Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

29
MAKALAH Disusun oleh: Firda Puspita Sari 20138100910 Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP)

description

Islam tidak pernah mempertentangkan hak pria dan wanita.Islam sangat memuliakan wanita. Al-Qur’an dan sunnah memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan yang terhormat kepada wanita, baik dia sebagai anak, istri, ibu, saudara maupun peran yang lainnya.

Transcript of Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

Page 1: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

MAKALAH

Disusun oleh:

Firda Puspita Sari 20138100910

Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP)

Kusuma Negara Jakarta Yayasan Panglima Besar SudirmanProgram Study S-1 Pendidikan Bahasa Inggris

Page 2: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin selalu kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi

yang telah memberi nikmat islam, iman dan ihsan. Sehingga pada akhirnya

penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun judul penulisan

makalah ini adalah “Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam”.

Shalawat teriring salam senantiasa penulis haturkan keharibaan Nabi

Muhammad SAW yang telah menggulung tikar-tikar kekafiran dan untuk

penggantinya beliau telah menebarkan panji-panji islam di muka bumi ini. 

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Semoga apa yang telah

penulis lakukan diridhoi Allah Swt, dan semoga apa yang penulis sumbangkan

dapat bermanfaat bagi penulis khususunya dan bagi pembaca umumnya. 

Jakarta, 30 Maret 2014

(Firda Puspita Sari)

1

Page 3: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................1

Daftar isi ...............................................................................................................2

Bab I Pendahuluan...................................................................................................3

I. Pendahuluan...........................................................................................3

II. Tinjauan Umum Mengenai Kepemimpinan.....................................................3

Bab II Pembahasan..................................................................................................4

A. Kepemimpinan Menurut Islam ...................................................................4

B. Prinsip Dasar Kepemimpinan......................................................................5

C. Hakekat kepemimpinan................................................................................7

D. Sumber Hukum Kepemimpinan Dalam Islam...........................................10

E. Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam.............................................10

F. Sudut Pandang Para Ulama........................................................................14

Bab III Penutup......................................................................................................15

I. Kesimpulan................................................................................................15

II. Saran...........................................................................................................16

Daftar Pustaka........................................................................................................17

2

Page 4: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

BAB I

PENDAHULUAN

I. Pendahuluan

Konsep kepemimpinan dalam Islam sebenarnya memiliki dasar yang sangat kuat

dan kokoh.Ia dibangun tidak saja oleh nilai-nilai transendental, namun telah

dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh Nabi Muhammad SAW, para

Shahabat dan Al-Khulafa’ Al-Rosyidin. Pijakan kuat yang bersumber dari Al-

Qur’an dan Assunnah serta dengan bukti empiriknya telah menempatkan konsep

kepemimpinan Islam sebagai salah satu model kepemimpinan yang diakui dan

dikagumi oleh dunia internasional.

Namun dalam perkembangannya, aplikasi kepemimpinan Islam saat ini terlihat

semakin jauh dari harapan masyarakat.Para tokohnya terlihat dengan mudah

kehilangan kendali atas terjadinya siklus konflik yang terus terjadi. Harapan

masyarakat (baca: umat) akan munculnya seorang tokoh muslim yang mampu dan

bisa diterima oleh semua lapisan  dalam mewujudkan Negara yang terhormat,

kuat dan sejahtera nampaknya masih harus melalui jalan yang panjang.

II. Tinjauan Umum Mengenai Kepemimpinan

Secara etimologi kepemimpinan berarti Khilafah, Imamah, Imaroh, yang

mempunyai makna daya memimpin atau kualitas seorang pemimpin atau tindakan

dalam memimpin.  Sedangkan secara terminologinya  adalah suatu kemampuan

untuk mengajak orang lain agar mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah

ditetapkan. Tugas dan tanggungjawab seorang pemimpin adalah menggerakkan

dan mengarahkan, menuntun, memberi motivasi serta mendorong orang yang

dipimpin untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan, sedangkan tugas dan

tanggungjawab yang dipimpin adalah mengambil peran aktif dalam mensukseskan

pekerjaan yang dibebankannya tanpa adanya kesatuan komando yang didasarkan

atas satu perencanaan  dan kebijakan yang jelas.

3

Page 5: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan Menurut Islam

Dalam pandangan Islam kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan model

kepemimpinan pada umumnya, karena prinsip-prinsip dan sistem-sistem yang

digunakan terdapat beberapa kesamaan.Kepemimpinan dalam Islam pertama

kali dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kepemimpinan Rasulullah tidak bisa

dipisahkan dengan fungsi kehadirannya sebagai pemimpin spiritual dan

masyarakat. Prinsip dasar kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Dalam

kepemimpinannya mengutamakan uswatun hasanah pemberian contoh kepada

para sahabatnya yang dipimpin. Rasulullah memang mempunyai kepribadian

yang sangat agung, hal ini seperti yang digambarkan dalam al-Qur'an:

Artinya: “Dan Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam

akhlak yang agung”. (Q. S. al-Qalam: 4)

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa Rasullullah memang mempunyai

kelebihan yaitu berupa akhlak yang mulia, sehingga dalam hal memimpin dan

memberikan teladan memang tidak lagi diragukan.Kepemimpinan Rasullullah

memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun setidaknya sebagai umat Islam

harus berusaha meneladani kepemimpinan-Nya.

kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu untuk

mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang

tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

4

Page 6: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

B. Prinsip Dasar Kepemimpinan

Impian dan harapan besar umat terhadap pemimpin, mengantarkan

betapa penting dan berartinya peran seorang pemimpin dalam mendesain sebuah

masyarakat, bangsa dan negara. Sejarah membuktikan, kejayaan dan keemasan

sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas dan kapasitas para pemimpinnya.

Sebaliknya sebuah bangsa yang sebelumnya besar dan beradab hancur

dan tak berarti karena kerakusan, keserakahan dan buruknya sikap mental para

pemimpinnya. Suatu contoh, hancurnya Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah,

lebih disebabkan oleh karena penerus tahta mahkota kekhalifahan berada di

tangan-tangan pemimpin yang lemah dan tak bermoral. Hubbuddunnya (cinta

dunia) lebih ketara dan lebih lekat dibanding dengan hubbul-akhirah (cinta

akhirat).

Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam adalah sebagai berikut:

Pertama, hikmah, ajaklah manusia ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan nasehat yang baik lagi bijaksana (QS. al-Nahl:125).

Kedua, qudwah, kepemimpinan menjadi efektif apabila dilakukan tidak

hanya dengan nasihat tapi juga dengan ketauladanan yang baik dan bijaksana (QS.

al-Ahdzab:21). Pepatah mengatakan, satu ketauladanan yang baik lebih utama dari

seribu satu nasehat. Memang kesan dari sebuah keteladanan lebih melekat dan

membekas dibanding hanya sekedar nasehat seorang pemimpin.

Ketiga, musyawarah diskusi, adalah suatu bentuk pelibatan seluruh

komponen masyarakat secara proporsional dalam keikutsertaan dalam

pengambilan sebuah keputusan atau kebijaksanaan (QS. Ali Imran:159, QS. As-

Syura:38). Dengan musyawarah diskusi dan bertukar pikiran, maka tidak ada

suatu permasalahan yang tak dapat diselesaikan. Tentu dengan prinsip-prinsip

bilhikmah wamauidhatil khasanah yang harus dipegang teguh oleh setiap

komponen pemerintah atau imamah.

Keempat, adil, tidak memihak pada salah satu pihak. Pemimpin yang

berdiri pada semua kelompok dan golongan, (QS.al-Nisa’:58&135, QS. al-

Maidah:8) Dalam memimpin pegangannya hanya pada kebenaran, shirathal

mustaqim (jalan yang lurus). Timbangan dan ukurannya bersumber pada al-

Qur’an dan al-Hadits. Kecintaannya hanya karena Allah dan kebencian pun

5

Page 7: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

hanya karena Allah. Hukum menjadi kuat tidak hanya saat berhadapan dengan

orang lemah, tapi juga menjadi kuat saat berhadap-hadapan dengan orang kuat.

Kelima, kelembutan hati dan saling mendoakan. Kesuksesan dan

keberhasilan Rasulallah dan para sahabat dalam memimpin umat, lebih banyak

didukung oleh faktor performa pribadi Rasul dan para sahabat yang lembut

hatinya, halus perangainya dan santun perkataannya. Maka Allah SWT

menempatkan Muhammad Rasulallah sebagai rujukan dalam pembinaan mental

dan moral sebagaimana firmannya, ”Laqad kana lakum fii Rasulillahi uswatun

hasanah” (Sungguh ada pada diri Rasul suri tauladan yang baik), (QS. al-

Ahdzab:21 dan al-Qalam:10).

Keenam, dari prinsip dasar kepemimpinan Islami adalah kebebasan

berfikir, kreativitas dan berijtihad. Sungguh amat luar biasa, sepeninggal

Rasulallah para sahabat dapat menunjukkan diri sebagai sosok pemimpin yang

mandiri, kuat, kreatif dan fleksibel.

Kelembutan pribadi Abu Bakar (khalifah ke-1) tak menjadikan dirinya

menjadi sosok pemimpin yang lemah, malah sebaliknya ia menjadi pemimpin

yang kuat dan tangguh. Tak gentar menghadapi musuh-musuh Islam. Ketegasan

beliau dibuktikan dengan kesungguhan memerangi para pemberontak, nabi palsu

dan kaum yang tak mau membayar zakat.

Kebalikannya ketegaran Khalifah Umar bin Khattab (khalifah ke-2)

akhirnya menjadi sosok yang lembut, sederhana dan bersahaja. Sekalipun ia

seorang khalifah dan menyandang gelar amirul mu’minin, tak menjadikan

kehidupan diri dan keluarganya berubah drastis, bergelimang harta dan tahta atau

menampilkan diri sebagai sosok pembesar yang suka ”petentang-petenteng” dan

pamer kekuasaan.

Yang terjadi justru sebaliknya, Umar bin Khattab lebih menampakkan

diri sebagai sosok yang low profil high produc. Tak salah kiranya bila banyak

rakyatnya dan pejabat negara lain yang terkecoh dengan penampilan fisiknya dan

tak mengira bahwa yang berdiri dihadapannya adalah seorang khalifah yang

disegani dan dicintai rakyatnya.

Dua sosok pemimpin penerus Rasulallah yang berbeda karakter tersebut,

disaat sama-sama diberi amanah untuk memimpin umat dan mengelola roda

6

Page 8: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

pemerintahan yang tampak adalah sosok pemimpin yang banyak dipengaruhi dan

diwarnai oleh nilai-nilai al-Qur’an dan al-Hadits. Tidak sebagai pemimpin yang

dipengaruhi dan dikuasai oleh karakter pribadi dan hawa nafsu.

Ketujuh, sinergis membangun kebersamaan. Mengoptimalkan sumber

daya insani yang ada. Hebatnya Rasulullah salah satunya adalah kemampuan

beliau dalam mensinergikan dan membangun kekuatan dan potensi yang dimiliki

umatnya. Para sahabat dioptimalkan keberadaannya. Keberbedaan potensi yang

dimiliki sahabat dan umat dikembangkan sedemikian rupa, sehingga menjadi

pribadi-pribadi yang tangguh baik mental maupun spritualnya.

Berbagai misi kenegaraan dipercayakan Rasulallah kepada para sahabatnya

seperti misi ke Habasyah, Yaman, Persia dan Rumawi. Muncullah sosok-sosok

sahabat seperti Abu Dzar Al-Ghifari, Mu’adz bin Jabal, Salman al-Farisi dan Amr

bin Ash. Dalam usia yang relatif muda, mereka sudah memimpin berbagai

ekspedisi kenegaraan dan berbagai pertempuran penting.

C. Hakekat Kepemimpinan

Hakikat kepemimpinan dalam pandangan Islam yang secara garis besar dalam

lima lingkup. 

1. Tangung Jawab, Bukan Keistimewaan

Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau

institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai

seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkannya,.Bukan

hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah SWT. Oleh karena itu,

jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan sehingga

seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang

istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang

lain tidak mengistimewakan dirinya.

2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas

Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau

kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi

7

Page 9: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika

masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit.

Karenanya dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz sebelum

menjadi khalifah menghabiskan dana untuk membeli pakaian yang harganya 400

dirham, tapi ketika ia menjadi khalifah ia hanya membeli pakaian yang harganya

10 dirham, hal ini ia lakukan karena kehidupan yang sederhana tidak hanya harus

dihimbau, tapi harus dicontohkan langsung kepada masyarakatnya.

3. Kerja Keras, Bukan Santai.

Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan

mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya

untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani

kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan.

Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan

optimisme.

Sebagai cerminan, saat menghadapi krisis ekonomi, Khalifah Umar bin Khattab

membagikan sembako (bahan pangan) kepada rakyatnya. Meskipun sore hari ia

sudah menerima laporan tentang pembagian yang merata, pada malam hari, saat

masyarakat sudah mulai tidur, Umar mengecek langsung dengan mendatangi

lorong-lorong kampung, Umar mendapati masih ada rakyatnya yang masak batu

sekedar untuk memberi harapan kepada anaknya yang menangis karena lapar akan

kemungkinan mendapatkan makanan. Meskipun malam sudah semakin larut,

Umar pulang ke rumahnya dan ternyata ia memanggul sendiri satu karung bahan

makanan untuk diberikan kepada rakyatnya yang belum memperolehnya.

4. Kewenangan Melayani, Bukan Sewenang-Wenang

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi

pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa

melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin

sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: Pemimpin suatu kaum adalah pelayan

mereka (HR. Abu Na'im)

8

Page 10: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan terhadap

orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini

berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk menzalimi rakyatnya apalagi menjual

rakyat, berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat padahal sebenarnya

untuk kepentingan diri, keluarga atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini

terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah pengkhianat yang paling

besar, Rasulullah Saw bersabda: Khianat yang paling besar adalah bila seorang

penguasa memperdagangkan rakyatnya (HR. Thabrani).

5. Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan

dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap

nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan

kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran

itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan

kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya

pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran.

Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah Saw tunjukkan keteladanan dan

kepeloporan dalam banyak peristiwa. Ketika Rasulullah Saw membangun masjid

Nabawi di Madinah bersama para sahabatnya, beliau tidak hanya menyuruh dan

mengatur atau tunjuk sana tunjuk sini, tapi beliau turun langsung mengerjakan

hal-hal yang bersifat teknis sekalipun. Beliau membawa batu bata dari tempatnya

ke lokasi pembangunan sehingga ketika para sahabat yang lebih muda dari beliau

sudah mulai lelah dan beristirahat, Rasul masih terus saja membawanya meskipun

ia juga nampak lelah. Karena itu seorang sahabat bermaksud mengambil batu

yang dibawa oleh nabi agar ia yang membawanya, tapi nabi justeru menyatakan:

"kalau kamu mau membawa batu bata, disana masih banyak batu yang bisa

engkau bawa, yang ini biar tetap aku yang membawanya". Karenanya para

sahabat tetap dan terus bersemangat dalam proses penyelesaian pembangunan

masjid Nabawi.

9

Page 11: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

D. Sumber Hukum Kepemimpinan Dalam Islam

Kepemimpinan dalam islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan

Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw, oleh karena itu sosok pemimpin yang

disyariatkan adalah pemimpin yang beriman sehingga hukum-hukum allah SWT

dapat ditegakkan dan diterapkan. Hukum-hukum Allah harus ditegakkan agar

keadilan dan kebenaran dapat terjamah oleh orang-orang yang tertindas dan

terdzalimi baik itu dari kalangan muslim maupun non muslim karena pada

hakekatnya islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam.

E. Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

Emansipasi wanita adalah prospek pelepasan diri wanita dari kedudukan

sosial ekonomi yang rendah, serta pengekangan hukum yang membatasi

kemungkinan untuk berkembang dan maju. Dalam Bahasa Arab, istilah ini di

kenal dengan tahrir al-marah. Tuntutan persamaan hak (emansipasi) tidak ada di

dalam islam. Islam tidak pernah mempertentangkan hak pria dan wanita.Islam

sangat memuliakan wanita. Al-Qur’an dan sunnah memberikan perhatian yang

sangat besar serta kedudukan yang terhormat kepada wanita, baik dia sebagai

anak, istri, ibu, saudara maupun peran yang lainnya. Begitu pentingnya hal ini,

Allah SWT mewahyukan sebuah surat dalam Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad

SAW yaitu surat An-Nisa’ yang sebagian besar ayat dalam surat ini

membicarakan persoalan yang berhubungan dengan kedudukan, peranan dan

perlindungan hukum terhadap hak-hak wanita.

Dalam bidang kepemimpinan, islam bertolak dari status manusia sebagai

khalifah di muka bumi. Akhir surat Al-Ahzab mempertegas kekhalifahan manusia

ini di muka bumi sebagai pengemban amanat Allah SWT untuk mengolah,

memelihara, serta mengembangkan bumi. Inilah tugas pokok manusia-tidak

berbeda antara perempuan dengan laki-laki. Di dalam hukum islam disebut juga

taqlidiyyah, yang menjelaskan setiap orang adalah mukallaf (penerima amanat).

Mengenai status kekhalifahan tadi, Rasulullah SAW menegaskan bahwa

semua manusia adalah pemimpin.Islam mengangkat derajat manusia dan

memberikan kepercayaan yang tinggi karena setiap manusia secara fungisional

10

Page 12: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

dan sosial adalah pemimpin. Di antara masalah yang kerap terjadi bahan

perbincangan seputar kesetaraan antara kaum laki-laki dan perempuan ini yaitu

masalah “kepemimpinan”.Islam menegaskan bahwa kepemimpinan ada di tangan

kaum pria. Q.S An-Nisa ayat 34:

“kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan

sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka menafkahkan

sebagian dari kekeyaan mereka.”

Dalam hal ini perkataan “qawwamum” bukan berarti penguasa atau

majikan, tetapi dalam pengertian bahwa suami adalah kepala keluarga. Sedangkan

perempuan adalah pemimpin rumah tangga.Ini jika kita berbicara tentang

kepemimpinan di dalam lembaga perkawinan.Namun jika berbicara tentang

kepemimpinan dalam dunia politik, maka kepemimpinan perempuan biasanya hal

yang sering di persoalkan bahkan di tolak pada beberapa kalangan. Sebagai

seorang muslim sudah selayaknya menjadikan islam sebagai cara pandang

menghadapi dan menyelesaikan segala persoalan. Dimana cara pandang islam

mengharuskan untuk menjadikan dalil – dalil syara’ sebagai sandaran atau acuan

dalam menyelesaikan segala persoalan, termasuk persoalan kepemimpinan wanita.

Pengkajian yang mendalam terhadap khazanah islam, akan ditemukan

bahwa para ulama mujtahid empat mazhab telah bersepakat mengangkat kepala

negara seorang wanita adalah haram. Imam Al-Qurthubi dalam tafsir Al-

Jami’liahkamil Qur’an,mengatakan:

“Khalifah (kepala negara) haruslah seorang laki-laki dan para fuqoha telah

bersepakat bahwa wanita tidak boleh menjadi Imam (khalifah/kepala negara).”

Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang mewajibkan kita taat kepada

pemimpin(kepala negara), Q.S An-Nisa’ ayat 59 yang artinya:

“Hai orang – orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil

amri di antara kamu.”

Dalam ayat ini terdapat perintah untuk taat kepada pemimpin dengan

menggunakan lafaz ulil amri. Berdasarkan kaidah bahasa Arab maka bisa di

11

Page 13: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

pahami bahwa perintah untuk taat kepada pemimpin yang di maksud dalam ayat

tersebut adalah pemimpin laki – laki. Sebab apabila pemimpin wanita maka

seharusnya menggunakan lafaz Uulatul Amri.

Didalam islam, tidak ada pemisahan antara agama dan negara, agama dan politik

atau agama dan kepemimpinan, semuanya satu kesatuan. Karena hidup kita ini di

atur oleh agama dari hal yang paling kecil sampai pada hal yang terbesar. Hidup

adalah tingkah laku, dan tingkah laku di batasi oleh norma agama termasuk

tingkah laku dalam berpolitik.

Berikut ini sedikit penjelasan seputar ketentuan pemimpin wanita:

1. Tidak ada Nabi dan Rasul wanita

Nabi dan Rasul adalah refleksi dari pemimpin, baik dalam skala besar maupun

dalam skala kecil, dan suka atau tidak suka, mereka adalah contoh, pedoman

atau acuan bagi manusia lainnya.

Beberapa firman Allah SWT yang menjelaskan tentang ini:

“Dan kalau Kami bermaksud menjadikan Rasul itu dari golongan malaikat,

tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki”.(Qs. Al-an’am 6:9)

“Kami tidak mengutus kamu, melainkan orang laki-laki yang kami berikan

wahyu kepadanya di antara penduduk suatu negeri”.(Qs. Yusuf 12:109)

“Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu, melainkan beberapa orang

laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka.” (Qs. Al-Anbiyaa’ 21:7)

2. Imam dalam sholat tidak boleh wanita, kecuali makmumnya juga wanita

(berdasrkan Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Hambali dan

Ja’fari/Imammiah)

3. Laki-laki sudah di tetapkan sebagai pemimpin wanita.

Di jelaskan pada Qs.An-Nisaa’ ayat 34:

“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.”

12

Page 14: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

Ayat ini memang konteksnya berbicara seputar rumah tangga, akan tetapi

secara logikanya, seorang kepala rumah tangga saja haruslah laki-laki, apa lagi

seorang kepala negara yang notabene sebagai kepala atau pemimpin dari

banyak kepala keluarga lain, maka tidak lain dia haruslah laki-laki.

“Dan anak laki-laki tidaklah sama dengan anak wanita” (Qs. Ali Imron 3:36)

4. Hadist

Musnad Ahmad 19603: Abu Bakrah berkata;Nabi Muhammad SAW telah

bersabda: “Siapakah yang memimpin urusan penduduk Persi? Mereka

menjawab ; “seorang wanita”. Beliau bersabda: “ tidak akan beruntung kaum

yang menyerahkan urusannya kepada mereka.”

Hadist di atas memang di ucapkan oleh Rasul ketika menanggapi kabar di

pilihnya seorang wanita, puteri Anusyirwan dari Persi, menjadi pemimpin.

Akan tetapi coba perhatikan konteks sabda tersebut tidak menyebut bahwa

ucapan tersebut hanya berlaku bagi kerajaan Persi, namun suatu gambaran

umum tentang tidak layaknya wanita dijadikan pemimpin dalam suatu bangsa.

5. Wanita mengalami haid, hamil, melahirkan dan menyusui

Allah SWT berfirman:

“dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara

perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya),

maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-

perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan hamil, waktu iddah

mereka ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa

yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan

dalam urusannya.” (QS. Ath Tholaq : 4)

Jika datang waktu seperti ini, maka dimana tanggungjawab wanita sebagai

pemimpin?

Untuk memimpin suatu organisasi atau kenegaraan, orang harus benar-

benar total, baik dalam waktu, pikiran maupun resiko dan tanggungjawabnya

bahkan terkadang harus rela disibukkan oleh aktifitasnya, menghadiri rapat di

13

Page 15: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

berbagai kesempatan, melakukan perjalanan dinas dan seterusnya yang tentu saja

sulit di lakukan oleh seorang wanita, karena ia juga harus melayani suami dan

anak-anaknya sebagai tugas utamanya.

“Bagi para wanita, mereka punya hak yang seimbang dengan kewajibannya

menurut cara yang benar. Tapi para suami memiliki satu tingkat kelebihan dari

istrinya.” (Qs. Al-Baqarah 2:228)

“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas

kepemimpinanmu. Laki-laki adalah pemimpin dlm keluarganya, dan dia harus

mempertanggung jawabkan kepemimpinannya itu. Perempuan adalah pemimpin

dlm rumah suaminya dan diapun bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.”

(Hadist Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dari Ibnu Umar)

Dalam sejarah, Nabi Saw mengikut sertakan wanita dalam medan

perang, namun mereka bukan dijadikan umpan peluru, tetapi sebagai prajurit yang

bertugas memberikan pertolongan bagi mereka yg terluka seperti dicontohkan

oleh Fatimah Az-Zahrah puteri Beliau sendiri, kemudian wanita juga

mempersiapkan konsumsi seperti dilakukan oleh Aisyah istri beliau.

Bahkan Khadijah istri Nabi yang pertama adalah seorang saudagar (pengusaha).

Sesudah Nabi wafat, Khalifah Umar, sahabatnya, mengangkat Ummu As-syifa’

al-Ansyoriah sebagai pengawas dan pengontrol pasar Madinah (kalau sekarang ini

mungkin bisa disetarakan dengan kedudukan menteri ekonomi). Patut dicatat

bahwa tugas seorang menteri tidak seberat dan sebesar tanggung jawab tugas

kepala negara. Disisi lain, menteri tetap harus bertanggung jawab kepada

pemimpinnya, yaitu Presiden (dlm istilah agamanya, isteri memiliki tanggung

jawab atas kepemimpinannya dalam rumah tangga suaminya).

F. Sudut Pandang Para Ulama

Untuk kekuasaan yang cakupannya lebih terbatas, semisal pemimpin daerah,

keabsahan kepemimpinan wanita masih menjadi perdebatan para ulama.

Perbedaan ini, dilatarbelakangi adanya perbedaan sudut pandang dalam menilai

14

Page 16: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

kepemimpinan semacam ini, apakah termasuk bagian dari kekuasaan, persaksian,

ataukah fatwa.

Imam Ahmad, Imam Malik, dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa wanita tidak

berhak menjadi pemimpin, meski dalam lingkup yang lebih terbatas. Sebab,

bagaimanapun juga, menjadi pemimpin, baik dengan kekuasaan luas maupun

terbatas, pada hakikatnya sama. Yang membedakan hanyalah wilayah

kekuasaannya semata. Padahal, Rasulullâh jelas-jelas melarang seorang wanita

menjadi pemimpin.

Sedangkan Abu Hanifah berpendapat bahwa wanita dapat menjadi penguasa

dalam urusan harta. Beliau berpandangan, ketika wanita diperbolehkan

memberikan kesaksian dalam urusan harta, berarti memberikan keputusan dalam

wilayah tersebut juga sudah semestinya diperbolehkan.

Ibn Jarîr al-Thabariy, memiliki pandangan yang lebih longgar dalam

permasalahan ini. Beliau berpendapat bahwa wanita dapat menjadi pemimpin

daerah secara mutlak dalam semua hal. Dalam pandangan beliau, kepemimpinan

semacam ini, identik dengan fatwa. Padahal, Rasulullâh sendiri merestui dan

melegalkan seorang wanita untuk memberikan fatwa, sebagaimana sabda yang

beliau sampaikan;

“Ambillah separuh ajaran agama kalian dari Khumayrâ’ ini”.

Prinsipnya, menurut beliau, setiap orang yang memiliki kredibilitas untuk

menengahi-nengahi pertikaian atau persengketaan di antara manusia, (tanpa

memandang jenis kelamin, entah laki-laki ataukah perempuan) maka keputusan

hukumnya legal dan sah-sah saja, kecuali hal-hal yang memang telah diputuskan

oleh ijmak, yaitu masalah kepemimpinan besar (al-imamah al-kubra).

15

Page 17: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

Pada hakikatnya setiap manusia adalah seorang pemimpin dan setiap orang

akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Manusia

sebagai pemimpin minimal harus mampu memimpin dirinya sendiri.

Dalam pandangan Islam kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan model

kepemimpinan pada umumnya, karena prinsip-prinsip dan sistem-sistem

yang digunakan terdapat beberapa kesamaan. Kepemimpinan dalam Islam

pertama kali dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kepemimpinan

Rasulullah tidak bisa dipisahkan dengan fungsi kehadirannya sebagai

pemimpin spiritual dan masyarakat. Prinsip dasar kepemimpinan beliau

adalah keteladanan. Dalam kepemimpinannya mengutamakan uswatun

hasanah pemberian contoh kepada para sahabatnya yang dipimpin.

Islam tidak pernah mempertentangkan hak pria dan wanita.Islam sangat

memuliakan wanita. Al-Qur’an dan sunnah memberikan perhatian yang

sangat besar serta kedudukan yang terhormat kepada wanita, baik dia

sebagai anak, istri, ibu, saudara maupun peran yang lainnya.

kepemimpinan adalah sebuah amanah yang harus diemban dengan sebaik-

baiknya, dengan penuh tanggung jawab, profesional dan

keikhlasan.Sebagai konsekuensinya pemimpin harus mempunyai sifat

amanah, profesional dan juga memiliki sifat tanggung

jawab.Kepemimpinan bukan kesewenang-wenangan untuk bertindak,

tetapi kewenangan melayani untuk mengayomi dan berbuat seadil-

adilnya.Kepemimpinan adalah keteladanan dan kepeloporan dalam

bertindak yang seadil-adilnya. Kepemimpinan semacam ini hanya akan

muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai

keadilan.

16

Page 18: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

II. Saran

Jika kita menjadi seorang pemimpin, maka jadilah seorang pemimpin yang

tegas, jujur, adil, sabar, serta bertanggung jawab atas apa yang anda

pimpin. Seorang pemimpin yang muslim harus bisa memiliki sikap dan

sifat kepemimpinan seperti Nabi Muhammad SAW. Yaitu Sidiq, Tabligh,

Amanah, Fathonah. Seorang pemimpin itu harus bisa seperti air yang

mampu menghidupi seluruh umat manusia, seperti api yang mampu

memberikan manfaat bagi umat manusia,seperti tanah yang mampu

memberikan pijakan bagi umat manusia, seperti pohon yang mampu

memberikan kesejukan bagi umat manusia,seperti udara yang mampu

memberikan kehidupan bagi umat manusia, dan seperti matahari yang

mampu memberikan cahaya kehidupan bagi umat manusia.

17

Page 19: Makalah Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam

DAFTAR PUSTAKA

Islam, Info Blogs. 2013, Kepemimpinan Wanita Menurut Pandangan Islam, diakses dari: http://sandal.heck.in/kepemimpinan-wanita-menurut-pandangan-is.xhtml.

Hidayah, Nurlaela. 2012, Kematian Umar Bin Khattab, diakses dari: nurlaelahidayah.files.wordpress.com/2012/11/makalah-agama-2.docx

18