Pengelasan SMAW
-
Upload
rizal-ahmad-mubarok -
Category
Documents
-
view
465 -
download
35
Embed Size (px)
description
Transcript of Pengelasan SMAW

1
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses pemotongan merupakan proses yang paling penting dalam
teknologi produkasi yang menggunakan bahan baku logam. Karena dalam
produksinya tidak mungkin dapat memproduksi dengan panjang yang tak terbatas
atau dengan tingkat kerumitan tertentu. Maka dari itu dibutuhkan proses
penyambungan dan salah satunya adalah proses pengelasan.
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dengan
menggunakan kalor dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Menyatunya dua logam
ini juga disebabkan oleh ikatan dan gaya tarik menarik antar atom nya.
Pada waktu sekarang ini Teknik Las Terak dipergunakan secara luas
dalam penyambungan barang-barang pada konstruksi bangunan baja dan
konstruksi mesin. Di dalam dunia industri, banyak sekali macam pengelasan yang
sering digunakan salah satunya adalah proses pengelasan busur listrik dengan
menggunakan bahan fluks sebagai elektroda. Dalam las elektroda terbungkus
bahan fluks memegang peranan penting karena bahan fluks berfungsi sebagai
sumber terak, pengatur penggunaan, sebagai sumber unsur paduan, dan pemantap
busur. Selain bahan fluks, las elektroda terbungkus juga menggunakan listrik arus
AC (bolak-balik) dan Arus DC (arus searah), tetapi yang sering dipakai yaitu
listrik arus AC (Bolak-Balik), sedangkan arus DC (Arus Searah) hanya digunakan
untuk pelat-pelat yang amat tipis.
Penggunaan teknik las tersebut secara luas dalam penyambungan batang
pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Luasnya pengunaan
teknologi ini disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan
mempergunakan teknik penyambungan ini menjadi lebih ringan dan proses
pembuatannya juga lebih sederhana, sehingga biaya keseluruhannya menjadi lebih
murah.
1

2
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Cara mengelas yang sering digunakan dalam praktek dan termasuk
klasifikasi las busur listrik antara lain las elektroda terbungkus, las busur dengan
pelindung gas dan las busur dengan pelindung tanpa gas.
Salah satunya yang lazim digunakan dalam pengelasan yaitu
mempergunakan SMAW (shielded metal arc welding), las busur nyala listrik
terlindung, adalah pengelasan dengan mempergunakan busur nyala listrik sebagai
sumber panas pencair logam. Jenis las ini yang paling lazim dipakai di mana-
mana untuk hampir semua keperluan pengelasan.
1.2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan pengelasan yang dilakukan praktikan ini
ialah, untuk menentukan koefisien pencairan dan koefisien penambahan metal las
pada produk lasan setelah dilakukan proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc
Welding).
1.3. Batasan Masalah
Pada praktikum pengelasan SMAW, dilakukan pengerjaan las dengan
menggunakan metode las busur lustrik, khususnya las elektroda terbungkus atau
SMAW (Shielded Metal Arc Welding). Sumber tegangan yang digunakan pada
mesin las sebesar 220 Volt dengan pengaturan arus yang berbeda yaitu 70
Ampere, 80 Ampere, dan 90 Ampere, lalu dalam proses pengelasan ini akan
dihitung laju lelehan elektroda derhadap perubahan arusnya tersebut.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari enam bab. BAB I
menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah,
sistematika penulisan. BAB II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi
mengenai teori singkat dari percobaan yang dilakukan oleh praktikan. BAB III
menjelaskan mengenai metode penelitian yang praktikan lakukan. BAB IV
menjelaskan mengenai data percobaan juga menjelaskan mengenai pembahasan

3
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
yang praktikan paparkan secara keseluruhan dengan sebaik-baiknya dan bab V
menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan. Selain itu juga di akhir laporan
terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan
tugas serta terdapat juga blangko percobaaan.

4
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pengelasan
Las (weld) adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan
mencairkannya melalui pemanasan, atau dengan kata lain, las adalah sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Dalam
proses penyambungan ini ada kalanya disertai dengan tekanan dan material
tambahan (filler material). Untuk berhasilnya penyambungan, diperlukan
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni :
1. Benda padat tersebut dapat cair/lebur oleh panas.
2. Antara benda-benda padat yang akan disambung harus memiliki kesesuain
sifat lasnya sehingga tidak melemahkan atau menggagalkan sambungan
tersebut.
3. Cara-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan
penyambungannya.
4. Melakukan proses preparasi terhadap logam yang akan dilas.
Secara umum, pengelasan dapat dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan
cara kerjanya, yaitu:
1. Fusion welding
Fusion welding memiliki prinsip dasar mencairkan permukaan sambungan
dengan menggunakan busur las atau semburan api las. Contoh: las gas,
listrik terak, listrik gas, las busur plasma, las elektron.
2. Las tekan
Penyambugan yang dilakukan dengan cara memanaskan permukaan benda
kerja yang kemudian ditekan satu sama lainnya. Contoh: las resistan
listrik, las tekan gas, tempa, las ultrasonik, las induksi, dsb.
4

5
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3. Pematrian
Proses penyambungan yang mirip dengan perekatan menggunakan lem,
tetapi untuk hal ini digunakan paduan logam lain yang dicairkan. Logam
paduan inilah yang digunakan sebagai perekat. Sehingga logam atau bahan
induk tidak ikut mencair. Biasanya yang berfungsi sebagai logam perekat
adalah jenis logam yang memiliki titik lebur rendah. Misal: timah. Contoh
pematrian: pembrasingan dan penyolderan
Bila dilihat dari cara kerja dan sumber energy, maka pengelasan (welding)
memiliki bermacam - macam variasi cara pengerjaan terhadap benda kerja,
tergantung dari kebutuhan pengguna dan pemanfaat las ini. [Harsono
Wiryosumarto, 2000]
2.2 Pengelasan Busur Listrik
Pada saat sekarang ini banyak sekali pengelasan yang mempergunakan
SMAW (shielded metal arc welding), las busur nyala listrik terlindung, adalah
pengelasan dengan mempergunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas
pencair logam. Jenis las ini yang paling lazim dipakai di mana-mana untuk hampir
semua keperluan pengelasan.
Gambar 1. Prinsip Kerja Perpindahan Logam
Untuk keselamatan kerja, maka biasanya tegangan yang dipakai hanya 23-45
volt saja, sedangkan untuk pencairan pengelasan dipakai arus listrik hinga 500
ampere. Secara umum berkisar antara 80-200 Am. Untuk mencegah oksidasi

6
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(reaksi dengan zat asam O2), bahan penambah las (elektroda) dilindungi dengan
selapis zat pelindung (fluks atau slag) yang sewaktu pengelasan ikut mencair.
Karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan metal yang dicairkan, maka
cairan fluks tersebut mengapung di atas cairan metal tersebut, sekaligus
mengisolasi metal tersebut untuk beroksidasi dengan udara luar dan sewaktu
mendingin/membeku, fluks tersebut juga ikut membeku dan tetap melindungi
metal dari reaksi oksidasi.
2.2 SMAW (Shield Metal Arc Welding)
SMAW merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan arus
listrik berbentuk busur arus dan elektroda terbungkus. Tipe-tipe lain dari
pengelasan dengan busur arus listrik adalah submerged arc welding SAW, gas
metal arc welding GMAW-MIG, gas tungsten arc welding G dan plasma arc.
Dalam pengelasan SMAW ini terjadi gas penyelimut ketika elektroda
tersbungkus mencair sehingga dalam proses ini tidak diperlukan tekanan gas inert
untuk mengusir oksigen atau udara yang dapat menyebabkan korosi atau
gelembung-gelembung di dalam hasil las-lasan. Proses pengelasan terjadi karena
arus listrik yang mengalir di antara elektroda dan bahan las membentuk panas
sehingga dapat mencapai 3000 oC sehingga membuat elektroda dan bahan yang
akan dilas mencair.
Gambar 2. Las busur dengan elektroda terbungkus
Berdasarkan jenis arusnya, pengelasan ini dibagi atas arus AC dan DC, di
mana arus DC dibedakan atas straight polarity atau polaritas langsung dan reverse
polarity atau polaritas terbalik. Sedang mesin lasnya terbagi atas dua jenis yaitu

7
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
constant current atau arus tetap dan constant voltage atau tegangan tetap, di mana
pada setiap pengelasan busur arus listrik jika terjadi busur yang membesar akan
menurunkan arus dan menaikkan tegangan serta pada busur yang memendek akan
meningkatkan arus dan menurunkan tegangan.
Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda
mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang
terjadi. Bila digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam cair yang
terbawa menjadi halus seperti pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 3. Pemindahan Logam Cair
Di dalam pengelasan ini hal yang penting adalah bahan fluks dalam jenis
listrik yang digunakan. Pola pemindahan logam cair seperti diterangkan pada
gambar 3 sangat mempengaruhi sifat mampu las dari logam. Secara umum dapat
dikatakan bahwa logam mempunyai sifat mampu las tinggi bila pemindahan
terjadi dengan butiran yang halus. Sedangkan pola pemindahan cairan dipengaruhi
oleh besar kecilnya arus seperti diterangkan di atas dan juga oleh komposisi dari
fluks yang digunakan. Selama proses pengelasan bahan fluks yang digunakan
untuk membungkus elektroda mencair dan membentuk terak yang kemudian
menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan dan bekerja sebagai
penghalang oksidasi.
Adapun untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik, maka harus
memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Menggunakan elektroda yang tepat.

8
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2. Jenis arus yang digunakan tepat.
3. Jenis polaritas yang tepat untuk arus DC.
4. Hindari gerakan pengelasan kiri kanan selama mengelas.
5. Bentuk busur arus yang pendek, lakukan pengelasan secara mantap
dan teratur
2.3 Parameter Keberhasilan Pengelasan
Dalam melakukan pengerjaan las terhadap suatu logam, terdapat beberapa
kriteria yang menentukan kesuksesan logam tersebut, agar nantinya dapat
dihasilkan produk las yang sempurna.
1. Posisi Elektroda
Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus yang biasanya
dengan mesin las konvensional maka posisi elektroda terhadap
benda kerja berdasarkan eksperimen dan pengalaman yang paling
baik hasilnya adalah yang sebagai berikut :
a. Posisi elektroda bersudut 70o -80
o dengan arah memanjang
las dan bersudut 90o arah melintang las.
b. Melatih gerakan-gerakan tangan dengan arah. Memutar arah
kanan maupun kiri dengan diameter yang relatif kecil.
c. Elektroda pada ujungnya akan mencair secara kontinyu
sehingga perlu digerakkan searah dengan sumbunya secara
kontinyu pula.
2. Pengaruh kecepatan elektroda.
Kecepatan menggerakkan elektroda harus stabil, sehingga
menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus.
3. Nyala Busur Listrik
Busur listrik yang terjadi akan menghasilkan panas yang cukup
besar sehingga logam yang dilas akan mencair dengan cepat pada
bagian yang terkena busur listrik.

9
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir Percobaan
Percobaan ini secara umum digambarkan dalam bentuk diagram alir
sehingga memudahkan pelaksanaan percobaan yang dilakukan seperti gambar 3.
Gambar 4. Diagram Alir Percobaan
Persiapan Pelat dan elektroda
Penimbangan
Setting mesin las SMAW dengan Arus 70, 80
dan 90A pada Tegangan 220V
Pengelasan SMAW
Menentukan THAZ dan tcooling menggunakan
thermocouple
Hasil lasan
Data Pengamatan
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
Pencatatan
waktu las
9

10
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu di
antaranya:
1. Mesin Las listrik SMAW.
2. Penyangga material las.
3. Timbangan.
4. Helm/Kaca mata las.
5. Sarung tangan.
6. Penggaris dan Spidol.
7. Stopwatch.
8. Jangka Sorong.
9. Tang Penjepit.
10. Palu/Martil.
3.2.2 Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu di antaranya:
1. Pelat besi dengan ukuran 15x10x0,3 (cm).
2. Elektroda Las.
3.3 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan pelat dan elektroda.
2. Menimbang pelat dan elektroda.
3. Men-setting mesin las SMAW (arus 70, 80 dan 90 A dan tegangan
220V)
4. Menggunakan safety factor untuk K3 (sarung tangan, helm).
5. Melakukan pengelasan sesuai garis pada pelat, lamanya pengelasan
dihitung.
6. Setelah pengelasan selesai, termokopel ditempelkan pada daerah ujung
hasil lasan dan catat waktunya sampai mencapai temperatur 100oC.
7. Menimbang pelat hasil lasan dan elektroda sisa.
8. Data hasil percobaan didapat.

11
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
BAB IV
HASILDAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data percobaan
yang ditunjukkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Data Hasil Percobaan
Pelat I
(Amp)
V
(Volt)
S
(cm/det)
Heat Input
Q (J/cm) THAZ
tcooling
(det)
I 70 220 0,34 45294,1 120oC 34,06
II 80 220 0,29 60689,6 196oC 106
III 90 220 0,32 61875 175oC 70
Tabel 2. Data perubahan berat pelat dan elektroda las
Pelat GHo
(g)
GH1
(g)
GΔH
(g)
αp
( g/A det )
GP0
(g)
GP1
(g)
GP
(g)
αp
( g/A det )
I 575,3 578,7 3,4 0,00149 17,1 13,3 3,8 0,00167
II 578,7 580,3 1,6 0,000805 13,3 9,5 3,8 0,00191
III 580,3 584,6 4,3 0,00232 9,5 3,4 6,1 0,00329
Tabel 3. Data las SMAW
Pelat I
(Ampere)
V
(Volt)
L
(cm)
t
(detik)
S
(cm/det)
W
(cm)
Laju lelehan
elektroda (g/det )
I 80 220 9,2 16,11 0,571 0,875 0,236
II 95 220 9,4 20,91 0,450 0,1 0,182
III 115 220 6 28,42 0,211 0,145 0,215
11

12
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data pada sub bab hasil percobaan, maka dapat digambarkan
grafik dalam gambar 5.
Gambar 5. Grafik Hubungan Arus Listrik terhadap Koefisien Pencairan
Elektroda dan Penambahan Metal Las
Dapat terlihat bahwa besarnya koefisien pencairan elektroda yang di las
berbeda setiap arus yang diberikan pada proses pengelasan. Semakin besar arus
yang diberikan maka semakin meningkat juga koefisien pencairannya. Hal ini
dikarenakan panas yang timbul akibat penggunaan energi listrik bertambah,
sehingga perpindahan elektroda cair pada proses pengelasan akan semakin
meningkat. Namun pada arus 90 A didapatkan penurunan pada grafik dikarenakan
pengerjaan pengelasan yang cepat dan jarak lasan yang pendek sehingga
didapatkan koefisien pencairan elaktroda yang jumlahnya kecil.
Kecepatan pengelasan dapat mempengaruhi hasil dari daerah permukaan
lasan tersebut. Posisi pengelasan pun sangat mempengaruhi penetrasi pengelasan
untuk hasil lasan yang baik. Karena jika terlalu lama berada pada posisi tertentu
maka logam yang meleleh akan semakin banyak. Dan jika terlalu cepat maka
panas yang dihasilkan akan kurang untuk melelehkan permukaan benda kerja
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
0 20 40 60 80 100
Koefisien Pencairan
Koefisien Penambahan Metal Las
Arus Listrik (A)
αp
(g/A
det
)

13
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yng telah penulis lakukan dapat di tarik kesimpulan
bahwa:
1. Bila elektroda telah timbul percikan, maka mulai mengelas dengan
perlahan, namun ingat bahwa elektroda akan habis, maka posisi las
haruslah semakin dekat dengan benda kerja yang akan dilas.
2. Jarak antara elektroda dan bend alas, tidak boleh terlalu dekat atau pun
terlalu jauh. Namun jarak tersebut haruslah konstan demi menjaga
hasil las yang baik.
3. Bila tegangan yang digunakan besar maka percikan busur dan logam
pengisinya lebih halus, serta hasil lasannya logamnya lebih
mengkilap.
4. Bila dalam penelasan terlalu cepat maka logam pengisinya dari
elektroda akan sedikit, dan bila terlalu lambat maka logam pengisinya
akan banyak dan hasil lasannya akan lebar, serta pengaruh panas dari
pengelasan pada logam dampaknya akan makin besar.
4.2 Saran
Saran bagi praktikan lainnya sebaiknya sebelum memulai praktik
pengelasan SMAW gunakanlah perlengkapan safety seperti helm pelindung atau
kacamata, sarung tangan dan pengaman lainnya agar selama praktikum
meminimalisir terjadinya kecelakaan. Lakukan percobaan penyalaan pada benda
yang tidak terpakai untuk pengelasan dengan teknik goresan kemudian stabilkan jarak
busur terhadap benda dan lakukan pukulan-pukulan kecil pada hasil las, agar teraknya
menghilang, dan lakukan agak lama agar tegangan sisanya hilang.
13

14
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiryosumarto, Harsono. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT
Pradnya Paramita. 2000
2. http://las-listrik.blogspot.com/2009/03/pengelasan-smaw.html
3. http://pengelasan.blogspot.com
14

15
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
LAMPIRAN
15

16
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Lampiran 1. Contoh Perhitungan
1. Perhitungan nilai GH
Rumus : GH1 - GH0
1) Plat I = 629 – 626 = 3 gram
2) Plat II = 636 – 629 = 7 gram
3) Plat III = 639 – 636 = 3 gram
2. Perhitungan nilai GP
Rumus : GP0- GP1
1) Plat I = 17,5 – 13,5 = 4 gram
2) Plat II = 13,5 – 7,5 = 6 gram
3) Plat III = 7,5 – 2 = 5,5 gram
3. Perhitungan nilai αH
Rumus :
1) Plat I =
= 0,0018 g/A detik
2) Plat II =
= 0,0028 g/A detik
3) Plat III =
= 0,0013 g/A detik
4. Perhitungan nilai αP
Rumus :
1) Plat I =
= 0,0025 g/A detik
2) Plat II =
= 0,0024 g/A detik
3) Plat III =
= 0,0023 g/A detik
5. Perhitungan nilai S
Rumus :
1) Plat I =
= 0,34 cm/detik
2) Plat II =
= 0,29 cm/detik
3) Plat III =
= 0,32 cm/detik

17
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6. Perhitungan laju lelehan elektroda
Rumus :
1) Plat I =
= 0,172 g/detik
2) Plat II =
= 0,194 g/detik
3) Plat III =
= 0,21 g/detik
7. Menentukan Cooling Rate
Rumus : cooling rate =
1) Plat I
Cooling rate =
= 3,47
oC/detik
2) Plat II
Cooling rate =
= 1,85
oC/detik
3) Plat III
Cooling rate =
= 2,5
oC/detik
8. Menentukan Heat Input (Q)
Rumus : Q =
1) Plat I
Q =
= 45294,1 J/cm
2) Plat II
Q =
= 60689,6 J/cm
3) Plat III
Q =
= 61875 J/cm

18
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Lampiran 2, Jawaban Pertanyaan dan Tugas
1. Jelaskan perbedaan antara las elektroda terumpan (consumable electrode)
dengan las elekroda tak terumpan (unconsumable electrode)!
Jawab:
Elektroda tak terumpan menggunakan batang wolfram sebagai elektroda yang
dapat menghasilkan busur listrik tanpa ikut mencair, sedangkan kelompok
elektroda terumpan, sebagai elektrodanya digunakan kawat las.
2. Sebutkan dan jelaskan karakteristik dari fluks yang baik !
Jawab :
Karakteristik fluks yang baik, yaitu:
1) Kemampuan terhadap pembentukan terak.
2) Kemampuan sebagai pemantap busur listrik.
3) Kemampuannya sebagai oksidator ataupun sebagai deoksidator.
4) Kemampuannya sebagai pembentuk gas.
5) Kemampuan sebagai penambah unsur-unsur paduan.
3. Sebutkan jenis-jenis elektroda las berdasarkan jenis fluks yang
membungkusnya serta bagaimana karakteristiknya masing-masing ?
Jawab :
1) Jenis Oksida Titan : Jenis ini juga disebut rutil atau titania dan berisi
banyak TiO2 di dalamnya. Busur yang dihasilkan oleh elektroda yang
dibungkus dengan fluks jenis ini tidak terlalu kuat, penetrasi atau
penembusan cairan logamnya dangkal dan menghasilkan manik las yang
halus. Karena itu jenis ini baik sekali untuk pengelasan pelat-pelat baja
tipis atau untuk pengelasan terakhir pada pengelasan pelat tebal.
2) Jenis Titania Kapur : Jenis ini di samping berisi rutil juga mengandung
kapur. Di samping sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh jenis oksida titan,
jenis ini mempunyai keunggulan lain yaitu kemampuannya menghasilkan
sifat mekanik yang baik.
3) Jenis Ilmenit : Jenis ini terletak di antara jenis oksidasi titan dan jenis
oksidasi besi. Bahan fluksnya yang utama adalah ilmenit atau FeTiO3.
Busur yang dihasilkan agak kuat dan memberikan penetrasi yang cukup

19
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
dalam. Derajat kecairan dari terak yang terbentuk cukup tinggi. Dengan
sifat tersebut jenis ini dapat menghasilkan sambungan yang mempunyai
sifat mekanik yang tinggi. Karena sifat-sifatnya yang dapat mencakup
penggunaan yang luas, maka elektroda yang dibungkus dengan fluks jenis
ini dianggap sebagai elektroda serba guna.
4) Jenis Hidrogen Rendah : Jenis ini kadang-kadang disebut juga dengan
nama jenis kapur, karena bahan utama yang dipergunakan adalah kapur
dan fluorat. Jenis ini menghasilkan sambungan dengan kadar hidrogen
rendah, sehingga ketangguhannya sangat memuaskan. Hal-hal yang
kurang menguntungkan adalah busur listriknya yang kurang mantap.
Sehingga butiran-butiran cairan yang dihasilkan agak besar bila
dibandingkan dengan jenis-jenis yang lain.
5) Jenis Selulosa : Jenis ini berisi kira-kira 30% zat organik yang dapat
menghasilkan gas dengan volume besar yang kemudian melindungi
logam cair. Busurnya kuat dan penembusannya dalam.
6) Jenis Oksida Besi : Bahan pokok untuk jenis ini adalah oksida Besi.
Busur yang dihasilkan terpusatkan dan penetrasinya dalam, karena itu
jenis ini baik untuk pengelasan sudut horizontal.
7) Jenis Serbuk Besi-Oksida : Bahan utama dari fluks ini meliputi antara 15
sampai 50% adalah silikat dan serbuk besi.
8) Jenis Serbuk Besi-Titania : Jenis ini menimbulkan busur yang sedang dan
menghasilkan manik las yang halus. Elektroda dengan fluks ini sangat
baik untuk pengelasan sudut horizontal satu lapis.
4. Sebutkan gaya-gaya apa saja yang mempengaruhi metal drop saat proses
pengelasan berlangsung ?
Jawab :
Gaya-gaya yang mempengaruhi metal drop dapat berupa horizontal, vertikal,
under water, ataupun up-head.
5. Apa yang dimaksud dengan weldability dan bagaimana kriterianya?

20
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jawab :
Weldability adalah kemampuan logam akan suatu pengelasan, dapat atau
tidaknya suatu logam untuk disambungkan.
Kriteria logam tersebut yaitu dapat menghantarkan panas dan listrik yang
baik sehingga logam tersebut baik untuk dilakukan proses las. Jika
weldability logam buruk, maka akan dihasilkan cacat las pada logam yang
dilas.
6. Apa pengaruh dengan penggunaan jenis fluks basa dengan fluks asam
terhadap proses pengelasan?
Jawab :
Jika setelah proses pengelasan terjadi perbedaan derajat keasaman pada
logam lasan maka hasil lasan tersebut akan mengalami
ketidaksempurnaan/cacat. Karena itu, kondisi keadaannya harus di
sesuaikan dengan bahan fluks yang digunakan, yaitu basa ataupun asam.

21
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan
Gambar 6. Mesin Las SMAW Gambar 7. Jangka Sorong
Gambar 8. Helm Las dan Sarung Tangan Gambar 9. Neraca Teknis
Gambar 10. Thermocouple