Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

38
MAKALAH HASAN AL-BANNA dan AL-MAUDUDI Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pemikiran Modern Dalam Islam” Oleh: Muhyi Abdurrohim (082092011) Dwi Marga Purnama Saputra (082102035) yang dibina oleh : Bpk. Dr. Ubabaidillah, M.Ag.

Transcript of Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

Page 1: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

MAKALAH

HASAN AL-BANNA dan

AL-MAUDUDI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pemikiran Modern

Dalam Islam”

Oleh:

Muhyi Abdurrohim (082092011)

Dwi Marga Purnama Saputra (082102035)

yang dibina oleh :

Bpk. Dr. Ubabaidillah, M.Ag.

JURUSAN DAKWAH / TAFSIR HADITS

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI

(STAIN) JEMBER

2011

Page 2: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

BAB I

PENDAHULUAN

Nama “Hasan Al-Banna” selalu lekat dengan jamaah Al-Ikhwan Al-

Muslimun, karena beliau adalah pendiri dan menjadi Mursyid ‘Am pertama

jamaah tersebut. Sekalipun sang imam “Al-Banna” -semoga Allah

merahmatinya-, tidak mengenyam kehidupan lebih dari Empat Puluh tahun,

namun pada masa hidupnya banyak memberikan kontribusi dan prestasi yang

besar sehingga banyak terjadi lompatan sejarah terutama dalam melakukan

perubahan kehidupan umat menuju Islam dan dakwah Islam yang lebih cerah,

banyak perubahan-perubahan yang dicapai olehnya, apalagi saat beliau hidup

kondisi umat dalam keadaan yang begitu parah dan mengenaskan,

keterbelakangan, ketidakberdayaan, kebodohan umat, dan ditambah dengan

penjajahan barat.

Empat Puluh Dua tahun kalau diukur dari perjalanan sejarah merupakan

waktu yang singkat, merupakan usia yang belum bisa memberikan apa-apa,

walaupun umur sejarah tidak bisa diukur berdasarkan tahun dan hari, namun dapat

juga diukur dari banyaknya peristiwa yang berdampak pada perubahan kondisi,

situasi dan keadaan, dan inilah yang selalu melekat pada sosok Hasan Al-Banna,

beliau banyak memberikan pengaruh dalam perubahan sejarah, dan beliau juga

merupakan salah satu dari orang yang memberikan kontribusi melakukan

perbaikan dan perubahan dalam tubuh umat. Sekalipun umur beliau relatif pendek

namun beliau termasuk orang yang mampu membuat sejarah gemilang.

Setiap orang pasti memiliki faktor yang dapat dinilai mampu memberikan

kontribusi dan saham dalam pembentukan karakter dan jati dirinya dan

menentukan berbagai hakikat yang dipilihnya. Dan bagi pemerhati lingkungan

yang di dalamnya hidup sang imam Al-Banna akan dapat menemukan awal yang

baik, dan karena itu berakhir dengan baik. Seperti dalam ungkapan: “Akhir yang

baik mesti diawali dengan permulaan yang baik”.

Abu al-A'la Maududi merupakan salah seorang ulama abad ke-20 dan

penggagas Jamaat e-Islami (Partai Islam). Maududi merupakan seorang ahli

Page 3: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

filsafat, sastrawan, dan aktivis yang aktif dalam pergerakan dan perjuangan Islam

di seluruh dunia. Abu al-A’la al-Maududi mendapat ilham dari perjuangan Sayyid

Qutb di Mesir yaitu Jamaah al-Ikhwan al-Muslimun . Sebagaimana Sayyid Qutb,

Maududi merupakan tokoh perjuangan Islam seluruh dunia.

Maulana Maududi terlibat membentuk Pergerakan Khilafah dan Tahrik- al

Hijrat, yaitu Persatuan Asia Selatan yang menentang penjajahan kolonial inggris.

Beliau memprovokatori Muslim India berhijrah ke Afghanistan untuk menentang

pemerintahan British. Zaman itu, Maulana Maududi mulai menterjemahkan buku

berbahasa Arab dan bahasa Inggris ke bahasa Urdu. Beliau juga telah menulis

buku berjudul al-Jihad fi al-Islam -Jihad dalam Islam- diterbitkan secara berkala

dengan nama al-Jam’iyat tahun 1927. Tahun 1933, Maulana Maududi menjadi

editor majalah bulanan Terjemah al-Qur'an. Bidang penulisan beliau ialah tentang

Islam , konflik antara Islam dengan Imperialisme dan modenisasi. Beliau

mengemukakan penyelesaian Islam dan Islam ada jawaban bagi setiap

permasalahan masyarakat Islam yang dijajah.

Bersama dengan ahli filusuf dan ulama Muhammad Iqbal, Maududi

menggagas pusat pendidikan Darul-Islam di bandar Pathankot di wilayah Punjab .

Pusat pendidikan ini ialah melahirkan pelajar yang mempunyai falsafah politik

Islam. Maulana Maududi mengkritik habis konsep-konsep Barat seperti

nasionalisme, pluralisme and feminisme di mana semua ide ini adalah alat Barat

untuk menjajah umat Islam. Beliau menegaskan ummat islam untuk bisa mandiri,

jihad sehingga berjaya menegakkan negara Islam yang syumul. Maududi telah

menterjemah dan menafsirkan al-Qur'an kebahasa Urdu dan menulis banyak

artikel berkenaan udang-undang Islam dan kebudayaan masyarakat Islam.

Dari itu maka penulis akan mencoba untuk mengulas sejarah kedua tokoh

tersebut, biografi, pemikiran, dakwah dan prinsipnya yang notabene sangat besar

sumbanganya pada pemikiran moderen dalam Agama Isalam.

Wallahu A’lam bi al-Showab.

Page 4: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

BAB II

PEMBAHASAN

1. Hasan Al-Banna

a. Biografi Hasan Al-Banna

Hasan Al Banna dilahirkan di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir

tahun 1906 M. Ayahnya, Syaikh Ahmad Abdurrahman al-Banna adalah seorang

ulama fiqh dan hadits. Sejak masa kecilnya, Hasan al Banna sudah menunjukkan

tanda-tanda kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun, atas anugerah Allah,

Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al-Qur'an. Sang ayah terus menerus

memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya Orang tuan Beliau adalah seorang

imam masjid di desanya, dan seorang tukang reparasi dan penjual jam. Namun

disisi lain orang tuan Hasan Al-Banna adalah sosok pecinta ilmu dan buku,

sehingga senang menuntut ilmu dan membaca buku, dan sebagian waktunya

banyak dihabiskan untuk membaca dan menulis, dan beliau juga banyak menulis

kitab, diantaranya adalah “Badai’ul Musnad fi Jam’I wa Tartiibi Musnad As-

Syafi’I”, “Al-Fathu Ar-Robbani fi Tartiibi Musnad Ahmad As-Syaibani”,

“Bulughul Amani min Asrori Al-fathu Ar-Robbani”

Bahwa komitmen dengan Islam dan  manhaj robbani sangat membutuhkan

pondasi utama pada lingkungan yang menggerakkannya, agar dapat tumbuh dan

besar seperti pondasi tersebut, dan jika tidak ada lingkungan yang mendukung

maka akan menjadi sirna dan mati sejak awal kehidupannya. Dan Allah telah

memberikan karunia besar terhadap imam “Al-Banna” dengan lingkungan yang

baik ini. Orang tuanya memberikan tarbiyah sejak awal dengan baik;

menumbuhkan kecintaan  terhadap Islam kepada anaknya sejak dini, selalu

memelihara bacaan dan hafalan Al-Qur’an, sehingga memberikan kepada pemuda

tersebut waktu dan tenaga yang cerah dalam berfikir dan berdakwah, dan pada

saat itu pula dimana pada saat itu Islam telah tertutupi oleh kehidupan yang bebas

dan politik yang rusak, tampak menjadi asing, bahkan aneh dan tidak wajar

melihat seorang pemuda yang begitu besar komitmennya terhadap ajaran Islam

Page 5: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

sampai pada masalah waktu, atau dalam menunaikan ibadah shalat dengan penuh

kedisiplinan.

Sejak awal dapat kita lihat bahwa imam Al-Banna telah menentukan

jalannya dan karakter hidupnya; yaitu jalan hidup yang beliau lakoninya dalam

kehidupannya secara pribadi yang unik; komitmen terhadap Islam dan manhaj

robbani dan interaksinya dengan orang lain dengan baik dan sesuai dengan ajaran

Islam. Baliau begitu terkesan dengan hadits Nabi dan begitu kuat berpegang teguh

dengannya; yaitu hadits Nabi saw: “Jagalah lima perkara sebelum datang lima

perkara.. diantaranya adalah “masa mudamu sebelum datang masa tuamu”,

begitupun dengan hadits Nabi saw lainnya: “ada tujuh golongan yang akan

mendapatkan naungan Allah pada saat tidak ada naungan kecuali naungannya..

diantaranya adalah “seorang pemuda yang taat beribadah kepada Allah”.

Maka dari itu imam “Al-Banna” kehidupannya adalah islam dan tidak ada

yang lain dalam diri dan hidupnya kecuali Islam. Hal itu tampak juga dengan jelas

pada beberapa lembaga atau yayasan yang sejak kecil beliau loyal kepadanya,

yang kesemuanya merupakan lembaga atau yayasan Islam, seperti “Jam’iyyah As-

Suluk wal Akhlak” dan “Jama’ah An-Nahyu Al-Munkar”, dan beliau juga

memiliki hubungan yang erat dengan harakah sufiyah yang pada saat itu marak

tersebar di berbagai pelosok daerah dan kota di Mesir.

Adapun diantara faktor lain yang membantunya komitmen di jalan

kebenaran adalah karena beliau begitu banyak beribadah dan taat kepada Allah,

sejak mudanya beliau sering melakukan puasa sunnah, khususnya puasa sunnah

yang berhubungan dengan hari-hari besar Islam, dan lebih banyak lagi beliau

melakukan puasa hari sunnah senin dan hari kamis pada setiap minggunya, karena

mentauladani sunnah nabi saw,  sebagaimana beliau juga sangat bersemangat

melakukan puasa sunnah rajab dan sya’ban. Kebanyakan dari kita mungkin

merasa asing dalam melakukan ketaatan seperti itu, atau merasa berat

melakukannya terutama di saat kondisi zaman seperti ini. Sebagaiman usaha yang

dilakukan imam Al-Banna dalam ketaatan juga menadapatkan kesulitan, terutama

disaat kondisi yang saat itu dialami; adanya gerakan missionaries, globalisasi dan

penjajahan yang telah meluas dan merambah dengan cepat di tengah kehidupan

Page 6: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

masyarakat Mesir saat itu; sehingga memberikan kontribusi yang besar dalam

menjauhkan umat dari Islam apalagi untuk komitmen dengan ibadah dan ketaatan.

Namun imam Al-banna, hidup melawan arus, beliau berada dalam

semangat Islam yang tinggi, berpegang dengan ketaatan dan ibadah kepada Allah,

sekalipun umat saat itu sedang diliputi arus globalisasi dan pencampakkan jati diri

Islam; sehingga mengakibatkan acuhnya umat terhadap Islam dan jauhnya umat –

terutama para pemudanya- dari kehidupan beragama, apalagi juga banyaknya

bermunculan seruan dan propaganda asing terhadap dunia Islam seperti

liberalisme dan komunisme serta gerakan missionaris yang mengajak untuk jauh

dari Islam dan berlaku hidup modernis seperti mereka.

Sekalipun demikian imam Al-Banna tetap berpegang teguh dan yakin

dengan keislamannya bahkan merasa bangga dengannya. Dan pada saat berdiri

Universitas Cairo, dan Dar El-Ulum merupakan salah satu bagian dari kuliah yang

ada di dalamnya; yang di dalamnya menghadirkan ilmu-ilmu kontemporer,

ditambah juga dengan ilmu-ilmu syariah dan pengetahuan tradisional yang telah

masyhur di Universitas Al-Azhar sebelumnya. Dan -pada saat itu pula- Imam Al-

Banna mendaftarkan diri untuk kuliah di Dar El-Ulum, walaupun beliau tidak

merasa cukup dengan ilmu yang di dapat di kuliah sehingga beliau

mencarinya ditempat yang lain sebagai tambahan; seperti beliau selalu hadir

mengikuti majlis ilmu pimpinan syaikh Rasyid Ridha, dan beliau sangat terkesan

dengan tafsirnya yang terkenal yaitu “Al-Manar”.

Namun hal tersebut tidak menghalangi dirinya mendapatkan nilai yang

begitu baik dan cemerlang, sehingga beliau berhasil menamatkan kuliahnya

dengan hasil yang gemilang, dan beliau merupakan angkatan pertama kuliah

tersebut. Lalu -setelah itu- beliau diangkat sebagai guru pada madrasah ibtidaiyah

disalah satu sekolah yang terletak di propinsi Ismailiyah, yaitu pada tahun 1927,

dan di kota tersebut Imam Al-Banna muda tidak hanya terpaku pada

jati dirinya sebagai guru madrasah ibtidaiyah, namun beliau juga menjadi da’i

kepada Allah, yang pada saat itu masjid-masjid disana kosong dari pemuda.

Sehigga tidak ada anak-anak muda yang sholat di masjid namun asyik dengan

minuman alkohol yang memambukkan. Maka tampaklah beliau sebagai seorang

Page 7: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

pemuda yang ahli ibadah, taat kepada Allah dan sebagai da’i kepada Allah yang

mengajak umat untuk kembali pada Islam yang hanif.

Dan di kota Ismailiyah pula Imam Al-Banna banyak melakukan interaksi

dengan lembaga-lembaga Islam dan beliau tampil sebagai da’i dengan berbagai

sarana yang dimiliki dan berkeliling ke berbagai tempat dan desa. Beliau pergi

sebagai da’i dan membawa kabar gembira tentang agama Islam. Beliau menyeru

dan mengajak manusia yang berada tempat-tempat perkumpulan mereka, dan

diatara tempat perkumpulan yang sering belaiu datangi adalah café. Disana beliau

memberikan kajian keagamaan, terutama pada sore hari ini, sehingga dengan

kajian yang beliau sampaikan banyak menarik perhatian sebagian besar

masyarakat pengunjung cafe; sehingga menjadikan pemilik café tersebut

berlomba-lomba mengundang Imam Al-Banna untuk memberikan kajian sore di

café-cefe milik mereka.

Dan akhirnya di kota Ismailiyah, dengan taufik dari Allah dan dengan

keberkahan akan juhud dan keikhlasannya, Imam Al-Banna mampu mengeluarkan

cahaya dakwah terbesar dan memberikan pengaruh yang sangat besar hingga saat

ini. Yaitu berdirinya Gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dipimpin

langsung oleh Imam Al-Banna. Padahal saat itu umur beliau masih muda sekali,

baru mencapai antara tidak terlalu muda, tidak baya dan juga tidak terlalu tua.

Pemuda yang ahli ibadah itulah yang telah mampu mendirikan gerakan dakwah

Islam terbesar di dunia saat ini.

Sosok Imam Al-Banna memiliki banyak keistimewaan, sosok yang

universal dan seimbang, pemuda aktivis, seorang khatib yang antagonis, memiliki

perasaan yang lembut, dan komunikatif dengan semua orang; baik dengan orang

awam, petani dan buruh. Beliau juga seorang cendekiawan yang memiliki ilmu,

yang mampu berinteraksi dengan para cendekiawan lainnya. Saat berada ditengah

umat manusia, banyak yang takjub kepadanya baik dari kalangan cendekiawan,

hartawan, awam, petani dan buruh serta yang lainnya. Ini semua sejalan dengan

dakwahnya yang didasarkan pada pembentukan umat, dakwah dan individu yang

seimbang dalam berbagai sisinya.

Dan Imam Al-Banna juga sangat memiliki karakter yang mampu

memberikan pengaruh pada orang yang ada disekitarnya, hal ini kembali pada

Page 8: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

pondasi yang beliau miliki yaitu kedekatan diri kepada Allah -Kita berharap

demikian dan kita tidak merasa paling suci kecuali hanya Allah-. Dan kita

temukan bahwa dakwah Al-Ikhwan –dan Al-Ikhwan itu sendiri telah terpengaruh

dengan sosok imam Al-Banna; karakternya yang baik, ikhlas dan taat kepada

Allah, yang kesemuanya bersumber pada cahaya kenabian. Sebagaimana beliau

juga memiliki sosok yang mumpuni dan lemah lembut, selalu perhatian dan

menolong orang-orang yang mazhlum, dan dalam sejarahnya telah banyak

disaksikan bahwa usaha dan kerja al-ikhwan di berbagai tempat, daerah dan

negara selalu membela hak-hak umat Islam yang terampas.

Oleh karena itulah bagi kita dapat mengambil ibrah dari perjalanan sosok

pemuda yang berhimpun di dalamnya jiwa yang memiliki nilai-nilai mulia dan

agung, bagaimana jiwa tersebut dapat mampu membangun generasi yang islami,

tidak menyimpang dari jalan Allah dan menepati dan menunaikan amanah yang

diembannya dengan optimal dan baik, sekalipun kondisi, ujian dan cobaan yang

dihadapi selalu datang silih berganti dalam rangka berpegang teguh pada jalan

Allah dan agama Islam serta dalam usaha meninggikan kalimat (agama) Allah dan

mentauladani sirah nabi saw.

Pada usia 21 tahun, beliau menamatkan studinya di Darul 'Ulum dan

ditunjuk menjadi guru di Isma'iliyah. Setahun kemudian beliau mendirikan

Ikhwanul Muslimin pada tahun 1928, pada saat itu Hasan Al-Banna baru berusia

22 tahun. Gerakan ini merupakan gerakan paling berpengaruh pada abad dua

puluh yang mengarahkan kembali masyarakat Muslim ke tatanan Islam Murni.

Hasan Al-Banna dalam gerakannya untuk mengubah mode intelektual elite

menjadi gejala popular yang kuat pengaruhnya pada interaksi antara agama dan

politik, bukan saja di Mesir, namun juga di dunia Arab dan Muslim.

b. Pemikiran dan Gerakan Dakwah Hasan Al-Banna

Hasan Al Banna sangat prihatin dengan kelakuan Inggris yang

memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di mana umat Islam

sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah (di Turki),

sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan. Umat

Islam mengalami kebingungan. Sementara kaum penjajah mempermainkan dunia

Page 9: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

Islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki sendiri, Kemal Attaturk memberangus

ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki dijebloskan ke penjara.

Demikianlah keadaan dunia Islam ketika al Banna berusia muda. Satu di antara

penyebab kemunduran umat Islam adalah bahwa umat ini jahil (bodoh) terhadap

ajaran Islam.

Maka mulailah Hasan al Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak

manusia kepada Allah, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan

(kebodohan). Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya.

Kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur

dua minggu sekali. Beliau dengan perkumpulan yang didirikannya "Al-Ikhwanul

Muslimun," bekerja keras siang malam menulis pidato, mengadakan pembinaan,

memimpin rapat pertemuan, dll. Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan

umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan buruh/petani,

usahawan, ilmuwan, ulama, dokter mendukung dakwah beliau.

Pada masa peperangan antara Arab dan Yahudi (sekitar tahun 1945-an),

beliau memobilisasi mujahid-mujahid binaannya. Dari seluruh Pasukan Gabungan

Arab, hanya ada satu kelompok yang sangat ditakuti Yahudi, yaitu pasukan

sukarela Ikhwan. Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju, sampai akhirnya

terjadilah aib besar yang mencoreng pemerintah Mesir. Amerika Serikat, sobat

kental Yahudi mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin

Ikhwanul Muslimin. Maka terjadilah sebuah tragedi yang membuktikan betapa

pengecutnya manusia. Ribuan mujahid Mesir ditarik ke belakang, kemudian

dilucuti. Oleh siapa? Oleh pasukan pemerintah Mesir! Bahkan tidak itu saja, para

mujahidin yang ikhlas ini lalu dijebloskan ke penjara-penjara militer. Bahkan

beberapa waktu setelah itu Hasan al Banna, selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin

menemui syahidnya dalam sebuah peristiwa yang dirancang oleh musuh-musuh

Allah

Dakwah beliau bersifat internasional. Bahkan segera setelah Indonesia

memproklamasikan kemerdekaannya, Hasan al Banna segera menyatakan

dukungannya. Kontak dengan tokoh ulama Indonesia pun dijalin. Tercatat M.

Natsir pernah berpidato didepan rapat Ikhwanul Muslimin.

Page 10: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

Syahidnya Hasan Al-Banna tidak berarti surutnya dakwah beliau. Sudah

menjadi kehendak Allah, bahwa kapan pun dan di mana pun dakwah Islam tidak

akan pernah berhenti, meskipun musuh-musuh Islam sekuat tenaga berusaha

memadamkannya.

Masa-masa sepeninggal Hasan Al-Banna, adalah masa-masa penuh

cobaan untuk umat Islam di Mesir. Banyak murid-murid beliau yang disiksa,

dijebloskan ke penjara, bahkan dihukum mati, terutama ketika Mesir di perintah

oleh Jamal Abdul Naseer, seorang diktator yang condong ke Sovyet. Banyak pula

murid beliau yang terpaksa mengungsi ke luar negeri, bahkan ke Eropa.

Pengungsian bagi mereka bukanlah suatu yang disesali. Bagi mereka di mana pun

adalah bumi Allah, di mana pun adalah lahan dakwah. Para pengamat

mensinyalir, dakwah Islam di Barat tidaklah terlepas dari jerih payah mereka.

Demikianlah, siksaan, tekanan, pembunuhan tidak akan memadamkan cahaya

Allah. Bahkan semuanya seakan-akan menjadi penyubur dakwah itu sendiri,

sehingga dakwah Islam makin tersebar luas.

Di antara karya penerus perjuangan beliau yang terkenal adalah Fi

Dzilaalil Qur'an (di bawah lindungan Al-Qur'an) karya Sayyid Quthb. Sebuah

kitab tafsir Al-Qur'an yang sangat berbobot di jaman kontemporer ini. Ulama-

ulama kita pun menjadikannya sebagai rujukan terjemahan Al-Qur'an dalam

Bahasa Indonesia. Di antaranya adalah Al-Qu'an dan Terjemahannya keluaran

Depag RI, kemudian Tafsir Al-Azhar karya seorang ulama Indonesia Buya

Hamka. Mengenal sosok beliau akanlah terasa komplit apabila kita mengetahui

prinsip dan keyakinan beliau.

c. Prinsip-Prinsip Hasan Al-Banna

Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang senantiasa beliau pegang teguh

dalam dakwahnya:

Saya meyakini: "Sesungguhnya segala urusan bagi Allah. Nabi Muhammad

SAW junjungan kita, penutup para Rasul yang diutus untuk seluruh umat

manusia. Sesungguhnya hari pembalasan itu haq (akan datang). Al-Qur’an itu

Page 11: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

Kitabullah. Islam itu perundang-undangan yang lengkap untuk mengatur

kehidupan dunia akhirat."

Saya berjanji: "Akan mengarahkan diri saya sesuai dengan Al-Qur’an dan

berpegang teguh dengan sunah suci. Saya akan mempelajari Sirah Nabi dan

para sahabat yang mulia."

Saya meyakini: "Sesungguhnya istiqomah, kemuliaan dan ilmu bagian dari

sendi Islam."

Saya berjanji: "Akan menjadi orang yang istiqomah yang menunaikan ibadah

serta menjauhi segala kemunkaran. Menghiasi diri dengan akhlak-akhlak

mulia dan meninggalkan akhlak-akhlak yang buruk. Memilih dan

membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan islami semampu saya.

Mengutamakan kekeluargaan dan kasih sayang dalam berhukum dan di

pengadilan. Tidak akan pergi ke pengadilan kecuali jika terpaksa, akan selalu

mengumandangkan syiar-syiar islam dan bahasanya. Berusaha menyebarkan

ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk seluruh lapisan umat ini."

Saya meyakini: "Seorang muslim dituntut untuk bekerja dan mencari nafkah,

di dalam hartanya yang diusahakan itu ada haq dan wajib dikeluarkan untuk

orang yang membutuhkan dan orang yang tidak punya.

Saya berjanji: "Akan berusaha untuk penghidupan saya dan berhemat untuk

masa depan saya. Akan menunaikan zakat harta dan menyisihkan sebagian

dari usaha itu untuk kegiatan-kegiatan kebajikan. Akan menyokong semua

proyek ekonomi yang islami, dan bermanfaat serta mengutamakan hasil-hasil

produksi dalam negeri dan negara Islam lainnya. Tidak akan melakukan

transaksi riba dalam semua urusan dan tidak melibatkan diri dalam

kemewahan yang diatas kemampuan saya."

Saya meyakini: "Seorang muslim bertanggung jawab terhadap keluarganya,

diantara kewajibannya menjaga kesehatan, aqidah dan akhlak mereka."

Page 12: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

Saya berjanji: "Akan bekerja untuk itu dengan segala upaya. Akan menyiarkan

ajaran-ajaran islam pada seluruh keluarga saya, dengan pelajaran-pelajaran

islami. Tidak akan memasukkan anak-anak saya ke sekolah yang tidak dapat

menjaga aqidah dan akhlak mereka. Akan menolak seluruh media massa,

buletin-buletin dan buku-buku serta tidak berhubungan dengan perkumpulan-

perkumpulan yang tidak berorientasi pada ajaran Islam."

Saya meyakini: "Di antara kewajiban seorang muslim menghidupkan kembali

kejayaan Islam dengan membangkitkan bangsanya dan mengembalikan

syariatnya, panji-panji islam harus menjadi panutan umat manusia. Tugas

seorang muslim mendidik masyarakat dunia menurut prinsip-prinsip Islam."

Saya berjanji: "Akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan risalah ini

selama hidupku dan mengorbankan segala yang saya miliki demi

terlaksananya misi (risalah) tersebut."

Saya meyakini: "Bahwa kaum muslim adalah umat yang satu, yang diikat

dalam satu aqidah islam, bahwa islam yang memerintahkan pemelukya untuk

berbuat baik (ihsan) kepada seluruh manusia."

Saya berjanji: "Akan mengerahkan segenap upaya untuk menguatkan ikatan

persaudaraan antara kaum muslimin dan mengikis perpecahan dan sengketa

di antara golongan-golongan mereka."

Saya meyakini: "Sesungguhnya rahasia kemunduran umat Islam, karena

jauhnya mereka dari "dien" (agama) mereka, dan hal yang mendasar dari

perbaikan itu adalah kembali kepada pengajaran Islam dan hukum-hukumnya,

itu semua mungkin apabila setiap kaum muslimin bekerja untuk itu."

2. Al-Maududi

a. Biografi Al-Maududi

Abu al-A'la Al-Maududi merupakan salah seorang ulama abad ke-20 dan

penggagas Jamaat e-Islami (Partai Islam) . Maududi merupakan seorang ahli

Page 13: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

filsafat, sastrawan, dan aktivis yang aktif dalam pergerakan dan perjuangan Islam

di seluruh dunia. Abu al-A’la al-Maududi mendapat ilham dari perjuangan Sayyid

Qutb di Mesir yaitu Jamaah al-Ikhwan al-Muslimun . Sebagaimana Sayyid Qutb,

Maududi merupakan tokoh perjuangan Islam seluruh dunia.

Maududi, lahir pada 3 Rajab 1321 H (25 September 1903 M) di

Aurangabad. Ayah Abu al-A’la al-Maududi ialah Ahmad Hasan yang lahir pada

1855 M , anak bungsu dari 3 kakak beradik. Ia mendapat pendidikan di Madrasah

Furqaniyah, sebuah sekolah tinggi terkenal di Hyderabad, bukan sekolah Islam

bandar Hyderabad (sekarang Maharashtra) negeri, India. Kemudian melanjutkan

pelajaran di Dar al-Ulum di Hyderabad. Mahir berbahasa Arab, bahasa Persi,

bahasa Inggris,dan bahasa Urdu.

Tahun 1918 ketika usia 15 tahun, mulai bekerja sebagai wartawan dalam

surat kabar berbahasa Urdu untuk mencukupi kehidupannya. Tahun 1920,

berprofesi sebagai editor surat khabar Taj, yang diterbitkan di bandar Jabalpore

sekarang negeri Madhya Pradesh , India. Tahun 1921, Maulana Maududi pindah

ke Delhi bekerja sebagai editor surat khabar Muslim (1921-1923), dan kemudian

editor al-Jam’iyat (1925-1928), yang diterbitkan oleh Jam’iyat-i ‘Ulama-i

Hind,sebuah partai politik. Hasil kepimpinannya sebagai editor , al-Jam’iyat

menjadi surat kabar utama untuk orang Islam di Asia Selatan ( India, Pakistan,

Bangladesh , Sri Langka dan Maldive).

Runtuhnya khilafah pada 1924 mengakibatkan kehidupan Maududi

mengalami perubahan besar. Dia jadi sinis terhadap nasionalisme yang ia yakini

hanya menyesatkan orang Turki dan Mesir, dan menyebabkan mereka

merongrong kesatuan muslim dengan cara menolak imperium ‘Utsmaniah dan

kekhalifahan muslim.

Disinilah Maududi menjadi lebih mengetahui kesadaran politik kaum

muslimin dan jadi aktif dalam urusan agamanya. Namun, saat itu fokus tulisan-

tulisannya belum juga mengarah pada kebangkitan Islam.  

Sayyid Abul A’la Maududi adalah figur penting dalam kebangkitan Islam

pada dasawarsa terakhir. Ia lahir dalam keluarga syarif (keluarga tokoh muslim

India Utara) di Aurangabad, India Selatan, tepatnya pada 25 September 1903 (3

Rajab 1321 H). Rasa dekat keluarga ini dengan warisan pemerintahan Muslim

Page 14: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

India dan kebenciannya terhadap Inggris, memainkan peranan sentral dalam

membentuk pandangan Maududi di kemudian hari. 

Ahmad Hasan, ayahnya Maududi, sangat menyukai tasawuf. Ia berhasil

menciptakan kondisi yang sangat religius dan zuhud bagi pendidikan anak-

anaknya. Ia berupaya membesarkan anak-anaknya dalam kultur syarif. Karenanya,

sistem pendidikan yang ia terapkan cenderung klasik. Dalam sistem ini tidak ada

pelajaran bahasa Inggris dan modern, yang ada hanya bahasa Arab, Persia, dan

Urdu. Karena itu, Maududi jadi ahli bahasa Arab pada usia muda. 

Pada usia sebelas tahun, Maududi masuk sekolah di Aurangabad. Di sini ia

mendapatkan pelajaran modern. Namun, lima tahun kemudian ia terpaksa

meninggalkan sekolah formalnya setelah ayahnya sakit keras dan kemudian wafat.

Yang menarik, pada saat itu Maududi kurang menaruh minat pada soal-soal

agama, ia hanya suka politik. Karenanya, Maududi tidak pernah mengakui dirinya

sebagai ‘alim. Kebanyakan biografi Maududi hanya menyebut dirinya sebagai

jurnalis yang belajar agama sendiri. Semangat nasionalisme Indianya tumbuh

subur. Dalam beberapa esainya, ia memuji pimpinan Partai Kongres, khususnya

Mahatma Gandhi dan Madan Muhan Malaviya. 

Pada 1919 dia ke Jubalpur untuk bekerja di minggua partai pro Kongres

yang bernama Taj. Di sini dia jadi sepenuhnya aktif dalam gerakan khilafah, serta

aktif memobilisasi kaum muslim untuk mendukung Partai Kongres. 

Kemudian Maududi kembali ke Delhi dan berkenalan dengan pemimpin

penting Khilafah seperti Muhammad ‘Ali. Bersamanya, Maududi menerbitkan

surat kabar nasionalis, Hamdard. Namun itu tidak lama. Selama itulah pandangan

politik Maududi kian religius. Dia bergabung dengan Tahrik-I Hijrah (gerakan

hijrah) yang mendorong kaum muslim India untuk meninggalkan India ke

Afganistan yang dianggap sebagai Dar al-Islam (negeri Islam). 

Pada 1921 Maududi berkenalan dengan pemimpin Jami’ati ‘Ulama Hind

(masyarakat ulama India). Ulama jami’at yang terkesan dengan bakat maududi

kemudian menarik Maududi sebagai editor surat kabar resmi mereka, Muslim.

Hingga 1924 Maududi bekerja sebagai editor muslim. Disinilah Maududi menjadi

lebih mengetahui kesadaran politik kaum muslimin dan jadi aktif dalam urusan

Page 15: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

agamanya. Namun, saat itu tulisan-tulisannya belum juga mengarah pada

kebangkitan Islam. 

Di Delhi, Maududi memiliki peluang untuk terus belajar dan

menumbuhkan minat intelektualnya. Ia belajar bahasa Inggris dan membaca

karya-karya Barat. Jami’at mendorongnya untuk mengenyam pendidikan formal

agama. Dia memulai dars-I nizami, sebuah silabus pendidikan agama yang

populer di sekolah agama Asia Selatan sejak abad ke delapan belas. Pada 1926, ia

menerima sertifikat pendidikan agama dan jadi ulama.

 

b. Pemikiran dan Gerakan Dakwah Al-Maududi

Runtuhnya khilafah pada 1924 mengakibatkan kehidupan Maududi

mengalami perubahan besar. Dia jadi sinis terhadap nasionalisme yang ia yakini

hanya menyesatkan orang Turki dan Mesir, dan menyebabkan mereka

merongrong kesatuan muslim dengan cara menolak imperium ‘Utsmaniah dan

kekhalifahan muslim. Dia juga tak lagi percaya pada nasionalisme India. Dia

beranggapan bahwa Partai Kongres hanya mengutamakan kepentingan Hindu

dengan kedok sentimen nasionalis. Dia ungkapkan ketidaksukaannya pada

nasionalisme dan sekutu muslimnya. 

Sejak itu, sebagai upaya menentang imperialisme, Maududi menganjurkan

aksi Islami, bukan nasionalis. dia percaya aksi yang dia anjurkan akan melindungi

kepentingan muslimin. Hal ini memberi tempat bagi wacana kebangkitan. 

Pada 1925, seorang Muslim membunuh Swami Shradhnand, pemimpin

kebangkitan Hindu. Swami memancing kemarahan kaum muslimin karena dengan

erang-terangan meremehkan keyakinan kaum muslimin. Kematiannya Swami

menimbulkan kritik media massa bahwa Islam adalah agama kekerasan. Maududi

pun bertindak. Ia menulis bukunya yang terkenal mengenai perang dan damai,

kekerasan dan jihad dalam Islam, Al Jihad fi Al Islam. Buku ini berisi penjelasan

sistematis sikap Muslim mengenai jihad, sekaligus sebagai tanggapan atas kritik

terhadap Islam. Buku ini mendapat sambutan hangat dari kaum muslimin. Hal ini

semakin menegaskan Maududi sebagai intelektual umat. 

Sisa terakhir pemerintahan muslim pada saat itu kelihatan semakin tidak

pasti. Maududi pun berupaya mencari faktor penyebab semakin pudarnya

Page 16: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

kekuasaan muslim. Dia berkesimpulan, selama berabad-abad Islam telah dirusak

oleh masuknya adat istiadat lokal dan masuknya kultur asing yang mengaburkan

ajaran sejatinya. Karenanya Maududi mengusulkan pembaharuan Islam kepada

pemerintahan saat itu, namun tidak digubris. Hal ini mendorong Maududi mencari

solusi sosio-politik menyeluruh yang baru untuk melindungi kaum muslimin. 

Gagasannya ia wujudkan dengan mendirikan Jama’at Islami (partai Islam),

tepatnya pada Agustus 1941, bersama sejumlah aktifis Islam dan ulama muda.

Segera setelah berdiri, Jama’ati Islami pindah ke Pathankot, tempat dimana

Jama’at mengembangkan struktur partai, sikap politik, ideologi, dan rencana aksi. 

Sejak itulah Maududi mengosentrasikan dirinya memimpin umat menuju

keselamatan politik dan agama. Sejak itu pula banyak karyanya terlahir di tengah-

tengah umat. Ketika India pecah, Jama’at juga terpecah. Maududi, bersama 385

anggota jama’at memilih Pakistan. Markasnya berpindah ke Lahore, dan Maududi

sebagai pemimpinnya. Sejak itu karir politik dan intelektual Maududi erat

kaitannya dengan perkembangan Jama’at. Dia telah “kembali” kepada Islam,

dengan membawa pandangan baru yang religius.

Dari hari kehari wacana khilafah Islamiyah makin kencang dilontarkan

oleh sebagian kelompok umat Islam, lebih-lebih setelah jatuhnya Khilafah

Utsmaniyah pada tgl 3. Maret 1924. Khilafah Utsmaniyah barakhir sejalan dengan

kencang tuntutan kemerdekaan di berbagai negara kolonial yang berpenduduk

mayoritas Muslim, seperti negara yang ada di kawasan Asia Tenggara, Afrika

utara, Mesir, negara-negara Teluk, Asia Selatan, dan lain-lain. Negara-negara

kolonial melihat bahwa kekuasan Turki Usmani yang kuat yang menguasai Timur

Tengah dan negara-negara “Eropa Timur” karena kekuatan Khalifah yang amat

tinggi. Khilafah amat berkaitan dengan kekuasaan, kepemimpinan, al-Imam al-

A’zham, pemimpin besar.

Pada konteks ini, kepemimpinan sesudah Nabi saw. yang fungsinya

mengemban tugas-tugas kenabian, khilafat al-nubuwwah, yaitu menjaga agama

dan mengatur urusan dunia. Pengemban tugas khalifah sesudah Nabi, ada yang

bergelar Khulafa Rasyidun, sebagai pengemban amanah kekuasaan yang dinilai

baik oleh para sejarawan, sementara khalifah sesudahnya, walaupun dalam

pelaksanaannya banyak mendukung berkembangnya dakwah dan peradaban

Page 17: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

Islam, tetapi dalam praktek kenegaraan dan ketatanegaraan mengandalkan

keturunan, “semi kerajaan”, sebagaimana terjadi sampai kekuasaan Turki Usmani.

Sementara itu, gelar kekuasaan berbeda-beda, seperti sultan-sultan dan amir-amir

di negara-negara kecil. Masalahnya sekarang bagaimana konsep khilafah dalam

Islam dan bagaimana pula keberadaan negara-negara nasional sekarang dikaitkaan

dengan konsep khilafah masa silam. Untuk menjawab pertanyaan ini ada beberapa

pendekatan yang digunakan dan menjadi problem epistemologis (metode berfikir)

sepanjang masa, khususnya di kalangan fuqaha siyasah.

Para khalifah pasca Khulafa Rasyidun dari tahun 661 M-1924 M sebanyak

Tujuh dinasti dengan , yaitu Bani Umayah (661-750 M- 14 orang), Bani Abbas

(750-1258 M- 37 orang), Bani Umayah Spanyol (756-1031 M- 18 orang),

Fathimiyah Mesir (909-1171 M- 14 orang), Turki Usmani (1299 – 1924 M- 37

orang), Syafawi Iran (1501-1722 M- 9 orang), Moghul India (1526-1858 tak jelas

berapa banyaknya).

Ada tiga kelompok pemikir Muslim dalam memaknai negara khilafah.

Pertama, menolak sama sekali Islam memiliki konsep negara dalam Islam,

seperti dikemukakan oleh Thaha Husein dan Ali Abdurraziq dalam karyanya, Al-

Islam wa Ushul al-Hukmi. Teori politiknya disamakan dengan teori politik barat

yang tidak mengakui sama sekali agama berkiprah dalam politik. Mereka

menyamakan Islam dengan Nasrani. Kedua, Islam memiliki nilai-nilai

pemerintahan yang terkandung di dalamnya, seperti dikemukakan oleh ulama

Mesir, penulis Hayatu Muhammad, yaitu Muhammad Husein Haikal; ketiga,

mengharuskan kembali ke masa Nabi para Khulafa Rasyidun, seperti

dikemukakan Hasan Al-banna, Sayyid Qutub, Syaikh Rasyid Rida, dan Abu al-

A'la al-Mududi, bahkan dikehendaki agar kekhilafahan juga ditegakkan kembali,

seperti dikemukakan oleh Taqiyuddin al-Nabhani.

Konsep khilafah sebenarnya amat berkaitan dengan konsep Daulah al-

Islam-Dar al-Islam secara menyuluh di seluruh dunia. Daulah Islam di masa silam

amat berhasil dalam mengembangkan dakwah dan menegakkan syariat.

Mendirikan Daulah Islamiyah adalah wajib syar’i dan didukung banyak ayat al-

Quran dan al-Hadits yang membicarakannya karena daulah Islam dan

pemerintahan Islam yang akan melindungi Islam secara utuh. Menurut Yusuf al-

Page 18: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

Qardhawi memiliki karekteristik Daulah Islam yang intinya adalah sebagai

berikut: “Daulah Madaniyah yang merujuk pada Islam, bersekala internasional,

berdasarkan konstitusi dan hukum syariah, berdasarkan musyawarah dan bukan

kekuasaan ala kisra, daulah pemberi petunjuk dan bukan pengumpul pajak,

melindungi orang-orang lemah, melindungi hak dan kebebasan, daulah yang

berprinsip pada akhlak. Sementara itu, tabiat Daulah Islam adalah bukan daulah

teokrat,tapi pemerintahan sipil.”

Maulana Maududi terlibat membentuk Pergerakan Khilafah dan Tahrik- al

Hijrat, yaitu Persatuan Asia Selatan yang menentang penjajahan kolonial inggris.

Beliau memprovokatori Muslim India berhijrah ke Afghanistan untuk menentang

pemerintahan British. Zaman itu, Maulana Maududi mulai menterjemahkan buku

berbahasa Arab dan bahasa Inggris ke bahasa Urdu. Beliau juga telah menulis

buku berjudul al-Jihad fi al-Islam -Jihad dalam Islam- diterbitkan secara berkala

dengan nama al-Jam’iyat tahun 1927. Tahun 1933, Maulana Maududi menjadi

editor majalah bulanan Terjemah al-Qur'an. Bidang penulisan beliau ialah tentang

Islam, konflik antara Islam dengan Imperialisme dan modenisasi. Beliau

mengemukakan penyelesaian Islam dan Islam ada jawaban bagi setiap

permasalahan masyarakat Islam yang dijajah.

Bersama dengan ahli filusuf dan ulama Muhammad Iqbal, Maududi

menggagas pusat pendidikan Darul-Islam di bandar Pathankot di wilayah Punjab .

Pusat pendidikan ini ialah melahirkan pelajar yang mempunyai falsafah politik

Islam. Maulana Maududi mengkritik habis konsep-konsep Barat seperti

nasionalisme, pluralisme and feminisme di mana semua ide ini adalah alat Barat

untuk menjajah umat Islam. Beliau menegaskan ummat islam untuk bisa mandiri,

jihad sehingga berjaya menegakkan negara Islam yang syumul. Maududi telah

menterjemah dan menafsirkan al-Qur'an kebahasa Urdu dan menulis banyak

artikel berkenaan udang-undang Islam dan kebudayaan masyarakat Islam.  

C. Prinsip-Prinsip Abu al-A’la al-Maududi

Perinsip-Perrinsip beliau tertuang dalam sebuah yang berjudul “Al-

Khilafah wa al-Mulk”, Buku ini terdiri dari sembilan bab, dalam Bab I berisi

Page 19: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

tentang penjelasan Abu al-a'la al-maududi pelajaran apa saja yang bisa diambil

dari al-Qur'an tentang al-Siyasah -politik-misalnya tashawwur al-Qur’an bahwa

Allah pencipta alam semesta, manusia dan apa saja yang bisa bermanfaat untuk

manusia, bahwasanya Allah SWT adalah pemilik alam dan segala sesuatu yang

ada di dalamnya (Qs al-Baqarah:107; al-An’am:57).

Selain itu beliau juga menegaskan bahwa Undang-undang tertinggi adalah

hukum yang telah dibuat oleh sang Maha pencipta Allah ‘azza wa jalla (Qs AL-

ahzab:36; an-Nur: 47-48). Dalam bab yang sama maududi menjelaskan

pentingnya asas syura diantara kaum mukminin atau pemilihan umum yang

berjalan diatas kebenaran dalam rangka penegakan daulah Islamiyah dan

pemilihan rais daulah dan pengatur kekuasaan pemerintahan. Tujuan dari

penegakan Daulah Islamiyah terdiri dari dua hal: pertama: menegakkan keadilan

yang berdiri diatas landasan kebenaran dan menjauhkan diri dari kedzaliman,

kedua: menegakkan shalat dan menunaikan zakat dengan cara yang diatur oleh

hukumah setempat. Dalam penjelasan beliau di akhir bab ini tentang karakteristik

Daulah Islamiyah dalam al-Quran, yaitu :

o Negara tersebut harus merdeka terbebas dari penjajahan manapun, dan

masyarakatnya menerima pemimpin dari kalangan mereka sendiri yang

menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiyyat yang telah diatur oleh Allah SWT

dalam al-Quran dan As-Sunnah.

o Pemimpin negeri itu harus melaksanakan tugas-tugas kenegaraan dengan

penuh ikhlas mencapai ridha ilahi.

o Sesuai dengan asas demokrasi, dengan tetap menjunjung Undang-undang

tertinggi yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah.

o Negara tersebut adalah negara yang berdiri diatas ideologi pemikiran islam

yang benar, berjalan diatas asas dan pondasi keimanan yang asasi, dan

barangsiapa yang hidup di negara tersebut non muslim maka dia harus

mematuhi hukum-hukum yang berjalan diatasnya dengan tetap menjaga

hak dan kewajiban mereka sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

o Negara yang berdiri diatas mabda’ al-Islam.

Page 20: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

o Ruh yang ada di negara tersebut mengikuti akhlaq Islami, bukan hanya

berlandaskan politik kekuasaan, berjalan diatas ketaqwaan kepada Allah,

dsb.

o Negara tersebut bukan hanya menegakkan konstitusi militer, tetapi juga

bertujuan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

o Asas berdirinya negara itu adalah persamaan hak dan kewajiban serta

saling tolong menolong di dalam kebajikan dan taqwa.

o Adanya hubungan yang baik antara penguasa dan rakyat, bukan seperti

budak dihadapan majikannya yang harus menuruti semua keinginan

majikannya.Dan tidak memperhatikan kebebasan berpendapat dan syura.

Kemudian dalam bab II al maududi menjelaskan tentang dasar-dasar hukum

Islam yang terangkum dalam 9 poin yaitu:

1.       Menjunjung tinggi dustur ilahi.

2.       Adil diantara umat manusia.

3.       prinsip persamaan diantara kaum muslimin.

4.       Tanggung jawab pemegang kekuasaan.

5.       As-Syura.

6.       Taat dalam hal kebaikan

7.       Anjuran untuk tidak meminta kekuasaan

8.       Tujuan adanya negara Islam

9.   Al-amr bil ma’ruf wa nahyu an al-Munkar,

Bab III tentang karakteristik khilafah al-Rasyidah, kemudian Bab IV

dijelaskan proses beralihnya kekuasaan dari khilafah Islamiyah ke kerajaan, bab V

maududi memaparkan perbedaaan antara khilafah Islamiyah dan kerajan, bab VI

sebab-sebab munculnya mazhab-mazhab khilafah dalam Islam serta sejarahnya.

Bab VII tentang pendapat Imam abu Hanifah seputar khilafah serta karya-karya

beliau, bab VIII Mazhab abu Hanifah dalam khilafah serta permasalahan yang

berkaitan dengan khilafah.Dan bab yang terakhir beliau menjelaskan tentang

Imam abu Yusuf dan karya-karya beliau. 

Konsep theo-demokrasi merupakan konsep sistem politik Islam yang

digagas oleh Abul A’la Al-Maududi (lahir 1903), ulama Pakistan yang

mendirikan gerakan Islam Jamaat-e-Islami pada tahun 1940-an. Konsep itu

Page 21: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

dituangkan dalam bukunya yang terkenal Al-Khilafah wa al-Mulk (Khilafah dan

Kerajaan) yang terbit di Kuwait tahun 1978.

Seperti dapat diduga dari istilahnya, konsep theo-demokrasi adalah

akomodasi ide theokrasi dengan ide demokrasi. Namun, ini tak berarti al-Maududi

menerima secara mutlak konsep theokrasi dan demokrasi ala Barat. Al-Maududi

dengan tegas menolak teori kedaulatan rakyat (inti demokrasi), berdasarkan dua

alasan. Pertama, karena menurutnya kedaulatan tertinggi adalah di tangan Tuhan.

Tuhan sajalah yang berhak menjadi pembuat hukum (law giver). Manusia tidak

berhak membuat hukum. Kedua, praktik “kedaulatan rakyat” seringkali justru

menjadi omong kosong, karena partisipasi politik rakyat dalam kenyataannya

hanya dilakukan setiap empat atau lima tahun sekali saat Pemilu. Sedang kendali

pemerintahan sehari-hari sesungguhnya berada di tangan segelintir penguasa,

yang sekalipun mengatasnamakan rakyat, seringkali malah menindas rakyat demi

kepentingan pribadi (Amien Rais, 1988:19-21).

Namun demikian, ada satu aspek demokrasi yang diterima Al-Maududi,

yakni dalam arti, bahwa kekuasaan (Khilafah) ada di tangan setiap individu kaum

mukminin. Khilafah tidak dikhususkan bagi kelompok atau kelas tertentu. Inilah,

yang menurut Al-Maududi, yang membedakan sistem Khilafah dengan sistem

kerajaan. Dari sinilah al-Maududi lalu menyimpulkan,”Dan ini pulalah yang

mengarahkan khilafah Islamiyah ke arah demokrasi, meskipun terdapat perbedaan

asasi antara demokrasi Islami dan demokrasi Barat…”

Mengenai theokrasi, yang juga menjadi akar konsep theo-demokrasi,

sebenarnya juga ditolak oleh Al-Maududi. Terutama theokrasi model Eropa pada

Abad Pertengahan di mana penguasa (raja) mendominasi kekuasaan dan membuat

hukum sendiri atas nama Tuhan (Amien Rais, 1988:22). Meskipun demikian, ada

anasir theokrasi yang diambil Al-Maududi, yakni dalam pengertian kedaulatan

tertinggi ada berada di tangan Allah. Dengan demikian, menurut Al-Maududi,

rakyat mengakui kedaulatan tertingggi ada di tangan Allah, dan kemudian, dengan

sukarela dan atas keinginan rakyat sendiri, menjadikan kekuasaannya dibatasi

oleh batasan-batasan perundang-undangan Allah SWT.

Walhasil, secara esensial, konsep theo-demokrasi berarti bahwa Islam

memberikan kekuasaan kepada rakyat, akan tetapi kekuasaan itu dibatasi oleh

Page 22: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

norma-norma yang datangnya dari Tuhan. Dengan kata lain, theo-demokrasi

adalah sebuah kedaulatan rakyat yang terbatas di bawah pengawasan Tuhan. Atau,

seperti diistilahkan Al-Maududi, a limited popular sovereignty under suzerainty of

God (Amien Rais, 1988:23-24). Dalam bukunya yang lain, yaitu Islamic Law and

Constitution (1962:138-139), Al-Maududi menggunakan istilah divine democracy

(demokrasi suci) atau popular vicegerency (kekuasaan suci yang bersifat

kerakyatan) untuk menyebut konsep negara dalam Islam. 

Catatan kritis ketiga, berkaitan dengan diakomodasinya konsep

“kedaulatan Tuhan” (theokrasi) dalam konsep theo-demokrasi Al-Maududi.

Dalam hal ini perlu kiranya dicermati, bahwa An-Nabhani mengusulkan konsep

“kedaulatan di tangan syara’”, dan bukannya konsep “kedaulatan Tuhan”. Secara

substansial memang tak ada perbedaan antara An-Nabhani dengan Al-Maududi

mengenai maknanya, yakni bahwa yang berhak membuat hukum hanya Allah

semata dan manusia tidak berhak membuat hukum. Namun di sini terlihat dengan

jelas bahwa An-Nabhani berusaha dengan amat hati-hati untuk tidak

menggunakan istilah “kedaulatan Tuhan” yang bisa menimbulkan kesalah

pahaman.

Sikap An-Nabhani tersebut akan dapat dipahami karena dalam teori

“kedaulatan Tuhan” terkandung konsep yang bertentangan dengan Islam. Teori

“kedaulatan Tuhan” tak dapat dilepaskan dari konsep theokrasi yang berkembang

di Barat pada Abad Pertengahan (abad ke-5 s/d ke-15 M). Menurut The Concise

Oxford Dictionary, hal. 1321, istilah theokrasi dikaitkan dengan pemerintahan

atau negara yang diperintah oleh Tuhan, baik secara langsung maupun melalui

kelas kependetaan. Dalam teokrasi Barat ini, konsep “kedaulatan Tuhan”

mempunyai arti bahwa yang memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan adalah

Tuhan. Selanjutnya, Tuhan mewakilkan kekuasaan-Nya kepada raja atau Paus

(Amiruddin, 2000:103-104). Oleh karena mewakili Tuhan, maka segala perilaku

raja atau Paus selalu terjaga dari kesalahan atau suci (ma’shum, infellible). Jadi,

negara theokrasi –yang menjalankan teori kedaulatan Tuhan– merupakan negara

yang dipimpin oleh gerejawan atau raja yang menganggap segala perilaku mereka

terjaga dari kesalahan dan suci. Maka dari itu, apa yang mereka halalkan di bumi,

tentu halal pula di langit. Apa yang mereka haramkan di dunia, tentu diharamkan

Page 23: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

pula di langit (lihat Dr. Yusuf Qardhawy, Fiqih Daulah, hal. 81). Bahkan menurut

Imam Khomeini, tokoh kaum Syiah yang sangat terpengaruh dengan konsep

theokrasi Eropa, kesucian para pemimpin atau penguasa, berada pada martabat

yang sangat tinggi yang bahkan tak bisa dijangkau oleh para nabi maupun

malaikat muqarrabin.

BAB III

KESIMPULAN

Dunia Islam khususnya di Mesir pada sekitar pertengahan abad dua puluh

mempunyai dua tokoh kharismatis yang memperjuangkan Islam melalui sebuah

tradisi penegakkan Islam melalui keluarga (al-usrah). Kelompok-kelompok usroh

inilah yang dikenal dengan nama gerakan ikhwanul Muslimin, sedangkan

tokohnya adalah Hasan Al-Banna. Gerakan ini menekankan pada aspek

penegakkan syariat Islam dengan penuh keyakinan dan keikhlasan dibandingkan

pada perkembangan pemikiran Islam modern.

Begitu juga Abu al-A'la Maududi, beliau merupakan salah seorang ulama

abad ke dua puluh dan penggagas Jamaat el-Islami (Partai Islam) . Maududi

merupakan seorang ahli filsafat, sastrawan, dan aktivis yang aktif dalam

pergerakan dan perjuangan Islam di seluruh dunia. Abu al-A’la al-Maududi

mendapat ilham dari perjuangan Hasan Al-Banna. Yang diberi gelar Sayyid Qutb

di Mesir yaitu Jamaah al-Ikhwan al-Muslimun . Sebagaimana Sayyid Qutb,

Maududi merupakan tokoh perjuangan Islam seluruh dunia.

Page 24: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhammad Husain, Mafahim Islamiyah, (Beirut : Darul Bayariq),

1996. Juz II. Cetakan I

Al-Maududi, Abul A’la. Khilafah dan Kerajaan (Al-Khilafah wa Al-Mulk). Alih

Bahasa Muhammad al-Baqir. Cetakan II. (Bandung : Mizan), 1988.

Amiruddin, M. Hasbi, Teori Kedaulatan Tuhan, Konsep Negara Islam Menurut

Fazlur Rahman. Cetakan I. (Yogyakarta : UII Press), 2000.

Asshidiqie, Jimly, Islam dan Kedaulatan Rakyat. (Jakarta : Gema Insani Press),

1995.

Djaelani, Abdul Qadir. Kedaulatan Tertinggi dalam Negara, Sekitar Pemikiran

Politik Islam, (Jakarta : Media Dakwah), 1994.

Rais, Amien, Kata Pengantar: Khilafah dan Kerajaan (Al-Khilafah wa Al-Mulk).

Alih Bahasa Muhammad al-Baqir. (Bandung : Mizan),

1988.www.ikhwanonline.com

http://deddy24.blogspot.com

Page 25: Makalah Pemikiran Moderen Dalam Islam