Makalah pendidkan berbasis teknologi informasi dan komunikasi
description
Transcript of Makalah pendidkan berbasis teknologi informasi dan komunikasi
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM RANGKA
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Makalah( Tugas Akhir Kuliah Pengganti Ujian Bagian II )
Mata KuliahAPLIKASI KOMPUTER DAN INTERNET
Dosen Pengampu :Prof. Dr. BUDI MURTIYASA
O l e h :
Nama : LILIK KUSTEJON I M : Q. 100 080 390Kelas (Angkatan) : E ( 2009)Semester : III
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTAFAK. PASCA SARJANA PRODI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKANJalan. Ahmad Yani, Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57102, Telp. 0271-717417
SURAKARTA, 2010
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM RANGKA
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
( Oleh : LILIK KUSTEJO / Q 100 080 390 )
I. Pendahuluan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya internet berkembang
sedemikian pesatnya serta memberikan dampak terhadap berbagai sendi kehidupan
manusia. Internet mampu membawa kita pada era globalisasi, suatu era dimana sekat-
sekat geografis suatu wilayah, atau negara menjadi terhilangkan. Tidak hanya sekat
geografis, sekat waktu-pun terhilangkan oleh Internet. Dimana dan kapanpun kita dapat
bekerja, berkomunikasi, berinteraksi, menciptakan dan menyebarkan data, informasi, dan
pengetahuan dengan sangat cepat dan akurat, ke berbagai belahan dunia, asal terhubung
dengan internet.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi kini telah mengubah cara
pandang dan bertindak masyarakat dalam menghabiskan waktu untuk bekerja dan
mengatasi segala permasalahannya. Muncul paradigma baru dalam masyarakat yang
mengekspresikan perubahan baru dalam aktifitas kehidupan masyarakat sebagai dampak
dari kemajuan TI. Pada sistem perdagangan dan ekonomi kini muncul e-commerce, e-
business, e-trading, dan e-shop. Pada sistem pemerintahan muncul e-government, yang
kemudian memunculkan bentuk-bentuk baru dalam penyelenggaraan dan pelayanan
pemerintahan, seperti: e-administration, e-society, e-health, e-citizen, e-services, e-
demokrasi, dan e-tendering atau e-procurement. Pada sistem surat-menyurat muncul e-
mail. Bentuk-bentuk perubahan di atas pada dasarnya merubah aktifitas masyarakat
dalam dunia nyata ke dalam aktifitas dunia maya (aktifitas dalam dunia internet). Banyak
lagi bentuk perubahan lainnya terjadi dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat yang
dibawa oleh kemajuan TI, tidak terkecuali, dalam dunia pendidikan.
Dampak kemajuan TIK dalam dunia pendidikan sangatlah luar biasa. Berbagai
model pembelajaran dengan memanfaatkan komputer seperti: e-learning (electronic
learning), Computer Assisted Instruction (CAI), Computer Based Instruction (CBI), dan
e-teaching (electronic teaching) sangat mungkin menghandle perkembangan dunia
pendidikan. Model pembelajaran tersebut memungkinkan guru dan peserta didik mencari
bahan pembelajaran sendiri langsung dari situs-situs di internet melalui komputer sebagai
sarana belajar. Dengan memahami cara menggunakan komputer, guru dan peserta didik
dapat mengakses bahan pelajaran melalui jaringan intranet dan internet, dan melalui CD
dapat mempelajari bahan pembelajaran secara interaktif dan menarik, tanpa harus
didampingi oleh seorang guru secara langsung. Dengan demikian Dunia pendidikan
termasuk yang sangat diuntungkan dari kemajuan TIK karena memperoleh manfaat yang
luar biasa. Mulai dari eksplorasi materi-materi pembelajaran berkualitas seperti literatur,
jurnal, dan buku, membangun forum-forum diskusi ilmiah, sampai konsultasi/diskusi
dengan para pakar di dunia, semua itu dapat dengan mudah dilakukan dan tanpa
mengalami sekat-sekat karena setiap individu dapat melakukannya sendiri.
Bagi negara-negara maju, pendidikan berbasis TI bukan hal yang baru lagi.
Mereka telah terlebih dulu dan lebih maju dalam menerapkan berbagai teknik dan model
pendidikan berbasis TIK. Indonesia masih tergolong pemula dalam menerapkan sistem
ini. Namun sebagai pemula tentu kita punya kesempatan berharga untuk belajar banyak
atas keberhasilan dan kegagalan negara-negara maju yang telah menerapkannya sehingga
penerapan pendidikan berbasis TIK di Indonesia menjadi lebih terarah. Sebagai pemula,
Pemerintah Indonesia sudah termasuk cepat dalam menanggapi kebutuhan dunia
pendidikan terhadap TI. Sebagai contoh, pada pendidikan tinggi (kampus), ketersediaan
internet kini semakin meluas, mulai tersedia teknologi video conference, yang semuanya
itu memberikan penguatan pada proses belajar mengajar dikampus. Demikian juga pada
pendidikan dasar, menengah dan kejuruan, Pemerintah telah membangun situs
pembelajaran e-dukasi.net, penyediaan jardiknas (meski masih belum menyeluruh)
adalah wujud nyata langkah pemerintah dalam membangun e-education pada dunia
pendidikan di tanah air, demikian pula peluncuran e-book, serta pengembangan e-library
pada berbagai perpustakaan pemerintah maupun perguruan tinggi. Semua hal tersebut
tidak lain adalah upaya pemerintah untuk mendorong kemajuan TIK dalam pendidikan
kita agar pendidikan di Indonesia dapat lebih cepat mengejar ketertinggalannya dari
Negara-negara lain.
Paparan makalah berikut ini mencoba untuk memberikan berbagai aspek
tentang pendidikan berbasis TIK, dimulai dari hal yang mendasar yakni pengertian,
kemudian dilanjutkan dengan model pendidikan berbasis TIK, media TIK dalam
pembelajaran, Komponen utama sistem pendidikan berbasis TIK, laboratorium virtual,
strategi penerapan pendidikan berbasis TIK, dan paling akhir akan ditutup dengan suatu
simpulan.
II. Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pendidikan berbasis TIK adalah suatu sistem pendidikan dimana proses belajar-
mengajar berlangsung dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi dan komunikasi
(TIK). Dalam sistem ini interaksi antara pengajar dan peserta didik tidak harus saling
bertatap muka (bertemu) secara fisik seperti halnya dalam sistem pembelajaran
konvensional, namun mereka bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet) dengan
memanfaatkan suatu media yang disebut komputer. Dalam konteks pembelajaran
berbasis TIK ini terjadi pergeseran pola interaksi antara guru dan siswa, dimana pada
pembelajaran konvensional guru berperan sebagai sumber belajar yang berkewajiban
mentransfer pengetahuan, sedangkan pada pembelajaran berbasis TIK guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator belajar bagi peserta didiknya. Hal-hal fisik menyangkut
materi pembelajaran, buku, dalam sistem pembelajaran konvensional, pada pendidikan
berbasis TIK berubah menjadi bentuk informasi digital. Dengan perubahan tersebut,
maka mereka tidak harus bertatap muka secara fisik, maka cara mengajar guru dan cara
belajar peserta didik juga harus berubah. Pendidikan berbasis TIK akan mengubah
perilaku guru dan peserta didik dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar. Guru
dan peserta didik harus sama-sama menguasai instrumen teknologi informasi yang
digunakan didalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung.
Mencermati difinisi di atas, maka tantangan dalam implementasi pembelajaran
berbasis TIK akan terasa sangat berat. Disamping karena harus mengubah cara maupun
proses belajar mengajar guru dan peserta didik, investasi berupa penyediaan
insfrastruktur TIK yang memadai juga menjadi masalah tersendiri. Atas kondisi tersebut
maka pendidikan berbasis TIK kemudian mengambil bentuk-bentuk yang lebih sederhana
untuk mengurangi beban prasyarat implementasi pendidikan berbasis TIK tersebut,
seperti menggunakan jaringan intranet (intranet adalah jaringan komputer lokal yang
merupakan bentuk miniatur dari internet) dan menggunakan media CD-ROM. Proses
pembelajaran pada jaringan lokal intranet memiliki karakteristik hampir sama dengan
proses pembelajaran pada jaringan internet, hanya saja dilakukan dalam satu ruangan atau
dalam satu gedung atau dalam area yang terbatas. Pada sistem berbasis CD-ROM, materi
pembelajaran dibawa oleh murid dalam bentuk CD-ROM, kemudian dipelajari pada
komputer masing-masing.
Satu hal yang harus diingat, apapun bentuk yang diambil dari pendidikan
berbasis TIK, harus tetap mengacu pada tujuan utama yakni memperbaiki secara
signifikan kualitas belajar dan pembelajaran dan juga meningkatkan literasi teknologi
informasi.
III. Model Sistem Pembelajaran Berbasis TIK
Ada 2 model sistem pembelajaran berbasis TIK, yaitu pembelajaran yang tidak
sinkron (Asynchronous learning) dan pembelajaran yang sinkron (Synchronous learning).
A. Pembelajaran Tidak Sinkron
Pada model tidak sinkron, proses pembelajaran berlangsung dimana antara
pengajar dan peserta pembelajaran dilakukan pada waktu yang berbeda. Seorang peserta
dapat mengambil materi pembelajaran pada waktu yang berbeda dengan pengajar
memberikan materi pembelajaran.
Untuk saat ini, pembelajaran tidak sinkron lebih banyak digunakan, karena:
pertama, peserta tidak harus terikat dengan waktu, peserta dapat mengambil materi
pembelajaran kapan dan dimana saja, kedua, relatif lebih mudah dan lebih sederhana
dalam implementasinya, dan terakhir, dari kebutuhan sumber daya terutama infrastruktur
internet relatif lebih murah. Kekurangan model pembelajaran ini adalah interaksi dua
arah yang bersifat real time antara pengajar dan peserta pembelajaran tidak dapat
diselenggarakan, namun demikian, meski tidak bersifat real time, model pembelajaran ini
dapat dilengkapi dengan fasilitas forum, untuk menjaga interaktifitas antara peserta didik
dan pengajar, atau antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, dalam
mendiskusikan berbagai topik materi pembelajaran.
B. Pembelajaran Sinkron
Pada model sinkron, proses pembelajaran dilakukan secara bersamaan, terjadi
interaksi dua arah antara pengajar dan peserta pembelajaran. Model ini mirip dengan
proses pembelajaran konvensional di kelas, oleh karena itu model pembelajaran sinkron
sering disebut virtual classroom. Interaksi dua arah yang bersifat real time antara
pengajar dan peserta pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi
teleconference dan chatting.
Sesungguhnya model pembelajaran sinkron pada internet adalah bentuk paling
ideal dari pendidikan berbasis TIK, karena dengan model ini seorang pengajar bisa
menjelaskan materi pembelajaran dengan peserta didik yang tersebar di seluruh dunia.
Akan tetapi model ini membutuhkan sumber daya yang sangat besar, terutama
penyediaan infrastruktur internet dengan bandwidth berkapasitas tinggi. Namun demikian
keterbatasan tersebut untuk saat ini dapat diatasi dengan memanfaatkan jaringan lokal
intranet sebagai alternatif pilihan
IV. Media Pembelajaran Berbasis TIK
Pada pembelajaran berbasis TIK tdak dapat dipisahkan dari peran teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) sebagai media dalam pembelajaran. Beberapa media
yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis TIK, adalah:
a. Internet
Internet adalah media sesungguhnya dalam pendidikan berbasis TIK, karena dari
perkembangan internet kemudian muncul model-model e-learning, distance learning, web
base learning, dan istilah pendidikan berbasis TIK lainnya. Internet merupakan jaringan
komputer global yang mempermudah, mempercepat akses dan distribusi informasi dan
pengetahuan (materi pembelajaran) sehingga materi dalam proses belajar mengajar selalu
dapat diperbaharui. Sudah seharusnya dalam penerapan pendidikan berbasis TIK tersedia
akses internet. Namun demikian untuk menunjang pelaksanaan program pembelajaran
berbasis TIK ini perlu disiapkan sumber daya manusia melalui program pelatihan e-
learning.
b. Intranet
Intranet menjadi alternatif penting sebagai media pendidikan berbasis TIK, ketika
terjadi kendala dalam penyediaan infrastruktur internet. Karakteristik intranet hampir
sama dengan internet, hanya saja untuk area lokal saja (dalam suatu kelas, sekolah,
gedung, atau antar gedung). Model-model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron dapat
dengan mudah dan lebih murah dijalankan pada intranet.
c. Mobile Phone / Handphone
Pembelajaran berbasis TIK juga dapat dilakukan dengan menggunakan media
telpon seluler (handphone), karena kemajuan teknologi telpon seluler maka seseorang
bisa mengakses materi pembelajaran, mengikuti proses pembelajaran melalui telpon
seluler. Pembelajaran dengan berbasis telepon seluler populer disebut M-learning
(mobile-learning). Dengan model m-learning, maka pembelajaran dapat dilakukan di
mana saja dan kapan sana dengan mudah dan praktis karena media yang digunakan
sangat mobile.
d. CD-ROM/Flash Disk
Media CD-ROM atau flash disk dapat menjadi pilihan apabila koneksi
jaringan internet/intranet tidak tersedia. Materi pembelajaran disimpan dalam media CD-
ROM atau Flash Disk, kemudian dibuka dan dipelajari pada suatu komputer.
Pemanfaatan media CD-ROM/flash disk merupakan bentuk pembelajaran berbasis TIK
yang paling sederhana dan paling murah.
V. Komponen Utama dalam Pembelajaran Berbasis TIK
Ada 2 komponen utama dalam pembelajaran berbasis TIK, yaitu Learning
Management System (LMS), dan Learning Content (LC).
A. Learning Management System (LMS)
LMS merupakan suatu sistem komputer yang dapat diibaratkan sebagai staff
administrasi yang akan mengatur penyelenggaraan proses pembelajaran.
Berikut adalah beberapa fungsi dari LMS:
a. Mengelola materi pembelajaran
Setiap mata pelajaran akan memiliki materi pembelajaran. Setiap materi
pembelajaran akan dikelompokkan berdasarkan kelas (seperti kelas 1, 2, 3) dan juga
semester. Pada setiap semester, materi pembelajaran akan dikelompokkan
berdasarkan pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Setiap materi
pembelajaran kemudian dapat mengalami perubahan atas dasar pergantian
kurikulum.
b. Registrasi dan Persetujuan
Fungsi ini bermanfaat dalam membatasi mereka yang berhak mengikuti pelajaran
dengan mereka yang tidak berhak. Hal ini disebabkan bahwa setiap pelajaran
memiliki struktur dan tingkatan, dan untuk mempelajarinya perlu prasyarat. Untuk
itulah pentingnya registrasi dan persetujuan.
c. Merekam aktifitas belajar mengajar
Peran ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: berapa lama, kapan
mulai, kapan berakhir proses belajar mengajar (mengakses materi pembelajaran),
siapa saja yang hadir, proses diskusi (tanya jawab) yang terjadi, dan memberikan
peringatan kepada peserta. Hal ini penting untuk penilaian proses pembelajaran.
d. Melakukan evaluasi
Merupakan fungsi LMS untuk melakukan evaluasi terhadap proses belajar mengajar
menyangkut: mengukur kemajuan peserta antara sebelum melakukan pembelajaran
dengan sesudah pembelajaran, mengukur seberapa jauh pemahaman peserta
terhadap materi, dan atas dasar hasil evaluasi kemudian memberikan saran ke
peserta untuk mengulang kembali beberapa materi pembelajaran yang dianggap
kurang. Aspek evaluasi lain yang bisa dilakukan adalah mengukur kepuasan atau
persepsi peserta terhadap materi pembelajaran terutama dalam hal penyajian materi.
e. Media komunikasi
LMS dapat menjadi media komunikasi, menyampaikan pengumuman,
meningkatkan interaktifitas antara pengajar, peserta didik, dan pihak administrator.
f. Pelaporan
Merupakan muara akhir dari fungsi-fungsi LMS di atas yaitu untuk pembuatan
pelaporan otomatis dan transparan menyangkut hasil dan proses belajar mengajar.
Pembuatan laporan dapat dibuat berdasarkan hak-hak akses dari komponen sekolah.
Sebagai contoh pelaporan untuk pimpinan (pihak atasan), pengajar, peserta didik
bahkan mungkin orang tua dapat mengakses dengan fasilitas yang berbeda-beda.
B. Learning Content
Learning content adalah materi pembelajaran itu sendiri, yang akan disajikan
kepada peserta didik. Isi materi harus dibuat oleh mereka yang punya kompetensi
dibidangnya dalam hal ini adalah guru mata pelajaran, tidak peduli apakah mereka
memahami banyak tentang TI atau tidak. Setelah isi materi selesai dibuat baru kemudian
dibuatkan versi elektroniknya oleh para pengembang content (content developers)
sehingga bisa dimasukkan ke LMS.
Penyajian content harus mengandung daya tarik sehingga peserta memiliki
minat untuk membaca (mempelajari), mengandung unsur-unsur animasi, suara, video,
interaktif, dan simulasi, namun demikian harus tetap memperhatikan bandwidth dari
internet atau intranet sehingga tidak terlalu lambat tampil saat dipelajari oleh peserta.
Dalam mempelajari materi, peserta harus memiliki kontrol terhadap penyajian materi,
dapat melompat dari satu topik ke topik yang lainnya. Fasilitas forum, chatting, dan video
conference dapat digunakan untuk menjaga interaktifitas.
VI. Virtual Laboratory
Virtual lab merupakan salah satu learning content yang berwujud piranti lunak
komputer yang dirancang agar seseorang dapat melakukan aktifitas-aktifitas experiments
seperti halnya mereka melakukan experiments di laboratorium sebenarnya. Ada 2
komponen penting dalam virtual lab, yaitu: simulasi dan animasi. Simulasi bertujuan
menggambarkan lingkungan nyata dalam suatu sistem. Melalui simulasi peserta dapat
melakukan percobaan dengan cara penggantian nilai parameter-parameter, sehingga
menimbulkan perilaku berbeda terhadap percobaan yang dilakukan. Perilaku-perilaku
berbeda tersebut kemudian ditampilkan melalui animasi. Hasil-hasil percobaan juga
secara otomatis dapat direkam oleh sistem dan pada akhirnya dapat diambil sebagai
pelaporan.
Virtual lab paling ideal dijalankan di internet, sehingga peserta dapat melakukan
percobaan darimana dan kapan saja. Namun demikian dapat juga dijalankan dalam
lingkungan intranet atau komputer standalone. Dengan virtual lab gedung maupun alat
lab fisik diubah menjadi komputer dan piranti lunak virtual lab.
VII. Strategi Pengembangan Pendidikan Berbasis TIK
Pada bagian ini, penulis mencoba untuk memberikan pandangan sebagai suatu
strategi dalam pengembangan pendidikan berbasis TIK. Strategi menjadi suatu yang
sangat penting disini agar pengembangan pendidikan berbasis TIK memiliki tahapan-
tahapan yang jelas, terarah, dan terukur, sehingga investasi (anggaran) besar yang
dihabiskan dalam penyelenggaraan pendidikan, dapat mencapai hasil yang optimal.
Arah pengembangan pendidikan berbasis TIK harus tertuang dalam suatu grand
design (blue print). Pada grand design tersebut setidak-tidaknya menyentuh atau
mengatur secara jelas mengenai hal-hal berikut ini;
1. Menentukan model pembelajaran berbasis TIK yang akan diselenggarakan.
Setidaknya ada 3 model pendidikan berbasis TIK yang dapat dikembangkan, yaitu:
pertama, model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron berbasis internet, kedua,
model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron berbasis intranet, dan terakhir, model
pembelajaran tidak sinkron dengan memanfaatkan CD-ROM/Flash Disk. Model-
model tersebut dibuat atas dasar ketersediaan anggaran dan kesiapan sekolah dalam
melakukan pembelajaran berbasis TIK.
2. Merancang suatu skenario berjenjang atau bertahap dalam menerapkan pendidikan
berbasis TIK.
Sistem pendidikan ini tidak mungkin diterapkan secara serempak pada seluruh
sekolah, mengingat jumlah sekolah sangat banyak. Meski demikian, harus ada suatu
perencanaan dalam jangka waktu berapa tahun seluruh sekolah akan terjangkau oleh
sistem pendidikan ini. Skenario berjenjang yang dimaksud disini adalah bertahap
dalam hal jumlah sekolah dan berjenjang dalam menerapkan model pendidikan yang
digunakan. Dalam skenario berjenjang terdapat hal-hal berikut yang harus diatur.
a. Skenario Bertahap dalam Pemilihan Sekolah
Karena penerapan pendidikan berbasis TIK tidak dapat secara serempak
dilakukan untuk seluruh sekolah, maka harus ada mekanisme seleksi yang jelas
dan bersifat kompetisi, dalam memilih sekolah. Mekanisme ini penting karena:
pertama, untuk mengetahui keseriusan dan kesiapan sekolah, kedua, untuk
mengetahui model pembelajaran yang cocok untuk suatu sekolah. Mekanisme
seleksi dapat dilakukan atas dasar proposal self evaluation (evaluasi diri) dan atau
proposal jenis lainnya dari sekolah. Proposal ini berguna untuk mengetahui
kesiapan dan dukungan dari sekolah. Setidak-tidaknya ada 4 dukungan yang dapat
diberikan sekolah terhadap pengembangan pendidikan ini, yaitu: dukungan
infrastruktur, dukungan pengembangan learning content, dukungan penyiapan
tenaga administrator TIK disekolah, dan dukungan percepatan penguasaan TIK
dikalangan pengajar (guru).
b. Skenario berjenjang dalam penerapan model pendidikan
Sekolah-sekolah yang terpilih dalam mekanisme seleksi di atas, akan
terkelompok ke dalam 3 model pendidikan (lihat poin 1 di atas). Kelompok model
1 memiliki jumlah sekolah paling sedikit, kelompok model 2 memiliki jumlah
sekolah lebih banyak dari kelompok 1, dan kelompok model 3 memiliki jumlah
sekolah paling banyak. Pada suatu periode tertentu (mungkin setiap 1 tahun)
kelompok-kelompok tersebut dinilai (dievaluasi). Sekolah yang memiliki
kemajuan dalam pendidikan berbasis TIK, kemudian diubah kelompokknya ke
model yang lebih tinggi.
3. Pengembangan Fundamental Infrastructure. Komponen yang termasuk ke dalam
infrastruktur mendasar, antara lain:
a. Penyediaan media Internet/Intranet.
Permasalahan utama dalam penyediaan internet adalah memilih kanal komunikasi
dan kapasistas bandwidth. Pemilihan ini sangat terkait dengan model
pembelajaran yang diselenggarakan dan ketersediaan anggaran. Pembelajaran
yang menggunakan tele-conference tentu membutuhkan kapasitas bandwidth
yang lebih tinggi dan anggaran relatif besar. Untuk intranet, semasih jangkauan
area jaringan masih dalam satu sekolah, media komunikasi dapat menggunakan
sistem peng-kabel-an.
b. Pengembangan LMS.
LMS adalah staf administrasi-nya sistem pembelajaran berbasis TI, yang akan
mengelola jalannya proses belajar mengajar. LMS cukup dikembangkan satu
untuk semua sekolah karena karakteristiknya sama, sehingga LMS lebih tepat
dikembangkan oleh pemerintah (instansi terkait) kemudian didistribusikan ke
setiap sekolah.
c. Pengembangan Learning Content dan Website Pembelajaran.
Learning content adalah isi materi pelajaran, sedangkan situs website
pembelajaran adalah tempat mem-publish learning content di internet sehingga
mudah terjangkau oleh sekolah-sekolah (sama dengan situs e-dukasi.net). Berbeda
dengan materi pembelajaran konvensional yang mungkin perubahan
kurikulumnya terjadi dalam waktu 5 tahun, materi pembelajaran pada pendidikan
berbasis TIK harus selalu mengalami pengayaan dan pembaharuan, karena disini
salah satu ciri khas pendidikan ini. Disamping dengan cara melakukan eksplorasi
materi pembelajara di internet, Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk
pengayaan dan pengembangan learning content adalah meng-organize para guru
yang memiliki kompetensi di masing-masing bidang (mata pelajaran).
d. Penyiapan tools atau aplikasi komunikasi untuk mendukung proses pembelajaran.
Tools komunikasi melipui tools untuk tele-conference, chatting, dan forum.
4. Pengembangan Virtual Laboratory.
Lab maya ini harus dikembangkan secara terus menerus baik dari segi kualitas dan
kapasitas. Sengaja penulis menaruh virtual lab sebagai poin tersendiri disini (yang
seharusnya bagian dari learning content), sebagai bentuk penekanan khusus.
Keberadaan virtual lab sangat penting bagi sekolah-sekolah dan merupakan cara
singkat membangun lab dengan biaya yang jauh relatif lebih murah. Hampir semua
mata pelajaran dapat dibuatkan virtual lab-nya. Virtual lab dapat memberikan
pemahaman yang lebih komprehensif peserta terhadap materi pelajaran.
5. Percepatan penguasaan TIK dikalangan pengajar (guru).
Para pengajar harus menguasai TIK minimal TIK yang berkaitan dengan proses
pembelajaran. Bila pengajar tidak menguasai TIK, hampir dipastikan pendidikan
berbasis TIK tidak akan berjalan.
6. Penyediaan Administrator TIK disekolah.
Administrator TIK disetiap sekolah sangat dibutuhkan untuk maintenance teknologi
informasi di sekolah. Teknologi internet/intranet atau yang lainnya sewaktu-waktu
dapat mengalami permasalahan. Disinilah tugas dari seorang administrator TIK.
7. Merancang skenario Evaluasi.
Evaluasi pelaksanaan sistem pendidikan berbasis TIK harus jelas dan terukur.
Evaluasi dapat dilakukan setidak-tidaknya dengan mengukur 2 hal berikut ini.
a. Mengukur kepuasan peserta ajar terhadap interaksi dan cara penyajian dari
komponen pembelajaran (LMS maupun materi pembelajaran)
b. Mengukur hasil pembelajaran berdasarkan tingkat penyerapan peserta terhadap
materi pembelajaran.
Evaluasi juga dapat mengukur tingkat penggunaan teknologi informasi dalam
kehidupan sehari-hari terhadap pengajar dan peserta ajar. Dari sini akan dapat
diketahui pengaruh sistem pendidikan berbasis TIK terhadap tingkat literasi teknologi
informasi dikalangan sekolah.
8. Merancang skenario Evaluasi.
Evaluasi pelaksanaan sistem pendidikan berbasis TIK harus jelas dan terukur.
Evaluasi dapat dilakukan setidak-tidaknya dengan mengukur 2 hal berikut ini.
a. Mengukur kepuasan peserta ajar terhadap interaksi dan cara penyajian dari
komponen pembelajaran (LMS maupun materi pembelajaran)
b. Mengukur hasil pembelajaran berdasarkan tingkat penyerapan peserta
terhadap materi pembelajaran.
Evaluasi juga dapat dilakukan untuk mengukur tingkat penggunaan teknologi
informasi dalam kehidupan sehari-hari terhadap pengajar dan peserta ajar. Dari sini
akan dapat diketahui pengaruh sistem pendidikan berbasis TIK terhadap tingkat
literasi teknologi informasi dikalangan sekolah.
Selain evaluasi yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di atas, evaluasi juga
dapat dilakukan atas dasar dukungan-dukungan sekolah yang ditulis diproposal
dengan kenyataan yang telah terrealisasi.
9. Pembentukkan Divisi Pendidikan Berbasis TIK. Sebagai wujud keseriusan
pemerintah dalam mengembangkan pendidikan berbasis TIK, maka pemerintah
(instansi terkait) harus membentuk divisi pusat pengembangan pendidikan berbasis
TIK atau devisi e-edukasi baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
VIII. Simpulan
Pengembangan pendidikan berbasis TIK perlu menjadi pemikiran serius
berbagai pihak, serta perlu strategi terstruktur dengan tahapan yang terarah pasti menuju
kepada upaya peningkatan kualitas pendidikan yang berkesetaraan global sehingga
pendidikan kita tidak semakin terpuruk di antara kemajuan pendidikan di dunia yang
sudah berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Harus ada skenario berjenjang dalam penerapan model pendidikan berbasis TIK
yang didasari atas kemampuan sekolah dalam menyerap dan mengimplementasikan
teknologi informasi dan komunikasi.
Perlu adanya regulasi pemerintah yang mendorong iklim sekolah, guru,
karyawan, siswa agar mampu mengubah paradigma pembelajaran konvensional yang
mutlak mengandalkan guru, menjadi pembelajaran modern yang menempatkan guru
sebagai fasilitator dan motivator belajar, dan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi sebagai sarana belajar.
Secara bertahap sekolah yang terlibat dalam pendidikan berbasis TIK harus
meningkat dalam pemanfaatan TIK untuk pembelajaran,
Perlu komitmen kuat guru, sekolah yang kuat, yang dapat dilihat dari dukungan
infrastruktur, dukungan learning content, dukungan percepatan penguasaan TIK
dikalangan pengajar, dan dukungan staff administrator dari sekolah.
Perlu dibentuk infrastruktur pendukung seperti divisi pusat pendidikan berbasis
TIK, baik pada tingkat provinsi, kabupaten, serta administrator di sekolah, untuk
mengorganisasikan penerapan sistem pendidikan berbasis TIK
IX. Kepustakaan
Antonius Aditya Hartanto dan Onno W. Purbo, (2002).E-Learning berbasis PHP dan MySQL, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta,
Bailey, D.H. (1996), Constructivism and Multimedia: Theory and Application: Inovation and Transformation. Journal of Instruction Media.
Budi Rahardjo, (2003) Proses e-Learning di Perguruan Tinggi, Seminar & Workshop, ITB.
___________, Internet Untuk Pendidikan, http://budi.insan.com, 2001.
Criswell, E.L. (1989). The Design of Computer-Based Instruction. New York: Mac Millan.
Rusman, (2000), Eksistensi Komputer dan Internet dalam Dunia Pendidikan, Jurnal Pendidikan FIP.
_________ (2004), Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pendidikan. Jurnal Edutech. Vol 3, No 1 Februari 2004. ISSN. 0852-1190
_________. (2007), Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa di SMK, Jurnal Teknodik-Pustekom Jakarta.
_________, (2009) Manajemen Kurikulum:Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Jakarta. Rajawali Pers. PT. RajaGrafindo Persada.
.