MAKALAH...

12
MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN Disusun oleh : Nimas Anindita (15105241007 / B – 1) Fauzan Alghifari (15105241008 / B – 1) Dhimas Aji B K (15105241019 / B – 1) Wisnu Prawijaya (15105244008 / B– 1) JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

Transcript of MAKALAH...

MAKALAH

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMUMATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN

Disusun oleh :

Nimas Anindita (15105241007 / B – 1)Fauzan Alghifari (15105241008 / B – 1)Dhimas Aji B K (15105241019 / B – 1)Wisnu Prawijaya (15105244008 / B– 1)

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIlmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif

dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehinggamenghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejalakealaman dan kemasyarakatan untuk mencapai kebenaran, memperolehpemahaman, memberi penjelasan ataupun melakukan penerapan.

Pendidikan adalah suatu proses mentransfer ilmu dari pendidik kepadapeserta didik. Ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan obyek pendidikan. Ilmuyang ditransfer umumnya ilmu pengetahuan yang bersifat memberi pengetahuanpeserta didik dengan harapan peserta didik mampu mengetahui segala macamkeadaan alam, sosial dan kebudayaan yang ada di dunia. Misalnya padapendidikan formal atau sekolah, obyek utama dalam proses pendidikan adalahilmu pengetahuan.

Mengapa pendidikan itu disebut ilmu? Karena, ilmu merupakan obyekutama dari pendidikan. Tanpa ilmu, segala sesuatu tidak dapat berjalandengan.misalnya, anak sejak kecil dididik oleh orang tuanya kalau makansupaya menggunakan tangan kanan, itulah yang dinamakan pendidikan danmakan menggunakan tangan kanan itulah yang disebut ilmu karena kalaumenggunakan tangan kiri tidak sopan. Contoh lain misalnya orang melamarpekerjaan, sebelum orang tersebut diterima menjadi karyawan tetap ia harusditraining. Training inilah yang dinamakan pendidikan dan materi-materi yangdilakukan selama training itulah yang disebut ilmu.

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :

1. Apa syarat pendidikan sebagai ilmu ?2. Apa sifat - sifat pendidikan sebagai ilmu ?3. Bagaimana pengembangan pendidikan sebagai ilmu ?

1.3 Tujuan makalah

Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut

1. Perbedaan pendidikan dan pengetahuan.2. Menjelaskan maksud ilmu normative, teoritis, praktis3. Menjelaskan cabang – cabang dan ilmu pendidikan

BAB II

ISI

2.1 Pendidikan sebagai ilmu

Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalamkehidupan manusia. Kita dapat mengatakan, bahwa di mana ada kehidupanmanusia, bagaimanapun juga di situ pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980:32). Pendidikan sebagai gejala yang universal, merupakan suatu keharusan bagimanusia, karena disamping pendidikan sebagai gejala sekaligus juga sebagaiupaya memanusiakan manusia itu sendiri.

Dengan perkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan akanadanya pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkanatas pemikiran yang matanmg. Manusia ingin lebih mempertanggungjawabkancaranya dia mendidik generasi penerusnya agar lebih berhasil dalammelaksanakan hidupny, dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesamadan dunia serta dalam hubungannya dengan Tuhan. Di sinilah muncul keharusanpemikiran teoritis tentang pendidikan.

Satu hal yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalahupaya sadar untuk mengembangkan potensi – potensi yang dimiliki manusia.Pengertian demikian menurut Soedomo (1990: 30), selalu dipegang oleh kalanganpendidikan.

Menurut M.J Langeveld (1955), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmupendidikan) adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah obyeknya untukmengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pulabetapa hendaknya bertindak.

Menurut S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiekadalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luaspaedagogiek adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal – soal yang timbuldalam praktek pendidikan.

Menurut Cater V. Good (1945: 36), ilmu pendidikan adalah suatu bangunanpengetahuan yang sistematis mengenai aspek – aspek kuantitatif dan objektifdan proses belajar, menggunakan instrumen secara seksama dalam mengajukanhipotesis – hipotesis pendidikan untuk diuji dan pengalaman, seringkali dalambentuk eksperimental.

Menurut Driyarkara (1980: 66 – 67), ilmu pendidikan adalah pemikiranilmiah, pemikiran yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitasyang kita sebut pendidikan (mendidik dan matis) tentang realitas yang kitasebut pendidikan (mendidik dan dididik). Kritis berarti bahwa orang tidakmenerima saja apa yang ditangkap atau muncul dalam benaknya, tetapi semuapernyataan, semua afirmasi harus mempunyai dasar yang kuat. Orang yangbersikap kritis, ingin mengerti betul – betul (tidak hanya membeo), inginmengalami sesuatu dengan seluk beluknya dan dasar – dasarnya. Metodis berartibahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu caratertentu. Sistematis berarti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai olehsuatu ide yang menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran – pikiran danpendapat – pendapat tidak tanpa hubungan, melainkan merupakan kesatuan.

Dari definisi – definisi Ilmu pendidikan yang diutarakan oleh paraahli dapat disimpulkan bahwa :

1. Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomenapendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannyadengan pendidikan dalam perpektif yang luas dan integratif.

2. Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang adahubungannya dengan pendidikan ini bukan hanya merupakangejala yang melekat pada manusia (gejala yang universal),dalam perpektif yang luas, melainkan juga sekaligusmerupakan upaya untuk memanusiakan manusia agarmenjadi sebenar – benarnya manusia (insan), yang hal inisecara integratif diperlukan penggunaan berbagai kajiantentang pendidikan (kajian historis, filosofis, psikologis dansosiologis tentang pendidikan).

3. Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitaspendidikan (mendidik dan dididik) dan pemikiran yangsistematik tentang pendidikan.

2.2 Syarat pendidikan sebagai ilmu

Ilmu adalah suatu pengetahuan yang disusun secara kritis, metodis dansistematis yang berasal dari observasi, studi dan eksperimentasi untukmenentukan hakikat dan prinsip – prinsip apa yang dipelajari.

Suatu kawasan studi dapat tampil atau menampilkan diri sebagai suatudisiplin ilmu, bila dipenuhi setidak – tidaknya tiga syarat, yaitu :

Memiliki objek studi (objek material dan objek formal)

Memiliki sistematika

Memiliki metode

Yang menjadi objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia.Apabila kita pelajari perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup dalammasyarakat maka perilaku itu disamping dapat dilihat dan segi ilmu pendidikanjuga dalat dilihat dan segi – segi yang lain seperti segi psikologis, sosiologis,antropologis.

Objek formal ilmu pendidikan adalah menelaah fenomena pendidikandan semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalamperspektif yang luas dan integratif. Fenomena pendidikan dan semua fenomena yangada hubungannya dengan pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekatpada manusia, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk memanusiakanmanusia agar menjadi sebenar – benar manusia (insan).Secara teoritik, sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga segitinjauan, yaitu:

Melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi

Dengan melihat pendidikan sebagai upaya sadar

Dengan melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi,sekaligus upaya sadar dengan mengantisipasi perkembangansosio – budaya di masa depan.

Selanjutnya syarat ketiga bagi disiplin ilmu yaitu memiliki metode. Metode– metode yang dapat dipakai untuk ilmu pendidikan sebagai berikut (Soedomo,1990: 46 – 47; Mub, Said, 1989)

A. Metode NormatifMetode normatif berkenaan dengan konsep manusia yang

diidealkan yang ingin dicapai oleh pendidikan. Metode ini juga membawapertanyaan yang berkenaan dengan masalah nilai baik dan nilai buruk.

B. Metode Eksplanatori

Metode eksplanatori bersangkut paut dengan pertanyaan tentangkondisi dan kekuatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.Dalam hal ilmu pendidikan mendapatkan bantuan dari berbagai teoritentang pendidikan yang boleh jadi dihasilkan oleh ilmu – ilmu lain.

C. Metode TeknologisMetode teknologis ini mempunyai fungsi untuk mengungkapkan

bagaimana melakukannya dalam menuju keberhasilan pencapaian tujuan– tujuan yang diinginkan.

D. Metode Deskriptif – FenomenologisMetode ini menciba menguraikan kenyataan – kenyataan

pendidikan dan kemudian mengklasifikasikan sehingga ditemukan yanghakiki.

E. Metode HermeneutisMetode ini mencoba menguraikan kenyataan – kenyataan

pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna danstruktur dari kegiatan pendidikan.

F. Metode Analisis Kritis (Filosofis)Metode ini menganalisis secara kritis tentang istilah – istilah,

pernyataan – pernyataan, konsep – konsep dan teori – teori yang adaatau digunakan dalam pendidikan.

Syarat lain bagi disiplin ilmu pendidikan adalah memiliki evidensiempiris. Yang dimaksud dengan evidensi empiris adalah adanyakesesuaian (korespondensi) antara konsepsi teoritisnya denganpermasalahan – permasalahan dalam praktek sehingga disampingdapat menjelaskan kasus – kasus yang timbul, juga sekaligus dapatmendukung diaplikasikannya dalam menjawab permasalahanpendidikan di lapangan, dalam lingkup kajian ilmu pendidikan. Inisesua dengan sifat ilmu pendidikan, yaitu teoritis dan praktis.

2.3Sifat Ilmu PengetahuanSelain memiliki unsur-unsur ilmu pengetahuan, harus juga memilikisifat-sifat yang wajib diketahui, diantaranya :a. Rasionalb. Empirisc. Fakta dan Teorid. Universale. Akumulatiff. Sebagai Ilmu Normatifg. Praktis dan Teoritish. Rohaniahi. Historis

Penjelasan

a. RasionalIlmu pengetahuan harus bersifat rasional artinya ilmu

tersebut harus mempunyai sifat kegiatan berpikir yang

ditundukan pada logika atau penalaran . Berpikir rasionalberarti berpikir secara sistematis yang kompleks dan konsepsionaldengan kemampuan menggunakan lambang untuk dapatmemberi arti yang hampir tidak terbatas kepada suatu objekmaterial, seperti pada suara, gerak, warna dan rasa.

b. EmpirisIlmu pengetahuan harus bersifat empiris artinya kesimpulan

atau konklusi ilmu pengetahuan yang diambil harus tundukkepada pemeriksaan atau verifikasi indra manusia, makakaidah logika formal dan hukum sebab-akibat harus menjadidasar kebenaran yang bersifat relitas objektif dan netral.

c. Fakta dan TeorIIlmu pengetahuan terdiri atas dua unsur besar, yaitu fakta

dan teori. Teori mendefinisikan fakta sebagai observasi empirisyang bisa diverifikasi dan mempunyai tugas menempatanhubungan yang terdapat diantara fakta-fakta itu. Ilmu tidakdapat disusun hanya berdasarkan fakta saja, tetapi untukmenjadi ilmu pengetahuan fakta harus disusun dalam suatusistem dan diinterpretasikan sehingga tanpa metode tersebutsuatu fakta tidak akan bisa menjadi ilmu.

d. UniversalIlmu pengetahuan harus bersifat umum artinya kebenaran

yang dihasilkan ilmu pengetahuan dapat diperiksa oleh parapeninjau ilmiah dan dapat dipelajari atau diikuti secara umumserta dapat diajarkan secara umum pula. Kebenaran ilmu tidakbersifat rahasia tetapi memiliki nilai sosial sehingga kewibawaanilmiah didapat setelah hasil itu diketahui, diselidiki dandibenarkan veliditasnya oleh sebanyak mungkin ahli dalambidang ilmu tesebut.

e. AkumulatifIlmu pengetahuan harus bersifat akumulatif atau saling

berkaitan artinya ilmu pengetahuan tersebut harusdiketengahkan hubungan antara ilmu dan kebudayaan sebabilmu merupakan salah satu unsur kebudayaan manusia.Misalnya, untuk dapat belajar manusia mempunyai kemampuanberbicara dan berbahasa. Selain itu, ilmu pengetahuan yangdikenal dewasa ini, merupakan kelanjutan dari ilmu yang adasebelumnya.

f. NormatifSebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan

merumuskan kaidah atau pedoman atau ukuran tingkah lakumanusia. Sesuatu yang normatif berarti berbicara masalah baikatau buruk dari perilaku manusia. Ilmu Pendidikan merumuskanperaturan-peraturan tentang bertingkah laku manusia untukmencapai keteraturan hidup.Keteraturan hidup akan menjaminkelangsungan keeratan (kohesi)antarmanusia (hubungan sosialmanusia).

Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah“ manusia ” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia itubiasanya termasuk bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi.Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnyaterhadap konsep serta praktik-praktik pendidikan. Karenapandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yangdijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yangmelakukan pendidikan.

Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untukmenentukan ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktikpendidikan. Nilai-nilai tidak diperoleh hanya dari praktik danpengalaman mendidik, tetapi secara normative bersumber darinorma masyarakat, norma filsafat dan pandangan hidup,malah dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang.

Karena Ilmu Pendidikan bersifat normatif berarti pulabersifat praktis karena ilmu pendidikan sebagai bahan ajar yangpatut diterapkan sehingga pendidik bertugas menanamkansistem-sistem norma bertingkah laku manusia yang dibanggakan,dihormati, dan dijunjung tinggi oleh masyarakat.

g. Praktis dan TeoritisIlmu pendidikan adalah termasuk ilmu pengetahuan

empiris yang diangkat dari pengalaman pendidikan,kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secarapraktis. Dengan menempatkan kedudukan ilmu pendidikandidalam sistemmatika ilmu pengetahuan.

Ilmu pendidikan bersifat normatif berarti pendidikanjuga bersifat praktis karena pendidikan sebagai bahan ajaryang patut diterapkan dalam kehidupan, sehingga pendidikbertugas menanamkan sistem-sistem norma tingkah lakumanusia yang dibanggaakan, dihormati dan dijunjung tinggioleh masyarakat (kondisi sebaliknya akan menyebabkan anak

dijauhi oleh masyarakat).

Secara etis ilmu pendidikan diarahkan untukmenciptakan kesejahteraan hidup manusia, sebaliknyatindakan yang ditujukan untuk menistakan atau melaratkanmanusia dikatakan diluar perbuatan pendidikan. Dalam ilmumendidik teoritis para cerdik pandai mengatur danmensistemkan didalam pemikiran masalah yang tersusunsebagai pola pemikiran pendidikan. Jadi dari pratik-pratikteoritis inilah pendidikan disusun secara teoritis. Danpemikiran-pemikiran teoritis inilah yang disusun dalam suatusistem pndidikan yang biasa disebut Ilmu mendidik teoritis.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwapendidikan sebagai ilmu praktis adalah suatu praktekpendidikan untuk mendapatkan kemudahan dankenyamanan dalam mencari pengetahuan. Pendidikansebagai ilmu teoritis adalah pendidikan dilaksanakanberdasarkan teori yang sudah ada untuk mempermudahjalanya pendidikan.

h. RohaniahIlmu pendidikan bersifat rohaniah karena selalu

memandang peserta didik sebagai makhluk yang bersusiladan ingin menjadikannya sebagai makhluk yang beradab.

i. HistorisIlmu pendidikan bersifat historis karena menguraikan

teori sistem pendidikan sepanjang jaman dan kebudayaanserta makna filosofis yang berpengaruh pada jamantertentu.

2.4 Pengembangan pendidikan

Pengembangan pendidikan menjadi topik yang selalu hangatdibicarakandari masa ke masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orangmembicarakan tentang hal-halyang berkaitan dengan pendidikan. Dalampengembangan pendidikan, secara umumdapat diberikan dua buah modelpengembangan yang baru yaitu: Pertama "top-downmodel" yaitu pengembanganpendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagaipimpinan/atasan yangditerapkan kepada bawahan; seperti halnya pengembanganpendidikan yangdilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional selama ini.

Kedua"bottom-up model" yaitu model pengembangan yang bersumber danhasil ciptaan daribawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkanpenyelenggaraan dan mutupendidikan. Abdul Majid mendefinisikanpengembangan pembelajaran adalah suatu proses mendesain pembelajaransecara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yangakan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikanpotensi dan kompetensi siswa. Pengembangan pembelajaran hadir didasarkanpada adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telahmembawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimanaberbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan danpeningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan pembelajaranhadir juga didasarkan pada adanya sebuah kesadaran orang tua akanpentingnya pendidikan yang berkualitas bagi anak-anaknya semakin meningkat,sekolah yang berkualitassemakin dicari, dan sekolah yang mutunya rendahsemakin ditinggalkan. Orang tua tidak peduli apakah sekolah negeri ataupunswasta. Kenyataan ini terjadi hampir di setiap kota di Indonesia, sehinggamemunculkan sekolah-sekolah unggulan di setiap kota. Sehubungan dengan haltersebut, maka proses belajar mengajar di ruang kelas telah pula banyakmenarik perhatian para peneliti dan praktisi pendidikan dalamrangkameningkatkan mutu pembelajaran.

Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran perlu digalakkan, sehinggadapat diketahui secara nyata, apa, mengapadan bagaimana upaya-upaya yangseharusnya dilakukan dalam meningkatkan mutupembelajaran yangdiharapkan. Dengan demikian pembelajaran perlu dikelola dengan baik agardapat mencapai hasil yang optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengelolaanpembelajaran merupakan kunci keberhasilan menuju pembelajaran yangberkualitas.

Asumsi penulis, dalam hal ini adalah

1. Pengelolaan pembelajaran merupakan kunci keberhasilan pembelajaran2. Keberhasilan pembelajaran dapat terwujud jikaditentukan oleh kualitas

manajemennya. Semakin baik kualitas pengelolaanpembelajaran, semakinefektif pula pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuannya dan

3. Pengelolaan pembelajaran yang efektif mempersyaratkan adanyakemampuanmenciptakan, mempertahankan dan memperbaikipembelajaran, baik yang dilakukan didalam sekolah maupun di luarsekolah.

BAB 3PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan jugasebagai dinamisator masyarakat itu sendiri. Memang kita semua mengatahuibetapa sektor pendidikan selalu terbelakang dalam berbagai sektorpembangunan lainnya, bukan saja karena sektor itu lebih dilihat sebagi sektorkonsumtif, juga karena “by definition” pendidikan adalah penjaga status quomasyarakat itu sendiri. Bayangkan betapa runyamnya kehidupan ini apabilatidak ada dasar pijakan dan tidak ada bintang penunjuk jalan.

Dibawah ini akan kami kemukakan syarat – syarat ilmu pengetahuan yangada pada umumnya seta persetujuan antara para ahli ilmu pengetahuan sebagaiberikut.1. Syarat pertama ialah ilmu itu harus ada objeknya, tiap-tiap ilmu pengetahuanharus ada objek tertentu. Objek itu dapat sesuatu yang berwujud, misalnyapsikologi kimia dan ada pula sesuatu yang tidak berwujud (seesuatu yangabstrak) misalnya ilmu pengetahuan.2. Syarat kedua ialah ilmu itu disusun secara sistematis. Ilmu harus disusunsecara teratur sehingga bagian-bagiannnya tidak bertentangan satu sama lain,tetapi merupakan satu kesatuan yang lengkap.3. Syarat ketiga yaitu ilmu harus memiliki metodologi tetentu. Syarat ketiga inisebenarnya erat sekali hubungannya dengan syarat kedua sebab teraturtidaknya dari hasil penyelidikan tergantung kepada cara-cara mengaturnya,yang mana hal ini termasuk lapangan/ bagian metodologi.

Sifat-sifat pendidikan sebagai ilmu

Pendidikan sebagai disiplin ilmu harus memiliki tiga syarat yaitu memilikiobyek studi (obyek material dan obyek formal), memiliki sistematika, danmemiliki metode. Pertama, kajian ilmu pendidikan memiliki obyek meterial yangdisebut sebagai perilaku manusia. Perilaku manusia yang hidup dalammasyarakat pun bisa juga bisa dilihat dari segi-segi lainnya seperti psikologis,sosiologis dan antoropologis. Obyek formal ilmu pendidikan adalah menelaahfenomena pendidikan dalam perpektif yang luas dan integratif.

Kedua, ilmu pendidikan harus memiliki sistematika. Sistematika dalamilmu pendidikan dibedakan dalam tiga tinjauan. Ketiga tinjauan itu adalahmelihat gejala pendidikan sebagai gejala manusiawi, melihat pendidikan sebagaiupaya sadar, dan upaya melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, sekaligusupaya sadar untuk mengantisipasi perkembangan sosio-budaya di masa depan.

Ketiga, ilmu pendidikan harus memiliki metode. Metode merupakan jalanatau upaya ilmiah untuk memahami dan mengembangkan ilmu yangbersangkutan. Metode yang sering dipakai dalam ilmu pendidikan seperti metodenaratif, metode eksplanatori, metode teknologis, metodedeskriptif-fenomenologis, metode hermeneutis dan metode analisis krits(filosofis)

Pengembangan pembelajaran hadir didasarkan pada adanyaperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah membawa perubahandi hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahanhanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmupengetahuan dan teknologi. Selain ilmu pengetahuan dan teknologi,pengembangan pembelajaran hadir juga didasarkan pada adanya sebuahkesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan yang berkualitas bagi anak-anaknya semakin meningkat, sekolah yang berkualitas semakin dicari, dansekolah yang mutunya rendah semakin ditinggalkan.

Orang tua tidak peduli apakah sekolah negeri ataupun swasta. Kenyataanini terjadi hampir di setiap kota di Indonesia, sehingga memunculkansekolah-sekolah unggulan di setiap kota. Sehubungan dengan hal tersebut, makaproses belajar mengajar di ruang kelas telah pula banyak menarik perhatianpara peneliti dan praktisi pendidikan dalam rangka meningkatkan mutupembelajaran.

Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran perlu digalakkan, sehinggadapat diketahui secara nyata, apa, mengapa dan bagaimana upaya-upaya yangseharusnya dilakukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran yangdiharapkan. Dengan demikian pembelajaran perlu dikelola dengan baik agardapat mencapai hasil yang optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Siswoyo, Dwi dkk (2013). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press

http://www.slideshare.net/uiuidd/makalah-pendidikan-sebagai-ilmu(diakses Minggu, 4 Oktober 2015 Pukul : 19.00 WIB)