BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Margaret Thatcher adalah wanita pertama yang memimpin Partai Konservatif Inggris dan Kubu Oposisi Kanan di Parlemen Inggris, sehingga menjadi pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan latar konservatif, Thatcher dikenal sebagai figur populis otoriter yang memperhatikan bidang pertahanan, hukum, peraturan, kendali organisasi perdagangan, anti- camputangan pemerintah, dan pro-kepemilikan pribadi. Karakteristik tersebut tercermin dari pernyataan-pernyataannya seperti dalam The West in the World Today, The Burges Speech, dan wawancara dengan Charlton di BBC pada Desember 1985 (Matulovic 2013; Drexler 2014; Fairclough 1989). Deskripsi karakter Thatcher tersebut dipandang berkaitan dengan julukannya sebagai Iron Lady. Iron Lady asalnya merupakan subyek dalam judul artikel The Iron Lady Sounds the Alarm yang ditulis Kapten Yuri Gavrilov pada 24 Januari 1976 di koran militer Soviet Kresnaya Zvezda. Artikel tersebut merupakan respon terhadap pernyataan publik yang disampaikan Thatcher pada 19 Januari 1976 1 , 1 "Iron Lady",https://en.wikipedia.org/wiki/Iron Lady. Diakses pada 4 September 2015, pukul 21:35 WIB. 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Margaret Thatcher adalah wanita pertama yang memimpin Partai Konservatif

Inggris dan Kubu Oposisi Kanan di Parlemen Inggris, sehingga menjadi

pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan latar

konservatif, Thatcher dikenal sebagai figur populis otoriter yang memperhatikan

bidang pertahanan, hukum, peraturan, kendali organisasi perdagangan, anti-

camputangan pemerintah, dan pro-kepemilikan pribadi. Karakteristik tersebut

tercermin dari pernyataan-pernyataannya seperti dalam The West in the World

Today, The Burges Speech, dan wawancara dengan Charlton di BBC pada

Desember 1985 (Matulovic 2013; Drexler 2014; Fairclough 1989). Deskripsi

karakter Thatcher tersebut dipandang berkaitan dengan julukannya sebagai Iron

Lady.

Iron Lady asalnya merupakan subyek dalam judul artikel The Iron Lady

Sounds the Alarm yang ditulis Kapten Yuri Gavrilov pada 24 Januari 1976 di

koran militer Soviet Kresnaya Zvezda. Artikel tersebut merupakan respon

terhadap pernyataan publik yang disampaikan Thatcher pada 19 Januari 19761,

1 "Iron Lady",https://en.wikipedia.org/wiki/Iron Lady. Diakses pada 4 September

2015, pukul 21:35 WIB.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

2

sehingga frase nomina the iron lady dipahami merujuk pada figur Margaret

Thatcher.

Terkait dengan subyek dalam judul tulisannya, Gavrilov menyatakan bahwa

Iron Lady berasosiasi dengan julukan Iron Chancellor milik Bismarck.2 Asosiasi

julukan Iron Lady dan Iron Chancellor terletak pada kesamaan yang dimiliki

Thatcher dan Bismarck, yaitu sebagai negarawan dengan ideologi konservatif,

anti-sosialis, dan sekutu kaum Liberal. Gavrilov menambahkan bahwa dirinya

sudah memahami Soviet mesti menghadapi perlawanan sengit dari Barat dalam

waktu dekat.

Satu di antara bentuk perlawanan tersebut disampaikan Thatcher dalam pidato

politik yang dinilai menyudutkan dan mengkritik Soviet, terkutip sebagai berikut.

The Russians are bent on world dominance, and they are rapidly acquiring

the means to become the most powerful imperial nation the world has seen.

The men in the Soviet politburo don’t have to worry about the ebb and flow

of public opinion. They put guns before butter, while we put just about

everything before guns.3

‘Rusia bertekad menguasai dunia, dan dengan cepat mendapatkan cara

menjadi bangsa imperial terkuat di dunia. Para elit politburo Soviet tidak

peduli dengan opini publik. Mereka lebih mengedepankan penggunaan

2 "Revealed: Red Army Colonel who dubbed Maggie the Iron Lady ... and

changed history",

https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2013/04/08/iron-lady-

how-a-moscow-propagandist-gave-margaret-thatcher-her-famous-nickname.

Diakses pada 5 September 2015, pukul 10:00 WIB.

3 "Iron Lady", https://en.wikipedia.org/wiki/Iron Lady. Diakses pada 4 September

2015, pukul 21:35 WIB, dan diambil dari Margaret Thatcher Foundation, dalam

"Speech at Kensington Town Hall ("Britain Awake") (The Iron Lady)",

http://www.margaretthatcher.org/document/102939. Diakses pada 4 September

2015, pukul 21:37 WIB.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

3

senjata untuk menghadapi dunia4, sedangkan kita menjadikan senjata

sebagai pilihan terakhir.’

Kalimat-kalimat di atas menjadi pernyataan kunci yang mendasari pemikiran

Gavrilov atau pihak Soviet menjuluki Thatcher Iron Lady ‘Wanita Besi’, karena

mencerminkan konservatisme Thatcher khususnya sikap-anti komunis.

Thatcher menyebutkan Rusia dan bukan Uni Soviet dalam kalimatnya untuk

mengindikasikan dominasi Rusia di Soviet. Pada tahun 1940 sampai 90-an, Soviet

merupakan 1 di antara negara adidaya dunia. Deskripsi tersebut kemudian

mengarah pada kehendak Rusia untuk kepenguasaan yang lebih besar, yaitu

menguasai dunia. Leksikon imperial nation menunjukkan bahwa Thatcher

menganggap Rusia sebagai kompetitor Inggris dalam hal menjadi bangsa imperial

terbesar dunia. Interpretasi ini dapat dikaitkan dengan pengalaman perseteruan

Kerajaan Inggris dan Tsar Rusia atas kepenguasaan kepentingan imperial di Asia

pada 1875 (Greenville, 1994).

Selain menyudutkan Rusia, Thatcher pun mengkritik para elit politburo Soviet

sebagai golongan yang bersikap masa bodoh, keras kepala, dan tak mau

mendengar. Deskripsi politburo Soviet tersebut memperlihatkan sikap Thatcher

yang tidak bersahabat dan berani terhadap Soviet. Thatcher berani menyebut

dewan eksekutif Partai Komunis tersebut dengan maksud menunjuk elit politburo

4 Pertimbangan metaforis, dan telah dikaji pemahamannya berdasarkan pandangan

Soviet: butter dapat merujuk pada dunia atau kehidupan dalam "Британия

скорбит", http://old.redstar.ru/index.shtml, diakses pada 4 September 2015, pukul

21:37 WIB.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

4

Soviet sebagai kalangan yang berbahaya bagi dunia. Thatcher mengarahkan

pandangan publik tentang politburo, sehingga publik berpikir bahwa politburo

adalah otak dibalik keinginan dan pencapaian Rusia mendapatkan cara menguasai

dunia. Secara eksplisit Thatcher menyatakan bahwa Rusia menggunakan cara

paksa untuk mencapai tujuannya tersebut, yaitu dengan senjata.

Thatcher membandingkan Rusia dengan Inggris yang lebih mementingkan

pembangunan kehidupan dari pada senjata (militer). Selain itu, senjata atau cara

paksa yang ditampilkan Thatcher dengan istilah guns dinilainya juga berlaku

untuk mangatasi kendala-kendala dari sesuatu tak berkekuatan atau lemah seperti

rakyat atau negara-negara dunia ketiga yang referensi interpretasinya dapat

dirujukkan pada kata butter. Thatcher menekankan perbedaan Inggris dari Rusia

terletak pada cara Inggris yang kharismatik dengan kepemimpinan intelektual,

bermoral, dan politis (diplomasi, negosiasi, taktik), kemudian senjata dijadikan

pilihan akhir untuk mengatasi kendala-kendala serupa (Carr, 1954).

Kutipan pernyataan tersebut mewakili untuk memberikan dampak bagi citra

diri Thatcher sebagai Iron Lady yang berlaku permanen. Telah disebutkan di atas

bahwa Iron Lady muncul sebagai respon bagi pidato politik Thatcher yang dinilai

Gavrilov merefleksikan pandangan konservatisme Thatcher. Hal yang menarik

dan perlu dipahami mendalam adalah bentuk utuh pidato politik Thatcher

tersebut, karena melihat dampak yang diberikan secara pribadi (personal label).

Pidato politik tersebut dapat dipandang sebagai alat jitu yang membuka jalan dan

mengangkat Thatcher untuk terus populer dan diingat dunia.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

5

Pernyataan Thatcher di atas tersampaikan melalui kalimat-kalimat yang

terdapat dalam pidato politik berjudul Britain Awake. Britain Awake adalah

bentuk pernyataan publik yang disampaikan Thatcher pada 19 Januari 1976 di

Kensington Hall, Chelsea, London Utara, Inggris.5 Britain Awake merupakan

bentuk kepandaian Thatcher membaca situasi yang berlangsung pada masa Perang

Dingin. Thatcher menjadikan Britain Awake sebagai bentuk tindakan

mempengaruhi masyarakat Inggris dan dunia dengan mengkritik lawan-lawan

politiknya di dalam dan luar negeri.

Britain Awake diproduksi dalam situasi menegangkan antara blok Barat dan

blok Timur yang kemudian diusahakan mengendur dengan Helsinki Final Act dan

pendekatan détente. Britain Awake menunjukkan sejarah hubungan Uni Soviet

dan Amerika Serikat setelah kejatuhan Nazi Jerman yang berujung pada Perang

Dingin antara keduanya.6 Unsur kekuasaan politik pun terkandung dalam Britain

Awake dengan tokoh sentral Margaret Thatcher sebagai pemimpin Partai

Konservatif dan pemimpin oposisi sayap kanan Pemerintah Inggris pimpinan

Partai Buruh. Di samping itu, ideologi turut berperan besar dalam produksi makna

dan ide dari satuan-satuan lingual pembentuk pernyataan-pernyataan dalam

Britain Awake.

5 Margaret Thatcher Foundation, dalam "Speech at Kensington Town Hall

("Britain Awake") (The Iron Lady)",

http://www.margaretthatcher.org/document/102939. Diakses pada 4 September

2015, pukul 21:37 WIB. 6 Office of the Historian, "Helsinki Final Act",

http://history.state.gov/milestone/1969-1976/helsinki. Diakses pada 6 September

2015, pukul 15:30 WIB.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

6

Deskripsi karakteristik pidato Britain Awake tersebut selaras dengan

karakteristik wacana dalam paradigma kritis, yaitu wacana mengandung unsur

tindakan, konteks, sejarah, kekuasaan, dan ideologi (Eriyanto, 2001). Selain

karakteristik wacana kritis yang dimiliki, Britain Awake juga merupakan wacana

yang direspon oleh wacana The Iron Lady Sounds the Alarm. Artinya, Britain

Awake adalah 1 diantara wacana-wacana yang dapat ditinjau secara kritis

khususnya dari unsur kebahasaan yang menjadi penilaian penting terhadap

muatan wacana Britain Awake.

Sehubungan dengan isu kebahasaan tersebut, diketahui bahwa linguistik

memiliki cabang-cabang yang dapat menjadi alat bedah kasus kebahasaan untuk

bongkar muatan kekuasaan dan ideologi dalam bahasa yang berdampak pada citra

diri seperti Iron Lady untuk Margaret Thatcher. Telah disinggung sebelumnya,

cabang linguistik yang sesuai untuk penelitian unsur kebahasaan Britain Awake

adalah Analisis Wacana Kritis atau Critical Discourse Analysis (CDA). Cabang

linguistik ini merupakan perkembangan kajian wacana berdasarkan pada

paradigma kritis yang menganggap analisis wacana dengan paradigma positivisme

atau konstruksivisme masih belum mampu menganalisis faktor-faktor hubungan

kekuasaan dalam wacana yang kemudian memiliki peran pembentuk subyek

tertentu dengan perilaku-perilakunya (Eriyanto, 2001).

Analisis Wacana Kritis atau CDA merupakan upaya atau proses uraian yang

memberikan penjelasan dari sebuah teks sebagai realitas sosial (Darma, 2009).

Kajian ini memiliki 3 konsep utama untuk menguraikan suatu wacana, yaitu

kekuasaan, sejarah, dan ideologi (Wodak, 2005). Tujuan Analisis Wacana Kritis

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

7

adalah mengungkapkan ketidakjelasan dalam wacana yang memberikan masukan

pada hasil hubungan tidak seimbang antar peserta wacana, yaitu pengungkapan

ideologi yang terselubung dalam kata-kata yang digunakan (Eriyanto, 2001).

CDA mengungkapkan unsur kebahasaan Britain Awake dengan pendekatan

Critical Linguistics yang melihat unsur-unsur tatabahasa dapat membawa posisi

dan makna dari ideologi tertentu. Penyebutan Iron Lady bagi Thatcher disebabkan

penyampaian Britain Awake, oleh karena itu pokok yang diteliti adalah bentuk

wacana politik Thatcher tersebut sesuai dengan kerangka CDA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka masalah yang dikaji

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses retorika dan persuasi yang dijalankan Thatcher dalam

penyampaian pesan pidato Britain Awake?

2. Bagaimanakah bentuk dan fungsi bahasa yang digunakan Thatcher, khususnya

dilihat dari fitur-fitur formal dalam pidato Britain Awake?

3. Bagaimanakah bahasa yang digunakan Thatcher dalam pidato Britain Awake

mencerminkan ideologinya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

8

1. Mendeskripsikan proses retorika dan persuasi yang dijalankan Margaret

Thatcher dalam penyampaian pesan pidato Britain Awake yang dilihat dari

struktur wacananya

2. Mendeskripsikan bentuk dan fungsi bahasa yang digunakan Margaret

Thatcher khususnya dilihat dari fitur-fitur formal dalam pidato Britain Awake

3. Mendeskripsikan bahasa yang digunakan dalam pidato Britain Awake dapat

merefleksikan ideologi Thatcher.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis dan

praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berharga dan

bermanfaat bagi perkembangan teori linguistik atau sekurang-kurangnya

memperkaya khasanah teori Analisis Wacana Kritis khususnya wacana politik.

Selain itu, diharapkan menjadi bahan acuan atau pertimbangan bagi peneliti

lainnya di masa yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi yang jelas mengenai

bahasa yang digunakan dalam pidato politik terutama dengan bahasa Inggris.

Selain itu, manfaat bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan turut

memberikan informasi tentang pandangan dan gaya bahasa yang digunakan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

9

Margaret Thatcher mengingat sosoknya sebagai wanita berpengaruh dan

mendunia.

1.5 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini didasarkan pada 2 aspek, yaitu disiplin

ilmu dan tokoh (obyek) penelitian. Hal ini dikarenakan Analisis Wacana Kritis

bukanlah topik baru dalam kajian linguistik dan obyek penelitian bersumber dari

tokoh dunia yang karyanya sering dikaji, Margaret Thatcher. Beberapa

diantaranya adalah milik Misran (2008), Horvath (2009), Wang (2010), Nugroho

(2013), Setyawan (2013), Matulovic (2013), Drexler (2014), Anwar dkk. (2015),

dan Wahyuni (2015).

Misran (2008) melakukan penelitian tentang penggunaan istilah-istilah bahasa

Arab di kalangan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Daerah Istimewa

Yogyakarta dan ideologi yang terkandung di dalamnya. Metode yang

digunakannnya adalah kualitatif deskriptif dengan landasan teori Teun A. van

Dijk. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara ideologi

penggunaan istilah-istilah bahasa Arab dengan kognisi penggunanya. Istilah

ikhwan, akhwat, dan ikhwah mengandung makna ideologis inklusifitas

berdasarkan dikotomi penggunaan kepada dan untuk. Penggunaan istilah-istilah

tersebut menunjukkan pengaruh gerakan Islam nasional dan internasional

terhadap PKS.

Horvath (2009) mengkaji pidato inagurasi Obama dengan landasan teori milik

Fairclough tentang ideologi. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

10

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam pidato inagurasi Obama

komponen kunci ideologi berwujud pragmatisme, liberalisme, inklusivitas,

penerimaan perbedaan etnis dan agama, serta persatuan. Kata-kata yang sering

digunakan Obama dalam pidato inagurasinya adalah nation, new, dan America.

Wang (2010) mengkaji pidato kepresidenan Obama dengan landasan teori

Systemic Functional Grammar milik Halliday. Kajian Analisis Wacana Kritisnya

difokuskan pada pembahasan fungsi ideasional, interpersonal, dan tekstual dengan

tujuan mengungkapkan fitur-fitur formal dalam pidato Obama. Selain itu, Wang

juga menggali hubungan antara bahasa, ideologi, dan kekuasaan. Metode deskiptif

kualitatif kuantitatif digunakan dalam penelitian tersebut. Hasil yang diperoleh

adalah pidato Obama terdiri dari kata-kata sederhana, kalimat-kalimat pendek,

mudah dipahami, dan berbentuk kolokial. Transitivitas digunakannya untuk

meningkatkan kepercayaan diri rakyat Amerika terhadap Presiden dan

pemerintahannya untuk 4 tahun kedepan. Unsur modalitas digunakan untuk

mempermudah rakyat Amerika mengerti dan menerima pidato politiknya.

Nugroho (2013) mengkaji pidato presidential lecture Habibie dengan landasan

teori miliki van Dijk dan Roger Fowler. Pokok-pokok yang dibahas adalah

struktur wacana, bentuk dan fungsi bahasa, dan ideologi yang disampaikan dalam

presidential lecture Habibie. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak atau penyimakan didukung

teknik rekam dan catat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Habibie

menggunakan struktur makro sebagai cara untuk mendukung tema utama, struktur

supra untuk mengendalikan struktur pesan, dan struktur mikro untuk

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

11

menunjukkan latar pencapaiannya. Kepentingan struktur makro dalam

presidential lecture Habibie adalah untuk mendukung tema besar, struktur supra

untuk mendapatkan simpati peserta seminar, struktur mikro yang berupa detil

untuk mengontrol informasi, dan praanggapan untuk menunjukkan optimisme.

Setyawan (2013) meneliti kesopanan tutur dalam rapat politik pada film The

Iron Lady. Dari hasil pengamatan dan analisis, ditemukan 4 fakta kebahasaan

penggunaan ketidaksopanan dan kesopanan. Pertama, prinsip ketidaksopanan

mendominasi pertuturan dari dan kepada Thatcher dalam rapat politik. Kedua,

prinsip ketidaksopanan berfungsi sebagai pernyataan, keluhan, penyalahan,

anjuran, penolakan, saran, dan sindiran berupa pujian. Prinsip kesopanan

berfungsi sebagai pernyataan, anjuran, penawaran, saran, nasehat, janji, ucapan

terimakasih, penyalahan, dan pujian. Fungsi prinsip ketidaksopanan dan

kesopanan dipengaruhi oleh konteks, latar belakang situasi, dan faktor sosial yang

meliputi kekuasaan, jarak, dan tingkat keseriusan.

Matulovic (2013) mengkaji pidato kepala pemerintahan negara-negara

anggota Uni Eropa khususnya Jerman dan Inggris. Pidato yang dijadikan data

penelitian adalah pidato kepala pemerintahan dari Partai Konservatif Jerman dan

Inggris, yaitu Kohl, Merkel, Thatcher, dan Cameron. Matulovic (2013) mengkaji

pidato-pidato tersebut dengan tujuan mengetahui perkembangan persepsi

pemimpin-pemimpin dari Partai Konservatif terhadap Uni Eropa, apakah

berpandangan supranationalism, intergovernmentalism, atau eurosceptism. Hasil

analisisnya menunjukkan bahwa kepala pemerintahan Jerman aliran konservatif

berpandangan supranationalism terhadap Uni Eropa, sedangkan Inggris

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

12

berpandangan euroskeptism dan intergovernmentalism. Pidato Thatcher yang

dikaji Matulovik adalah Speech to the College of Europe (The Bruges Speech).

Drexler (2014) mengkaji gaya penyampaian pidato Margaret Thatcher,

khususnya pidato berjudul The West in the World Today dengan Analisis Wacana

Kritis. Unsur-unsur linguistik yang dianalisis adalah kata ganti, koherensi, dan

modalitas. Kata ganti orang pertama jamak we digunakan Thatcher untuk

menekankan rasa persamaan diri dengan rakyat Inggris lainnya, serta memberikan

otoritas untuk menyuarakan kepentingan pihak yang diwakilinya. Untuk

menjelaskan konsep interdependensi, Thatcher menggunakan keterangan then dan

now secara paralel. Untuk sikap ideologi, Thatcher cenderung menunjukkan sikap

membela tradisi agama yang menetukan identitas kebangsaan atau mayarakat

sebagai sikap idelogi. Thatcher menggunakan modalitas must dan must not dalam

kalimat penutup pidatonya untuk meningkatkan rasa percaya diri rakyat Inggris

dan bersikap orientasi tindakan.

Anwar dkk. (2015) mengkaji pidato Quaid-e-Azam, pemimpin pergerakan

nasional Pakistan, pada Majelis Pemilih Utama di Pakistan dengan teori Analisis

Wacana Kritis milik Faircluogh. Data dianalisis secara kualitatif dengan

pendekatan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pidato Quaid-

e-Azam terselubung kenginginan ideologis bagi Pakistan untuk menjadi negara

liberal, demokratis, adil, dan menunjukkan kepedulian terhadap masalah-masalah

sosial, seperti hukum, korupsi, suap, pasar gelap, nepotisme, serta kecurangan atas

dirinya.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

13

Wahyuni (2015) mengkaji tentang fitur-fitur tuturan perempuan yang

digunakan oleh Margaret Thatcher dalam wawancara TV selama menjabat

Perdana Menteri Inggris dengan teori Lakoff. Dari penelitiannya ditemukan

beberapa fitur-fitur tuturan perempuan dalam wawancara Thatcher, yaitu lexical

hedges, tag questions, rising intonation on declaratives, empty adjectives, precise

colour terms, intensifiers, super-polite forms, avoidance of strong swear words

dan emphatic stress. Fitur-fitur tuturan perempuan tersebut terdiri dari fungsi

melemahkan (hedging devices: lexical hedges, tag questions, rising intonation on

declaratives, super-polite forms) dan menguatkan (boosting devices: intensifiers

dan emphatic stress). Selain itu, Thatcher pun menggunakan fitur-fitur tuturan

laki-laki, yaitu direct forms dan swear words.

Pokok yang membedakan kajian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya

di atas adalah pada obyek penelitiannya, yaitu pidato politik Thatcher berjudul

Britian Awake dan fokus penelitian. Penelitian ini menggabungkan fokus-fokus

pada kajian sebelumnya, seeprti struktur wacana, fitur-fitur kebahasaan, dan

ideologi yang terkandung dalam wacana.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Analisis Wacana Kritis

Analisis Wacana Kritis atau Critical Discourse Analysis merupakan proses

memberikan penjelasan dari suatu teks (realitas sosial) yang hendak atau sedang

dikaji dengan kecenderungan tujuan tertentu untuk mencapai keinginan (Darma,

2009). Analisis Wacana Kritis mengkaji wacana berdasarkan paradigma kritis,

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

14

artinya tidak menerima sesuatu apa adanya (Nugroho, 2013). Dalam Analisis

Wacana Kritis, wacana dipandang sebagai wadah pertemuan bahasa dan ideologi,

sehingga analisis wacana menjadi analisis dimensi ideologis penggunaan bahasa

dan meterialisasi bahasa suatu ideologi (Wodak, 2005). Wacana pada dasarnya

dipahami sebagai hasil penyatuan kondisi praktek politik, sosial, dan linguistik

yang secara praktis menentukan tampilan subyek. Kress, melalui Wodak (2005),

menjabarkan beberapa asumsi dasar Analisis Wacana Kritis sebagai berikut.

a. Bahasa adalah fenomena sosial

b. Wacana tidak hanya dilihat secara individu, tapi juga institusi dan

pengelompokan sosial, serta memiliki maksud atau nilai khusus yang

diungkapkan dalam bahasa secara sistematis

c. Teks adalah unit bahasa yang relevan dalam komunikasi

d. Pembaca atau pendengar bukan penerima pasif dalam hubungannya dengan

teks.

Analisis Wacana Kritis memberikan perhatian khusus pada hubungan bahasa

dan kekuasaan, sehingga menjadi kajian bermacam ragam yang berorientasi pada

metodologi dan data berbeda, lazimnya didasarkan pada pendekatan tatabahasa

(Wodak, 2005).

1.6.2 Model Analisis van Dijk

Eriyanto (2001) menyatakan bahwa model analisis wacana milik van Dijk

adalah model yang paling banyak dipakai dan disebut kognisi sosial yang

merupakan dimensi penghubung elemen struktur sosial dengan elemen wacana

mikro. Kognisi sosial memiliki 2 fungsi, yaitu untuk menunjukkan proses teks

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

15

diproduksi dan menggambarkan keterserapan nilai-nilai masyarakat dalam teks.

Model analisis wacana van Dijk terdiri dari 3 dimensi, teks, kognisi sosial, dan

konteks (Eriyanto, 2001). Hal yang diteliti dalam dimensi teks adalah struktur

teks.

Pendekatan yang digunakan untuk analisis teks adalah analisis linguistik

tentang kosakata, kalimat, paragraf dengan tujuan menjelaskan dan memaknai

suatu teks. Berkenaan dengan struktur teks, Eriyanto (2001) mengintisarikan

rumusan van Dijk tentang struktur teks menjadi 3 tingkatan, yaitu struktur makro,

struktur supra, dan struktur mikro. Struktur makro mengkaji makna global dari

suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh teks.

Struktur supra mengkaji kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,

penutup, dan kesimpulan. Struktur mikro mengkaji makna lokal dari suatu teks

yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai dalam teks.

Berikut uraian elemen-elemen dalam masing-masing tingkatan struktur tersebut.

1.6.2.1 Struktur Makro

Struktur makro mengamati tema atau topik teks yang merujuk pada gambaran

umum teks, gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik dalam

struktur makro menggambarkan apa yang hendak diungkapkan penulis atau

pembicara dalam wacana, dan menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling

penting dari isi suatu teks. Topik menggambarkan gagasan inti yang

dikedepankan penulis atau pembicara ketika memandang suatu peristiwa.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

16

1.6.2.2 Struktur Supra

Struktur supra mengamati bagaimana bagian dan urutan teks dikemas menjadi

1 kesatuan utuh dengan memperhatikan skemanya. Skema atau alur memberikan

tekanan pada bagian yang didahulukan dalam teks, dan bagian yang kemudian

dapat menjadi strategi menyembunyikan informasi penting. Skematik adalah

strategi untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan

menyusun bagian-bagian urutan tertentu.

1.6.2.3 Struktur Mikro

Struktur mikro mengamati makna yang ingin ditekankan dalam teks dengan

memperhatikan segi semantik (latar dan detil), segi sintaksis (bentuk kalimat dan

kata ganti), segi stilistik (leksikon), dan segi retoris (metafora). Berikut penjelasan

elemen-elemen tersebut.

1. Latar, dari segi semantik, merupakan bagian teks yang dapat mempengaruhi

arti yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan arah pandangan

khalayak. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat yang

sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan mengesankan bahwa

pendapat sangat beralasan. Latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang

memaknai suatu peristiwa. Latar teks merupakan elemen yang berguna,

karena dapat mengungkap maksud yang ingin disampaikan.

2. Detil, dari segi semantik, berhubungan dengan kendali informasi yang

ditampilkan. Pembicara atau penulis akan banyak menampilkan informasi

yang menguntungkan, dan sedikit bahkan tak perlu menampilkan informasi

yang merugikan. Detil merupakan strategi untuk mengekspresikan sikap

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

17

secara implisit. Hal yang harus diteliti dari elemen detil adalah keseluruhan

peristiwa yang diuraikan secara panjang lebar atau minim.

3. Bentuk kalimat, dari segi sintaksis, berhubungan dengan cara berpikir logis

dengan prinsip kausalitas. Bentuk kalimat menentukan apakah subyek

diekspresikan secara implisit atau eksplisit dalam teks. Bentuk kalimat

memiliki 2 struktur, yaitu aktif dan pasif.

4. Kata ganti, dari segi sintaksis, merupakan unsur yang digunakan untuk

menunjukkan posisi seseorang dalam wacana. Seseorang dapat menggunakan

kata ganti saya atau kami untuk mendeskripsikan sikap dalam keadaan resmi.

Ketika menggunakan kata ganti kita sikap yang ditampilkan adalah

kebersamaan dalam komunitas tertentu. Pemakaian kata ganti jamak seperti

kita atau kami berimplikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian

publik, serta mengurangi kritik dan oposisi terhadap diri.

5. Leksikon, dari segi stilistik, menandakan bagaimana penulis atau pembicara

memilih kata dari berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta

umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta, misalnya kata

meninggal memiliki kata lain mati, tewas, gugur, terbunuh, mangkat,

berpulang, menghembuskan nafas terakhir, dan lain-lain. Pilihan kata-kata

yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa yang sama

dapat digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda.

6. Metafora, dari segi retoris, menjadi petunjuk utama memahami makna suatu

teks. Metafora digunakan secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan

pembenaran atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Selain itu,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

18

metafora dipahami sebagai ungkapan yang mendeskripsikan sesuatu dengan

merujuk pada sesuatu yang diyakini memiliki kesamaan sifat. Metafora dalam

hal ini dapat berupa ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, atau lainnya

untuk memperkuat pesan utama.

1.6.3 Model Analisis Halliday

Model analisis kajian wacana kritis oleh M.A.K Halliday bertumpu pada

tatabahasa sistemis dan fungsional, atau dikenal sebagai teori Systemic Functional

Grammar. Teori ini terdiri dari komponen sistemis dan komponen fungsional

yang tidak dapat dipisahkan sebagai kerangka teori linguistik karena memiliki

tujuan yang terkait. Tujuan tatabahasa sistemis adalah menjelaskan hubungan

internal dalam bahasa sebagai 1 jaringan kerja atau makna potensial. Tatabahasa

fungsional bertujuan untuk mengungkapkan bahwa bahasa merupakan maksud-

maksud interaksi sosial berdasarkan letak sistem dan bentuk bahasa yang

ditentukan oleh penggunaan atau fungsi yang disajikan (Wang, 2010).

Halliday (2014) menerangkan bahwa terdapat konsep dasar kajian bahasa

yang terdiri dari 5 dimensi, yaitu structure, system, stratification, instantiation,

dan metafunction, akan tetapi dalam kajian wacana kritis ini dimensi yang

difokuskan adalah dimensi metafunction. Istilah metafunction digunakan untuk

mendeskripsikann fungsi bahasa sebagai 1 komponen integral dalam teori secara

keseluruhan. Halliday (2014) mengklasifikasikan metafungsi bahasa menjadi

metafungsi ideasional, metafungsi interpersonal, dan metafungsi tekstual.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

19

1.6.3.1 Metafungsi Ideasional

Bahasa menguraikan pengalaman manusia dengan menamai hal-hal,

menguraikannya menjadi kategori-kategori, kemudian menguraikan kategori-

kategori menjadi taksonomi, misalnya istilah houses dan cottages, garages dan

sheds yang merujuk pada jenis bangunan, istilah strolling dan stepping, marching

dan pacing yang merupakan cara berjalan, dan kata in, on, under, around yang

menunjukkan lokasi. Istilah-istilah tersebut berbeda dari 1 bahasa dengan bahasa

lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa kategori-kategori tersebut diuraikan

dalam bahasa. Unsur-unsur tersebut dikonfigurasikan menjadi pola tatabahasa

kompleks, misalnya marched out of the house, atau dapat dibangun menjadi

rangkaian terkait waktu. Bahasa menyediakan teori pengalaman manusia dan

sumber-sumber tertentu leksikogramar dari bahasa sehari-hari yang diperuntukkan

bagi fungsi tersebut. Hal Ini disebut sebagai metafungsi ideasional yang terdiri

dari 2 komponen, yaitu eksperiensial dan logis. Artinya, metafungsi ideasional

diwujudkan dari pengalaman atas fenomena kehidupan nyata, kesadaran individu,

reaksi, kognisi, persepsi, serta tindak kebahasaan berupa tuturan dan pemahaman.

Metafungsi ideasional bertujuan untuk menyampaikan informasi baru dan

mengkomunikasikan pesan yang tidak dipahami pendengar atau pihak yang

dibicarakan.

1.6.3.2 Metafungsi Interpersonal

Halliday (2014) menyatakan bahwa bahasa menampilkan hubungan personal

dan sosial dalam lingkungan sekitar. Klausa dalam tatabahasa bukan sekedar figur

yang mewakili proses yang sedang terjadi, tapi juga merupakan proposisi yang

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

20

menginformasikan, menanyakan, memberi perintah, membuat penawaran, dan

mengekspresikan penilaian dan sikap dari apa yang sedang dibicarakan. Artinya,

bahasa digunakan sebagai tindakan yang diistilahkan sebagai metafungsi

interpersonal, interaktif dan personal.

Metafungsi interpersonal mewujudkan kegunaan bahasa untuk

mengekspresikan hubungan sosial dan pribadi, termasuk beragam cara penutur

terlibat dalam situasi cakap dan melakukan tindak tutur (Wang, 2010). Terkait

dengan hal ini, Halliday (2014) telah mendeskripsikan matafungsi interpersonal

berdasarkan modus dan modalitas.

Modus adalah komponen khusus dari klausa yang diajukan dan diteruskan

dalam rangkaian pertukaran retoris (Halliday, 2014). Modus terdiri dari 2 sifat,

yaitu indikatif dan imperatif. Modus indikatif merupakan kategori gramatikal

yang secara khusus digunakan untuk menukar informasi. Modus indikatif

terkandung dalam kalimat deklaratif dan interogatif yang dapat berupa yes/no

question atau WH question. Di sisi lain, modus imperatif merupakan kategori

gramatikal yang digunakan untuk memberikan perintah dan terkandung dalam

kalimat imperatif yang dapat ditujukan pada you atau you and me.

Kategori berikutnya adalah modalitas. Modalitas mengacu pada rentang

menengah antara perbedaan positif dan negatif, dengan kata lain menafsirkan

daerah ketidakpastian antara iya dan tidak. Modalitas dapat mengekspresikan

penilaian terhadap topik dan menunjukkan hubungan peran sosial, skala

formalitas, dan hubungan kekuasaan. Modalitas terkait dengan proposisi dan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

21

proposal. Proposisi bernilai indikatif, sedangkan proposal bernilai imperatif.

Modalitas dan proposisi terkait pada kepasatian iya dan tidak, sehingga

memunculkan kemungkinan, misalnya it is dan it isn’t menjadi it must be atau it

may be. Modalitas dan proposal juga terkait pada kepastian iya dan tidak, namun

memunculkan keterbatasan pilihan atau kewajiban, misalnya do dan don’t

menjadi you must do, you should do, atau you may do. Orientasi makna dengan

modalitas dapat bersifat subyektif atau obyektif tergantung pada cara

penyampaian ide, apakah secara implisit atau eksplisit.

Modalitas terdiri dari 2 elemen, yaitu modalisasi dan modulasi. Modalisasi

terkait pada kemungkinan dan kebiasaan, sedangkan modulasi terkait pada

kewajiban dan kecenderungan. Bahasa Inggris memiliki beberapa bentuk

modalitas, yaitu modalitas verba, adjektiva, kata keterangan, pronomina, dan kala

(Wang, 2010). Dari beberapa modalitas tersebut yang menjadi fokus penelitian ini

adalah modalitas verba dan kata keterangan. Hal ini berkaitan dengan sumber data

yang merupakan kritik dalam wujud pidato, sehingga fokus satuan-satuan

kebahasaan adalah pada bentuk kemungkinan, kewajiban, dan penekanan kritik

Thatcher dalam Britain Awake.

1.6.3.3 Metafungsi Tekstual

Halliday (2014) menyatakan bahwa tatabahasa menampilkan komponen

ketiga, yaitu metafungsi tekstual. Metafungsi tekstual didefinisikan sebagai

bentuk lain dari makna yang berhubungan dengan konstruksi teks. Metafungsi

tekstual digunakan sebagai fungsi yang memudahkan penguraian pengalaman dan

penampilan hubungan interpersonal. Metafungsi tekstual menunjukkan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

22

kemampuan membangun urutan wacana, mengatur alur wacana, juga menciptakan

kohesi dan keberlangsungan. Penerapan metafungsi tekstual didasarkan pada tema

dan rema yang terkandung dalam klausa. Halliday (2014) mengartikan tema

sebagai apa yang terjadi, sedangkan rema sebagai setiap komponen dari kejadian.

Tema yang difokuskan dalam metafungsi tektual adalah tema tekstual yang

digunakan pembicara atau penulis untuk mengatur cara menghubungkan klausa

dengan wacana sekitar secara eksplisit. Tema tekstual terdiri dari kontinuatif

(continuative), konjungsi (conjunction), dan keterangan wacana (discource

adjunct).

Kontinuatif adalah 1 dari sejumlah kecil rangkaian kata-kata yang menandai

perpindahan dalam wacana, respon, dialog, atau perpindahan ke pokok berikutnya

jika penutur yang sama meneruskannya. Konjungsi adalah kata atau sekumpulan

kata yang menghubungkan (paratactic) atau mengikat (hypotactic) klausa dengan

klausa lainnya secara struktural dan mengatur hubungan perluasan atau

penonjolan ide secara semantik. Keterangan wacana terdiri dari sejumlah kata

keterangan dan frase preposisi yang menghubungkan klausa dengan teks

sebelumnya, misalnya then, in fact, atau in other word dalam Britain Awake.

Dua model analisis di atas dinilai mampu menjawab rumusan masalah

penelitian ini, sebab keduanya berhubungan untuk mengungkapkan dimensi

ideologis pengunaan bahasa dan materialisasi bahasa suatu ideologi, khususnya

kandungan ideologi dapat diungkap secara jelas dengan leksikon dari segi stilistik

dalam teori van Dijk yang ditunjang oleh fungsi ideasional dalam teori Halliday.

Artinya, kedua teori tersebut bersifat komplementer.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

23

1.7 Metode Penelitian

Berdasarkan wujud data dan tujuan penelitian, penelitian ini merupakan kajian

kualitatif deskriptif. Stake (2001) menerangkan bahwa penelitian kualitatif

merupakan kajian berdasarkan pengalaman pribadi, intuisi, dan rasa ragu-ragu

yang mengiringi, serta interpretasi pribadi. Penelitian kualitatif sangat bergantung

pada persepsi dan pemahaman manusiawi. Metode penelitian ini menganalisis

data dengan kata-kata atau kalimat tanpa terlalu memperhatikan statistik. Artinya,

metode ini sesuai dengan pembahasan data secara deskriptif. Metode ini

mengandung langkah-langkah penting dalam penelitian, yaitu pengumpulan data,

analisis data, dan penyajian hasil analsis data (Sudaryanto, 1993).

1.7.1 Sumber dan Wujud Data

Sumber data penelitian ini adalah teks pidato Britain Awake (The Iron Lady),

dan wujud data berupa satuan-satuan lingual dalam pidato tersebut.

1.7.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah

metode simak dengan penyimakan penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun,

2012). Peneliti menyimak pidato yang disampaikan oleh Margaret Thatcher

khususnya tentang struktur wacana, bentuk dan fungsi bahasa, serta refleksi

ideologi dalam bahasa yang digunakan. Metode simak diwujudkan dengan teknik

dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar metode ini adalah teknik sadap. Mahsun

(2012) menerangkan bahwa teknik sadap adalah penyadapan penggunaan bahasa

secara tertulis. Peneliti berhadapan dengan penggunaan bahasa berupa bahasa

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

24

tulis, teks pidato dalam penelitian ini. Teknik lanjutan dari teknik sadap adalah

teknik simak bebas libat cakap, maksudnya peneliti sama sekali tidak berperan

untuk menentukan pembentukan dan pemunculan calon data. Teknik simak bebas

libat cakap ini kemudian didampingi teknik catat. Peneliti mencatat beberapa

bentuk yang relevan bagi penelitian dari penggunaan bahasa secara tertulis.

1.7.3 Metode Analisis Data

Analisis Wacana Kritis atau analisis dengan paradigma kritis mendasarkan diri

pada penafsiran atau interpretasi terhadap teks (Eriyanto, 2001). Kata penafsiran

dimaksudkan agar peneliti dapat mendalami teks dan menampilkan makna teks

tersebut. Selain itu, metode intekstualitas juga diterapkan pada penelitian ini

dengan tujuan menentukan pernyataan kunci dan memperkuat interpretasi yang

dilakukan.

1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah analisis data, tahapan selanjutnya adalah menyajikan hasil analisis

data. Penyajian analisis dengan metode inventarisasi yang disajikan secara formal

dan informal. Inventarisasi dimaksudkan bahwa data yang ditampilkan bersifat

representatif dan data lengkap dapat dirujuk pada bagian lampiran. Penyajian

formal adalah dengan lambang tertentu, dalam penelitian ini adalah lambang ()

dan (‘ ’), dan penyajian informal merupakan perumusan dengan kata-kata biasa –

walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya, namun dapat dipahami dengan

seksama (Sudaryanto, 1993).

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92991/potongan/S2-2016... · pemimpin partai politik wanita pertama di dunia perpolitikan Barat. Dengan

25

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan penelitian ini disajikan dengan sistematika penyajian yang terdiri dari

5 bab. Bab I terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, motode penelitian, dan

sistematika penyajian. Bab II adalah deskripsi proses retorika dan persuasi yang

dijalankan Margaret Thatcher dalam penyampaian pesan pidato Britain Awake.

Bab III adalah deskripsi bentuk dan fungsi bahasa yang digunakan Thatcher

khususnya berdasarkan fitur-fitur bahasa dalam pidato Britain Awake. Bab IV

adalah deskripsi bahasa yang digunakan dalam pidato Britain Awake dapat

merefleksikan ideologi konservatisme Thatcher. Bab V adalah penutup yang

terdiri dari kesimpulan dan saran.