Makalah Pekerja Anak

19
TUGAS MAKALAH “Pekerja Anak” Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Hak Asasi Manusia” Dosen Pengampu : Abdul Halim, S. Pd, SH, MM, M. Pd Di susun Oleh : Muhammad Saifur Rohman 11.441.0041 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO 2013

description

 

Transcript of Makalah Pekerja Anak

Page 1: Makalah Pekerja Anak

TUGAS MAKALAH“Pekerja Anak”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah“Hak Asasi Manusia”

Dosen Pengampu :Abdul Halim, S. Pd, SH, MM, M. Pd

Di susun Oleh :

Muhammad Saifur Rohman11.441.0041

Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUNIVERSITAS PANCA MARGA

PROBOLINGGO2013

Page 2: Makalah Pekerja Anak

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas perkenan dan izinnya penulis

dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pekerja Anak” sesuai waktu yang telah

ditetapkan.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan

dari pihak. Untuk itu pada kesempatan penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Orang tua yang telah memberikan dorongan dan motivasi terhadap penulis

selama pembuatan makalah ini.

2. Bapak dosen yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta saran

dalam pembuatan makalah ini.

Penulis masih menerima dengan tangan terbuka terhadap kritik dan saran dari

pihak yang peduli terhadap makalah ini agar menjadi bahan perbaikan di kemudian

hari. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

Page 3: Makalah Pekerja Anak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena pekerja anak merupakan gambaran betapa kompleks dan rumitnya

permasalahan anak. Terlepas dari semua hal tersebut, penghargaan, penghormatan,

serta perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) digaung- gaungkan di penjuru dunia.

Sejak awal pendeklarasian HAM, berbagi bentuk peraturan yang bersifat universal

telah dikeluarkan dalam rangka mendukung upaya perlindungan HAM di dunia.

Upaya perlindungan juga diikuti dengan penegakan hukum demi terselenggaranya

HAM yang konsisten. Jika kita berbicara fenomena pekerja anak, maka bidang

HAM yang langsung bersinggungan adalah hak anak. Baik di dunia internasional

maupun di Indonesia, masalah seputar kehidupan anak menjadi perhatian utama

bagi masyarakat maupun pemerintah. Sangat banyak keadaan-keadaan ideal yang

sebenarnya dapat menuntaskan permasalahan sosial ini. Namun, faktor-faktor lain

seperti kegagalan dalam pranata sosial turut menunjukkan ketidakmampuan

pemerintah.

Dalam konteksnya, sebenarnya anak mempunyai hak yang bersifat asasi

sebagaimana yang dimiliki orang dewasa. Namun, perlindungan terhadapnya tidak

sebombastis ketika masalah HAM yang menyangkut orang dewasa atau

isu genderdiumbar ke khalayak umum. Perlindungan terhadap hak anak tidak terlalu

banyak dipikirkan pada umumnya. Begitu pula dengan langkah konkritnya, bahkan

upaya perlindungan itu sendiri dilanggar oleh negara dan berbagai tempat di negeri

ini, orang dewasa, bahkan orang tuanya sendiri. Banyak anak-anak yang berada di

bawah umur menjadi objek dalam pelanggaran terhadap hak-hak anak akibat

pembangunan ekonomi yang dilakukan . Di negara kita, pekerja anak dapat dilihat

dengan mudah di pertigaan atau di perempatan jalan. Pandangan kita jelas tetuju

pada sekelompok anak yang mengamen, mengemis, atau mengais rezeki di jalanan.

Itu hanya sedikit dari betapa mirisnya kondisi anak-anak Indonesia. Masih banyak

yang tidak terlihat jelas, upaya-upaya pengeksploitasian anak-anak di negeri ini

bahkan dapat disejajarkan dengan tindakan kriminal. Mereka di eksploitasi sebagai

pekerja kasar konstruksi dan tambang tradisional, penyelam mutiara, penculikan

dan perdagangan anak, kekerasan aanak, penyiksaan anak dan bahkan pelacur

komersial.

Page 4: Makalah Pekerja Anak

Anak, seyogyanya adalah gambaran dan cerminan masa depan, aset keluarga,

agama, bangsa, negara dan merupakan generasi penerus di masa yang akan datang.

Mereka berhak mendapatkan kebebasan, menikmati dunianya, dilindungi hak-hak

mereka tanpa adanya pengabaian yang dilakukan oleh pihak tertentu yang ingin

memanfaatkan kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi.

B. Rumusan Masalah

Dalam perumusan masalah ini, permaslahan-permasalahan yang dibahas adalah

sebagai berikut :

1. Apakah definisi dari pekerja anak jika dihubungkan dengan hak dan kewajiban

anak dalam keluarga?

2. Bagaimana psikologi perkembanagn pekerja anak?

3. Indikasi apa yang berkaitan dengan pekerja anak?

4.  Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya pekerja anak?

5. Bagaimana bentuk-bentuk pekerja anak yang ada di Indonesia?

6. Bagaimana landasan hukum yang mengatur pelarangan pekerja anak di

Indonesia?

7. Bagaimana solusi efektif permasalahan pekerja anak serta usaha-usaha

perlindungan pekerja anak di Indonesia?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, tujuan dari

permasalahan sosial yang diangkat anatara lain:

1. Mengetahui faktor penyebab terjadinya pekerja anak, khususnya pekerja

anak di Indonesia.

2. Mengetahui indikasi yang melatarbelakangi pekerja anak di Indonesia.

3. Mengetahui bentuk-bentuk pekerja anak yang ada di Indonesia.

4. Mengetahui Kondisi Pekerja anak dan perkembangannya dari kurun waktu

tertentu.

Page 5: Makalah Pekerja Anak

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Anak

a. Penyajian secara histories

Yakni anggapan bangsa Yunani bahwa “ anak- anak dianggap sebagai

manusia dewasa dengan ukuran kecil”. Disini dianggap seluruh sikap dan

perilaku yang diberikan kepada anak-anak serta harapan dan tuntutan yang

ditujukan kepada anak-anak disamakan dengan sikap dan perilaku serta harapan

dan tuntutan yang ditujukan kepada orang dewasa.

Pandangan lain mengenai definisi anak yakni pada masa awal tersebarnya

agama nasrani di Eropa menunjukkan ciri-ciri antara lain :

1) Anak-anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari

hukum   dan ketertiban.

2) Anak–anak lebih mudah belajar denga contoh daripada belajar dengan

aturan.

3) Anak-anak tidak sama dengan orang dewasa.

b. Menurut makna Yuridis

Yakni berdasarkan Undang-Undang perlindungan anak (UUPA) No. 23

tahun 2002 yang dimaksud denga anak adalah seseorang yang belum berusia 18

tahun ( termasuk anak dalam kandungan).

     Dari beberapa penyajian definisi anak dapat disimpulkan bahwa anak-

anak merupakan masa sosialisasi yang belangsung secara efektif seseorang yang

berumur diantara 5-18 tahun ( dibawah 5 tahun termasuk kategori anak karena

masih disebut balita). Kecenderungan untuk menyimpang yang dipaparkan

sebelumnya merupakan bentuk sosialisasi dari anak-anak dari. Dari segi fisik

dan psikis jelas berbeda dengan orang dewasa, sehingga dalam hal ini tidak bisa

disama artikan. Namun, sisi lain menggungkapkan bahwa pada masa ini anak–

anak sudah mengalami korelasi yang positif serta sifat tunduk pada peraturan

yang kemudian menjadi sangat realistis dengan berbagai kecenderungan-

kecenderungan, seperti gemar membentuk kelompok dengan aturan-aturan

sendiri dan lain-lain.

Page 6: Makalah Pekerja Anak

B. Makna pekerja anak dan hubungannnya dengan tugas perkembangan anak

Pekerja anak menurut Undang- Undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003

adalah anak-anak baik laki-laki maupun perempuan yang terlibat dalam kegiatan

ekonomi yang mengganggu dan menghambat proses tumbuh kembang dan

membahayakan bagi kesehatan fisik dan mental anak. Definisi lain menyebutkan

bahwa pekerja anak adalah sebuah istilah untuk mempekerjakan anak kecil dengan

gaji kecil dan dapat memiliki konotasi pengeksploitasian anak kecil atas tenaga

mereka.

Dalam hal ini batasan yang ditentukan berhubungan dengan pekerja anak adalah

usia dibawah 18 tahun dengan penentuan beberapa karakteristik umum anak

misalnya, jenis kelamin, umur dan pendidikan. Karakteristik ketenaga kerjaan

seperti jenis pekerjaan, status pekerjaan, jam kerja, dan imbalan kerja. Sedangkan

karakteristik umum sosial yakni tempat tinggal dan kondisi keluarga.

Tindakan eksploitasi pekerja anak dilakukan karena dianggap produktif. Anak

secara psikologis menerima otoritas orang tua dan guru sebgai suatu hal yang wajar.

Dilihat dari tugas perkembangannnya pun anak-anak dibebani pada tugas-tugas

perkembangan yang didasari tiga hal, yaitu kematangan fisik, rangsangan atau

tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasinya. Anak yang

secara fisik dianggap sudah matang misalnya anak yang memilki postur tubuh yang

besar dianggap sudah bias menerima tuntutan dari lingkungan baik orang tua

maupun masyarakat.

Anak bisa dieksploitasi dengan bekerja tanpa menimbulkan masalah, menerima

sedikit gaji tanpa protes, mudah diatur dan penurut. Fenomenanya adalah ketika

tugas perkembangan anak dipaksa oleh realisme ekonomi keluarga. Anak dijadikan

faktor ekonomi yang menunjang keberlangsungan keluarga agar mereka dapat hidup

dengan mencukupi kebututhan dasarnya. Padahal, jika kita telaah tugas

perkembangan anak secara umum menurut Havighurst ( dalam Hurlock,1980)

meliputi :

1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang  

umum.

2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sbagai makhluk yang

sedang tumbuh.

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman- teman seusianya.

4. Mulai mengembangkan peranan social pria atau wanita yang tepat.

Page 7: Makalah Pekerja Anak

5. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan

berhitung.

6. Mengembangkan pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari- hari.

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkah laku nilai

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga.

9. Mencapai kebebasan pribadi.

C. Faktor penyebab terjadinya pekerja anak

Pertambahan jumlah pekerja anak yang cenderung meningkat disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain :

1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan pangkal utama dalam peningkatan jumlah

pekerja anak. Harga bahan pokok yang semakin mahal, tingkat kebutuhan yang

tinggi serta pengeluaran yang bertambah menuntut anak terjun untuk membantu

mencukupi kebutuhan dasarnya. Sebagian kasus pekerja anak ini terjadi pada

keluarga menengah kebawah. Kemiskinan yang dikaitkan dengan faktor

ekonomi ini dihubungkan dengan masalah pendapatan. Max Nef et

all mendefinisikan kemiskinan merupakn suatu kondisi dimana tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar individu sebagai manusia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di

tahun 2007 di Indonesia sebesar 37,17 juta orang atau 16,58 persn dari jumlah

penduduk Indonesia. Dalam banyak kasus kemiskinan banyak menciptakan

banyak pekerja anak, dan kemiskinan yang menggiring pekerja anak ke suatu

titik dimana mereka nantinya juga akan melahirkan generasi baru yang sama

atau mungkin lebih miskin dari mereka. Tanpa masa anak-anak , pada masa

ketiak dasar-dasar kemampuan manusia dikembangkan. Kemiskinan diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Menurut International Labour Organitation (ILO) pada tahun 2007 pekerja

anak di Indonesia masih cukup besar yakni 2,6 juta jiwa. Anak-anak bekerja

diberbagi sector dan bentuk pekerajaan. Namun, sebagian besar dari mereka

bekerja di sektor pertanian keluarga dan di perusahaan manukfatur serta

perdagangan skala kecil. Krisis ekonomi yang terjadi sejak 1997 telah

mengubah struktur pekerja anak secara signifikan dalam pasar tenaga kerja.

Terjadi informalisasi pekerja anak, jumlah anak-anak yang bekerja diberbagai

Page 8: Makalah Pekerja Anak

sektor meningkat tajam, semua itu mencerminkan adanya gelombang pekerja

anak yang memasuki sektor informal.

2. Factor migrasi

Banyaknya migrasi terutama urbanisasi yakni perpindahan penduduk dari

desa ke kota meningkatkan jumlah pekerja anak. Hal ini disebabkan beberapa

factor antara lain :

a) Penduduk desa kebanyakn bahwa kota memiliki banyak pekerjaaan dan

lebih mudah mendapatkan penghasilan. Hal ini karena sirkulasi uang di kota

jauh lebih cepat dan lebih banyak, sehingga relatif lebih mudah

mendapatkan uang daripada di desa.

b) Usaha untuk mpekerjaan yang lebih sesuai dengan pendididkan, sebenarnya

dilatarbelakangi oleh motif untuk mengangkat posisi sosial.

c) Bagi beberapa kelompok, kota memberikan kesempatan untuk

menghindarkan diri dari kontrol sosial yang terlalu ketat.

d) Di kota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan

rumah menjadi kerajinan industri. Hal ini karena kota terdapat banyak

sarana yang mendukung usaha tersebut.

e) Kelebihan modal di kota lebih banyak daripada di desa.

f) Kota merupakan tempat yang lebih menguntungkan untuk mengembangkan

jiwa dengan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya.

Beberapa penyebab meningkatnya jumlah pekerja anank terhadap factor

migrasi, khususnya urbanisasi, diketahui bahwa ketidakpahaman mengenai

urbanisasi itu sendiri dapat digunakan beberapa okn\m untuk menjebak

( khususnya pekerja anak) dalam pekerjaan yang di sewenang-wenagkan atau

pekerjaan yang mirip perbudakan.

3. Faktor Budaya

Beberapa faktor budaya yang memberi kontribusi terhadap peningkatan

jumlah pekerja anak antara lain :

a. Peran perempuan dalam keluarga

b. Perkawinan dini

c. Sejarah pekerjaan karena jeratan hutang

d.  Peran anak  dalam keluarga

Page 9: Makalah Pekerja Anak

4. Faktor kurangnya pencatatan kelahiran

Orang tanpa pengenal yang memadai lebih mudah menjadi mangsa

trafiking karena usia dan kewarganegaraan mereka tidak terdokumentasi. Anak-

anak yang dipekerjakan, biasanya lebih mudah diwalikan ke orang dewasa

manapun yang memintanya. Dalam hal ini, ketidakmampuan Sistem Pendidikan

Nasional yang ada maupun dalam masyarakat untuk mempertahankan agar anak

tidak putus sekolah dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sangat besar.

Sehingga anak-anak dilibatkan dalam hal kesempatan kerja dengan bermigrasi

terlebih dahulu atau langsung terjun mencari pekerjaan yang tidak

membutuhkan keahlian.

5. Faktor Kontrol social

Lemahnya kontrol sosial Pejabat penegak hukum dan imigrasi yang korup

dapat disuap untuk tidak mempedulikan kegiatan-kegiatan yang bersifat

kriminal. Para pejabat pemerintah juga disuap agar memberikan informasi yang

tidak benar pada kartu tanda pengenal (KTP), akte kelahiran, dan paspor

khususnya anak-anak dapt denagn mudah diwalikan atau bahkan diubah

kewarganegaraannya.. Kurangnya budget/anggaran dana negara untuk

menanggulangi usaha-usaha trafiking menghalangi kemampuan para penegak

hukum untuk secara efektif menjerakan dan menuntut pelaku- pelakunya.

D. Bentuk-bentuk pekerja anak

Dunia internasional memberikan perhatian khusus terhadap bentuk-bentuk 

terburuk dan sifat pekerja anak. sebagai negara yang pertama kali menanda tangani

Konvensi ILO 182 tentang Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak

(BPTA), pada tahun 2002 Indonesia telah menetapkan satu langkah yang signifikan

kearah penghapusan pekerja anak, terutama jenis pekerjaan yang masuk dalam

kategori pekerjaan terburuk untuk anak. keputusan presiden No. 59 tahun 2002

tentang rencana aksi nasional penghapusan Bentuk-Bentuk Terburuk Untuk Anak

(BPTA) ada 13 bentuk pekerjaan.

Adapun 13 Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk anak adalah sebagai berikut:

1) Mempekerjakan anak-anak sebagai pelacur;

2) Mempekerjakan anak-anak di pertambangan;

3) Mempekerjakan anak-anak sebagai penyelam mutiara;

4) Mempekerjakan anak-anak di bidang kontruksi;

Page 10: Makalah Pekerja Anak

5) Menugaskan anak-anak di anjungan penangkapan ikan lepas pantai (yang di

Indonesia disebut jermal);

6) Mempekerjakan anak-anak sebagai pemulung;

7) Melibatkan anak-anak dalam pembuatan dan kegiatan yang menggunakan

bahan peledak;

8) Mempekerjakan anak-anak di jalanan;

9) Mempekerjakan anak-anak sebagai tulang punggung keluarga;

10) Mempekerjakan anak-anak di industri rumah tangga; (cottage industries);

11) Mempekerjakan anak-anak di perkebunan;

12) Mempekerjakan anak-anak dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

usaha penebangan kayu untuk industri atau mengolah kayu untuk bahan

bangunan dan pengangkutan kayu gelondongan dan kayu olahan;

13) Mempekerjakan anak-anak dalam berbagai industri dan kegiatan yang

menggunakan bahan kimia berbahaya.

Dan program aksi telah menetapkan 5 dari 13 jenis pekerjaan terburuk sebagai

prioritas dalam lima tahun pertama pada pelaksanaan program yang direncanakan

berlangsung selama 20 tahun kedepan. Kelima bentuk pekerjaan terburuk itu adalah:

1) Anak-anak  yang terlibat dalam penjualan, produksi dan perdagangan

narkoba.

2) Anak-anak yang diperdagangkan untuk dijadikan pelacur (AYLA).

3) Anak-anak yang bekerja di penangkapan ikan lepas pantai (Jermal).

4) Anak-anak yang bekerja di sektor pertambangan.

5) Anak-anak yang bekerja di sektor pembuatan alas kaki.

E. Kondisi pekerja anak di Indonesia

Sebelum melihat realitas yang terjadi sekarang dan mungkin pada masa yang

akan datang, alangkah bijaknya kalau mengingat dan menelusuri konteks historis

pekerja anak di Indonesia. Sehingga dapat diperoleh suatu gambaran yang

mendekati utuh tentang dinamika pekerja anak dalam konteks sosial dan budaya

Indonesia. Secara historis, kondisi pekerja anak di Indonesia mengalami berbagai

kemajuan dan kemunduran baik dari aspek kuantitas maupun kualitasnya. Demikian

halnya perhatian terhadap masalah inipun muncul dan tenggelam sangat tergantung

pada persepsi dan sikap negara/pemerintah dan khususnya masyarakat terhadap

masalah pekerja anak. Perkembangan dan perhatian dari masyarakat dunia pun tidak

Page 11: Makalah Pekerja Anak

dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika perlindungan

terhadap Pekerja Anak di Indonesia.

Dengan menggunakan pencanangan Deklarasi HAM dunia pada tahun 1948

(Universal Declaration of Human Rights, 1948) sebagai acauan waktu (time frame)

dalam melakukan analisis, dinamika perlindungan anak di Indonesia dapat

dikelompokkan menjadi 2 fase historis, yaitu masa sebelum deklarasi HAM dan

masa setelah deklarasi HAM. Acuan waktu ini cukup penting bagi masyarakat dunia

sebagai salah satu fase meningkatnya perhatian dan penghargaan terhadap hak-hak

dasar manusia (nilai-nilai kemanusiaan). Pada masa ini pula upaya penghapusan

imperialisme dan kolonialisme dunia mendapatkan perhatian dari masyarakat

internasional. Batasan waktu inipun memiliki nilai penting bagi bangsa Indonesia

sebagai salah satu gerbang menuju pada tertib hukum nasional yang dilandasi oleh

nilai-nilai kemerdekaan dan keadilan sosial.

Page 12: Makalah Pekerja Anak

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permasalahan pekerja anak sebenarnya hampir menyerupai sebuah gunung es.

Kompleksitas pada dasar permasalahannya tidak tampak, sedangkan aktualisasi

pada permukaan berupa tindakan-tindakan eksploitasi terhadap anak juga hanya

muncul sedikit. Budaya masyarakat yang lebih cenderung bersifat patriarchi dan

kemiskinan secara struktural menciptakan suatu iklim yang permisif terhadap

pekerja anak di Indonesia. Terbatasnya studi dan perhatian terhadap kondisi pekerja

anak di Indonesia memberikan suatu kontribusi terhadap terbelenggunya nasib

pekerja anak.

Dari waktu ke waktu, perlindungan terhadap pekerja anak di Indonesia tidak

banyak mengalami perubahan. Perlindungan secara yuridis yang merupakan faktor

penting terhadap keberadaan pekerja anak  mengindikasikan kemenduaan sikap

pemerintah terhadap masalah ini. Penerapan discretion clausule dalam berbagai

aturan hukum tentang ketenagakerjaan, sering menimbulkan interpretasi yang

berbeda-beda bahkan memberikan suatu celah hukum terhadap eksploitasi pekerja

anak. Hal inipun ternyata masih dijumpai pada Undang Undang Ketenagakerjaan

yang baru, yaitu UU Ketenagakerjaan No. 25 tahun 1997. Keadaan sosial dan

ekonomi masyarakat yang sebagian terbesar berada pada batas garis kemiskinan

mendorong terjadinya enkulturasi "bekerja membantu keluarga" yang sangat

berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak secara sehat.

Page 13: Makalah Pekerja Anak

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Soerjabrata, Soemardi.1982. Psikologi Perkembangan Jilid I Bagian Penyajian

Secara Historis. Yogyakarta : Rake press Yogyakarta.

Sunarto,dkk. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Penerbit Rineka

Cipta

Tim Pembina Lelompok Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat. 2003.

Modul Acuan Prosedur Pembelajaran Mata Kuliah Berkehidupan

Bermasyarakat. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional DIRJEN DIKTI

Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan.

Ahmadi, Abu.1997. Ilmu Sosial Dasar. Semarang : PT Rineka Cipta

http://digitallib.itb.ac.id diakses tanggal 6 juni 2009

http://duniapsikologi.com  diakses tanggal 6 juni 2009

http://ebursa.depdiknas.go.id  diakses tanggal 6 juni 2009

http://sekitarkita.com  diakses tanggal 6 juni 2009

http:// www. kabar Indonesia.com diakses tanggal 6 juni 2009