Anak Jalanan (Makalah)

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah. Menurut UUD 1945, “anak terlantar itu dipelihara oleh negara”. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak- 1

Transcript of Anak Jalanan (Makalah)

Page 1: Anak Jalanan (Makalah)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan

sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan

pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak

bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi

banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib

anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah

saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-

haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat,

beradab dan bermasa depan cerah.

Menurut UUD 1945, “anak terlantar itu dipelihara oleh negara”. Artinya

pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan

anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak

jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya,

seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia, dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan

Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak Anak). Mereka

perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu

hak sipil dan kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan

pilihan pemeliharaan (family envionment and alternative care), kesehatan dasar

dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya

(education, laisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special

protection).

Berdasarkan fenomena di atas, penulis mengambil judul “Faktor Penyebab

Anak Jalanan dan Penanganannya”.

1

Page 2: Anak Jalanan (Makalah)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diteliti dari

penelitian adalah :

1. Apa saja faktor yang menyebabkan munculnya anak jalanan?

2. Bagaimanakah model alternatif penanganan anak jalanan?

C. Tujuan Penelitian

Bertolak dari permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah :

1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan fenomena munculnya

anak jalanan.

2. Mengetahui model alternatif penanganan anak jalanan.

2

Page 3: Anak Jalanan (Makalah)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Anak Jalanan

Untuk memahami anak jalanan secara utuh,

kita harus mengetahui definisi anak jalanan.

Departemen Sosial RI mendefinisikan anak

jalanan adalah anak yang sebagian besar

menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah

atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat

umum lainnya.

UNICEF memberikan batasan tentang anak

jalanan, yaitu : Street child are those who have

abandoned their homes, school and immediate communities before they are

sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life (anak jalanan

merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari

keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan

yang berpindah-pindah di jalan raya (H.A Soedijar, 1988 : 16).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak

jalanan adalah anak yang berusia 5 – 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar

waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun ditempat

umum.

B. Kriteria Anak Jalanan

Anak merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan nasional,

karena itu pembinaan dan pengembangannya (pemberdayaan) dimulai sedini

mungkin agar dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan

negara. Namun, pada kenyataannya sumber potensi ini justru menjadi

permasalahan di negara kita yaitu dengan adanya anak jalanan.

3

Page 4: Anak Jalanan (Makalah)

Berdasarkan pengertian anak jalanan di atas maka dapat diketahui bahwa

kriteria anak jalanan antara lain:

1. Anak (laki-laki/perempuan) usia 5-18 tahun.

2. Melakukan kegiatan tidak menentu, tidak jelas kegiatannya dan atau

berkeliaran di jalanan atau ditempat umum minimal 4 jam/hari dalam

kurun waktu satu bulan yang lalu, seperti pedagang asongan, pengamen,

ojek payung, pengelap mobil, pembawa belanjaan di pasar dll.

3. Kegiatannya dapat membahayakan dirinya sendiri atau mengganggu

ketertiban umum.

C. Pengelompokan Anak Jalanan

Himpunan mahasiswa Pemerhati Masyarakat Marjinal Kota ( HIMMATA)

mengelompokan anak jalanan menjadi dua kelompok, yaitu anak semi jalanan dan

anak jalanan murni. Anak semi jalanan diistilahkan untuk anak-anak yang hidup

dan mencari penghidupan dijalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan

keluarga. Sedangkan anak jalanan murni diistilahkan untuk anak-anak yang hidup

dan menjalani kehidupannya di jalanan tanpa punya hubungan dengan

keluarganya (Asmawati, 2001 : 28 ).

Sedangkan menurut tata Sudrajat ( 1999 : 5 ) anak jalanan dapat

dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya,

yaitu : Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah

dan tinggal di jalanan ( anak yang hidup dijalanan / children the street ). Kedua,

anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak sekolah, kembali

ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua bulan atau tiga bulan

sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan ( Children on the street ) Ketiga,

Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori

anak yang rentan menjadi anak jalanan ( vulnerable to be street children ).

Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ( 1999 ; 22-24 ) anak

jalanan  dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :

1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya ( children

of the street ). Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan

4

Page 5: Anak Jalanan (Makalah)

semua fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan

keluarga sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan oleh factor

social psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan,

penyiksaan dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau

kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan solidaritas sesama temannya

telah menjadi ikatan mereka.

2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka

adalah anak yang bekerja di jalanan ( children on the street). Mereka

seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak

teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja

dari pagi hingga sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong,

pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal

mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman

senasibnya.

3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka

tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau

sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman,

belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas

usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan Koran.

4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di

jalanan untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya

mereka telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum

urban yang mengikuti orang dewasa ( orang tua ataupun saudaranya ) ke

kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu,

membawa barang belanjaan ( kuli panggul ), pengasong, pengamen,

pengemis dan pemulung.

D. Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan

Menurut hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin,

2000 : 11) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke

jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena :

5

Page 6: Anak Jalanan (Makalah)

1. Kekerasan dalam keluarga.

2. Dorongan keluarga.

3. Ingin bebas.

4. Ingin memiliki uang sendiri, dan

5. Pengaruh teman.

Selain itu, menurut Sri Sanituti (1999:5) empat faktor penyebab pokok

seorang anak menjadi anak jalanan antara lain:

1. Kesulitan ekonomi keluarga yang menempatkan seorang anak harus

membantu keluarganya mencari uang dengan kegiatan di jalan.

2. Ketidakharmonisan rumah tangga

atau keluarga, baik hubungan antara

bapak dan ibu maupun orang tua

dengan anak.

3. Suasana lingkungan yang kurang

mendukung anak menikmati

kehidupan masa kanak-kanaknya.

4. Rayuan kenikmatan kebebasan

mengatur hidup sendiri dan menikmati kehidupan lainnya yang diharapkan

diperoleh sebagai anak jalanan.

2. Model Alternatif Penanganan Anak Jalanan

Alternatif model penanganan anak jalanan

mengarah kepada 3 jenis model yaitu

family base, institutional base dan multi-

system base.

1. Family base, adalah model dengan

memberdayaan keluarga anak

jalanan melalui beberapa metode

yaitu melalui pemberian modal usaha, memberikan tambahan makanan, dan

memberikan penyuluhan berupa penyuluhan tentang keberfungsian

6

Page 7: Anak Jalanan (Makalah)

keluarga. Dalam model ini diupayakan peran aktif keluarga dalam membina

dan menumbuh kembangkan anak jalanan.

2. Institutional base, adalah model pemberdayaan melalui pemberdayaan

lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui

berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial

masyarakat.

3. Multi-system base, adalah model pemberdayaan melalui jaringan sistem

yang ada mulai dari anak jalanan itu sendiri, keluarga anak jalanan,

masyarakat, para pemerhati anak ,akademisi, aparat penegak hukum serta

instansi terkait lain.

7

Page 8: Anak Jalanan (Makalah)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara sebagai usaha untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dalam upaya

memecahkan suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu permasalahan

dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan metode penelitian pekerjaan

penelitian akan lebih terarah, sebab metode penelitian bermaksud memberikan

kemudahan dan kejelasan tentang apa dan bagaimana peneliti melakukan

penelitian. Oleh karena itu dalam bab tiga ini akan diuraikan mengenai berbagai

hal yang termasuk dalam metode penelitian.

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 1997 :138). Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengungkap data tentang faktor

penyebab seorang anak menjadi anak jalanan. Metode pengumpulan data yang

penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara. Dalam metode

wawancara ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa anak

jalanan untuk mendapatkan data mengenai penyebab seorang anak menjadi anak

jalanan.

Dalam metode wawancara ini, penulis sebelumnya membuat pedoman

wawancara terlebih dahulu dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

1. Persiapan, meliputi menentukan tujuan; menentukan bentuk pertanyaan;

menentukan responden; menentukan jumlah responden; menetapkan

jadwal pelaksanaan wawancara; dan mengadakan hubungan dengan

responden.

2. Pelaksanaan, meliputi memilih pertanyaan yang benar-benar terarah dan

dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi dan mengadakan

wawancara.

8

Page 9: Anak Jalanan (Makalah)

3. Penutup, meliputi menyusun laporan wawancara; mengadakan evaluasi

tentang pelaksanaan wawancara dan mengadakan diskusi tentang hal-hal

yang dianggap penting dari pelaksanaan wawancara itu.

PEDOMAN WAWANCARA

Topik : Faktor penyebab banyaknya anak jalanan

Tujuan :Untuk mengetahui potret anak jalanan dan faktor

penyebab keberadaannya

Nama Responden :

Waktu Pelaksanaan :

Tempat :

1. Apakah Anda masih sekolah?

2. Jika Anda masih sekolah, lantas apa yang Anda lakukan di jalanan?

3. Dalam semingggu, berapa kali Anda melakukan pekerjaan ini?

4. Kapan dan di mana Anda biasa melakukan pekerjaan ini?

5. Sejak kapan Anda melakukan pekerjaan ini?

6. Apakah Anda masih mempunyai keluarga?

7. Bagaimana kondisi ekonomi keluarga Anda?

8. Apakah penghasilan dari pekerjaan ini cukup untuk kebutuhan sehari-hari?

9. Bersama siapa Anda biasa melakukan pekerjaan di jalanan ini?

10. Apa yang membuat Anda bersedia melakukan pekerjaan ini?

11. Apa pendapat Anda tentang sekolah?

12. Menurut Anda apakah pekerjaan ini tidak mengganggu kegiatan belajar Anda?

13. Apakah Anda tidak takut menghadapi dunia di jalanan yang keras?

14. Permasalahan apa yang sering Anda hadapi saat Anda berada di jalanan?

15. Pernahkah Anda tertangkap razia petugas keamanan?

16. Apa yang Anda lakukan pada saat ada razia oleh petugas keamanan?

17. Apa yang dilakukan petugas keamanan kepada Anda jika Anda tertangkap

razia?

18. Adakah kebahagiaan yang pernah Anda dapatkan sebagai anak jalanan?

9

Page 10: Anak Jalanan (Makalah)

19. Apa harapan dan cita-cita Anda sebenarnya?

20. Apa suka duka Anda saat menjadi anak jalanan?

HASIL WAWANCARA

Topik : Faktor penyebab banyaknya anak jalanan

Tujuan :Untuk mengetahui kondisi dan faktor penyebab banyaknya

anak jalanan

Nama Responden : Aji

Waktu Pelaksanaan : 5 April 2009, pukul 17.30 WIB

Tempat : Citra Land

Jawaban:

1. Ya, saya masih sekolah kelas V SD.

2. Saya berada di jalanan untuk membantu ibu mencari uang dengan cara

mengemis.

3. Hampir setiap hari saya ke tempat ini untuk bekerja, mulai siang sampai

malam.

4. Saya berada di tempat ini setelah saya pulang sekolah sampai nanti malam.

Saya biasanya mencari uang di depan Citra Land sini.

5. Saya melakukan pekerjaan ini sejak saya duduk di kelas IV SD.

6. Saya masih mempunyai keluarga, tapi ayah saya sudah tidak ada. Jadi saat ini

saya tinggal bersama ibu dan adik saya.

7. Kondisi ekonomi keluarga saya masih kekurangan, makanya saya bekerja

seperti ini.

8. Kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan makan masih cukup, tapi jika untuk

kebutuhan yang lain masih kurang.

9. Saya melakukan pekerjaan ini bersama ibu dan adik saya.

10. Saya mau melakukan pekerjaan ini karena kemauan saya sendiri untuk

membantu perekonomian keluarga dan meringankan beban ibu.

10

Page 11: Anak Jalanan (Makalah)

11. Saya merasa sekolah itu tidak enak, lebih enak bermain dengan teman sambil

mencari uang.

12. Saya tidak merasa terganggu dengan pekerjaan saya sebagai pengemis di sini.

13. Tidak, soalnya saya sudah biasa tinggal di jalanan seperti ini. Lagipula di sini

temannya juga banyak.

14. Paling permasalahan yang sering timbul adalah pada saat ada razia petugas

keamanan.

15. Ya, saya pernah tertangkap razia.

16. Begitu saya tahu akan ada razia, saya langsung lari dan bersembunyi di tempat

yang aman.

17. Saya pernah dipukul, diinjak dan dicubit oleh petugas keamanan.

18. Tidak ada, lebih enak tinggal di rumah bisa main dengan teman-teman dan

tidak perlu dikejar-kejar sama petugas keamanan.

19. Tidak tahu, yang jelas saya ingin bermain di rumah dengan teman-teman.

20. Sukanya pada saat dapat uang banyak, kalau dukanya pada saat ditangkap

petugas keamanan.

11

Page 12: Anak Jalanan (Makalah)

HASIL WAWANCARA

Topik : Faktor penyebab banyaknya anak jalanan

Tujuan :Untuk mengetahui kondisi dan faktor penyebab banyaknya

anak jalanan

Nama Responden : Lia

Waktu Pelaksanaan : 5 April 2009, pukul 17.30

WIB

Tempat : Citra Land

1. Ya, saya masih sekolah kelas II SD.

2. Saya berada di jalanan untuk membantu orang tua

mencari uang dengan mengemis kepada orang-orang yang sedang lewat di sini.

3. Saya bekerja di sini hampir setiap hari.

4. Saya biasa mengemis di Citra Land tapi terkadang juga di tempat lain, mulai

dari jam 11 siang (sepulang sekolah) sampai jam 9 malam.

5. Saya bekerja mulai dari kelas II SD hingga sekarang.

6. Saya hanya mempunyai ibu dan kakak, ayah saya sudah meninggal dua tahun

yang lalu.

7. Perekonomian keluarga saya masih kekurangan.

8. Cukup tidak cukup, kalau hanya untuk makan sehari-hari masih cukup tapi

kalau untuk yang lain masih kekurangan.

9. Saya diajak bekerja seperti ini oleh ibu saya. Jadi saya ya hanya ikut-ikutan

saja.

12

Page 13: Anak Jalanan (Makalah)

10. Saya mau melakukan pekerjaan ini karena disuruh ibu saya, jadi saya ikuti saja

perintah ibu. Tapi jika disuruh memilih di rumah atau di jalanan seperti ini,

saya lebih suka di rumah karena saya bisa belajar.

11. Saya senang sekali bersekolah. Sekolah bisa membuat saya pintar.

12. Terkadang saya merasa terganggu dengan pekerjaan saya ini, karena saya tidak

bisa belajar.

13. Awalnya sich takut tapi sekarang sudah tidak terlalu takut, soalnya banyak

teman-teman yang lain.

14. Permasalahan yang pernah saya alami selama saya berada di jalan adalah

bertengkar dengan teman lain dan pada saat ada razia oleh petugas keamanan.

15. Ya, saya pernah tertangkap razia?

16. Jika saya melihat ada petugas keamanan yang akan melakukan razia, saya

langsung lari dan bersembunyi di tempat yang aman.

17. Jika saya tertangkap saya dibawa ke posko dan di sana saya ditanya, diintrogasi

dan terkadang juga dicubit hingga saya hannya bisa menangis.

18. Tidak ada, lebih enak berada di rumah karena bisa belajar.

19. Harapannya ingin hidupnya lebih layak dan bisa belajar. Kalau cita-citanya

ingin menjadi seorang guru.

20. Sukanya ya pada saat mendapat uang banyak, kalau dukanya saat ada razia dan

saat tidak bisa menikmati hidup seperti orang lain.

13

Page 14: Anak Jalanan (Makalah)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah

penulis lakukan terhadap dua orang anak

jalanan, dapat diperoleh hasil laporan penelitian

mengenai kehidupan seorang anak jalanan.

Meskipun dalam penelitian ini penulis hanya

menggunakan satu instrumen pengumpulan data

yaitu wawancara, akan tetapi pada saat

melakukan teknik wawancara ini peneliti juga

ikut mengamati atau observasi langsung dengan

mereka (subjek). Dari dua sampel penelitian yang penulis ambil, dapat dilihat

kondisi yang hampir sama antara keduanya. Jika dilihat dari jawaban kedua

sampel tersebut menunjukkan bahwa faktor penyebab yang menjadikan mereka

menjadi anak jalanan seperti itu adalah karena faktor ekonomi. Selain itu,

permasalahan yang seringkali anak jalanan ini alami adalah pada saat mereka

harus kejar-kejaran dengan petugas keamanan yang sedang melakukan razia.

Sedangkan, jika ditinjau dari tingkat motivasi belajar antara kedua sampel

memamg sedikit berbeda. Sampel pertama menunjukkan bahwa motivasi

belajarnya masih kurang jika dibandingkan dengan sampel yang kedua. Akan

14

Page 15: Anak Jalanan (Makalah)

tetapi jika saja mereka diberi kesempatan untuk belajar mereka pasti akan dapat

memperbaiki kehidupannya agar menjadi lebih baik.

Dari beberapa pertanyaan yang penulis ajukan, kedua sampel mengatakan

bahwa sebenarnya mereka tidak ingin menjalani kehidupan seperti sekarang ini

yaitu sebagai anak jalanan. Mereka ingin bersekolah, bermain bersama teman-

temannya, dan menikmati masa kecilnya dengan penuh keceriaan. Akan tetapi hal

itu hanyalah sebatas mimpi dan angan-angan mereka, karena kondisi keadaanlah

yang mengharuskan mereka untuk bekerja membantu orang tua di jalanan.

B. Pembahasan

Dari deskripsi hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa dari beberapa

faktor penyebab munculnya anak-anak jalanan, faktor dominan yang biasa

mempengaruhinya adalah faktor kondisi sosial ekonomi. Kesulitan ekonomi yang

dialami oleh keluarga anak jalanan, menempatkan kedudukan seorang anak dalam

keluarga tersebut untuk membantu mencari uang. Keterbatasan ketrampilan

seorang anak inilah yang menjadikan mereka bekerja sebagai pengemis misalnya.

Padahal perlu disadari bahwa dengan turunnya anak ke jalanan dapat menjadikan

mereka kehilangan haknya sebagai anak, menjadikan anak bersikap seenaknya

sendiri, hilangnya etos kerja dan kreatifitas anak atau bahkan dapat meningkatkan

masyarakat yang berbudaya kriminal.

Dalam mengatasi permasalahan anak

jalanan ini, pemerintah telah berupaya

mengambil tindakan tegas yaitu dengan

melakukan razia atau penertiban anak-

anak jalanan. Meskipun sebagian besar

anak jalanan sudah pernah tertangkap, tapi

mereka tidak pernah jera dan tetap saja

melakukan pekerjaan di jalanan. Hal inilah

yang perlu mendapatkan perhatian khusus

15

Page 16: Anak Jalanan (Makalah)

dari pemerintah dan semua pihak dalam memecahkan permasalahan anak jalanan

ini.

Semakin bertambahnya jumlah anak jalanan di Semarang khususnya,

menimbulkan permasalahan yang harus segera dicari jalan keluarnya. Tindakan

penanganan terhadap anak jalanan ini dapat dilakukan baik oleh pemerintah

maupun masyarakat. Contoh bentuk tindakan penanganan dari pemerintah

misalnya:

1. Mengarahkan rencana strategi pembangunan daerah yang berorientasi

kepada kepentingan terbaik bagi anak,

2. Mengalokasikan anggaran daerah untuk kegiatan penanggulangan anak

jalanan,

3. Melakukan sosialisasi berupa penyadaran tentang dampak negatif dari

keberadaan anak di jalan pada masyrakat, orang tua anak jalanan serta

pada anak jalanan itu sendiri.

4. Melakukan pengawasan dan pengarahan terhadap anak jalanan agar tidak

turun ke jalan, dan orang tuanya agar tidak menyuruh anaknya turun ke

jalan.

Sedangkan contoh bentuk tindakan penanganan yang dapat dilakukan oleh

masyarakat misalnya:

1. Tidak memberikan uang atau bantuan apapun secara langsung di jalan

pada anak jalanan, karena hal ini dapat menjadi daya Tarik bagi orang tua

maupun anak jalanan itu sendiri.

2. Menyalurkan bantuan melalui lembaga yang menangani anak jalanan.

3. Memberikan pekerjaan pada anak jalanan yang sudah siap kerja dan telah

mendapat pembinaan dari Lembaga Rehabilitasi Anak Jalanan.

4. Melaporkan kepada instansi pemerintah atau lembaga yang menangani

anak jalanan jika melihat orang tua yang menyuruh anaknya turun ke

jalan.

16

Page 17: Anak Jalanan (Makalah)

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, anak jalanan adalah anak yang berusia

5 – 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah

dan atau berkeliaran di jalanan maupun ditempat – tempat umum. Munculnya

anak jalanan disebabkan adanya beberapa faktor di antaranya kesulitan ekonomi,

ketidakharmonisan keluarga, suasana lingkungan yang kurang mendukung, dan

rayuan kenikmatan kebebasan mengatur hidup sendiri. Permasalahan anak jalanan

ini dapat ditanggulangi dengan 3 jenis model yaitu family base, institutional base

17

Page 18: Anak Jalanan (Makalah)

dan multi-system base. Tindakan penanganan permasalahan anak jalanan ini dapat

dilakukan melaui kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat.

B. Rekomendasi

Berbagai pihak perlu melaksanakan program integratif yang diarahkan

tidak saja bagi anak jalanan, tetapi juga keluarga dan lingkungan di mana mereka

tinggal. Bagi anak jalanan, mereka perlu dilibatkan dalam program pendidikan

khusus  yang dapat membuka wawasan mereka mengenai masa depan. Bagi

keluarga, terutama orang tua, perlu diberikan penyuluhan yang dapat meluruskan

persepsi mereka mengenai kedudukan anak di dalam keluarga, lingkungan dan

masyarakat. Di samping itu program pengembangan sentra ekonomi di daerah asal

mereka perlu dikembangkan agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

dan tidak memposisikan kota sebagai satu-satunya tempat untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anarita, Popon, dkk, Baseline Survei untuk Program Dukungan dn Pemberdayaan Anak Jalanan di Perkotaan (Bandung), Bandung: Akatiga-Pusat analisis sosial, 2001.

Arief, Armai, “ Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dan Stabilitas Nasional”, Dalam Jurnal Fajar, LPM UIN Jakarta, Edisi 4, No.1, November 2002.

Harjasaputra. 2007. Masalah Anak Jalanan. http://harjasaputra.wordpress.com diunduh 5 April 2009.

http://www.dinsos.pemda-diy.go.id. 2006. Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial diunduh 5 April 2009.

18

Page 19: Anak Jalanan (Makalah)

Hurlock, E.B. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan, Jakarta : Erlangga.

19