Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

98
KEBIASAAN MEROKOK PADA PEROKOK PEMULA DAN PEMAHAMAN DAMPAK MEROKOK TERHADAP KESEHATAN (Studi Kualitatif pada Anak-anak Jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang) Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Oleh: M. Luqman Nul Hakim, S.Ked 04054811416095 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN

description

tugas akhir

Transcript of Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

Page 1: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

KEBIASAAN MEROKOK PADA PEROKOK PEMULA DAN PEMAHAMAN DAMPAK MEROKOK TERHADAP KESEHATAN

(Studi Kualitatif pada Anak-anak Jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang)

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Oleh:

M. Luqman Nul Hakim, S.Ked

04054811416095

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

Page 2: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir yang berjudul :

KEBIASAAN MEROKOK PADA PEROKOK PEMULA DAN

PEMAHAMAN DAMPAK MEROKOK TERHADAP KESEHATAN

(Studi Kualitatif pada Anak-anak Jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang)

M. Luqman Nul Hakim, S.Ked 04054811416095

Pembimbing:

dr. Hj. Mariatul Fadilah. MARS

dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik

Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Palembang, Agustus 2015

Pembimbing,

dr. Hj. Mariatul Fadilah. MARS

Page 3: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

ABSTRAK

KEBIASAAN MEROKOK PADA PEROKOK PEMULA DAN PEMAHAMAN DAMPAK MEROKOK TERHADAP KESEHATAN

(Studi Kualitatif pada Anak-anak Jalanan Kawasan Ilir Timur di Kota Palembang)

(M. Luqman Nul Hakim, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 2010, 57 halaman)

Latar Belakang: Di era sekarang banyak sekali ditemukan berbagai penyimpangan perilaku pada remaja. Salah satu bentuk penyimpangan perilaku pada remaja adalah kebiasaan buruk merokok. Seorang remaja pada umumnya merupakan seorang perokok pemula, artinya mereka baru memulai untuk merokok tetapi belum memenuhi kriteria untuk disebut perokok, yakni sudah menghisap minimal 100 batang rokok seumur hidupnya dan masih merokok hingga saat ini baik tiap hari atau kadang-kadang. Salah satu langkah yang diambil pemerintah Indonesia untuk mengurangi angka perokok pada usia remaja adalah memberikan promosi kesehatan dalam berbagai media. Tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan merokok pada perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan di SMP Nurul Iman Palembang dan SMA Bina Bangsa Palembang berdasarkan lima aspek yang ada yaitu perhatian, pemahaman, kepercayaan serta sikap, motivasi, dan perilaku. Metode: Penelitan ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data primer yang didapatkan dari penelitian ini didapatkan dari metode focus group discussion (FGD), wawancara mendalam dan observasional. Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian didapatkan beberapa hasil dari beberapa aspek. Pada aspek perhatian, semua informan memiliki ketertarikan untuk mengetahui dampak buruk merokok. Pada aspek pemahaman, semua informan telah banyak mengetahui dan memahami dampak buruk dari merokok terhadap kesehatan. Pada aspek kepercayaan dan sikap, semua informan telah percaya akan kebenaran dari dampak buruk merokok dan menyikapinya secara positif. Pada aspek motivasi, semua informan memiliki motivasi yang tinggi untuk berhenti merokok namum masih banyak terhalangi karena pengaruh dari lingkungan pergaulan. Pada aspek perilaku, semua informan memiliki keinginan yang kuat untuk berhenti merokok dan mulai mencoba untuk berhenti merokok. Dalam penelitian ini juga didapatkan fakta bahwa para informan mencoba meropkok awalnya dalam rentang usia yang muda dan hanya sekedar mencoba-coba namun lama kelamaan menjadi kecanduan. Mereka berpendapat bahwa dengan merokok pikiran mereka lebih tenang dan lebih mudah dalam bergaul sesama teman.Kesimpulan: Perokok pemula di SMP Nurul Iman Palembang dan SMA Bina Bangsa Palembang memiliki pemahaman yang cukup mengenai dampak merokok terhadap kesehatan dan didapatkan juga kesimpulan bahwa adanya penyimpangan perilaku dari para pelajar sekolah tersebut salah satunya kebiasaan merokok.

Kata kunci: perokok pemula, pemahaman

Page 4: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang..................................................................... 11.2. Rumusan Masalah................................................................ 41.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum........................................................... 41.3.2. Tujuan Khusus.......................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian1.4.1. Manfaat Ilmiah......................................................... 41.4.2. Manfaat Praktis......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perokok................................................................................. 62.1.1. Prevalensi Perokok................................................... 62.1.2. Jenis-Jenis Perokok................................................... 72.1.3. Tahapan Menjadi Perokok........................................ 72.1.4. Perokok Pemula........................................................ 82.1.5. Dampak Kesehatan bagi Perokok

2.1.5.1. Penyakit Saluran Pernapasan...................... 82.1.5.2. Kanker........................................................ 92.1.5.3. Kematian.................................................... 9

2.2. Konsep Communication-Human Information Processing. . . 112.2.1. Sumber (Source)....................................................... 122.2.2. Media (Channel)....................................................... 122.2.3. Penerima (Receiver)

2.2.3.1. Perhatian (Attention)................................... 132.2.3.2. Pemahaman (Comprehension)................... 132.2.3.3. Kepercayaan & Sikap (Belief & Attitude). . 14

Page 5: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

2.2.3.4. Motivasi (Motivation)................................. 142.2.3.5. Perilaku (Behaviour).................................. 14

2.3. Kerangka Konsep................................................................. 15

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian..................................................................... 163.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian....................................................... 163.2.2. Tempat Penelitian..................................................... 16

3.3. Populasi dan Sampel3.3.1. Populasi.................................................................... 163.3.2. Sampel...................................................................... 17

3.4. Definisi Operasional3.4.1. Perokok Pemula........................................................ 173.4.2. Perhatian................................................................... 183.4.3. Pemahaman............................................................... 183.4.4. Kepercayaan............................................................. 183.4.5. Sikap......................................................................... 183.4.6. Motivasi Berhenti Merokok...................................... 183.4.7. Perilaku Berhenti Merokok...................................... 183.4.8. Kebiasaan Berhenti Merokok................................... 19

3.5. Teknik Pengumpulan Data................................................... 193.6. Cara Pengolahan dan Analisis Data..................................... 203.7. Kerangka Operasional.......................................................... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian......................................................... 224.2. Hasil dan Pembahasan Penelitian

4.2.1. Karakteristik Informan............................................. 224.2.2. Hasil dan Pembahasan Pengumpulan Data.............. 24

4.2.2.1. Aspek Perhatian........................................... 244.2.2.2. Aspek Pemahaman...................................... 274.2.2.3. Aspek Kepercayaan dan Sikap.................... 294.2.2.4. Aspek Motivasi............................................ 334.2.2.5. Aspek Perilaku............................................. 354.2.2.6. Aspek Kebiasaan Merokok.......................... 384.2.2.6. Matriks Penelitian........................................ 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan............................................................................. 56

5.2. Saran....................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 58

Page 6: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

LAMPIRAN.................................................................................................. 60

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat

semua rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis berupa kesehatan dan

kekuatan untuk menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Kebiasaan Merokok

Pada Perokok Pemula dan Pemahaman Dampak Merokok Terhadap Kesehatan

(Studi Kualitatif pada anak-anak jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang)”

guna melengkapi salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik di

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang periode 15 Juni 2015 – 24 Agustus

2015.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada dr. Hj. Mariatul Fadilah, MARS selaku pembimbing substansi dalam

penelitian ini. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih sebanyak-

banyaknya kepada dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS selaku pembimbing

metodologi yang telah ikut membantu dan membimbing dalam proses pembuatan

skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada kedua orang tua ku, saudara-saudara

ku, dan kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam proses pembuatan

tugas akhir ini.

Penulis turut menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih

banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan

tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

dapat digunakan sebaik mungkin untuk kedepannya.

Palembang, Juli 2015

Page 7: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan

sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan

pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak

bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi

banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib

anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Salah satu bentuk

masalah perilaku pada anak-anak jalanan adalah kebiasaan

buruk merokok. Kebiasaan buruk merokok sendiri telah terbukti

menjadi faktor risiko dari berbagai penyakit seperti pernapasan,

kardiovaskular, berbagai jenis penyakit kanker, dan bahkan

dapat menyebabkan kematian.

World Health Organization telah menyatakan lebih dari

427.948 orang meninggal per tahun karena merokok atau

tercatat sekitar 1127 orang meninggal setiap harinya karena

penyakit yang disebabkan oleh rokok. Menurut laporan Terakhir dari WHO

mengenai konsumsi tembakau dunia, angka prevalensi merokok di Indonesia

merupakan salah satu di antara yang tertinggi di dunia, dengan 46,8 % laki-laki

dan 3,1 % perempuan dimana persentase tersebut dimulai dari perokok dengan

usia 10 tahun ke atas yang diklasifikasikan sebagai perokok (World Health

Organization, 2011). Jumlah perokok terus meningkat tiap

tahunnya, jumlah perokok harian di dunia pada tahun 1980

adalah 721 juta orang dan pada tahun 2012 meningkat menjadi

Page 8: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

967 juta orang (Ng et al, 2014). Proporsi penduduk umur ≥15

tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung

meningkat, pada tahun 2007 adalah 34,2%, tahun 2010 sebesar

34,7% dan tahun 2013 menjadi 36,3% (Riskesdas, 2013). Lebih

dari setengah (50,3%) perokok di Indonesia mulai merokok pada

usia 15-19 tahun. Pada tahun 2010, Indonesia telah

mengeluarkan biaya 1,8 Milyar rupiah untuk pengeluaran biaya

kesehatan yang disebabkan oleh rokok ( Global Adult Tobacco

Survey, 2012).

Perokok pemula adalah seseorang yang baru memulai untuk

merokok tetapi belum memenuhi kriteria untuk disebut perokok,

yakni sudah menghisap minimal 100 batang rokok seumur

hidupnya dan masih merokok hingga saat ini baik tiap hari atau

kadang-kadang. Para perokok pemula umumnya tidak

mengetahui bahaya yang ditimbulkan akibat rokok. Sebagian

besar seorang pelajar yang merokok tidak tahu bahwa merokok

dapat menyebabkan kanker, merokok tetap berbahaya walaupun

hanya sedikit, dan berhenti merokok itu sulit karena terjadi

ketergantungan. Perokok pemula terus merokok dengan alasan

karena agar dapat mengilangkan strees, mengikuti teman-teman

nya yang juga merupakan seorang perokok, meningkatkan

kepercayaan diri, mengisi waktu luang dan masih banyak alasan

lainnya.

Di negara Indonesia, telah dibuat suatu peraturan untuk

mengendalikan peredaran rokok di Indonesia, yang terbaru

adalah Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang

Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk

Tembakau bagi Kesehatan. Untuk mengatasi masalah rokok di

dunia, WHO (World Health Organization) bekerja sama dengan

Bank Dunia merumuskan suatu kerangka kerjasama untuk

Page 9: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

mengontrol penyebaran tembakau dengan membentuk

Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Instrumen

dalam FCTC ini mendukung negara-negara anggotanya dalam

mengembangkan program pengendalian tembakau di tingkat

nasional untuk menekan kematian dan penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan penggunaan tembakau.

Indonesia telah berusaha keras dalam melakukan promosi

kesehatan untuk mengurangi angka perokok terutama pada usia

remaja sekolah. Untuk mengetahui hasil promosi kesehatan

tersebut dan untuk mengetahui bentuk pemahaman seseorang

dapat diidentifikasikan melalui konsep Communication-Human

Information Processing (Conzola dan Wogalter, 2001) yang terdiri

dari perhatian terhadap sesuatu, pemahaman mengenai sesuatu,

kepercayaan dan sikap yang timbul setelah memahami sesuatu,

motivasi untuk melakukan suatu perubahan, serta perilaku atau

tindakan nyata yang dilakukan oleh seseorang setelah

memahami semuanya.

Perokok pemula yang masih belum banyak tahu mengenai

dampak bahaya merokok terhadap kesehatan sangat perlu untuk

dibimbing dan diberitahukan melalui suatu promosi kesehatan

mengenai hal tersebut. Masalah anak-anak jalanan dan merokok

merupakan sebuah masalah yang tidak dapat dipisahkan. Peran

semua orang sangat dibutuhkan dalam hal tersebut agar anak-

anak jalanan dapat terus maju menjadi tunas-tunas bangsa yang

dibutuhkan oleh negara kita. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian

untuk mengetrahui kebiasaan merokok pada perokok pemula dan

pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah

Page 10: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

Bagaimana kebiasaan merokok pada perokok pemula dan pemahaman

dampak merokok terhadap kesehatan ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui berbagai informasi mengenai kebiasaan merokok pada

perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi aspek perhatian anak-anak jalanan

pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan.

2. Mengidentifikasi aspek pemahaman anak-anak jalanan

mengenai dampak merokok terhadap kesehatan.

3. Mengidentifikasi aspek kepercayaan dan sikap anak-anak

jalanan terkait pemahaman dampak merokok terhadap

kesehatan

4. Mengidentifikasi aspek motivasi anak-anak jalanan untuk

berhenti merokok terkait pemahaman dampak merokok

terhadap kesehatan.

5. Mengidentifikasi aspek perilaku berhenti merokok anak-anak

jalanan terkait mengenai pemahaman dampak merokok

terhadap kesehatan.

6. Bertujuan untuk mengetahui kebiasaan merokok pada anak-

anak jalanan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1.Manfaat Ilmiah

Menjadi landasan ilmiah untuk penelitian selanjutnya

mengenai kebiasaan merokok pada perokok pemula dan pemahaman dampak

merokok terhadap kesehatan.

1.4.2.Manfaat Praktis

Page 11: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

1. Sebagai sumber informasi untuk masyarakat mengenai

kebiasaan merokok pada perokok pemula dan pemahaman dampak merokok

terhadap kesehatan.

2. Sebagai masukan untuk masyarakat terkait adanya

penyimpangan perilaku remaja sekolah seperti merokok agar

para remaja sekolah selalu dapat diperhatikan lebih lanjut

oleh semua pihak.

3. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang akan melakukan

kegiatan promosi kesehatan tentang rokok terutama pada

anak-anak jalanan di kawasan Ilir Timur Palembang untuk

meningkatkan pemahaman mengenai dampak merokok

terhadap kesehatan.

4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terutama penelitian-

penelitian tentang kebiasaan merokok pada perokok pemula dan pemahaman

dampak merokok terhadap kesehatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Anak Jalanan

Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi

anak jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak

Page 12: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau

berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are

those who have abandoned their homes, school and immediate communities

before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life

(anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah

melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya,

larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya (H.A Soedijar, 1988 :

16).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak

jalanan adalah anak yang berusia 5 – 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar

waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun ditempat

umum.

2.2. Kriteria Anak Jalanan

Anak merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan nasional,

karena itu pembinaan dan pengembangannya (pemberdayaan) dimulai sedini

mungkin agar dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan

negara. Namun, pada kenyataannya sumber potensi ini justru menjadi

permasalahan di negara kita yaitu dengan adanya anak jalanan.

Berdasarkan pengertian anak jalanan di atas maka dapat diketahui bahwa

kriteria anak jalanan antara lain:

1. Anak (laki-laki/perempuan) usia 5-18 tahun.

2. Melakukan kegiatan tidak menentu, tidak jelas kegiatannya dan atau

berkeliaran di jalanan atau ditempat umum minimal 4 jam/hari dalam

kurun waktu satu bulan yang lalu, seperti pedagang asongan, pengamen,

ojek payung, pengelap mobil, pembawa belanjaan di pasar dll.

3. Kegiatannya dapat membahayakan dirinya sendiri atau mengganggu

ketertiban umum.

2.3. Pengelompokan Anak Jalanan

Page 13: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

Himpunan mahasiswa Pemerhati Masyarakat Marjinal Kota ( HIMMATA)

mengelompokan anak jalanan menjadi dua kelompok, yaitu anak semi jalanan dan

anak jalanan murni. Anak semi jalanan diistilahkan untuk anak-anak yang hidup

dan mencari penghidupan dijalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan

keluarga. Sedangkan anak jalanan murni diistilahkan untuk anak-anak yang hidup

dan menjalani kehidupannya di jalanan tanpa punya hubungan dengan

keluarganya (Asmawati, 2001 : 28 ).

Sedangkan menurut tata Sudrajat (1999 : 5) anak jalanan dapat

dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya,

yaitu : Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah

dan tinggal di jalanan ( anak yang hidup dijalanan / children the street ). Kedua,

anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak sekolah, kembali

ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua bulan atau tiga bulan

sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan ( Children on the street ) Ketiga,

Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori

anak yang rentan menjadi anak jalanan ( vulnerable to be street children ).

Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ( 1999 ; 22-24 ) anak

jalanan  dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :

1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya ( children

of the street ). Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan

semua fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan

keluarga sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan oleh factor

social psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan,

penyiksaan dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau

kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan solidaritas sesama temannya

telah menjadi ikatan mereka.

2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka

adalah anak yang bekerja di jalanan ( children on the street). Mereka

seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak

teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja

dari pagi hingga sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong,

Page 14: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal

mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman

senasibnya.

3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka

tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau

sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman,

belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas

usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan Koran.

4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di

jalanan untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya

mereka telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum

urban yang mengikuti orang dewasa ( orang tua ataupun saudaranya ) ke

kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu,

membawa barang belanjaan ( kuli panggul ), pengasong, pengamen,

pengemis dan pemulung.

2.4. Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan

Menurut hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin,

2000 : 11) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke

jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena :

1. Kekerasan dalam keluarga.

2. Dorongan keluarga.

3. Ingin bebas.

4. Ingin memiliki uang sendiri, dan

5. Pengaruh teman.

Selain itu, menurut Sri Sanituti (1999:5) empat faktor penyebab pokok

seorang anak menjadi anak jalanan antara lain:

1. Kesulitan ekonomi keluarga yang menempatkan seorang anak harus

membantu keluarganya mencari uang dengan kegiatan di jalan.

2. Ketidakharmonisan rumah tangga atau keluarga, baik hubungan antara

bapak dan ibu maupun orang tua dengan anak.

Page 15: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

3. Suasana lingkungan yang kurang mendukung anak menikmati kehidupan

masa kanak-kanaknya.

4. Rayuan kenikmatan kebebasan mengatur hidup sendiri dan menikmati

kehidupan lainnya yang diharapkan diperoleh sebagai anak jalanan.

2.5. Model Alternatif Penanganan Anak Jalanan

Alternatif model penanganan anak jalanan mengarah kepada 3 jenis model

yaitu family base, institutional base dan multi-system base.

1. Family base, adalah model dengan memberdayaan keluarga anak jalanan

melalui beberapa metode yaitu melalui pemberian modal usaha,

memberikan tambahan makanan, dan memberikan penyuluhan berupa

penyuluhan tentang keberfungsian keluarga. Dalam model ini diupayakan

peran aktif keluarga dalam membina dan menumbuh kembangkan anak

jalanan.

2. Institutional base, adalah model pemberdayaan melalui pemberdayaan

lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui

berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial

masyarakat.

3. Multi-system base, adalah model pemberdayaan melalui jaringan sistem

yang ada mulai dari anak jalanan itu sendiri, keluarga anak jalanan,

masyarakat, para pemerhati anak ,akademisi, aparat penegak hukum serta

instansi terkait lain.

2.1. Perokok

Menurut PP No. 109 Tahun 2012, rokok adalah salah satu

produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap

dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,

cerutu, atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau

Page 16: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan

atau tanpa bahan tambahan.

Menurut Alamsyah (2009), perokok adalah orang yang

sedikitnya menghisap satu batang rokok per hari selama

sekurang-kurangnya 1 tahun. Menurut CDC (2008), perokok

adalah orang yang sudah menghisap minimal 100 batang rokok

seumur hidupnya dan masih merokok hingga saat ini baik tiap

hari atau kadang-kadang.

2.1.1.Prevalensi Perokok

Menurut penelitian Ng et al. (2014), Jumlah perokok laki-laki

di dunia adalah 31,1% dan jumlah perokok perempuan adalah

6,2%. Jumlah perokok harian (daily smoker) di dunia pada tahun

2012 adalah 967 juta orang. Sebagian besar perokok di dunia

berasal dari negara berkembang dan Indonesia menjadi salah

satu negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia.

Menurut Riskesdas (2013), perilaku merokok penduduk

Indonesia 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari

2007 ke 2013, bahkan cenderung meningkat dari 34,2% tahun

2007 menjadi 36,3% tahun 2013. Sekitar 64,9% laki-laki dan

2,1% perempuan masih menghisap rokok pada tahun 2013.

Sedangkan rerata jumlah batang rokok yang dihisap adalah

sekitar 12,3 batang per hari. Proporsi terbanyak perokok aktif

setiap hari pada umur 30-34 tahun, yakni sebesar 33,4%.

Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah

perokok aktif setiap hari yang mempunyai proporsi terbesar

(44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya.

2.1.2.Jenis-Jenis Perokok

Perokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Secara

umum, perokok dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu perokok

aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah seseorang yang

Page 17: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

secara teratur mengonsumsi rokok 1 batang atau lebih dalam

setiap harinya dan paling sedikit selama 1 tahun. Sedangkan

perokok pasif adalah seseorang yang sebenarnya tidak merokok

tetapi karena ada orang lain yang merokok didekatnya, maka

secara tidak langsung orang tersebut menghisap asap rokok.

Secara khusus, perokok dapat dibedakan berdasarkan

intensitas merokok dan jumlah batang rokok yang dihisap per

hari. Berdasarkan intensitasnya, perokok dapat dibedakan

menjadi 2 kelompok (WHO, 1998 dalam Putra, 2010), yaitu daily

smoker dan occasional smoker. Daily smoker adalah seseorang

yang merokok paling sedikit sekali dalam waktu sehari.

Sedangkan occasional smoker adalah seseorang yang merokok

tetapi tidak setiap hari. Berdasarkan jumlah batang rokok yang

dihisap per hari, perokok dibedakan menjadi 3 kelompok

(Sitepoe, 2000 dalam Alamsyah, 2009), yaitu perokok ringan

(merokok 1 sampai 10 batang per hari), perokok sedang

(merokok 11 sampai 20 batang per hari) dan perokok berat

(merokok lebih dari 20 batang per hari).

2.1.3.Tahapan Menjadi Perokok

Menurut Leventhal & Cleary (dalam Putra, 2010), seseorang

akan melalui empat tahapan untuk menjadi perokok, yakni:

1. Tahap preparatory. Pada tahap ini, seseorang mendapatkan

gambaran yang menyenangkan tentang merokok dengan cara

mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal ini

menimbulkan keinginan untuk merokok.

2. Tahap initiation. Pada tahap ini, seseorang mulai mencoba

merokok dan selanjutnya memutuskan apakah akan

meneruskan perilaku ini atau tidak.

3. Tahap becoming a smoker. Pada tahap ini, seseorang telah

dianggap sebagai perokok. Merokok minimal 4 batang sehari

Page 18: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

membuat seseorang mempunyai kecenderungan untuk terus

merokok.

4. Tahap maintenance of smoking. Pada tahap ini, merokok

sudah menjadi bagian dari cara pengaturan diri (self-

regulating). Merokok dilakukan untuk memeroleh efek

fisiologis yang menyenangkan.

2.1.4.Perokok Pemula

Menurut Alamsyah (2009), perokok adalah orang yang

sedikitnya menghisap satu batang rokok per hari selama

sekurang-kurangnya 1 tahun. Menurut CDC (2008), perokok

adalah orang yang sudah menghisap minimal 100 batang rokok

seumur hidupnya dan masih merokok hingga saat ini baik tiap

hari atau kadang-kadang. Sedangkan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, pemula adalah orang yang mulai atau mula-

mula melakukan sesuatu. Sehingga, perokok pemula bisa

diartikan sebagai orang yang baru mulai merokok tetapi belum

memenuhi kriteria untuk disebut perokok. Menurut Riskesdas

(2013), lebih dari setengah (50,3%) perokok di Indonesia mulai

merokok pada usia 15-19 tahun.

Menurut Putra (2010), perilaku merokok pada remaja

dipengaruhi oleh faktor predisposisi, enabling, dan penguat.

Faktor predisposisi yang berpengaruh diantaranya sifat remaja

yang senang mencoba hal yang baru dan keyakinan bahwa

merokok menambah kepercayaan diri. Faktor enabling,

diantaranya harga rokok yang terjangkau dan mudahnya

mendapatkan rokok. Faktor penguatnya adalah perilaku merokok

yang dilakukan oleh orang yang ada di sekitar remaja (orang tua,

guru, teman).

Page 19: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

2.1.5.Dampak Kesehatan bagi Perokok

2.1.5.1. Penyakit Saluran Pernapasan

Merokok sejak lama dikaitkan dengan berbagai masalah

pada sistem respirasi mulai dari keganasan, penyakit kronik,

hingga meningkatkan risiko infeksi pernapasan. Penyakit Paru

Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang 80% kasusnya

disebabkan karena merokok baik secara aktif maupun pasif

(ASH, 2011). Menurut Braunwald (2001), perokok memiliki risiko

relatif mengalami PPOK sebesar 9,7% pada laki-laki dan 10,4%

pada perempuan. Pajanan yang lama terhadap asap rokok

menyebabkan inflamasi dan pengaktifan sel imun. Sel-sel

inflamasi ini kemudian melepaskan proteinase yang merusak

matriks ekstraseluler paru. Sel endotelial dan sel struktural

lainnya mengalami apoptosis karena stres oksidatif dan

hilangnya perlekatan antara matriks dan sel. Perbaikan elastin

dan komponen lain matriks ekstraseluler berujung pada

emfisema (U.S. Department of Health and Human Services,

2014).

Tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran

pernapasan terbanyak di Indonesia lebih berisiko dialami oleh

perokok dibandingkan mereka yang tidak merokok. Kebiasaan

merokok juga meningkatkan kejadian eksaserbasi asma pada

dewasa (U.S. Department of Health and Human Services, 2014).

Merokok di usia dini akan memperlambat pertumbuhan paru

sehingga fungsi paru menurun dibandingkan dengan fungsi

normal pada usianya. Merokok juga identik dengan kejadian

batuk dan mengik (Gregory dan Xiques, 2004).

2.1.5.2. Kanker

Merokok merupakan salah satu faktor risiko terbesar untuk

terjadi kanker. Menurut Eriksen, Mackay, dan Ross (2012), rokok

Page 20: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

menjadi penyebab seperlima dari semua kasus baru kanker atau

sekitar 60.000 kasus per tahun dan menyebabkan seperlima

(22%) kematian karena kanker di dunia. Menurut Braunwald

(2001), merokok dapat meningkatkan risiko relatif kanker bibir,

mulut, faring, oesofagus, pankreas, laring, paru, ginjal, dan

traktus urinarius. Dari semua kanker yang berhubungan dengan

merokok, kanker bibir, mulut, dan laring merupakan kanker yang

paling berisiko dialami oleh para perokok.

2.1.5.3. Kematian

Sudah banyak studi ilmiah yang menyebutkan bahwa

merokok dapat menimbulkan penyakit kanker (mulut, faring,

laring, oesofagus, paru, pankreas, dan kandung kemih), penyakit

sistem pembuluh darah (jantung koroner, aneurisme aorta,

pembuluh darah perifer, arteriosklerosis, gangguan pembuluh

darah otak) dan sistem pernapasan (bronkitis kronis, emfisema,

paru obstruktif kronik, tuberkulosis paru, asma, radang paru dan

penyakit saluran napas lainnya) (WHO dalam Thabrany et al.,

2010).

Hasil estimasi WHO (2004) dalam Thabrany et al (2010) di

192 negara di dunia di tahun 2002 menunjukkan bahwa

Indonesia menempati urutan ketujuh terbesar dalam jumlah

kematian yang disebabkan oleh kanker yakni sebanyak 188.100.

Dari berbagai macam jenis penyakit kanker, jumlah kanker yang

terbanyak adalah kelompok kanker trakea, bronkus dan paru

yakni sebesar 31.590 atau 16.8%. Penyebab kematian yang

disebabkan oleh penyakit sistem pembuluh darah di Indonesia

berjumlah 468.700 orang atau menempati urutan keenam

terbesar dari seluruh negara kelompok WHO. Selanjutnya,

diantara kelompok penyakit pembuluh darah tersebut, yang lebih

banyak menjadi penyebab kematian di Indonesia adalah penyakit

Page 21: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

jantung iskemik (47,0%), penyakit serebrovaskular (26,4%) dan

hipertensi (8.41%). Penyebab kematian yang disebabkan

penyakit sistem pernapasan di Indonesia berjumlah 109.700

orang atau menempati urutan keempat. Jenis penyakit

pernapasan yang banyak menimbulkan kematian adalah

penyakit Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) yakni

sebanyak 73.100 atau 66,6%, sedangkan asma 13.690 atau

13,7%. Penyakit tuberkulosis di Indonesia menjadi penyebab

kematian bagi 127.000 orang di tahun 2002.

2.2.Konsep Communication-Human Information

Processing (C-HIP) (Conzola dan Wogalter, 2001)

Gambar 2.2. Konsep Communication-Human Information

Processing (C-HIP)

Sumber: Conzola, V.C., & M.S. Wogalter. 2001. A Communication-Human Information Processing (C-HIP) Approach to Warning Effectiveness in the Workplace. Journal or Risk Research. 4 (4), p. 309-322.

Konsep Communication-Human Information Processing (C-

HIP) adalah sebuah kerangka yang menyusun tahapan-tahapan

yang terlibat dalam aliran informasi dari sumber ke penerima

yang kemudian akan mengolahnya hingga menjadi perilaku

(Gambar 2). Konsep ini diambil dari teori komunikasi yang dibagi

menjadi beberapa tahapan, yakni sumber, media, dan penerima.

Page 22: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

Kelebihan konsep ini adalah efektivitas peringatan dibahas

sebagai sebuah proses yang saling terkait satu sama lain,

sehingga lebih mudah dalam memahami efektivitas pemahaman

seseorang dan lebih mudah untuk mencari hambatan yang

membuat peringatan menjadi tidak efektif (Wogalter, Conzola,

dan Smith-Jackson, 2002). Tahap penerima kemudian dibagi lagi

menjadi beberapa tahap pengolahan informasi, meliputi

perhatian, pemahaman, kepercayaan dan sikap, serta motivasi

yang pada akhirnya mempengaruhi perilaku. Tiap tahap harus

dilalui informasi agar dapat berlanjut ke tahap selanjutnya.

Namun, pada tiap tahap pengolahan informasi bisa terjadi

hambatan-hambatan yang mencegah pemrosesan informasi

lebih lanjut sehingga tidak akan berpengaruh pada perilaku.

Meskipun proses dijelaskan pada konsep ini adalah linier, ada

juga umpan balik dari suatu tahap ke tahap sebelumnya. Umpan

balik atau efek non-linier ini menjelaskan pengaruh dari suatu

tahap terhadap keputusan yang diambil pada tahap sebelumnya.

2.2.1.Sumber (Source)

Sumber informasi atau peringatan bisa dari individu atau

organisasi (seperti perusahaan atau pemerintah). Sumber juga

didapat dari berbagai media promosi kesehatan. Sumber

peringatan berpengaruh pada tingkat kepercayaan penerima

terhadap peringatan. Informasi atau peringatan dari sumber

yang pasti, terkenal, dan terpercaya, atau dari ahli lebih menarik

perhatian dan lebih mudah dipahami yang akan mempermudah

perubahan kepercayaan dan sikap terhadap informasi.

2.2.2.Media (Channel)

Media membahas bagaimana informasi atau peringatan

disampaikan dari sumber ke penerima. Berdasarkan modalitas

sensoris, peringatan bisa disampaikan secara visual, auditori,

Page 23: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

olfaktori, dan taktil/kinestetik. Pada umumnya, peringatan

disampaikan secara visual seperti peringatan terulis dan

peringatan bergambar. Pemilihan media yang tepat sangat

mempengaruhi sampai tidaknya informasi ke penerima. Setiap

media memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Media visual bisa dilihat terus-menerus sehingga lebih mudah

dipahami, tetapi media visual juga lebih mudah diabaikan.

2.2.3.Penerima (Receiver)

Agar dapat secara efektif mempengaruhi perilaku,

peringatan harus dapat menarik perhatian penerima dan

perhatian tadi perlu dipertahankan selama mungkin agar

penerima mampu mengambil informasi penting dari peringatan.

Kemudian, peringatan harus dimengerti penerima dan sejalan

dengan kepercayaan dan sikap penerima. Jika tidak, peringatan

harus mampu mengubah kepercayaan dan sikap penerima.

Terakhir, peringatan harus mampu memotivasi penerima agar

melakukan perilaku yang diharapkan.

2.2.3.1. Perhatian (Attention)

Pada tahap ini, ada 2 komponen yang harus dimiliki sebuah

peringatan, yakni menarik perhatian dan mempertahankan

perhatian. Tidak semua orang aktif mencari peringatan atau

informasi, sehingga peringatan harus tampil lebih mencolok

daripada stimulus lain yang ada di sekitarnya agar diperhatikan.

Seseorang akan mencari tahu berbagai informasi terkait dampak

merokok dan mulai memperhatikan segala sesuatu mengenai

dampak merokok terhadap kesehatan.

Individu mungkin melihat suatu promosi kesehatan di media

mengenai dampak merokok tetapi tidak memperhatikannya

secara seksama. Perhatian terhadap peringatan harus mampu

dipertahankan agar penerima mampu mengolah informasinya

Page 24: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

lebih lanjut. Agar perhatian penerima dapat dipertahankan, suatu

promosi kesehatan tersebut harus dibuat sesederhana dan

semenarik mungkin. Promosi kesehatan dibuat dengan media

yang semenarik mungkin agar dapat memikat perhatian

seseorang.

2.2.3.2. Pemahaman (Comprehension)

Promosi kesehatan yang telah diperhatikan tidak akan

bermakna jika penerima tidak memahami pesan yang ingin

disampaikan oleh promosi kesehatan tersebut. Untuk itu,

promosi kesehatan harus dibuat setegas mungkin. Kata-kata

atau gambar yang digunakan tidak boleh memiliki makna ganda.

promosi kesehatan yang disalah-artikan oleh penerima dapat

mengakibatkan perilaku yang tidak diharapkan. Selain

karakteristik peringatannya, pemahaman ini juga dipengaruhi

karakteristik penerimanya. Pembuatan promosi kesehatan harus

memperhatikan kemampuan terendah dari populasi target

peringatan. Promosi kesehatan yang sederhana dan bergambar

lebih mudah dipahami oleh target yang pendidikannya rendah.

Namun sebagian orang menyukai berbagai media promosi

kesehatan yang bergerak misalnya dengan mengadakan iklan

dampak bahaya rokok di televisi.

2.2.3.3. Kepercayaan dan Sikap (Beliefs and Attitudes)

Kepercayaan adalah pengetahuan individu tentang suatu

topik yang diterima sebagai sesuatu yang benar. Sikap mirip

dengan kepercayaan tetapi lebih banyak melibatkan emosi.

Pesan promosi kesehatan akan mudah melewati tahap ini jika

sejalan dengan kepercayaan dan sikap penerima saat itu.

promosi kesehatan mengenai rokok akan membuat kepercayaan

dan sikap penerima lebih kuat dan sulit untuk berubah. Namun,

jika tidak sejalan dengan kepercayaan dan sikap penerima,

Page 25: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

promosi kesehatan harus mengubah kepercayaan dan sikap

penerima. Kepercayaan dan sikap berkaitan dengan kebiasaan,

persepsi bahaya, perasaan akan sakit, dan perasaan keparahan

dari sakit.

2.2.3.4. Motivasi (Motivation)

Faktor penting yang mempengaruhi motivasi adalah

keseimbangan antara untung dan rugi perilaku yang

diperingatkan. Jika pengorbanan yang diberikan lebih besar dari

untung yang didapat ketika melakukan perilaku yang

diperingatkan, maka penerima akan kurang termotivasi untuk

melakukan perilaku yang diperingatkan. Seseorang harus

memiliki suatu motivasi yang tinggi misalnya untuk berhenti

merokok setelah menyadari betapa mengerikannya dampak

rokok terhadap kesehatan. Seseorang harus termotivasi untuk

menghentikan kebiasaan merokok agar dapat hidup lebih sehat

lagi untuk kedepannya.

2.2.3.5. Perilaku (Behaviour)

Jika penerima cukup termotivasi, maka penerima akan

melakukan perilaku yang diharapkan. Perilaku merupakan tujuan

akhir dari promosi kesehatan. Promosi kesehatan dikatakan

sangat efektif apabila mampu mengubah perilaku penerima

menjadi perilaku yang aman. Dalam hal promosi kesehatan,

perilaku yang diharapkan adalah tidak jadi merokok, mengurangi

intensitas merokok, atau berhenti merokok.

2.3.Kerangka Konsep

Promosi Kesehatan berupa dampak merokok

bagi kesehatan

Perhatian

Pemahaman Lanjut

PE

RO

KO

K P

EM

UL

A(fa

ktor so

sio-e

konom

i)

FAKTOR PENGHAMBAT

Page 26: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

Bagan 2.1. Kerangka Konsep

BAB III

METODE PENELITIAN

PE

RO

KO

K P

EM

UL

A(fa

ktor so

sio-e

konom

i)

FAKTOR PENGHAMBAT

Page 27: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

3.1. Jenis Penelitian

Penelitan ini merupakan suatu penelitian observasional deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kebiasaan

merokok pada perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap

kesehatan di Simpang Bandara Kota Palembang. Pada penelitian ini akan

digunakan metode pengumpulan data dengan metode focus group discussion

(FGD), observasi dan wawancara mendalam. Untuk mengetahui bentuk

pemahaman seseorang, pendeskripsian efektivitas digunakan konsep

Communication-Human Information Processing yang meliputi aspek perhatian,

aspek pemahaman, aspek kepercayaan, aspek motivasi serta aspek perilaku.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2015.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Simpang Bandara Kota Palembang serta

berbagai lingkungan disekitarnya.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Salah satu ciri khas dari penelitian kualitatif adalah pemilihan populasi

dalam penelitian. Populasi pada jenis penelitian kualitatif bersifat non probability

yang berarti dalam populasi tersebut tidak semuanya memiliki kesempatan untuk

menjadi sampel populasi. Populasi dalam penelitian kualitatif ini adalah anak-

anak jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang. Pemilihan populasi perokok

pemula Anak-anak jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang dikarenakan di

Simpang Bandara Kota Palembang terdapat banyak warung makan dan warung

yang menjual rokok, sehingga lebih mudah menemukan perokok.

3.3.2. Sampel

Dalam penelitian ini, akan digunakan teknik pengambilan sample yang

dilakukan secara purposive sampling. Penentuan informan kunci (key informan)

Page 28: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian adalah hal yang terpenting

dalam melakukan prosedur sampling. Pemilihan sampel tersebut memiliki

berbagai kriteria seperti kesesuaian yang dipilih berdasarkan pengetahuan yang

dimiliki sesuai dengan topik penelitian dan kecukupan data yang didapat dari

sampel yang dapat mengambarkan semua fenomena dalam topik penelitian.

Perekrutan informan juga dilakukan dengan cara peneliti turun langsung ke

lapangan untuk mencari mencari anak-anak jalanan di Simpang Bandara Kota

Palembang yang sedang merokok di sekitar sekolah sehingga terkumpul berbagai

informan yang memenuhi syarat dalam penelitian.

Informan penelitian ini antara lain 9 anak-anak jalanan di Simpang Bandara

Kota Palembang.

3.4. Definisi Operasional

3.4.1. Perokok Pemula

Perokok pemula adalah seseorang yang baru memulai untuk

merokok tetapi belum memenuhi kriteria untuk disebut perokok,

yakni sudah menghisap minimal 100 batang rokok seumur

hidupnya dan masih merokok hingga saat ini baik tiap hari atau

kadang-kadang.

3.4.2. Perhatian

Perhatian merupakan suatu proses mengarahkan dan mempertahankan

pandangan pada suatu promosi kesehatan yang ada mengenai dampak kesehatan

merokok. Dalam hal ini, ada sesuatu yang membuat seorang perokok

memperhatikan berbagai promosi kesehatan di suatu media mengenai dampak

merokok dimana hal ini berarti bahwa adanya keinginan seseorang untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai dampak merokok terhadap kesehatan.

3.4.3. Pemahaman

Pemahaman adalah hasil dari suatu perhatian dimana seseorang

menginterpretasikan arti atau pesan yang terkandung dalam promosi kesehatan di

Page 29: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

suatu media mengenai dampak merokok serta mengidentifikasinya dengan

pengetahuan sebelumnya.

3.4.4. Kepercayaan

Kepercayaan adalah penerimaan dan pemaknaan pesan yang terkandung

dalam promosi kesehatan di suatu media mengenai dampak merokok yang

dianggap seseorang sebagai informasi benar atau salah.

3.4.5. Sikap

Suatu reaksi dari individu mengenai promosi kesehatan di suatu media

mengenai dampak merokok (bisa berupa perasaan, pernyataan, atau perilaku)

sebagai tindak lanjut dari kepercayaan yang telah didapatkannya.

3.4.6. Motivasi Berhenti Merokok

Motivasi berhenti merokok adalah dorongan atau kemauan perokok untuk

berhenti merokok. Motivasi akan timbul setelah seseorang memperhatikan,

memahami, dan mempercayai suatu kebenaran akan adanya bahaya rokok untuk

kesehatan tubuh.

3.4.7. Perilaku Berhenti Merokok

Wujud nyata tindakan atau tingkah laku yang dilakukan perokok untuk

berhenti merokok merupakan pengertian dari aspek perilaku. Perilaku memiliki

berbagai contoh misalnya bisa berupa mengurangi intensitas merokok atau

berhenti merokok secara total.

1.4.8. Kebiasaan Merokok

Kegiatan merokok yang mulai dilakukan berkali-kali dan menjadi suatu

kegiatan buruk yang dapak membuat dampak buruk terhadap kesehatan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini, antara lain :

Page 30: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

1. Wawancara Mendalam (in depth interview)

Wawancara dilakukan untuk mengetahui kebiasaan merokok pada

perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan.

Wawancara akan dilakukan berdasarkan dengan pedoman wawancara yang dibuat

dalam urutan tertentu. Informan yang akan diwawancarai ini merupakan anak-

anak jalanan di Kawasan Ilir Timur Palembang yang masuk dalam kategori

informan. Wawancara mendalam juga dilakukan kepada orang disekitar

lingkungan sekolah misalnya kepala sekolah dan guru sekolah tersebut. Pada

wawancara ini akan digunakan berbagai alat bantu untuk mempermudah proses

wawancara yakni tape recorder dan alat tulis.

2. Observasi

Observasi akan dilakukan di lingkungan Kawasan Ilir Timur

Palembang. Observasi dilakukan dengan mengamati secara fisik seperti

lingkungan jalanan, pasar-pasar, pertokoan, serta berbagai kegiatan di jalanan

yang tidak bisa ditemukan dalam teknik wawancara mendalam.

3. Focus group discussion (FGD)

Focus group discussion (FGD) merupakan bentuk diskusi yang

didesain untuk memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut

pandang, kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki peserta dengan dipandu

oleh seorang moderator. Teknik FGD mempermudah memahami sikap,

keyakinan, ekspresi dan istilah yang biasa digunakan oleh peserta mengenai topik

yang dibicarakan, sehingga sangat berguna untuk mengerti alasan-alasan yang

tidak terungkap dibalik respons peserta. Teknik ini digunakan dengan tujuan

untuk menghindari pemaknaan yang salah terhadap masalah yang diteliti. Peserta

FGD merupakan perokok pemula yang bersekolah di Simpang Bandara Kota

Palembang. Informan yang telah setuju dan memenuhi kriteria diundang untuk

pelaksanaan FGD. Pertanyaan terbuka (open ended) merupakan salah satu jenis

pertanyaan yang akan dilakukan dalam FGD agar peserta dapat memungkinkan

untuk memberikan jawaban yang disertai dengan penjelasan-penjelasan. Jalannya

diskusi dipandu oleh moderator agar diskusi tetap terarah. Moderator yang dipilih

telah memahami topik dan tujuan diskusi, mampu melakukan pendekatan kepada

Page 31: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

peserta, mampu mengarahkan diskusi tetapi tetap bersikap netral dan objektif,

serta tanggap terhadap reaksi peserta. Moderator dibantu oleh notulen untuk

mencatat hal-hal penting selama diskusi. Pada pelaksanaan FGD juga digunakan

alat bantu berupa panduan FGD, tape recorder, serta alat tulis untuk

mempermudah pengumpulan data.

3.6. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini, data akan diambil dengan cara focus group discussion

(FGD), wawancara mendalam, dan observasi. Setelah data terkumpul maka data

akan dikelompokan dan diinterpretasikan kedalam bentuk tulisan.

Agar validitas data dapat terjaga, akan dilakukan suatu pengujian data

dalam penelitian ini. Pengujian data yang perlu dilakukan dalam penelitian ini

adalah triangulasi. Triangulasi dapat dikatakan sebagai pengolahan data yang

sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik dan sumber.

Triangulasi yang digunakan sebagai berikut :

1. Triangulasi sumber, berarti mendapatkan data dari sumber berbeda

dengan teknik pengumpulan data yang sama.

2. Triangulasi teknik, berarti menggunakan pengumpulan data yang

berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

3. Triangulasi analisis data yang dilakukan lebih dari 1 orang dan juga

meminta umpan balik dari informan.

3.7. Kerangka Operasional

Informan yang merupakan perokok pemula di Simpang Bandara Kota

Palembang

-Focus group discussion (FGD),

-Wawancara mendalam-Observasi

Pengumpulan Informan melalui informasi sekitar dan observasi

Page 32: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

BAB IV

Page 33: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian kualitatif ini telah dilakukan pada bulan Juli tahun 2015.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan

semua data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil focus group discussion

(FGD), pengamatan langsung di lapangan (observasi), dan diperoleh juga dari

hasil wawancara mendalam yang menggunakan berbagai daftar pertanyaan yang

telah dibuat untuk membantu jalannya wawancara mendalam. Berbagai informan

penelitian yang ada dalam penelitian ini didapatkan secara langsung di Simpang

Bandara Palembang. Dari periode waktu yang telah ditentukan, peneliti

menetapkan sebanyak 9 orang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan informan

kunci pada penelitan ini.

Berbagai data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikumpulkan

melalui alat bantu yaitu alat perekam dan alat pencatat yang kemudian akan dibuat

transkip hasil data. Setelah itu berbagai data tersebut akan dibuat dalam bentuk

narasi.

4.2. Hasil dan Pembahasan Penelitian

4.2.1. Karakteristik Informan

Dari hasil pengamatan dan pencarian informasi, peneliti telah menetapkan

informan kunci sebanyak 9 orang yang memenuhi kriteria pada penelitan ini dari

anak-anak jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang. Dari masing masing

orang dalam kelompok tersebut akan dibuat sistem pengkodeaan untuk

mempermudah dalam hal penulisan dan penelitian.

. Semua informan kunci dalam penelitian ini diikutsertakan dalam focus

group discussion (FGD) yang berkisar antara 60-80 menit untuk masing-masing

kelompok dan wawancara mendalam dengan lama wawancara yang bervariasi

antara 15-30 menit dengan frekuensi wawancara yang dilakukan sebanyak satu

Page 34: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

kali. Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa informan triangulasi yang terdiri

dari pengendara ojek dan anggota perhubungan yang berada di lapangan.

Pada penelitian ini terdapat beberapa jenis karakteristik informan meliputi

taraf pendidikan, umur, lama merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari.

Tabel 4.1. Karakteristik Informan

No. Informan Umur Lama merokokJumlah rata-rata konsumsi

rokok (per hari)

1 A 18 Tahun 4 tahun 5 batang

2 B 14 Tahun 2 tahun 6 batang

3 C 13 Tahun 1 tahun 6 batang

4 D 14 Tahun 2 tahun 6 batang

5 E 15 Tahun 3 tahun 2 batang

6 F 15 Tahun 2 tahun 6 batang

7 G 17 Tahun 8 tahun 12 batang

8 H 13 Tahun 2 tahun 6 batang

9 A 17 Tahun 4 tahun 3 batang

4.2.2. Hasil dan Pembahasan Pengumpulan Data

4.2.2.1. Aspek perhatian perokok pemula mengenai

pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan

Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group

discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah

ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada

perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Pada kali

ini peneliti akan menelusuri perhatian seseorang perokok pemula terhadap

dampak buruk dari merokok. Semua informan ditanyakan dengan berbagai

pertanyaan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus group

discussion (FGD), sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara lengkap

pada halaman lampriran. Berikut adalah beberapa kutipan hasil focus group

discussion (FGD) dan sebagian wawancara mendalam yang didapatkan:

Page 35: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

“ Kalo informasi sebenarnyo dari bungkus rokok tulah sudah ado kak, apolagi di

tv la sering jelas-jelaske, di Koran-koran dan spanduk dan gambar-gambar jugo

banyak”

Rata-rata dari semua informan yang dilakukuan focus group discussion

(FGD) didapatkan fakta bahwa ada sedikit ketertarikan dan minat para perokok

pemula untuk mengetahui lebih lanjut mengenai dampak buruk merokok terhadap

kesehatan. Para Informan kurang peduli terhadap informasi mengenai dampak

merokok terhadap kesehatan hal ini bisa dilihat dari kutipan sebagai berikut :

“Kalo raso pengen nak nyari info tu dak ado kak men teliat bae tapi jarang

diperhatike nian jugo “

Para perokok pemula mengungkapkan sisi kurang ketertarikan dalam mengetahui

berbagai promosi kesehatan seperti iklan, berita informasi dan lain-lain adalah

adanya informasi dan gambar mengenai bahaya merokok. Hal ini bisa dilihat dari

kutipan para informan seperti berikut :

“Tulisannyo paling di bungkus rokok tulah kaka tau dari gambar-gambar di

bungkus. biso buat kanker samo paru bolong tulah Cuma paling kami abaike bae

iklan itu”

Para informan yang diteliti mengungkapkan bahwa promosi kesehatan yang

selama ini dilakukan tidak efektif. Iklan yang dibuat menarik dan kreatif malah

mengajak masyarakat untuk merokok. Informan menyimpulkan bahwa kegagalan

tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah perokok setiap harinya. Hal

ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut :

“sedikit kak, iklan itu nak nakut-nakuti bae paling kak, kami takut jugo idak

malahan nyuruh ngerokok kak ado “

Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus group discussion (FGD)

dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang informan kunci untuk lebih

menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group discussion

(FGD). Selain itu diadakan suatu uji triangulasi, uji triangulasi dapat dilakukan

Page 36: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

dengan cara melakukan kembali wawancara terhadap orang-orang di lingkungan

sekolah seperti guru dan kepala sekolah. Tujuan wawancara tersebut adalah untuk

mendapatkan kembali informasi mengenai aspek perhatian perokok pemula

mengenai dampak buruk merokok terhadap kesehatan dan kebiasaan merokok.

Berikut hasil petikan pernyataannya:

Anggota Dinas Perhubungan

“Sebenarnyo iklan kito tuh dak efektif. Tujuan dio ngiklanke itu kan

tujuannyo untuk jual rokok. Men aku jingok iklan itu sebenarnyo bagus-bagus

kelihatan menarik dan kreatif tapi dak pengaruh untuk dak merokok malah

mendidik kito untuk ngerokok.”

Salah satu Informan Kunci

“ yo aku biaso jinggok informasi dampak merokok di tivi samo bungkus

rokok tapi bukannyo nyuruh berhenti malah penasaran tentang rokok kak... nah

aku jarang kak nyari informasinyo paling men ringam aku koyakke bae iklan di

bungkus itu...... iklannyo jugo dak jelas bahayo apo bagus ... bagusnyo pabrik

rokok tuh tutupke bae kak baru berenti galo yg merokok”

Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang

informan dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Rata-

rata semua informan tersebut telah menyatakan bahwa mereka telah mengetahui

dan memahami dampak merokok terhadap kesehatan. Para Informan juga tidak

peduli tentang informasi dampak rokok. Para informan berpendapat bahwa adanya

kebosanan dalam mencari informasi mengenai dampak buruk merokok. Hal ini

disebabkan karena tidak jelas informasi iklan atau berita mengenai dampak buruk

merokok. Iklan yang terlalu menonjolkan kelebihan tentang merokok justru

menyebabkan keinginan merokok muncul.

Page 37: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

Gambar 4.1. Proses FGD dengan kelompok anak-anak jalanan di Simpang

Bandara

4.2.2.2. Aspek pemahaman perokok pemula mengenai

pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan.

Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group

discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah

ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada

perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Pada kali

ini peneliti akan menelusuri aspek pemahaman seorang perokok pemula terhadap

dampak buruk dari merokok. Semua informan ditanyakan dengan berbagai

pertanyaan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus group

discussion (FGD), sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara lengkap

pada halaman lampriran. Berikut adalah beberapa kutipan hasil focus group

discussion (FGD) dan sebagian wawancara mendalam yang didapatkan:

Page 38: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

“Ngerti kak misalnya tentang penyakit kak, jadi kalo kito ngerokok kak kito ni

bakalan keno penyakit kak. Cak paru samo leher biso bolong. terus katonyo biso

kanker”

Jika dilihat dari hasil kutipan di atas dapat kita dapat menyimpulkan

bahwa informan telah mengetahui dan memahami apa saja dampak rokok

terhadap kesehatan. Salah satu yang mudah diingat para informan adalah rokok

dapat menyebabkan penyakit kanker yang ditakuti semua orang. Para informan

juga tidak ada kesulitan dalam menelaah beberapa promosi kesehatan berupa iklan

dan berita mengenai dampak buruk merokok. Hal ini dapat dilihat dari kutipan

sebagai berikut :

““Mudah kak, jelas informasinyo kalo rokok tu bahayo kak untuk kesehatan

supaya kito takut merokok kak”

Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus group discussion (FGD)

dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang informan kunci untuk lebih

menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group discussion

(FGD). Tujuan wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan kembali informasi

mengenai aspek pemahaman perokok pemula mengenai dampak buruk merokok

terhadap kesehatan dan kebiasaan merokok. Berikut hasil petikan pernyataannya:

Informan Kunci

“ngerti kak, kalo kito merokok tuh yang aku rasoke sekarang napas jadi

pendek kak, kalo pas nak olahraga jadi cepet menges kalo yang aku tau Cuma

aku dak pulo nak peduli nian, tau sih ado dampak buruk”

Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang

informan dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Dapat

dinyatakan bahwa semua informan yang dilakukuan focus group discussion

(FGD) disimpulkan memiliki ketertarikan dan pemahaman yang cukup mengenai

dampak merokok terhadap kesehatan. Dalam teori promosi kesehatan yang

dikemukan oleh Elgar Dare dinyatakan bahwa telah dibagi menjadi 11 macam

sistem promosi kesehatan yang dibuat secara mengerucut dan menggambarkan

Page 39: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut. Dari kerucut tersebut

dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling

atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli

mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsi bahan pendidikan /

pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata sangat

kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa penggunaan alat

peraga adalah salah satu prinsip proses pendidikan.

Seorang perokok pemula yang menjadi informan dalam penelitian ini tentu

tidak akan menyadari dampak merokok secara menyeluruh karena mereka hanya

mendengarkan promosi kesehatan lewat gambar dan kata-kata. Mereka tentu

belum melihat secara langsung atau bahkan menjadi salah satu korban keganasan

merokok misalnya kanker paru. Sama seperti teori Elgar Dare bahwa seseorang

yang belum merasakan secara langsung dampak merokok tidak akan bisa dengan

mudah berhenti.

4.2.2.3. Aspek kepercayaan dan sikap perokok pemula

terkait pemahaman dampak merokok terhadap

kesehatan

Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group

discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah

ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada

perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Pada kali

ini peneliti akan menelusuri aspek kepercayaan dan sikap seorang perokok pemula

terhadap dampak buruk dari merokok. Semua informan ditanyakan dengan

berbagai pertanyaan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus

group discussion (FGD), sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara

lengkap pada halaman lampriran.

Pada awal diskusi, peneliti ingin menanyakan langsung apa saja yang

membuat sesorang perokok pemula untuk mencoba merokok. Berikut adalah

Page 40: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

beberapa kutipan hasil focus group discussion (FGD) dan sebagian wawancara

mendalam yang didapatkan:

“Kalo aku kak, awalnyo aku merokok tu aku jingok kawan-kawan tulah,

lingkungan itu banyak yang merokok, jadi aku ikut jugo. Tempat kami kalo

ngerokok tuh tando la besak kak. jadi itulah aku merokok, rokok jugo pacak

ngilangke stress aku”

Jika dilihat dari hasil kutipan di atas dapat kita dapat menyimpulkan

bahwa informan telah menganggap rokok menjadi suatu tanda kedewasaan.

Bahkan dari kutipan diatas dianggap kalau rokok merupakan hal yang wajib jika

kita ingin menunjukkan kedewasaan dan bergaul dengan teman-teman sebaya.

Peneliti kembali menelaah dengan melontarkan berbagai pertanyaan mengenai

rokok yang mereka percayai sebagai obat penghilang stress dan alasan kebiasaan

merokok mereka, hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut :

“kalo merokok tuh tando la besak kak, kami nak nunjukke kami la besak, men

sekarang men ngobrol tuh kurang men dak merokok”

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa mereka masih melakukan

kegiatan merokok walaupun mereka sudah mengetahui dampak buruk merokok.

Para informan menggangap rokok merupakan kebutuhan pokok untuk jaman

sekarang. Tingkat kepercayaan dan sikap informan terhadap pemahaman dampak

buruk merokok terhadap kesehatan juga dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

“Pecayo, Yo banyak penyakitnyo kak dari mulut bae kejingokan giginyo ... Bos

aku bae la abis giginyo gara-gara merokok ”

Beberapa Informan mempercayai adanya dampak buruk yang disebabkan

oleh rokok. Dari kepercayaan itu timbul suatu sikap positif dari para informan

tersebut. Salah satu sikap positif yang muncul dari peryataan beberapa informan

adalah mereka ingin sekali berhenti merokok namun sangat sulit dilakukan. Hal

ini berhubungan dengan tidak tegas nya sanksi pemerintah terhadap para perokok.

Berikut berbagai pernyataan yang didapat dari penelitian :

Page 41: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

“Motivasi aku yo pengen berenti kak, tapi susah kak mulut teraso masam

Kemaren sempet nyubo tapi dak biso kak sampe sekarang aku ngerokok kak ...

Motivasi nak stop kak palingan seminggu motivasi tu tapi sampe sekarang aku

masih perokok kak”

Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus group discussion (FGD)

dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang informan kunci untuk lebih

menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group discussion

(FGD). Selain itu diadakan suatu uji triangulasi, uji triangulasi dapat dilakukan

dengan cara melakukan kembali wawancara terhadap orang-orang di lingkungan

simpang bandara seperti pengendara ojek dan anggota dinas perhubungan. Tujuan

wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan kembali informasi mengenai

aspek kepercayaan dan sikap perokok pemula mengenai dampak buruk merokok

terhadap kesehatan dan kebiasaan merokok. Berikut hasil petikan pernyataannya:

Informan Kunci

“Percayo kak aku samo dampak ngerokok kalo rokok tu bahayo pacak

sebabken kito kanker... ngeri sebenernyo kak kalo tahu dampaknyo Cuma susah

men la kecanduan cak ini kak”

Pengendara Ojek di Simpang Bandara

“Kalo dari yang aku liat aturan-aturan yang la dibuat ini sudah bagus

galo dek, ado yang mengatur tempat merokok, ado dendo atau hukumannyo

jugo ... Cuma yang negakke aturan rokok ini yang susah, liat bae penegak bae

merokok galo”

Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang

informan dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Dapat

dinyatakan bahwa semua informan yang dilakukuan focus group discussion

(FGD) disimpulkan memiliki kepercayaan mengenai dampak merokok terhadap

kesehatan selain itu mereka juga memiliki suatu sikap positif setelah mengetahui

berbagai macam dampak merokok terhadap kesehatan. Mereka mengalami suatu

kesulitan untuk berhenti merokok karena situasi dan kondisi dari lingkungan yang

Page 42: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

tidak mendukung hal positif tersebut, misalnya tidak ada perhatian yang khusus

dari pihak sekolah mengenai larangan merokok di sekolahan.

Dalam satu buah rokok terdapat lebih kurang 4000 kandungan kimia

berbahaya. Salah satu kandungan yang paling dikenal adalah Nikotin. Nikotin

merupakan kandungan rokok yang dapat menimbulkan efek kecanduan bagi

pemakainya. Hal ini disebabkan oleh, Nikotin menstimulasi cairan kimia yang

mengendalikan rasa bahagia, yang disebut dopamine.  Saat nikotin mengikat

syaraf tertentu di otak, syaraf ini langsung mengeluarkan dopamine yang

menimbulkan efek rasa sangat menyenangkan. Dalam teori lain dikatakan bahwa

otak memiliki kemampuan menyeimbangkan zat kimia di dalamnya, jadi ketika

nikotin memicu pelepasan dopamine, secara otomatis bagian tertentu pada otak

akan memproduksi zat “anti nikotin” yang menghasilkan efek kebalikan yaitu

perasaan tidak tenang, mood yang menurun hingga depresi. Dikarenakan hal

tersebut seseorang yang telah mengkonsumsi nikotin yang terkandung dalam

rokok memiliki keinginan untuk mendapatkan kenyamannya kembali dengan cara

menghisap rokok.

4.2.2.4. Aspek motivasi perokok pemula terkait pemahaman

dampak merokok terhadap kesehatan

Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group

discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah

ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada

perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Pada kali

ini peneliti akan menelusuri aspek motivasi seorang perokok pemula terhadap

pemahaman dampak buruk dari merokok. Semua informan ditanyakan dengan

berbagai pertanyaan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus

group discussion (FGD), sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara

lengkap pada halaman lampriran.

Pada awal diskusi, peneliti ingin menanyakan langsung apa saja yang

motivasi mereka setelah mengetahui berbagai dampak buruk merokok terhadap

kesehatan. Berikut adalah beberapa kutipan hasil focus group discussion (FGD) :

Page 43: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

“Motivasi aku yo pengen berenti kak, tapi susah kak mulut teraso masam

Kemaren sempet nyubo tapi dak biso kak sampe sekarang aku ngerokok kak ...

Motivasi nak stop kak palingan seminggu motivasi tu tapi sampe sekarang aku

masih perokok kak”

Jika dilihat dari hasil kutipan di atas dapat kita dapat menyimpulkan

bahwa informan telah menganggap memiliki motivasi yang baik untuk berhenti

merokok. Namun ada suatu hambatan dalam menjalan kan motivasi tersebut.

Hambatan dalam motivasi tersebut ditemukan dalam kutipan sebagai berikut :

“Pengen kak berenti tu tapi saro, aku ni la kecanduan kak susah men nak berenti

mano kawan merokok galo saro nahanke niat nak berenti.”

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu hambatan terberat

untuk berenti merokok adalah lingkungan setempat. Mereka menganggap sudah

mencoba berenti merokok namun apa daya para remaja masih mencari jati diri

dan memiliki emosi yang labil, dengan mudahnya mereka diajak kembali oleh

teman-teman dalam lingkungan sekitar untuk mencoba merokok kembali.

Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus group discussion (FGD)

dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang informan kunci untuk lebih

menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group discussion

(FGD). Tujuan wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan kembali informasi

mengenai aspek motivasi perokok pemula mengenai dampak buruk merokok

terhadap kesehatan dan kebiasaan merokok. Berikut hasil petikan pernyataannya:

Informan Kunci

“Aku la ado kak motivasi nak berenti rokok tu cumanyo susah kak

kecanduan rokok ... la pernah aku nyubo kak tapi paling seminggu bae bertahan

kak ... enak kak ngerokok tu lebih keren atau percaya diri ... kalo la diajak kawan

dak biso nolak kak cak sombong nian... motivasi paling kuat dari diri aku biar

anak aku kagek jangan merokok cak aku ni kak, ngabiske duet dan waktu bae”

Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang

informan dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Dapat

Page 44: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

dinyatakan bahwa semua informan yang dilakukuan focus group discussion

(FGD) disimpulkan memiliki motivasi yang tinggi untuk stop merokok karena

mereka sudah mengenal dampak merokok terhadap kesehatan. Salah satu

penghalang dari motivasi tersebut adalah lingkungan pergaulan mereka. Para

informan sudah berusaha dengan sunguh-sungguh untuk berenti merokok namum

lingkungan sekitar tidak mendukung.

Kecanduan rokok memiliki beberapa faktor penyebab, antara lain :

a. Faktor  sosial, yaitu ketika seseorang  merokok agar  diterima oleh

lingkungan teman, agar terlihat dewasa  dan tidak ketinggalan jaman.

Kebiasaan merokok dalam keluarga yang kerapkali menjadi pemicu

kecanduan terhadap rokok.

b. Faktor psikologis,  hal ini berkaitan dengan kerja nikotin dalam otak, rasa

nyaman / bahagia yang timbul menyebabkan seseorang secara psikologis

menjadi  bergantung kepada rokok.  Terkadang kepercayaan diri pun

menjadi timbul karenanya.

c. Faktor genetis, beberapa penelitian mengungkap bahwa kecanduan merokok

juga dipengaruhi oleh faktor genetis, bahwa gen perokok akan

menyebabkan seseorang lebih memilki kemungkinan menjadi pecandu

rokok bila mulai merakan rokok pada usia dini / remaja, namun hal tersebut

tidak berlaku bila seseorang tidak pernah mencoba atau merasakan rokok.

4.2.2.5. Aspek perilaku berhenti merokok bagi perokok

pemula terkait pemahaman dampak merokok

terhadap kesehatan

Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group

discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah

ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada

perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Pada kali

ini peneliti akan menelusuri aspek perilaku berhenti merokok seorang perokok

pemula Semua informan ditanyakan dengan berbagai pertanyaan yang telah

Page 45: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus group discussion (FGD),

sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara lengkap pada halaman

lampiran.

Pada awal diskusi, peneliti ingin menanyakan langsung mengenai

keinginan informan untuk berhenti rokok setelah mengetahui berbagai dampak

buruk merokok. Berikut adalah beberapa kutipan hasil focus group discussion

(FGD) :

““Iya kak mau, soalnyo aku takut kak sakit kagek keno penyakit cak yang kakak

kasih tau tadi”

Jika dilihat dari hasil kutipan di atas dapat kita dapat menyimpulkan bahwa

informan telah menganggap memiliki keinginan yang kuat untuk berhenti

merokok. Keinginan ini seharusnya didukung dengan kondisi lingkungan dan

perhatian yang baik dari pihak sekolahan. Peneliti kembali menelaah dan memberi

pertanyaan untuk mengetahui langkah mereka menghentikan pemakaian rokok.

Berikut hasil kutipan yang didapat :

“Pertamo yo niat kak keduo baru kito cubo kurangin dulu bae jumlah rokok nyo

kak ... Ganti permen be kak tapi terus dikurangi kak rokoknyo tapi paling

seminggu bertahan kak sudahnyo merokok lagi”

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya keinginan yang kuat

untuk menghentikan pemakaian rokok. Informan sudah melakukan berbagai

tahapan penghentian rokok yang benar yaitu diawali dengan niat lalu diiringi

dengan usaha. Berbagai macam usaha yang dilakukan oleh informan seperti

menjahui lingkungan perokok, tidak mau membeli rokok lagi, menggantikan

rokok dengan komsumsi permen.

Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus group discussion (FGD)

dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang informan kunci untuk lebih

menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group discussion

(FGD). Tujuan wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan kembali informasi

mengenai aspek motivasi perokok pemula mengenai dampak buruk merokok

terhadap kesehatan dan kebiasaan merokok. Berikut hasil petikan pernyataannya:

Page 46: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

Informan Kunci

“ado kak aku keinginan berenti ni, la lamo nian aku cubo. Pas SMA aku

kan nak daftar atlit lari jadi aku berhenti merokok , awalnyo aku ngurangi dikit-

dikit. Aku ganti permen biar mulut dak masam, akhirnyo biso lah bertahan. Pas

sudah dak tes-tes lagi yo aku balek lagi merokok kak, ”

Anggota Dinas Perhubungan

“ sebenarnyo kasian dek liat mereka, yang ngurus jugo caknyo dak pulo ado yang

peduli, itulah caknyo biso buat menyimpang, yang penting itu aturan denda

ditegaske nian biar berenti merokok, kalo yang jualan caknyo dak biso nak

disuruh berenti kalo emang kito jual tapi dak ado yang beli kana man bae, Cuma

itulah salah kalo dijual ke budak kecik”

Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang

informan dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Dapat

dinyatakan bahwa semua informan yang dilakukuan focus group discussion

(FGD) disimpulkan memiliki keinginan yang diawali dengan niat dan usaha yang

tinggi untuk stop merokok karena mereka sudah mengenal dampak merokok

terhadap kesehatan. Faktor lingkungan harus mendukung keinginan para anak-

anak jalanan tersebut dengan melakukan berbagai cara salah satunya memberikan

pelajaran khusus mengenai dampak merokok terhadap kesehatan.

4.2.2.6. kebiasan merokok pada perokok pemula

Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group

discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah

ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada

perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Di dalam

aspek ini, peneliti juga ikut melakukan observasi secara langsung di simpang

bandara. Pada kali ini peneliti akan menelusuri aspek kebiasaan merokok pada

perokok pemula. Semua informan ditanyakan dengan berbagai pertanyaan yang

Page 47: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

telah ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus group discussion (FGD),

sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara lengkap pada halaman

lampiran.

Pada awal diskusi, peneliti ingin menanyakan langsung mengenai kapan

mereka mencoba untuk merokok, berapa jumlah rokok yang dihisap waktu awal

mencoba, dan siapa yang mengajak mereka mencoba hal tersebut. Berikut adalah

beberapa kutipan hasil focus group discussion (FGD) :

“Pas aku SD kak aku nyubo sebatang-duo batang kak. Aku nyingok kawan jugo

ikut ngerokok jadi dak enak aku dak merokok kak lamo-lamo nambah duo tigo

batang kak akhirnyo kami rato-rato sengah bungkus galo merokok kak”

Jika dilihat dari hasil kutipan di atas dapat kita dapat menyimpulkan

bahwa informan telah mencoba rokok rata-rata pada saat duduk di bangku sekolah

menengah pertama. Kembali seperti pembahasan sebelumnya, bahwa lingkungan

dan teman-teman mereka lah yang mengajak mereka pertama kali untuk mencoba

merokok. Peneliti kembali menelusuri kebiasan merokok pada informan, dan

kembali didapatkan fakta bahwa para informan umumnya ada dalam cengkraman

lingkungan perokok dan para informan sudah mulai berani untuk merokok di

tempat umum. Berikut kutipan yang diambil :

“Perokok galo kak budak-budak ni kebanyakan merokok galo teko mamang

burukan bae merokok jugo... rumah kami ado yang merokok ado yang idak tapi

tempat kami banyak yang merokok kak”

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya perilaku sosial yang

buruk di kalangan anak-anak jalanan. Lingkungan anak-anak jalanan merupakan

lingkungan yang rawan dan kurang perhatian masyarakat sehingga mudahnya

pengaruh negatif yang dapat muncul ke anak-anak jalanan. Selama tidak ada

perhatian yang cukup dari pemerintah untuk melindungi anak-anak, selama itu

juga kebiasaan merokok di anak-anak jalanan sulit dihilangkan. Berikut beberapa

pendapat dari informan mengenai sanksi apa yang seharusnya dijalankan di

sekolah jika ada anak-anak jalanan yang ketahuan merokok :

Page 48: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

“Bagusnyo yang merokok tuh di dendo bae kak biar kami dak galak merokok”

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya sanksi tegas

setidaknya dapat membuat jera para anak-anak jalanan untuk merokok. Peneliti

juga menanyakan alasan para informan untuk merokok dan menanyakan alasan

mereka belum berhenti merokok walaupun mereka telah mengetahui dampak

buruk merokok. Berikut kutipan yang dapat di ambil :

“katek manfaat kak dihisep dikeluarke kak, cak bakar duet bae kak Cuma karena

la kecanduan jadi susah dihilangke”

Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa merokok itu tidak

bermanfaat. Akan tetapi, Rasa kecanduan yang sulit dihilangkan menyebabkan

anak-anak jalanan ini tidak berhenti merokok. Hal ini didukung dengan

pembahasan sebelumnya bahwa rokok memiliki kandungan nikotin yang

mengaktivasi kerja dopamine dan serotonine untuk meningkatkan efek kecanduan

dalam otak. Dari kutipan diatas juga, seharusnya pihak dinas sosial bekerjasama

dengan pihak kesehatan untuk melakukan konseling dan penyuluhan agar dapat

membantu para anak-anak jalanan yang mulai kecanduan merokok ataupun yang

sudah kecanduan merokok. Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus

group discussion (FGD) dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang

informan kunci, Pengendara ojek dan pedagang rokok sekitar simpang bandara

untuk lebih menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group

discussion (FGD). Tujuan wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan kembali

informasi mengenai aspek kebiasan merokok. Berikut hasil petikan

pernyataannya:

Informan Kunci

“ Awalnyo ngerokok pas jaman SMP kak ... awal nak nunjukke aku la

besak kak jadi aku paksoke setengah bungkus awalnyo ... aku jingok kawan

merokok galo dak mungkin aku laen dewek kak ... pengen kak berenti tapi susah

kak karena la kecanduan kak mulut ni teraso masam men dak merokok ... rokok

jugo biso buat aku ngilangin stres kak”

Page 49: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

Pengendara Ojek di Simpang Bandara

“ kalo aku perhatike dek, budak cak mereka tuh kasian jugo dak pulo

diperhatike nian kehidupannyo, cak bebas nian Cuma itulah men dak ado yg

ngarahke nyimpang cak merokok itu, bagusnyo aturan tuh ditegaske cak dendo

oleh merokok ”

Di dalam aspek ini peneliti melakukan observasi atau pengamatan langsung di

lingkungan sekitar Simpang Bandara Palembang. Pengamatan diawali dengan

pengamatan yang berlangsung saat anak-anak jalanan sedang bekerja ataupun saat

mereka istirahat. Anak-anak jalanan tampak tidak merokok saat bekerja berjualan

koran. Peneliti juga melakukan observasi ketika anak-anak jalanan beristirahat.

Ada beberapa informan yang terlihat merokok saat beristirahat, bukan hanya

merokok mereka juga ikut bergabung dengan anak-anak jalanan lain dan orang

dewasa untuk merokok. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

Gambar 4.2. Beberapa anak-anak jalanan berbaur untuk merokok di sekitar

simpang bandara ketika sudah berjualan koran

Page 50: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

Dari gambar tersebut, peneliti mendapatkan fakta bahwa setelah bekerja,

anak-anak jalan sebagian ada yang membaur dengan orang dewasa. Setelah

membaur mereka duduk-duduk untuk bersantai, terlihat oleh peneliti beberapa

anak-anak jalanan sedang menghisap rokok padahal mereka berada di lingkungan

Simpang Bandara. Ketika ada petugas polisi yang lewat, anak-anak jalanan tetap

merokok.

Peneliti juga menemukan adanya pedagang toko yang menjual beberapa

rokok di sekitar Simpang Bandara. Para pedagang menyatakan bahwa sebenarnya

rokok tersebut dijual bukan untuk anak-anak jalanan tetapi karena dijual di

lingkungan simpang bandara banyak anak-anak jalanan yang membeli rokok

tersebut. Pedagang rokok tersebut juga tidak melarang jika para pelajar membeli

rokok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan gambar berikut :

Gambar 4.3. Warung yang menjual beberapa jenis rokok di sekitar Simpang

Bandara

Page 51: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

Dilakukan wawancara dengan pedagang rokok di sekitar lingkungan

simpang bandara tersebut. Berikut kutipan wawancaranya :

Pedagang Rokok Sekitar Simpang Bandara

“ yo men jual rokok ke budak kecik ni serba salah jugo dek, kito kan nak

nyari makan kalo ado yang beli kan laju dak madak pelanggan la dikit nak kito

bateske pulo, men mereka nak merokok biarpun disini dilarang dio pacak ke

tempat laen dek cak minimarket biso beli jadi samo bae”

Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang

informan, observasi, dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa

informan. Dapat dinyatakan bahwa semua informan yang dilakukuan focus group

discussion (FGD) disimpulkan memiliki keinginan yang diawali dengan niat dan

usaha yang tinggi untuk stop merokok karena mereka sudah mengenal dampak

merokok terhadap kesehatan. Faktor lingkungan sekolah harus mendukung

keinginan para murid tersebut dengan melakukan berbagai cara salah satunya

memberikan pelajaran khusus mengenai dampak merokok terhadap kesehatan.

Informan mempercayai manfaat merokok adalah menghilangkan

stress, menenangkan pikiran, supaya lebih mudah bergaul, dan

sejenisnya. Sedangkan, kerugian merokok yang mereka percayai

adalah mudah capek dan pusing.

Page 52: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

4.2.2.7. Matriks Kebiasaan Merokok Pada Perokok Pemula Dan Pemahaman Dampak Merokok Terhadap Kesehatan

Tabel 4.2 Rekapitulasi No Aspek

PenilaianFokus Penilaian Pernyataan Informan

Melalui FGDPernyataan Informan Melalui

Wawancara Mendalam(mencakup semua fokus penilaian)

Hasil Observasi

1 Aspek perhatian perokok pemula

mengenai pemaham

an dampak merokok terhadap

kesehatan

- Sumber Informasi

- Keinginan atau rasa ingin tahu

untuk memperhatikan

promosi kesehatan

“ Kalo informasi

sebenarnyo dari bungkus

rokok tulah sudah ado

kak, apolagi di tv la

sering jelas-jelaske, di

Koran-koran dan

spanduk dan gambar-

gambar jugo banyak”

“Kalo raso pengen nak

nyari info tu dak ado kak

men teliat bae tp jarang

diperhatike nian jugo “

“Tulisannyo paling di

“ yo aku biaso jinggok informasi

dampak merokok di tivi samo

bungkus rokok tapi bukannyo

nyuruh berhenti malah penasaran

tentang rokok kak... nah aku jarang

kak nyari informasinyo paling men

ringam aku koyakke bae iklan di

bungkus itu...... iklannyo jugo dak

jelas bahayo apo bagus ...

bagusnyo pabrik rokok tuh tutupke

bae kak baru berenti galo yg

merokok” (kutipan wawancara

dari salah seorang Informan yang

diwawancara mendalam)

- Peneliti melakukan

observasi atau

pengamatan langsung di

lingkungan sekitar

Simpang Bandara

Palembang. Pengamatan

diawali dengan

pengamatan yang

berlangsung di area

tempat istirahat di pinggir

jalan, Peneliti melihat

anak-anak santai merokok

tanpa malu di depan

orang-orang di sekitar.

Page 53: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

- Sisi ketertarikan terhadap promosi

kesehatan

- Manfaat yang dirasakan dari

promosi kesehatan

bungkus rokok tulah kaka

tau dari gambar-gambar

di bungkus. biso buat

kanker samo paru bolong

tulah Cuma paling kami

abaike bae iklan itu“

“sedikit kak, iklan itu nak

nakut-nakuti bae paling

kak, kami takut jugo idak

malahan nyuruh

ngerokok kak ado “

“ Sebenarnyo iklan kito tuh dak

efektif. Tujuan dio ngiklanke itu kan

tujuannyo untuk jual rokok. Men

aku jingok iklan itu sebenarnyo

bagus-bagus kelihatan menarik dan

kreatif tapi dak pengaruh untuk dak

merokok malah mendidik kito

untuk ngerokok.” (Anggota Dinas

perhubungan)

- Peneliti mengikuti

beberapa informan setelah

selesai berjualan koran.

Ada beberapa informan

yang terlihat membeli

rokok dengan uang kerja

mereka ketika istirahat di

warung ataupun di jalan-

jalan.

- Peneliti juga menemukan

adanya pedagang toko-

toko yang menjual

beberapa rokok di sekitar

lingkungan simpang

bandara. Para pedagang

menyatakan bahwa

sebenarnya rokok tersebut

dijual bukan untuk anak-

2 Aspek pemaham

an perokok pemula

mengenai pemaham

an dampak

- Pemahaman pesan promosi kesehatan

“Ngerti kak misalnya

tentang penyakit kak,

jadi kalo kito ngerokok

kak kito ni bakalan keno

penyakit kak. Cak paru

samo leher biso bolong.

“Ngerti kak, kalo kito merokok tuh

napas biso pendek kak, jadi cepet

menges kalo yang aku tau Cuma

aku dak pulo nak peduli nian, tau

sih ado dampak buruk” (kutipan

wawancara dari salah seorang

Page 54: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

merokok terhadap

kesehatan

- Kemudahan dalam memahami

promosi kesehatan

terus katonyo biso

kanker”

“Mudah kak, jelas

informasinyo kalo rokok

tu bahayo kak untuk

kesehatan supaya kito

takut merokok kak”

Informan yang diwawancara

mendalam)

anak tetapi karena

pelanggan setia adalah

mereka jadi mereka tidak

melarang jika anak-anak

membeli rokok.

3 Aspek kepercaya

an dan sikap

perokok pemula terkait

pemahaman

dampak merokok terhadap

kesehatan

- Kepercayaan terhadap pesan

promosi kesehatan

“Pecayo, Yo banyak

penyakitnyo kak dari

mulut bae kejingokan

giginyo ... Bos aku bae la

abis giginyo gara-gara

merokok ”

“Percayo kak aku samo dampak

ngerokok kalo rokok tu bahayo

pacak sebabken kito kanker... ngeri

sebenernyo kak kalo tahu

dampaknyo Cuma susah men la

kecanduan cak ini kak” (kutipan

wawancara dari salah seorang

Informan yang diwawancara

mendalam)

Page 55: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

- Sikap dalam menyikapi pesan

promosi kesehatan

“aku ni galak kak nak

berenti merokok tapi

candu ini kak susah

nian... aku tau dikit lah

dampaknyo tapi ngontrol

diri ni susah nian, tapi

cak itulah kak paling liat

wong laen merokok lagi”

“Kalo dari yang aku liat aturan-

aturan yang la dibuat ini sudah

bagus galo dek, ado yang mengatur

tempat merokok, ado dendo atau

hukumannyo jugo ... Cuma yang

negakke aturan rokok ini yang

susah, liat bae penegak bae

merokok galo”(Pengendara Ojek

Simpang Bandara)

4 Aspek motivasi perokok pemula terkait

pemahaman mengenai dampak merokok terhadap kesehatan

- Motivasi “Motivasi aku yo pengen

berenti kak, tapi susah

kak mulut teraso masam

Kemaren sempet nyubo

tapi dak biso kak sampe

sekarang aku ngerokok

kak ... Motivasi nak stop

kak palingan seminggu

motivasi tu tapi sampe

sekarang aku masih

“Aku la ado kak motivasi nak

berenti rokok tu cumanyo susah kak

kecanduan rokok ... la pernah aku

nyubo kak tapi paling seminggu

bae bertahan kak ... enak kak

ngerokok tu lebih keren atau

percaya diri ... kalo la diajak

kawan dak biso nolak kak cak

sombong nian... motivasi paling

kuat dari diri aku biar anak aku

Page 56: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

- Hambatan dalam motivasi

perokok kak”

“Pengen kak berenti tu

tapi saro, aku ni la

kecanduan kak susah

men nak berenti mano

kawan merokok galo

saro nahanke niat nak

berenti.”

kagek jangan merokok cak aku ni

kak, ngabiske duet dan waktu bae”

(kutipan wawancara dari salah

seorang Informan yang

diwawancara mendalam)

5 Aspek perilaku berhenti merokok

bagi perokok pemula terkait

pemahaman

dampak merokok terhadap

- Keinginan berhenti merokok

- Langkah awal

“Iya kak mau, soalnyo

aku takut kak sakit kagek

keno penyakit cak yang

kakak kasih tau tadi”

“Pertamo yo niat kak

“ado kak aku keinginan berenti ni,

la lamo nian aku cubo. Pas SMA

aku kan nak daftar atlit lari jadi

aku berhenti merokok , awalnyo

aku ngurangi dikit-dikit. Aku ganti

permen biar mulut dak masam,

akhirnyo biso lah bertahan. Pas

sudah dak tes-tes lagi yo aku balek

lagi merokok kak, ” (kutipan

Page 57: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

kesehatan untuk berhenti merokok

keduo baru kito cubo

kurangin dulu bae

jumlah rokok nyo kak ...

Ganti permen be kak tapi

terus dikurangi kak

rokoknyo tapi paling

seminggu bertahan kak

sudahnyo merokok lagi”

wawancara dari salah seorang

Informan yang diwawancara

mendalam)

“ sebenarnyo kasian dek liat

mereka, yang ngurus jugo caknyo

dak pulo ado yang peduli, itulah

caknyo biso buat menyimpang,

yang penting itu aturan denda

ditegaske nian biar berenti

merokok, kalo yang jualan caknyo

dak biso nak disuruh berenti kalo

emang kito jual tapi dak ado yang

beli kana man bae, Cuma itulah

salah kalo dijual ke budak kecik”

(Anggota Dinas Perhubungan)

Page 58: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

6 Kebiasan merokok

pada perokok pemula

- Kebiasaan awal merokok

- Lingkungan Sekitar

“Pas aku SD kak aku

nyubo sebatang-duo

batang kak. Aku nyingok

kawan jugo ikut

ngerokok jadi dak enak

aku dak merokok kak

lamo-lamo nambah duo

tigo batang kak akhirnyo

kami rato-rato sengah

bungkus galo merokok

kak”

“Perokok galo kak

budak-budak ni

kebanyakan merokok

galo teko mamang

burukan bae merokok

jugo... rumah kami ado

yang merokok ado yang

“ Awalnyo ngerokok pas jaman

SMP kak ... awal nak nunjukke aku

la besak kak jadi aku paksoke

setengah bungkus awalnyo ... aku

jingok kawan merokok galo dak

mungkin aku laen dewek kak ...

pengen kak berenti tapi susah kak

karena la kecanduan kak mulut ni

teraso masam men dak merokok ...

rokok jugo biso buat aku ngilangin

stres kak”

(kutipan wawancara dari salah

seorang Informan yang

diwawancara mendalam)

“ kalo aku perhatike dek, budak

cak mereka tuh kasian jugo dak

pulo diperhatike nian

kehidupannyo, cak bebas nian

Page 59: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

- Sanksi yang diinginkan

- Manfaat merokok menurut perokok

idak tapi tempat kami

banyak yang merokok

kak”

“Bagusnyo yang

merokok tuh di dendo

bae kak biar kami dak

galak merokok”

“katek manfaat kak

dihisep dikeluarke kak,

cak bakar duet bae kak”

Cuma itulah men dak ado yg

ngarahke nyimpang cak merokok

itu, bagusnyo aturan tuh ditegaske

cak dendo oleh merokok ”(

Pengendara Ojek di Simpang

Bandara)

“ yo men jual rokok ke budak kecik

ni serba salah jugo dek, kito kan

nak nyari makan kalo ado yang beli

kan laju dak madak pelanggan la

dikit nak kito bateske pulo, men

mereka nak merokok biarpun disini

dilarang dio pacak ke tempat laen

dek cak minimarket biso beli jadi

samo bae” ( Pedagang Rokok

Sekitar Simpang Bandara)

Page 60: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa para perokok

pemula memiliki pemahaman yang cukup mengenai dampak merokok

terhadap kesehatan. didapatkan juga kesimpulan bahwa adanya

penyimpangan perilaku dari para anak-anak jalanan salah satunya

kebiasaan merokok. Pada aspek perhatian mengenai pemahaman dampak

merokok terhadap kesehatan, perokok pemula memiliki perhatian yang

khusus terhadap kesehatannya. Para perokok pemula sudah biasa membaca

atau mencari informasi promosi kesehatan tentang rokok namun tidak

diperhatikan. Pada aspek pemahaman, perokok pemula memiliki

pemahaman yang cukup mengenai dampak merokok. Mereka paham

bahwa rokok dapat menyebabkan beberapa penyakit dalam tubuh. Pada

aspek kepercayaan, perokok pemula yakin dan takut akan bahaya dari

merokok sehingga muncul sikap untuk menjahui merokok. Motivasi yang

dihasilkan oleh promosi kesehatan yang didapat dari informan adalah

motivasi yang baik yaitu para informan ingin segera berhenti dari

kebiasaan merokok. Salah satu hambatan yang paling kuat dalam motivasi

tersebut adalah faktor lingkungan, mereka masih diajak oleh teman-

temannya untuk merokok.

5.2. Saran

1. Pemerintah disarankan lebih memperhatikan peningkatan angka

perokok di Indonesia. Pemerintah harus segera memperbanyak

program promosi kesehatan. Promosi kesehatan seharusnya dilakukan

22

Page 61: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

23

lebih kreatif dan disalurkan melalui berbagai media agar masyarakat

lebih sering mendapatkan dampak positif dari promosi kesehatan.

2. Pihak penegak hukum di Kota Palembang disarankan meningkatkan

kinerja untuk menghentikan para perokok.

3. Pihak Kota Palembang diharapkan meningkatkan sanksi berupa denda

agar menimbulkan efek jera.

4. Pihak Kota Palembang diharapkan membuat aturan yang jelas tentang

pelanggan yang boleh membeli rokok agar tidak dibeli untuk anak-

anak.

Page 62: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

24

Lampiran

PEDOMAN Focus Group Discussion (FGD)

Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Moderator :

A. Pembukaan

1. Diawali dengan pengucapan salam dan pengucapan

terima kasih kepada informan.

2. Perkenalan moderator dilanjutkan dengan perkenalan para

informan.

3. Penjelasan tujuan dan manfaat dari diadakannya FGD

4. Pembacaan peraturan FGD, berupa :

Semua informan harus berpartisipasi aktif dalam

jalannya diskusi

Teratur dalam berpendapat dan menghormati pendapat

orang lain

Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam diskusi

Semua informasi yang didapat di ruangan ini bersifat

rahasia

Jalannya diskusi akan direkam

B. Diskusi

Pernyataan Catatan

Page 63: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

25

1.Pembuka FGD

Informasi mengenai dampak

merokok terhadap kesehatan

yang mudah didapat salah

satunya melalui berbagai

media internet

Tujuan promosi kesehatan

mengenai dampak merokok

terhadap kesehatan

2.Inti FGD

a. Perhatian

Dimana anda bisa mencari

informasi mengenai dampak

merokok.

Bagian yang paling menarik

perhatian informasi pada

promosi kesehatan tentang

rokok.

Frekuensi paparan terhadap

informasi pada promosi

kesehatan tentang rokok.

Faktor yang menghambat

perhatian informan

Perasaan bosan melihat

informasi pada promosi

kesehatan tentang rokok.

b. Pemahaman

Pesan yang didapat dari

informasi pada promosi

Page 64: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

26

kesehatan tentang rokok.

Kemudahan dan kesulitan

dalam memahami informasi

Pendapat mengapa perlu

diadakan promosi kesehatan

mengenai dampak merokok

terhadap kesehatan

c. Kepercayaan & Sikap

Sikap dan kepercayaan

sebelum mengetahui

informasi pada promosi

kesehatan tentang rokok.

manfaat/dampak apa yang

kalian percayai dari merokok

Apakah kepercayaan itu

berubah setelah mengetahui

informasi pada promosi

kesehatan tentang rokok.

Informan percaya/tidak

terhadap informasi pada

promosi kesehatan tentang

rokok. Mengapa demikian?

Kemampuan persuasif

informasi pada promosi

kesehatan tentang rokok

(bagian dari label yang

paling berkesan)

Sikap informan terhadap

informasi pada promosi

Page 65: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

27

kesehatan tentang rokok.

Reaksi penolakan terhadap

informasi pada promosi

kesehatan tentang rokok.

Faktor yang mempengaruhi

kepercayaan dan sikap

informan

d. Motivasi

Motivasi yang timbul karena

informasi pada promosi

kesehatan tentang rokok.

Berapa lama motivasi itu

bertahan?

Faktor lain yang bisa

menguatkan/menghambat

motivasi anda untuk berhenti

merokok? Mengapa?

e. Perilaku

Perilaku berhenti merokok

karena mengetahui informasi

pada promosi kesehatan

tentang rokok.

Perilaku lain yang terjadi

karena mengetahui informasi

pada promosi kesehatan

tentang rokok.

Langkah untuk

menghentikan merokok

Page 66: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

28

f. Kebiasaan Merokok

Kapan memulai merokok.

Siapa yang mengajak

merokok.

Lingkungan sekitar sekolah

dan keluarga.

Merokok di kalangan

sekolah.

Sanksi yang paling

ditakutkan.

Berapa rokok yang anda

hisap.

Mengapa mencoba untuk

merokok.

Manfaat merokok.

Dampak merokok bagi

kesehatan.

Ketakutan seorang perokok.

Niat dan keinginan untuk

berhenti

C. Penutup

Ucapan terima kasih dan pemberian informasi tambahan

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

“Kebiasaan Merokok Pada Perokok Pemula Dan Pemahaman Dampak Merokok Terhadap Kesehatan”

Page 67: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

29

(Studi Kualitatif pada Anak-anak jalanan di Simpang Bandara)

Dari berbagai informan kunci pada penelitian ini, akan dilakukan wawancara dengan berbagai pertanyaan sebagai berikut :

1. Aspek perhatian

Pertanyaan : Dimana saja anda dapat mencari informasi mengenai dampak merokok? Mengapa anda tertarik untuk mencari informasi mengenai dampak merokok? Apa yang pertama kali anda lihat pada suatu promosi kesehatan.

misalnya iklan dan poster?

Apakah saat promosi kesehatan, pandangan anda langsung tertuju

kepada dampak merokok?

Bagaimana menurut anda mengenai promosi kesehatan merokok?

Apakah promosi kesehatan merokok sudah bisa menarik perhatian

anda?

Bagian yang paling menarik perhatian dari promosi kesehatan

merokok?

Berapa frekuensi paparan mencari informasi tentang rokok ?

Faktor yang menghambat perhatian informan?

Apakah ada suatu perasaan bosan melihat promosi kesehatan

merokok?

2. Aspek pemahaman

Pertanyaan : a. Apakah anda mengerti pesan informasi yang ada dalam promosi

kesehatan tentang rokok?

b. Dapatkah anda jelaskan pesan yang terkandung dalam promosi

kesehatan tentang rokok tersebut?

c. Apakah ada kemudahan dan kesulitan dalam memahami promosi

kesehatan tentang rokok?

d. Menurut anda mengapa harus diberikan promosi kesehatan tentang

rokok?

Page 68: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

30

e. Apakah saudara setuju dengan adanya informasi mengenai dampak

merokok terhadap kesehatan?

3. Aspek kepercayaan dan Sikap

Pertanyaan : a. Apakah anda bisa menjelaskan manfaat apa yang kalian percayai dari

merokok?

b. Apakah anda yakin bahwa rokok dapat menggangu kesehatan?

c. Apakah anda bisa menjelaskan dampak apa yang kalian percayai dari

merokok sebelum anda mengetaui dampak merokok dari promosi

kesehatan tentang rokok?

d. Setelah melihat promosi kesehatan tentang rokok, Apakah

kepercayaan itu berubah?

e. Apakah anda yakin bahwa pesan dan maksud dari promosi kesehatan

tentang rokok suatu kenyataan?

f. Menurut anda bagian informasi promosi kesehatan tentang rokok

yang berkesan untuk anda?

g. Bagaimana sikap anda setelah mengetahui dampak bahaya rokok ?

h. Apakah anda memiliki suatu reaksi penolakan mengetahui informasi

mengenai dampak buruk merokok?

i. Faktor apa saja menurut anda yang mempengaruhi kepercayaan dan

sikap anda dalam merokok?

4. Aspek motivasi

Pertanyaan : a. Apakah anda dapat menjelaskan motivasi yang timbul setelah

mengetahui informasi dampak merokok pada promosi kesehatan

tentang rokok?

b. Berapa lama motivasi anda itu dapat bertahan?

c. Apakah ada suatu Faktor lain yang bisa menguatkan motivasi anda

untuk berhenti merokok? Mengapa?

Page 69: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

31

d. Apakah ada suatu Faktor lain yang bisa menghambat motivasi anda

untuk berhenti merokok? Mengapa?

5. Aspek perilaku

Pertanyaan : a. Apakah anda mau berenti setelah mengetahui dampak merokok? Mengapa?

b. Apa perilaku yang lain yang dapat terjadi saat anda melihat informasi mengenai dampak

merokok?

c. Apa saja yang saudara lakukan untuk menghentikan pemakaian rokok?

d. Jika anda memilih antara dua, anda mau mengurangi pemakaian rokok atau

menghentikan rokok? Mengapa?

6. Kebiasaan merokok

a. Kapan anda memulai merokok ?

b. Siapa yang mengajak anda untuk merokok pertama kali ?

c. Apakah teman-teman dan lingkungan keluarga anda perokok ?

d. Apakah di sekolah juga anda merokok?

e. Sanksi apa yang paling membuat anda takut jika ketahuan merokok ?

f. Pada awal memulai merokok, berapa rokok yang anda hisap ?

g. Untuk sekarang, berapa jumlah rokok yang anda hisap perhari ?

h. Mengapa anda mencoba untuk merokok ?

i. Apakah anda hidup anda lebih baik jika sedang merokok ?

j. Apakah anda tahu mengenai dampak buruk dari merokok terhadap kesehatan?

k. Jelaskan dan sebutkan mengenai dampak buruk merokok terhadap kesehatan yang anda

ketahui?

l. Anda sudah mengetahui dampak buruk dari merokok, lalu mengapa anda masih mau

merokok?

m. Apakah anda takut jika salah satu penyakit yang disebabkan oleh rokok ada dalam

tubuh anda?

Page 70: Dampak Perokok Pemula Pada Anak Jalanan

32