaan terpenting yang paling
banyak digunakan. Uji visual tidak memerlukan peralatan tertentu dan oleh
karenanya relatif murah selain juga cepat dan mudah dilaksanakan.
2. Uji Partikel Magnet (MT)
Pengujian terhadap partikel magnet merupakan metode yang benar-benar
efisien dan mudah dilaksanakan untuk mendeteksi secara visual kerusakan-
kerusakan halus yang tidak teridentifikasi pada atau di dekat permukaan logam.
3. Uji Zat Penetran (PT)
Pada umumnya, uji zat penetran ini dilakukan secara manual, sehingga dapat
tidaknya kerusakan itu berhasil dideteksi sangat bergantung pada ketrampilan
penguji.
DAFTAR PUSTAKA
http://las-listrik.blogspot.com/2009/03/pengertian-las-listrik_10.html
http://ntrux.wordpress.com/2011/04/12/elektroda-las/
http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/teknik-pengerjaan-
logam/606-mengenal-lebih-dekat-elektroda-pasaran
http://bengkellasteralis.wordpress.com/2013/05/13/tips-mengelas-pagar-besi/
http://www.tanggaputar.com/jenis-pembuatan/kanpoi/bahan-besi-holow/
http://santrinekatgmail.blogspot.com/2010/05/pengujian-dan-pemeriksaan-hasil-las.html